Anda di halaman 1dari 19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Balita Gizi Buruk adalah anak yang berusia 0-5 tahun yang BB/TB nya - 3
SD dan atau mempunyai tanda-tanda klinis ( marasmus, kwashiorkor, dan marasmik-
kwashiorkor ). Z score untuk status gizi kurus yaitu -3 SD s/d < -2 SD sedangkan
untuk status gizi sangat kurus < -3 SD. Atau lingkar lengan atas 11,5 cm (WHO,
2000).
Gizi buruk adalah status gizi yang didasarkan pada indeks berat badan menurut
umur (BB/U) yang merupakan padanan istilah severely underweight (Kemenkes RI,
2011), sedangkan menurut Depkes RI 2008, keadaan kurang gizi tingkat berat pada
anak berdasarkan indeks berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) <-3 SD dan atau
ditemukan tanda-tanda klinis marasmus, kwashiorkor dan marasmus-kwashiorkor.1,4

2. 2 Epidemiologi

Gizi buruk masih merupakan masalah di Indonesia, walaupun Pemerintah


Indonesia telah berupaya untuk menanggulanginya. Data Susenas menunjukkan
bahwa jumlah balita yang BB/U <-3SD Z-score WHO-NCHS sejak tahun 1989
meningka tdari 6,3% menjadi 7,2% tahun 1992 dan mencapai puncaknya 11,6 %
padatahun 1995. Upaya pemerintahan tara lain melalui Pemberian Makanan
Tambahan dalam Jaring Pengaman Sosial (JPS) dan peningkatan pelayanan gizi
melalui pelatihan-pelatihan Tatalaksana Gizi Buruk kepada tenaga kesehatan,
berhasil menurunkan angka gizi buruk menjadi 10,1 % pada tahun 1998; 8,1% tahun
1999 dan 6,3 % tahun 2001. Namun pada tahun 2002 terjadi peningkatan kembali
menjadi 8% dan pada tahun 2003 menjadi 8,15 %. Data dari WHO menunjukkan
bahwa 54 % angka kesakitan infeksi pada balita disebabkan karena gizi buruk, 19 %
diare, 19% ISPA, 18% perinatal, 7% campak, 5% malaria dan 32 % penyebab lain.5

1
Masalah gizi pada anak balita di Indonesia telah mengalami perbaikan. Hal
ini dapat dilihat antara lain dari penurunan prevalensi gizi buruk pada anak balita dari
5,4% pada tahun 2007 menjadi 4,9% pada tahun 2010. Meskipun terjadi penurunan,
tetapi jumlah nominal anak gizi buruk masih relatif besar. 1

2.3 Etiologi

Marasmus ialah suatu bentuk kurang kalori-protein yang berat. Keadaan ini
merupakan hasil akhir dari interaksi antara kekurangan makanan dan penyakit
infeksi. Selain faktor lingungan, ada beberapa faktor lain pada diri anak sendiri yang
dibawa sejak lahir, diduga berpengaruh terhadap terjadinya marasmus. Secara garis
besar sebab-sebab marasmus ialah sebagai berikut (Dinkes, 2005):
1) Masukan makanan yang kurang

Marasmus terjadi akibat masukan kalori yang sedikit, pemberian makanan


yang tidak sesuai dengan yang dianjurkan.

2) Infeksi

Infeksi yang berat dan lama menyebabkan marasmus, terutama infeksi


enteral misalnya infantil gastroenteritis, bronkhopneumonia, pielonephritis dan
sifilis kongenital.

3) Kelainan struktur bawaan

Misalnya: penyakit jantung bawaan, penyakit Hirschprung, deformitas


palatum, palatoschizis, micrognathia, stenosis pilorus, hiatus hernia, hidrosefalus,
cystic fibrosis pancreas.

4) Prematuritas dan penyakit pada masa neonatus

Pada keadaan-keadaan tersebut pemberian ASI kurang kibat reflek


mengisap yang kurang kuat.

2
5) Gangguan metabolik

Misalnya: renal asidosis, idiopathic hypercalcemia, galactosemia, lactose


tolerance.

6) Tumor hypothalamus

Jarang dijumpai dan baru ditegakkan bila penyebab marasmus yang lain
telah disingkirkan.

7) Penyapihan

Penyapihan yang terlalu dini disertai dengan pemberian makanan yang


kurang akan menimbulkan marasmus.

8) Urbanisasi

Urbanisasi mempengaruhi dan merupakan predisposisi untuk timbulnya


marasmus; meningkatnya arus urbanisasi diikuti pula perubahan kebiasaan
penyapihan dini dan kemudian diikuti dengan pemberian susu manis dan susu
yang terlalu encer akibat dari tidak mampu membeli susu; dan bila disertai dengan
infeksi berulang, terutama gastro enteritis akan menyebabkan anak jatuh dalam
marasmus.

3
2.4 Klassifikasi

Terdapat 3 tipe gizi buruk adalah marasmus, kwashiorkor, dan marasmus-


kwashiorkor. Perbedaan tipe tersebut didasarkan pada ciri-ciri atau tanda klinis dari
masing-masing tipe yang berbeda-beda.
a. Marasmus
Gambaran klinik marasmus berasal dari masukan kalori yang tidak cukup
karena diet yang tidak cukup, karena kebiasaan makan yang tidak tepat seperti mereka
yang hubungan orangtua-anak terganggu, atau karena kelainan metabolic atau
malformasi congenital. Gangguan berat setiap system tubuh dapat mengakibatkan
malnutrisi.6
Marasmus adalah gangguan gizi karena kekurangan karbohidrat. Gejala yang
timbul diantaranya muka seperti orangtua (berkerut), tidak terlihat lemak dan otot di
bawah kulit (kelihatan tulang di bawah kulit), rambut mudah patah dan kemerahan,
gangguan kulit, gangguan pencernaan (sering diare), pembesaran hati dan sebagainya.
4
Anak tampak sering rewel dan banyak menangis meskipun setelah makan, karena
masih merasa lapar. Berikut adalah gejala pada marasmus adalah : 4
a. Anak tampak sangat kurus karena hilangnya sebagian besar lemak dan otot-
ototnya, tinggal tulang terbungkus kulit
b. Wajah seperti orang tua
c. Iga gambang dan perut cekung
d. Otot paha mengendor (baggy pant)
e. Cengeng dan rewel, setelah mendapat makan anak masih terasa lapar
b. Kwashiorkor
Penampilan tipe kwashiorkor seperti anak yang gemuk (suger baby), bilamana
dietnya mengandung cukup energi disamping kekurangan protein, walaupun dibagian
tubuh lainnya terutama dipantatnya terlihat adanya atrofi. Tampak sangat kurus dan
atau edema pada kedua punggung kaki sampai seluruh tubuh.
Walaupun defisiensi kalori dan nutrien lain mempersulit gambaran klinik dan
kimia, gejala utama malnutrisi protein disebabkan karena masukan protein tidak cukup
bernilai biologis baik. Dapat juga karena penyerapan protein terganggu, seperti pada
keadaan diare kronik, kehilangan protein abnormal pda proteinuria (nefrosis), infeksi,
perdarahan atau luka bakar, dan gagal mensintesis protein, seperti pada penyakit hati
kronik .6
Kwashiorkor merupakan sindrom klinis akibat dari defisiensi protein berat dan
masukan kalori tidak cukup. Dari kekurangan masukan atau dari kehilangan yang
berlebihan atau kenaikan angka metabolik yang disebabkan oleh infeksi kronik, akibat
defisiensi vitamin dan mineral dapat turut menimbulkan tanda-tanda dan gejala-gejala
tersebut. Bentuk malnutrisi yang paling serius dan paling menonjol di dunia saat ini
terutama berada di daerah industri belum bekembang.6
Bentuk klinik awal malnutrisi protein tidak jelas tetapi meliputi letargi, apatis atau
iritabilitas. Bila terus berlanjut, mengakibatkan pertumbuhan tidak cukup, kurang
stamuna, kehilangan jaringan muskuler, meningkatnya kerentanan terhadap infeksi,
dan udem. Imunodefisiensi sekunder merupakan salah satu dari manifestasi yang
paling serius dan konstan. Pada anak dapat terjadi anoreksia, kekenduran jaringan
subkutan dan kehilangan tonus otot. Hati membesar dapat terjadi awal atau lambat,
sering terdapat infiltrasi lemak. Udem biasanya terjadi awal, penurunan berat badan
5
mungkin ditutupi oleh udem, yang sering ada dalam organ dalam sebelum dapat
dikenali pada muka dan tungkai. Aliran plasma ginjal, laju filtrasi glomerulus, dan
fungsi tubuler ginjal menurun. Jantung mungkin kecil pada awal stadium penyakit
tetapi biasanya kemudian membesar. Pada kasus ini sering terdapat dermatitis.
Penggelapan kulit tampak pada daerah yang teriritasi tetapi tidak ada pada daerah yang
terpapar sinar matahari. Dispigmentasi dapat terjadi pada daerah ini sesudah
deskuamasi atau dapat generalisata. Rambut sering jarang dan tipis dan kehilangan
sifat elastisnya. Pada anak yang berambut hitam, dispigmentasi menghasilkan corak
merah atau abu-abu pada warna rambut (hipokromotrichia) .6
Infeksi dan infestasi parasit sering ada, sebagaimana halnya anoreksia, mual,
muntah, dan diare terus menerus. Otot menjadi lemah, tiois, dan atrofi, tetapi kadang-
kadang mungkin ada kelebihan lemak subkutan. Perubahan mental, terutama
iritabilitas dan apati sering ada. Stupor, koma dan meninggal dapat menyertai.6
Berikut ciri-ciri dari kwashiorkor secara garis besar adalah :
a. Perubahan status mental : cengeng, rewel, kadang apatis
b. Rambut tipis kemerahan seperti warna rambut jagung dan mudah dicabut, pada
penyakit kwashiorkor yang lanjut dapat terlihat rambut kepala kusam.
c. Wajah membulat dan sembab
d. Pandangan mata anak sayu
e. Pembesaran hati, hati yang membesar dengan mudah dapat diraba dan terasa
kenyal pada rabaan permukaan yang licin dan pinggir yang tajam.
f. Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah menjadi
coklat kehitaman dan terkelupas
c. Marasmik-Kwashiorkor
Gambaran klinis merupakan campuran dari beberapa gejala klinik
kwashiorkor dan marasmus. Makanan sehari-hari tidak cukup mengandung protein
dan juga energi untuk pertumbuhan yang normal. Pada penderita demikian disamping
menurunnya berat badan < 60% dari normal memperlihatkan tanda-tanda
kwashiorkor, seperti edema, kelainan rambut, kelainan kulit, sedangkan kelainan
biokimiawi terlihat pula.4

6
2.5 Manifestasi Klinis Gizi Buruk

Tanda-tanda Marasmus :

1. Anak tampak sangat kurus, tinggal tulang terbungkus kulit.


2. Wajah seperti orangtua
3. Cengeng, rewel
4. Perut cekung.
5. Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada.
6. Sering disertai diare kronik atau konstipasi / susah buang air, serta
penyakit kronik.
7. Tekanan darah, detak jantung dan pernafasan berkurang (Dinkes.
2005).
Tanda-tanda Kwashiorkor :
1. Edema umumnya di seluruh tubuh terutama pada kaki ( dorsum pedis)
2. Wajah membulat dan sembab
3. Otot-otot mengecil, lebih nyata apabila diperiksa pada posisi berdiri
dan duduk, anak berbaring terus menerus.
4. Perubahan status mental : cengeng, rewel kadang apatis.
5. Anak sering menolak segala jenis makanan ( anoreksia ).
6. Pembesaran hati
7. Sering disertai infeksi, anemia dan diare / mencret.
8. Rambut berwarna kusam dan mudah dicabut.
9. Gangguan kulit berupa bercak merah yang meluas dan berubah
menjadi hitam terkelupas ( crazy pavement dermatosis ).
10. Pandangan mata anak nampak sayu (Dinkes. 2005).
2.6 Diagnosis Gizi Buruk

Diagnosis gizi buruk dapat diketahui melalui gejala klinis, antropometri dan
pemeriksaan laboratorium. Gejala klinis gizi buruk berbeda-beda tergantung dari
derajat dan lamanya deplesi protein dan energi, umur penderita, modifikasi
disebabkan oleh karena adanya kekurangan vitamin dan mineral yang menyertainya.
Gejala klinis gizi buruk ringan dan sedang tidak terlalu jelas, yang ditemukan hanya
7
pertumbuhan yang kurang seperti berat badan yang kurang dibandingkan dengan
anak yang sehat.2

Diagnosis ditegakkan berdasarkan tanda dan gejala klinis serta pengukuran


antropometri. Anak didiagnosis gizi buruk apabila :
BB/TB kurang dari -3SD (marasmus)
Edema pada kedua punggung kaki sampai seluruh tubuh(kwashiorkor :
BB/TB > -3SD atau marasmik-kwashiorkor : BB/TB < -3SD.
Jika BB/TB ata BB/PB tidak dapat diukur dapat digunakan tanda klinis
berupa anak tampak sangat kurus (visible severe wasting) dan tidak mempunyai
jaringan lemak bawah kulit terutama pada kedua bahu lengan pantat dan pah; tulang
iga terlihat jelas dengan atau tanpa adanya edema.7
Pada setiap anak gizi buruk dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Anamnesis terdiri dari anamnesia awal dan lanjutan.
Anamnesis awal (untuk kedaruratan) :
Kejadian mata cekung yang baru saja muncul
Lama dan frekuensi diare dan muntah serta tampilan dari bahan muntah dan diare
(encer/darah/lender)
Kapan terakhir berkemih
Sejak kapan kaki dan tangan teraba dingin
Bila didapatkan hal tersebut di atas, sangat mungkin anak mengalami dehidrasi
dan/atau syok, serta harus diatasi segera.
Anamnesis lanjutan (untuk mencari penyebab dan rencana tatalaksana selanjutnya,
dilakukan setelah kedaruratan tertangani)
Diet (pola makan)/ kebiasaan makan sebelum sakit
Riwayat pemberian ASI
Asupan makanan dan minuman yang dikonsumsi beberapa hari terakhir
Hilangnya nafsu makan
Kontak dengan campak atau tuberculosis paru
Pernah sakit campak dalam 3 bulan terakhir
Batuk kronik

8
Kejadian dan penyebab kematian saudara kandung
Berat badan lahir
Riwayat tumbuh kembang
Riwayat imunisasi
Apakah ditimbang setiap bulan
Lingkungan keluarga (untuk memahami latar belakang social anak)
Diketahui atau tersangka infeksi HIV .7

Dianamnesis juga:
1. Apakah adanya tanda tanda syok?
a. Tubuh sangat lemah, letargis, kehilangan kesadaran, akral dingin serta nadi
yang cepat dan lemah
b. Penyebab syok yang paling seirng adalah diare yang disertai dengan
dehodrasi, perdarahan dan sepsis
c. Bila sulit untuk mengukur nadi, dapat juga digunakan pengukuran capilary
refill dengan cara menekan kuku pada ibu jari tangan, lalu dilepaskan apabila
perubahan warna putih menjadi merah kembali lebih dari 3 detik, maka
capilary refill dianggap lambat dan ini merupakan tanda syok. apakah adanya
tanda tanda dehidrasi.
2. Apakah adanya tanda tanda dehidrasi?
NO Tanda Cara melihat dan menentukan
1. Letargis Anak tidak bisa bangun dan apatis, tampak
mengantuk dan tidak menunjukan ketertarikan
pada kejadian disekelilingnya
2. Anak gelisah dan Terutama saat disentuh atau dipegang untuk
rewel tindakan
3. Tidak ada air mata Lihat ada air matanya atau tidak saat anak
menangis
4. Mata cekung Mata anak yang gizi buruk tampak cekung,
mirip tanda anak dehidrasi. Tanyakan pada ibu

9
matanya emang seperti itu atau baru saja terjadi
cekung.
5. Mulut dan lidah kering Raba dengan jari yang kering dan bersih untuk
menentukan apakah lidah dan mulutnya kering
6. Haus Anak akan merasa haus terus menerus
7. Turgor lambat Cubit kulit perut bagian tengah antara
umbillicus dan sisi perut, tarik lapisan kulit
perlahan lahan. Cubit selama 1 detik dan
lepaskan. Jika kulit tidak kembali selama >2
detik maka turgor melambat

Pemeriksaan Fisik
Apakah anak tampak sangat kurus, adakah edema pada kedua punggung kaki.
Tentukan status gizi dengan menggunakn BB/TB-PB
Tanda dehidrasi : tampak haus, mata cekung, turgor buruk
Tanda syok (akral dingin, CRT lambat, nadi lemah dan cepat), kesadaran menurun
Demam (suhu aksilar 37,5 C) atau hipotermi (suhu aksilar <35,5 C)
Frekuensi dan tipe pernafasan : pneumonia atau gagal jantung
Sangat pucat
Pembesaran hati dan ikterus
Adakah perut kembung, bising usus melemah atau meningkat, tanda asites
Tanda defisiensi vitamin A (bercak bitot, ulkus kornea, keratomalasia)
Ulkus pada mulut
Fokus infeksi : THT, paru, kulit
Lesi kulit pada kwashiorkor
Tampilan tinja
Tanda dan gejala infeksi HIV

10
2.1.8 Komplikasi

1) Gangguan mata akibat kekurangan vitamin A

Jika mata mengalami Tindakan

Hanya bercak bitot (tidak ada gejala lain) Tidak perlu tetes mata

Ada nanah atau peradangan Berikan tetes mata kloramfenikol atau


tetes tetrasiklin (1%)

Kekeruhan pada kornea dan ulkus pada Berikan kedua obat dibawah ini:
kornea
Tetes mata kloramfenikol 0,25%-1% atay
tetes tetrasiklin 1% dan berikan tetes mata
atropin

Apabila ada gejala salah satu :

a. Buta senja
b. Bercak bitot
c. Nanah/radang
d. Kornea keruh
e. Ulkus kornea
f. Pernah sakit campak dalam 3 bulan terakhi
Maka diberikan vitamin A sesuai umur, yaitu :
- < 6 bulan : 50.000 SI (1/2 kapsul biru) selama 15 hari
- 6-11 bulan : 100.000 SI (1 kapsul biru) selama 15 hari
- 1-5 tahun : 200.000 SI (1 kapsul merah)

2) Gangguan pada kulit


a. Hipo/hiperpigmentasi

11
b. Deskuamasi (kulit mengelupas)
c. Lesi ulserasi eksudatif, menyerupai luka bakar, sering disertai infeksi
lain seperti candida.
3) Diare
Diare oleh karena mengkonsumsi Berikan makanan secara hati hati, berikan
makanan yang tinggi laktosa susu formula yang rendah laktosa

Kerusakan mukosa usus dan giardiasis Berikan kotrimoksazol 5-8mg/KgBB

Pemeriksaan tinja mikrokopis yang Berikan metronodazol 350mg/kgBB


hasilnya positif selama 7-10 hari.

4) Anemia
Jika anemia berat;
Hb <4,0 g/dl Berikan transfusi darah segar
sebanyak 10mg/kgBB dalam
waktu 3 jam. Bila ada tanda gagal
jantung gunakan PRC untuk
transfusi dengan jumlah yang
sama

Hb 4,0-6,0 g/dl, disertai distress - Beri furosemide 1mg/kgBB


pernafasan atau tanda gagal secara IV pada saat transfusi
jantung mulai.
- Hentikan semua pemberian
cairan lewat oral selama anak
ditransfusi

12
5) TB

Diagnosis menggunakan skoring TB.

6) Malaria
Gizi buruk disertai gejala :
- Demam (37,5 atau lebih)
- Menggigil dan berkeringat
- Syok
- Kaku kuduk atau kejang
- Kesulitan nafas
- Ikterik
- perdarahan
7) HIV

2.1.9 Tatalaksana

Cara awal pengobatan :

1. Melalui 3 fase (fase stabilisasi, fase transisi, fase rehabilitasi)


2. Kebutuhan energi 80-220kkal/kgBB/hr
3. Kebutuhan protein 1-4gr/kgBB/hr
4. Pemberian suplemen vitamn dan mineral khusus apabila dibutuhkan
5. Jumlah cairan 130-200ml/kgBB/hr, bila edema berat, cairan yang diberikan
harus 100ml/kgBB
6. Pemberian dapat peroral atau melalui NGT
7. Porsi makanan kecil dan frekuensi sering
8. Asi dieruskan sampai usia 2 tahun
9. Makanan padat diberikan saat fase rehabilitasi dan berdasarkan berat badan,
yaitu: BB <7kg diberikan makanan bayi lumat; BB >7kg diberikan makanan
anak/lunak

13
ZAT GIZI STABILISASI TRANSISI (hari ke REHABILITASI
(hari ke 1-2) 3-7) (minggu ke 2-6)

Energi 80-100 kkal/kgBB 100-150kkal?kgBB 150-220kkal/kgBB

Protein 1-1,5 2-3 gr/kgBB/hr 4-6 gr/kgBB/hr

Cairan 130 ml/kgBB/hr 150 ml/kgBB/hr 150-


100ml/kgBB/hr 200ml/kgBB/hr
(apabila edema)
Fe - - Diberikan tiap hari
selama 4 minggu
pada anak usia 6
bulan-5 tahun

Vit A (apabila anak


xeroptalmia)
Vitamin lain :
Vit C BB <5 kg :50mg/hr
BB >5kg: 100mg/hr

Asam folat 5mg/hr pada hari


pertama;
selanjutnya 1 mg/hr

Vit b kompleks 1 tab/hari

14
Berikut disertakan alur pemeriksaan anak dengan gizi buruk

Bagan 1. Alur pemeriksaan anak dengan gizi buruk

15
Selain itu, berikut disertakan alur pelayanan anak gizi buruk di rumah sakit/puskesmas
perawatan.

Bagan 2. Alur Pelayanan Anak Gizi Buruk di Rumah Sakit/Puskesmas Perawatan

16
Berikut juga disertakan salah satu tatalaksana anak dengan gizi buruk tanpa tada bahaya
atau tanda penting tertentu.

Bagan 3. Pemberian Cairan dan Makanan Untuk Stabilisasi

Dalam proses pengobatan KEP berat terdapat 3 fase, adalah fase stabilisasi, fase transisi
dan fase rehabilitasi. Petugas kesehatan harus trampil memilih langkah mana yang cocok untuk
setiap fase. Tatalaksana ini digunakan baik pada penderita kwashiorkor, marasmus maupun
marasmik-kwarshiorkor.
1. Tahap Penyesuaian
Tujuannya adalah menyesuaikan kemampuan pasien menerima makanan hingga ia
mampu menerima diet tinggi energi dan tingi protein (TETP). Tahap penyesuaian ini dapat
berlangsung singkat, adalah selama 1-2 minggu atau lebih lama, bergantung pada kemampuan
17
pasien untuk menerima dan mencerna makanan. Jika berat badan pasien kurang dari 7 kg,
makanan yang diberikan berupa makanan bayi. Makanan utama adalah formula yang
dimodifikasi. Contoh: susu rendah laktosa +2,5-5% glukosa +2% tepung. Secara berangsur
ditambahkan makanan lumat dan makanan lembek. Bila ada, berikan ASI.
Jika berat badan pasien 7 kg atau lebih, makanan diberikan seperti makanan untuk anak
di atas 1 tahun. Pemberian makanan dimulai dengan makanan cair, kemudian makanan lunak
dan makanan biasa, dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Pemberian energi dimulai dengan 50 kkal/kg berat badan sehari.
b. Jumlah cairan 200 ml/kg berat badan sehari.
c. Sumber protein utama adalah susu yang diberikan secara bertahap dengan keenceran
1/3, 2/3, dan 3/3, masing-masing tahap selama 2-3 hari. Untuk meningkatkan energi
ditambahkan 5% glukosa, dan
d. Makanan diberikan dalam porsi kecil dan sering, adalah 8-10 kali sehari tiap 2-3 jam.
Bila konsumsi per-oral tidak mencukupi, perlu diberi tambahan makanan lewat pipa
(per-sonde)

2. Tahap Penyembuhan
Bila nafsu makan dan toleransi terhadap makanan bertambah baik, secara berangsur,
tiap 1-2 hari, pemberian makanan ditingkatkan hingga konsumsi mencapai 150-200 kkal/kg
berat badan sehari dan 2-5 gram protein/kg berat badan sehari.

3. Tahap Lanjutan
Sebelum pasien dipulangkan, hendaknya ia sudah dibiasakan memperoleh makanan
biasa yang bukan merupakan diet TETP. Kepada orang tua hendaknya diberikan penyuluhan
kesehatan dan gizi, khususnya tentang mengatur makanan, memilih bahan makanan, dan
mengolahnya sesuai dengan kemampuan daya belinya.

Suplementasi zat gizi yang mungkin diperlukan adalah :


a. Glukosa biasanya secara intravena diberikan bila terdapat tanda-tanda hipoglikemia.
b. KCl, sesuai dengan kebutuhan, diberikan bila ada hipokalemia.

18
c. Mg, berupa MgSO4 50%, diberikan secara intra muskuler bila terdapat
hipomagnesimia.
d. Vitamin A diberikan sebagai pencegahan sebanyak 200.000 SI peroral atau 100.000
SI secara intra muskuler. Bila terdapat xeroftalmia, vitamin A diberikan dengan dosis
total 50.000 SI/kg berat badan dan dosis maksimal 400.000 SI.
e. Vitamin B dan vitamin C dapat diberikan secara suntikan per-oral. Zat besi (Fe) dan
asam folat diberikan bila terdapat anemia yang biasanya menyertai KKP berat.

Tabel 1.Jadwal Pengobatan dan Perawatan Anak Gizi Buruk

19

Anda mungkin juga menyukai