TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Balita Gizi Buruk adalah anak yang berusia 0-5 tahun yang BB/TB nya - 3
SD dan atau mempunyai tanda-tanda klinis ( marasmus, kwashiorkor, dan marasmik-
kwashiorkor ). Z score untuk status gizi kurus yaitu -3 SD s/d < -2 SD sedangkan
untuk status gizi sangat kurus < -3 SD. Atau lingkar lengan atas 11,5 cm (WHO,
2000).
Gizi buruk adalah status gizi yang didasarkan pada indeks berat badan menurut
umur (BB/U) yang merupakan padanan istilah severely underweight (Kemenkes RI,
2011), sedangkan menurut Depkes RI 2008, keadaan kurang gizi tingkat berat pada
anak berdasarkan indeks berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) <-3 SD dan atau
ditemukan tanda-tanda klinis marasmus, kwashiorkor dan marasmus-kwashiorkor.1,4
2. 2 Epidemiologi
1
Masalah gizi pada anak balita di Indonesia telah mengalami perbaikan. Hal
ini dapat dilihat antara lain dari penurunan prevalensi gizi buruk pada anak balita dari
5,4% pada tahun 2007 menjadi 4,9% pada tahun 2010. Meskipun terjadi penurunan,
tetapi jumlah nominal anak gizi buruk masih relatif besar. 1
2.3 Etiologi
Marasmus ialah suatu bentuk kurang kalori-protein yang berat. Keadaan ini
merupakan hasil akhir dari interaksi antara kekurangan makanan dan penyakit
infeksi. Selain faktor lingungan, ada beberapa faktor lain pada diri anak sendiri yang
dibawa sejak lahir, diduga berpengaruh terhadap terjadinya marasmus. Secara garis
besar sebab-sebab marasmus ialah sebagai berikut (Dinkes, 2005):
1) Masukan makanan yang kurang
2) Infeksi
2
5) Gangguan metabolik
6) Tumor hypothalamus
Jarang dijumpai dan baru ditegakkan bila penyebab marasmus yang lain
telah disingkirkan.
7) Penyapihan
8) Urbanisasi
3
2.4 Klassifikasi
6
2.5 Manifestasi Klinis Gizi Buruk
Tanda-tanda Marasmus :
Diagnosis gizi buruk dapat diketahui melalui gejala klinis, antropometri dan
pemeriksaan laboratorium. Gejala klinis gizi buruk berbeda-beda tergantung dari
derajat dan lamanya deplesi protein dan energi, umur penderita, modifikasi
disebabkan oleh karena adanya kekurangan vitamin dan mineral yang menyertainya.
Gejala klinis gizi buruk ringan dan sedang tidak terlalu jelas, yang ditemukan hanya
7
pertumbuhan yang kurang seperti berat badan yang kurang dibandingkan dengan
anak yang sehat.2
8
Kejadian dan penyebab kematian saudara kandung
Berat badan lahir
Riwayat tumbuh kembang
Riwayat imunisasi
Apakah ditimbang setiap bulan
Lingkungan keluarga (untuk memahami latar belakang social anak)
Diketahui atau tersangka infeksi HIV .7
Dianamnesis juga:
1. Apakah adanya tanda tanda syok?
a. Tubuh sangat lemah, letargis, kehilangan kesadaran, akral dingin serta nadi
yang cepat dan lemah
b. Penyebab syok yang paling seirng adalah diare yang disertai dengan
dehodrasi, perdarahan dan sepsis
c. Bila sulit untuk mengukur nadi, dapat juga digunakan pengukuran capilary
refill dengan cara menekan kuku pada ibu jari tangan, lalu dilepaskan apabila
perubahan warna putih menjadi merah kembali lebih dari 3 detik, maka
capilary refill dianggap lambat dan ini merupakan tanda syok. apakah adanya
tanda tanda dehidrasi.
2. Apakah adanya tanda tanda dehidrasi?
NO Tanda Cara melihat dan menentukan
1. Letargis Anak tidak bisa bangun dan apatis, tampak
mengantuk dan tidak menunjukan ketertarikan
pada kejadian disekelilingnya
2. Anak gelisah dan Terutama saat disentuh atau dipegang untuk
rewel tindakan
3. Tidak ada air mata Lihat ada air matanya atau tidak saat anak
menangis
4. Mata cekung Mata anak yang gizi buruk tampak cekung,
mirip tanda anak dehidrasi. Tanyakan pada ibu
9
matanya emang seperti itu atau baru saja terjadi
cekung.
5. Mulut dan lidah kering Raba dengan jari yang kering dan bersih untuk
menentukan apakah lidah dan mulutnya kering
6. Haus Anak akan merasa haus terus menerus
7. Turgor lambat Cubit kulit perut bagian tengah antara
umbillicus dan sisi perut, tarik lapisan kulit
perlahan lahan. Cubit selama 1 detik dan
lepaskan. Jika kulit tidak kembali selama >2
detik maka turgor melambat
Pemeriksaan Fisik
Apakah anak tampak sangat kurus, adakah edema pada kedua punggung kaki.
Tentukan status gizi dengan menggunakn BB/TB-PB
Tanda dehidrasi : tampak haus, mata cekung, turgor buruk
Tanda syok (akral dingin, CRT lambat, nadi lemah dan cepat), kesadaran menurun
Demam (suhu aksilar 37,5 C) atau hipotermi (suhu aksilar <35,5 C)
Frekuensi dan tipe pernafasan : pneumonia atau gagal jantung
Sangat pucat
Pembesaran hati dan ikterus
Adakah perut kembung, bising usus melemah atau meningkat, tanda asites
Tanda defisiensi vitamin A (bercak bitot, ulkus kornea, keratomalasia)
Ulkus pada mulut
Fokus infeksi : THT, paru, kulit
Lesi kulit pada kwashiorkor
Tampilan tinja
Tanda dan gejala infeksi HIV
10
2.1.8 Komplikasi
Hanya bercak bitot (tidak ada gejala lain) Tidak perlu tetes mata
Kekeruhan pada kornea dan ulkus pada Berikan kedua obat dibawah ini:
kornea
Tetes mata kloramfenikol 0,25%-1% atay
tetes tetrasiklin 1% dan berikan tetes mata
atropin
a. Buta senja
b. Bercak bitot
c. Nanah/radang
d. Kornea keruh
e. Ulkus kornea
f. Pernah sakit campak dalam 3 bulan terakhi
Maka diberikan vitamin A sesuai umur, yaitu :
- < 6 bulan : 50.000 SI (1/2 kapsul biru) selama 15 hari
- 6-11 bulan : 100.000 SI (1 kapsul biru) selama 15 hari
- 1-5 tahun : 200.000 SI (1 kapsul merah)
11
b. Deskuamasi (kulit mengelupas)
c. Lesi ulserasi eksudatif, menyerupai luka bakar, sering disertai infeksi
lain seperti candida.
3) Diare
Diare oleh karena mengkonsumsi Berikan makanan secara hati hati, berikan
makanan yang tinggi laktosa susu formula yang rendah laktosa
4) Anemia
Jika anemia berat;
Hb <4,0 g/dl Berikan transfusi darah segar
sebanyak 10mg/kgBB dalam
waktu 3 jam. Bila ada tanda gagal
jantung gunakan PRC untuk
transfusi dengan jumlah yang
sama
12
5) TB
6) Malaria
Gizi buruk disertai gejala :
- Demam (37,5 atau lebih)
- Menggigil dan berkeringat
- Syok
- Kaku kuduk atau kejang
- Kesulitan nafas
- Ikterik
- perdarahan
7) HIV
2.1.9 Tatalaksana
13
ZAT GIZI STABILISASI TRANSISI (hari ke REHABILITASI
(hari ke 1-2) 3-7) (minggu ke 2-6)
14
Berikut disertakan alur pemeriksaan anak dengan gizi buruk
15
Selain itu, berikut disertakan alur pelayanan anak gizi buruk di rumah sakit/puskesmas
perawatan.
16
Berikut juga disertakan salah satu tatalaksana anak dengan gizi buruk tanpa tada bahaya
atau tanda penting tertentu.
Dalam proses pengobatan KEP berat terdapat 3 fase, adalah fase stabilisasi, fase transisi
dan fase rehabilitasi. Petugas kesehatan harus trampil memilih langkah mana yang cocok untuk
setiap fase. Tatalaksana ini digunakan baik pada penderita kwashiorkor, marasmus maupun
marasmik-kwarshiorkor.
1. Tahap Penyesuaian
Tujuannya adalah menyesuaikan kemampuan pasien menerima makanan hingga ia
mampu menerima diet tinggi energi dan tingi protein (TETP). Tahap penyesuaian ini dapat
berlangsung singkat, adalah selama 1-2 minggu atau lebih lama, bergantung pada kemampuan
17
pasien untuk menerima dan mencerna makanan. Jika berat badan pasien kurang dari 7 kg,
makanan yang diberikan berupa makanan bayi. Makanan utama adalah formula yang
dimodifikasi. Contoh: susu rendah laktosa +2,5-5% glukosa +2% tepung. Secara berangsur
ditambahkan makanan lumat dan makanan lembek. Bila ada, berikan ASI.
Jika berat badan pasien 7 kg atau lebih, makanan diberikan seperti makanan untuk anak
di atas 1 tahun. Pemberian makanan dimulai dengan makanan cair, kemudian makanan lunak
dan makanan biasa, dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Pemberian energi dimulai dengan 50 kkal/kg berat badan sehari.
b. Jumlah cairan 200 ml/kg berat badan sehari.
c. Sumber protein utama adalah susu yang diberikan secara bertahap dengan keenceran
1/3, 2/3, dan 3/3, masing-masing tahap selama 2-3 hari. Untuk meningkatkan energi
ditambahkan 5% glukosa, dan
d. Makanan diberikan dalam porsi kecil dan sering, adalah 8-10 kali sehari tiap 2-3 jam.
Bila konsumsi per-oral tidak mencukupi, perlu diberi tambahan makanan lewat pipa
(per-sonde)
2. Tahap Penyembuhan
Bila nafsu makan dan toleransi terhadap makanan bertambah baik, secara berangsur,
tiap 1-2 hari, pemberian makanan ditingkatkan hingga konsumsi mencapai 150-200 kkal/kg
berat badan sehari dan 2-5 gram protein/kg berat badan sehari.
3. Tahap Lanjutan
Sebelum pasien dipulangkan, hendaknya ia sudah dibiasakan memperoleh makanan
biasa yang bukan merupakan diet TETP. Kepada orang tua hendaknya diberikan penyuluhan
kesehatan dan gizi, khususnya tentang mengatur makanan, memilih bahan makanan, dan
mengolahnya sesuai dengan kemampuan daya belinya.
18
c. Mg, berupa MgSO4 50%, diberikan secara intra muskuler bila terdapat
hipomagnesimia.
d. Vitamin A diberikan sebagai pencegahan sebanyak 200.000 SI peroral atau 100.000
SI secara intra muskuler. Bila terdapat xeroftalmia, vitamin A diberikan dengan dosis
total 50.000 SI/kg berat badan dan dosis maksimal 400.000 SI.
e. Vitamin B dan vitamin C dapat diberikan secara suntikan per-oral. Zat besi (Fe) dan
asam folat diberikan bila terdapat anemia yang biasanya menyertai KKP berat.
19