TINJAUAN PUSTAKA
1.1Definisi
Gizi buruk adalah terdapatnya edema pada kedua kaki atau adanya severe wasting
(BB/TB < 70% atau <-3SD), atau ada gejala klinis gizi buruk (kwashiorkor,
marasmus atau marasmik-kwashiorkor). Menurut Depkes RI 2008, keadaan kurang
gizi tingkat berat pada anak berdasarkan indeks berat badan menurut tinggi badan
(BB/TB) <-3 SD dan atau ditemukan tanda-tanda klinis marasmus, kwashiorkor
dan marasmus-kwashiorkor.1,2
1.2Epidemiologi
Masalah gizi pada anak balita di Indonesia telah mengalami perbaikan. Hal ini
dapat dilihat antara lain dari penurunan prevalensi gizi buruk pada anak balita dari
1
5,4% pada tahun 2007 menjadi 4,9% pada tahun 2010. Meskipun terjadi
penurunan, tetapi jumlah nominal anak gizi buruk masih relatif besar.3
2
1.3Klasifikasi Gizi Buruk
1.3.1 Marasmus
Gambaran klinik marasmus berasal dari masukan kalori yang tidak cukup
karena diet yang tidak cukup, karena kebiasaan makan yang tidak tepat seperti
mereka yang hubungan orangtua-anak terganggu, atau karena kelainan metabolik
atau malformasi kongenital. Gangguan berat setiap sistem tubuh dapat
mengakibatkan malnutrisi.6
a. Anak tampak sangat kurus karena hilangnya sebagian besar lemak dan
otot-ototnya, tinggal tulang terbungkus kulit
e. Cengeng dan rewel, setelah mendapat makan anak masih terasa lapar
1.3.2 Kwashiorkor
Penampilan tipe kwashiorkor seperti anak yang gemuk (suger baby), bilamana
dietnya mengandung cukup energi disamping kekurangan protein, walaupun
3
dibagian tubuh lainnya terutama dipantatnya terlihat adanya atrofi. Tampak sangat
kurus dan atau edema pada kedua punggung kaki sampai seluruh tubuh.
Walaupun defisiensi kalori dan nutrien lain mempersulit gambaran klinik dan
kimia, gejala utama malnutrisi protein disebabkan karena masukan protein tidak
cukup bernilai biologis baik. Dapat juga karena penyerapan protein terganggu,
seperti pada keadaan diare kronik, kehilangan protein abnormal pada proteinuria
(nefrosis), infeksi, perdarahan atau luka bakar, dan gagal mensintesis protein,
seperti pada penyakit hati kronik .4
Kwashiorkor merupakan sindrom klinis akibat dari defisiensi protein berat dan
masukan kalori tidak cukup. Dari kekurangan masukan atau dari kehilangan yang
berlebihan atau kenaikan angka metabolik yang disebabkan oleh infeksi kronik,
akibat defisiensi vitamin dan mineral dapat turut menimbulkan tanda-tanda dan
gejala-gejala tersebut. Bentuk malnutrisi yang paling serius dan paling menonjol
di dunia saat ini terutama berada di daerah industri belum bekembang.4
Bentuk klinik awal malnutrisi protein tidak jelas tetapi meliputi letargi, apatis
atau iritabilitas. Bila terus berlanjut, mengakibatkan pertumbuhan tidak cukup,
kurang stamina, kehilangan jaringan muskuler, meningkatnya kerentanan terhadap
infeksi, dan udem. Imunodefisiensi sekunder merupakan salah satu dari
manifestasi yang paling serius dan konstan. Pada anak dapat terjadi anoreksia,
kekenduran jaringan subkutan dan kehilangan tonus otot. Hati membesar dapat
terjadi awal atau lambat, sering terdapat infiltrasi lemak. Udem biasanya terjadi
awal, penurunan berat badan mungkin ditutupi oleh udem, yang sering ada dalam
organ dalam sebelum dapat dikenali pada muka dan tungkai. Aliran plasma ginjal,
laju filtrasi glomerulus, dan fungsi tubuler ginjal menurun. Jantung mungkin kecil
pada awal stadium penyakit tetapi biasanya kemudian membesar. Pada kasus ini
sering terdapat dermatitis. Penggelapan kulit tampak pada daerah yang teriritasi
tetapi tidak ada pada daerah yang terpapar sinar matahari. Dispigmentasi dapat
terjadi pada daerah ini sesudah deskuamasi atau dapat generalisata. Rambut sering
jarang dan tipis dan kehilangan sifat elastisnya. Pada anak yang berambut hitam,
dispigmentasi menghasilkan corak merah atau abu-abu pada warna rambut
(hipokromotrichia) .4
4
Infeksi dan infestasi parasit sering ada, sebagaimana halnya anoreksia, mual,
muntah, dan diare terus menerus. Otot menjadi lemah, tiois, dan atrofi, tetapi
kadang-kadang mungkin ada kelebihan lemak subkutan. Perubahan mental,
terutama iritabilitas dan apati sering ada. Stupor, koma dan meninggal dapat
menyertai.4
b. Rambut tipis kemerahan seperti warna rambut jagung dan mudah dicabut,
pada penyakit kwashiorkor yang lanjut dapat terlihat rambut kepala
kusam.
e. Pembesaran hati, hati yang membesar dengan mudah dapat diraba dan
terasa kenyal pada rabaan permukaan yang licin dan pinggir yang tajam.
f. Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah
menjadi coklat kehitaman dan terkelupas
1.3.3 Marasmik-Kwashiorkor
1.4 Diagnosis
Diagnosis gizi buruk dapat diketahui melalui gejala klinis, antropometri dan
pemeriksaan laboratorium. Gejala klinis gizi buruk berbeda-beda tergantung dari
derajat dan lamanya deplesi protein dan energi, umur penderita, modifikasi
5
disebabkan oleh karena adanya kekurangan vitamin dan mineral yang
menyertainya. Gejala klinis gizi buruk ringan dan sedang tidak terlalu jelas, yang
ditemukan hanya pertumbuhan yang kurang seperti berat badan yang kurang
dibandingkan dengan anak yang sehat.5
Jika BB/TB ata BB/PB tidak dapat diukur dapat digunakan tanda klinis berupa
anak tampak sangat kurus (visible severe wasting) dan tidak mempunyai jaringan
lemak bawah kulit terutama pada kedua bahu lengan pantat dan pah; tulang iga
terlihat jelas dengan atau tanpa adanya edema.5
Pada setiap anak gizi buruk dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Anamnesis terdiri dari anamnesia awal dan lanjutan.6
Lama dan frekuensi diare dan muntah serta tampilan dari bahan
muntah dan diare (encer/darah/lender)
6
Riwayat pemberian ASI
Batuk kronik
Riwayat imunisasi
Pemeriksaan Fisik6
Apakah anak tampak sangat kurus, adakah edema pada kedua punggung
kaki. Tentukan status gizi dengan menggunakn BB/TB-PB
Tanda syok (akral dingin, CRT lambat, nadi lemah dan cepat), kesadaran
menurun
Sangat pucat
7
Pembesaran hati dan ikterus
Adakah perut kembung, bising usus melemah atau meningkat, tanda asites
Tampilan tinja
Pemeriksaan Penunjang
- Kadar gula darah, darah tepi lengkap, urin lengkap, feses lengkap,
elektrolit serum, protein serum (albumin, globulin), feritin
- Tes mantoux
- Radiologi (dada,, AP, dan lateral)
- EKG
8
1.5 Alur dan Penatalaksanaan Gizi Buruk6
9
MEP berat ditatalaksana melalui 3 fase (stabilisasi, transisi, dan rehabilitasi) dengan 10
langkah tindakan seperti pada tabel di bawah ini:
Pemantauan
Jika kadar gula darah awal rendah, ulangi pengukuran kadar gula darahsetelah
30 menit.
Jika kadar gula darah di bawah 3 mmol/L (< 54 mg/dl), ulangi pemberianlarutan
glukosa atau gula 10%.
Jika suhu rektal < 35.5° C atau bila kesadaran memburuk, mungkinhipoglikemia
disebabkan oleh hipotermia, ulangi pengukuran kadar guladarah dan tangani
sesuai keadaan (hipotermia dan hipoglikemia).
Pencegahan
Beri makanan awal (F-75) setiap 2 jam, mulai sesegera mungkin (lihat
Pemberian makan awal halaman 205) atau jika perlu, lakukan rehidrasi lebih
dulu. Pemberian makan harus teratur setiap 2-3 jam siang malam.
12
Langkah Ke-2: Pengobatan / Pencegahan Hipotermia7,8
o Pemantauan:
- Periksa suhu dubur setiap 2 jam sampai suhu mencapai >36,5C, bila
memakai pemanas ukur setiap 30 menit
- Pastikan anak selalu terbungkus selimut sepanjang waktu, terutama malam
hari
- Raba suhu anak
- Bila ada hipotermia, periksa kemungkinan hipoglikemia.
o Pencegahan:
- Segera beri makan / formula khusus setiap 2 jam (lihat langkah 6).
- Sepanjang malam selalu beri makan
- Selalu diselimuti dan hindari keadaan basah (baju, selimut, alas tempat tidur)
- Hindari paparan langsung dengan udara (mandi atau pemeriksaan medis
terlalu lama).
13
perlahan-lahan untuk menghindari beban sirkulasi dan jantung. (Lihat penanganan
kegawatan).
Cairan rehidrasi oral standar WHO mengandung terlalu banyak natrium dan
kurang kalium untuk digunakan pada penderita KEP berat/gizi buruk. Sebagai
pengganti, berikan larutan garam/elektrolit khusus yaitu Resomal. Tidaklah mudah
untuk memperkirakan status dehidrasi pada KEP berat/gizi buruk dengan
menggunakan tanda-tanda klinis saja. Jadi, anggap semua anak KEP berat/gizi
buruk dengan diare encer mengalami dehidrasi sehingga harus diberi:4,15
o Pemantauan
Lakukan penilaian atas kemajuan proses rehidrasi setiap ½-1 jam selama 2 jam
pertama, kemudian setiap jam untuk 6-12 jam selanjutnya.dengan memantau:
denyut nadi, pernafasan, frekwensi kencing, frekwensi diare/muntah.
Adanya air mata, mulut basah, kecekungan mata dan ubun-ubun besar yang
berkurang, perbaikan turgor kulit, merupakan tanda bahwa rehidrasi telah
berlangsung, tetapi pada KEP berat/gizi buruk perubahan ini seringkali tidak
terlihat, walaupun rehidrasi sudah tercapai. Pernafasan dan denyut nadi yang cepat
dan menetap selama rehidrasi menunjukkan adanya infeksi atau kelebihan cairan.
14
Tanda kelebihan cairan: frekwensi pernafasan dan nadi meningkat, edema dan
pembengkakan kelopak mata bertambah. Bila ada tanda-tanda tersebut, hentikan
segera pemberian cairan dan nilai kembali setelah 1 jam.
o Pencegahan:
Pada semua KEP berat terjadi kelebihan natrium (Na) tubuh, walaupun kadar Na
plasma rendah. Defisiensi kalium (K) dan magnesium (Mg) sering terjadi dan
paling sedikit perlu 2 minggu untuk pemulihan.Ketidakseimbangan elektrolit ini
ikut berperan pada terjadinya edema (jangan obati edema dengan pemberian
diuretikum).
o Berikan :
- Tambahan Kalium 2-4 mEq/kg BB/hari (= 150-300 mg KCl/kgBB/hari)
- Tambahkan Mg 0.3-0.6 mEq/kg BB/hari (= 7.5-15 mg MgCl2 /kgBB/hari)
- Untuk rehidrasi, berikan cairan rendah natrium (Resomal/pengganti)
- Siapkan makanan tanpa diberi garam/rendah garam.
Pada KEP berat/gizi buruk, tanda yang biasanya menunjukkan adanya infeksi
seperti demam seringkali tidak tampak.Karenanya pada semua KEP berat/gizi buruk
beri secara rutin:
15
Antibiotik spektrum luas
Vaksinasi Campak bila umur anak >6 bulan dan belum pernah diimunisasi
(tunda bila ada syok). Ulangi pemberian vaksin setelah keadaan gizi anak
menjadi baik.
Catatan:
Beberapa ahli memberikan metronidazol (7.5 mg/kg, setiap 8 jam selama 7 hari)
sebagai tambahan pada antibiotik spektrum luas guna mempercepat perbaikan
mucosa usus dan mengurangi resiko kerusakan oksidatif dan infeksi sistemik
akibat pertumbuhan bakteri anaerobik dalam usus halus.
16
Langkah Ke-6: Mulai Pemberian Makanan
Pada awal fase stabilisasi, perlu pendekatan yang sangat berhati-nati karena
keadaan faali anak sangat lemah dan kapasitas homeostatik berkurang. Pemberian
makanan harus dimulai segera setelah anak dirawat dan dirancang sedemikian rupa
sehingga energi dan protein cukup untuk memenuhi metabolisme basal.7,8
Porsi kecil tapi sering dengan formula laktosa rendah dan hipo/iso-osmolar.
Berikan secara oral/nasogastrik
Energi : 80 – 100 kal/kgBB/hari
Protein : 1 – 1.5 g/kgBB/hari
Cairan : 130 ml/kgBB/hari (100 ml/kgBB/hari bila terdapat edema)
Bila masih mendapat ASI, tetap diberikan tetapi setelah pemberian formula.
Pada anak dengan selera makan baik dan tanpa edema, jadwal pemberian
makanan pada fase stabilisasi ini dapat diselesaikan dalam 2-3 hari saja (1 hari
untuk setiap tahap). Bila asupan makanan tidak mencapai dari 80 Kkal/kg BB/hari,
berikan sisa formula melalui pipa nasogastrik. Jangan beri makanan lebih 100
Kkal/kgBB/hari pada fase stabilisasi ini.7,8
Pantau dan catat:Jumlah yang diberikan dan sisanya, Muntah, Frekwensi buang
air besar dan konsistensi tinja, BB (harian).Selama fase stabilisasi, diare secara
perlahan berkurang dan BB mulai naik, tetapi pada penderita dengan edema BB-nya
akan menurun dulu bersamaan dengan menghilangnya edema, baru kemudian BB
mulai naik.
Bila diare berlanjut atau memburuk walaupun pemberian nutrisi sudah berhati-
hati, lihat bab diare persisten.
17
Langkah Ke-7: Fasilitasi Tumbuh Kejar
- Ganti formula khusus awal (energi 75 Kkal dan protein 0.9-1.0 g per 100 ml)
dengan formula khusus lanjutan (energi 100 Kkal dan protein 2.9 gram per 100
ml) dalam jangka waktu 48 jam. Modifikasi bubur/makanan keluarga dapat
digunakan asalkan dengan kandungan energi dan protein yang sama.
- Kemudian naikkan dengan 10 ml setiap kali, sampai hanya sedikit formula
tersisa, biasanya pada saat tercapai jumlah 30 ml/kgBB/kali (=200
ml/kgBB/hari).
Pemantauan pada masa transisi: frekwensi nafas, frekwensi denyut nadi. Bila
terjadi peningkatan detak nafas >5x/menit dan denyut nadi >25x/menit dalam
pemantauan setiap 4 jam berturutan, kurangi volume pemberian formula.Setelah
normal kembali, ulangi menaikkan volume seperti di atas.
18
- Kurang ( <50 g/minggu ), perlu re-evaluasi menyeluruh :cek apakah asupan
makanan mencapai target atau apakah infeksi telah dapat diatasi.
- Baik ( 50 g/minggu), lanjutkan pemberian makanan
Semua KEP berat menderita kekurangan vitamin dan mineral. Walaupun anemia
biasa dijumpai, jangan terburu-buru memberikan preparat besi (Fe), tetapi tunggu
sampai anak mau makan dan berat badannya mulai naik (biasanya setelah minggu
ke-2). Pemberian besi pada masa awal dapat memperburuk keadaan
infeksinya.Berikan setiap hari:7,8
- Suplementasi multivitamin
- Asam folat 1 mg/hari (5 mg pada hari pertama)
- Seng (Zn) 2 mg/kgBB/hari
- Tembaga (Cu) 0.2 mg/kgBB/hari
- Bila BB mulai naik: Fe 3 mg/kgBB/hari atau sulfas ferrosus 10
mg/kgBB/hari
- Vitamin A oral pada hari I : umur > 1 tahun : 200.000 SI, 6-12 bulan :
100.000 SI, < 6 bulan : 50.000 SI, kecuali bila dapat dipastikan anak sudah
mendapat suplementasi vitamin A pada 1 bulan terakhir. Bila ada tanda/
gejala defisiensi vitamin A, berikan vitamin dosis terapi.
Kasih sayang
Lingkungan yang ceria
Terapi bermain terstruktur selama 15 – 30 menit/hari
Aktifitas fisik segera setelah sembuh
Keterlibatan ibu (memberi makan, memandikan, bermain dsb).
19
Langkah Ke-10: Tindak Lanjut Di Rumah
Bila gejala klinis sudah tidak ada dan BB anak sudah mencapai 80% BB/U,
dapat dikatakan anak sembuh.Pola pemberian makan yang baik dan stimulasi harus
tetap dilanjutkan dirumah setelah penderita dipulangkan.Peragakan kepada orangtua
tentang pemberian makan yang sering dengan kandungan energi dan nutrien yang
padat dan terapi bermain terstruktur.7,8
Anjurkan pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 SI atau 100.000 SI)
sesuai umur anak setiap Bulan Februari dan Agustus.
1. Defisiensi vitamin A
Bila ada kelainan di mata, berikan vitamin A oral pada hari ke 1, 2 dan14
atau sebelum keluar rumah sakit bila terjadi memburuknya keadaan klinis
diberikan vitamin A dengan dosis:7,8
20
umur 0 - 5 bulan : 50.000 SI/kali
Bila ada ulkus dimata diberikan : tetes mata khloramfenikol atau salep
matatetrasiklin, setiap 2-3 jam selama 7-10 hari, teteskan tetes mata atropin, 1
tetes 3 kalisehari selama 3-5 hari, tutup mata dengan kasa yang dibasahi larutan
garam faal.4,15
2. Dermatosis
Tatalaksana :
4. Diare Melanjut
Diobati bila hanya diare berlanjut dan tidak ada perbaikan keadaan umum.
Berikan formula bebas / rendah lactosa. Sering kerusakan mukosa usus dan
giardiasis merupakan penyebab lain dari melanjutnya diare. Bila
mungkin,lakukan pemeriksaan tinja mikroskopik. Beri : Metronidasol 7.5
mg/kgBB setiap 8 jam selama 7 hari.7,8
5. Tuberkulosis
21
Pada setiap kasus gizi buruk, lakukan tes tuberculin / Mantoux (sering kali
anergi) dan Ro-foto toraks. Bila positif atau sangat mungkin TB, diobati sesuai
pedoman pengobatan TB.7,8
22
1.6 Langkah Promotif dan Preventif 10
- Pola makan
Penyuluhan pada masyaarakat mengenai gizi seimbang (perbandingan
jumlah karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan mineral berdasarkan umur
dan berat badan)
- Pemantauan tumbuh kembang dan penentuan status gizi secara berkala
(sebulan sekali pada tahun pertama)
- Faktor sosial
Mencari kemungkinan adanya pantangan untuk menggunakan bahan makanan
tertentu yang sudah berlangsung secara turun-temurun dan dapat menyebabkan
terjadinya MEP
- Faktor ekonomi
Dalam World Food Conference di Roma tahun 1974 telah dikemukakan
bahwa meningkatnya jumlah penduduk yang ceoat tanpa diimbangi dengan
bertambahnya persediaan bahan makanan setempat yang memadai merupakan
sebab utama krisis pangan, sedangkan kemiskinan penduduk merupakan akibat
lanjutannya. Ditekankan pula perrlunya bahan makanan yang bergizi baik di
samping kuantitasnya.
- Faktor infeksi
Telah lama diketahui adanya interaksi sinergis antara MEP dan infeksi.
Infeksi derajat apapun dapat memperburuk keadaan status gizi. MEP walaupun
dalam derajat ringan, menurunkan daya tahan tubuh terhadap infeksi.
23
BAB II
LAPORAN KASUS
Identitas pasien
Nama : An. RA
Nomor RM : 487303
Jenis kelamin : Perempuan
Tanggal lahir / Umur : 08 Oktober 2015 / 2 tahun 2 bulan
Alamat : Baso
Tanggal Masuk : 09 Desember 2017
Tanggal Diperiksa :19 Desember 2017
Alloanamnesis: Anamnesis diberikan oleh ibu pasien.
Seorang pasien anak, perempuan usia 2 tahun 2 bulan kiriman dari Poliklinik anak
dengan gizi buruk.
Keluhan Utama:
Nafsu makan berkurang sejak 9 bulan terakhir, selalu menolak dan menangis tiap
diberi makan. Setiap hari anak hanya makan 4 sendok nasi tim pada pagi hari, 4
keping biskuit marie di siang hari, 3-4 sendok nasi tim malam hari. Susu formula
dua sampai tiga botol perhari.
Penurunan berat badan ada, berat badan anak 8 kg saat ditimbang 8 bulan yang
lalu, namun berat badan anak 6 kg, saat masuk rumah sakit.
Batuk sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, batuk berdahak, namun sulit
dikeluarkan.
24
Demam sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit, demam tidak disertai menggigil
dan keringat dingin.
Diare kronis tidak ada. Buang air besar 1x sehari, konsistensi dan warna seperti
biasa.
Buang air kecil frekuensi 4-5 kali sehari jumlah dan warna biasa.
25
Riwayat Penyakit Dahulu:
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami penurunan berat badan seperti pasien.
Lahir spontan, cukup bulan, berat badan lahir 2900 gram, panjang badan 48 cm,
tidak langsung menangis dan kebiruan.
Riwayat Imunisasi:
o BCG : 1 kali, scar positif
o DPT : 3 kali, usia 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan
o Polio : 4 kali, usia 0 bulan, 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan.
o Hepatitis B : 0 bulan, 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan
o Campak : tidak ada
Kesan: Imunisasi dasar tidak lengkap, booster tidak ada.
Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan:
• Tertawa : 3 bulan
• Miring : 4 bulan
• Tengkurap : 5bulan
• Duduk :-
• Berdiri :-
• Berjalan :-
• Pertumbuhan gigi pertama : 5 bulan
• Berbicara :-
Kesan: pertumbuhan dan perkembangan pasien terganggu
Riwayat Perumahan dan Lingkungan
26
Pasien dan keluarga tinggal di rumah semi permanen dan sumber air minum dari
air sumur. Pasien buang air besar di wc. Sampah di buang ke tempat pembuangan
sampah
Kesan : Higiene dan sanitasi lingkungan kurang.
27
Riwayat Makanan dan Minuman
- Biskuit : 6 bulan
- Nasi Tim : 9 bulan
- Susu formula : 24 bulan
Anak : Makan utama nasi tim 2x sehari menghabiskan 3-4 sendok makan.
Biskuit Marie 3-4 keping perhari. Susu Formula 2-3 botol perhari.
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis:
Kesadaran : : Komposmentis
Suhu : : 38,1 oC
Panjang badan : : 78 cm
BB/U : : 52,8%
TB/U : : 88%
BB/TB : : 62,26%
LiLA : 11cm
Lingkar Kepala : 42 cm
28
Edema : : Tidak ada
Toraks
Paru:
Jantung:
29
Kanan : RIC IV linea para sternal kanan
Abdomen:
Palpasi : : Supel, Hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-)
Perkusi : : Timpani
Xeroftalmia
Pemeriksaan Rutin
Hb : 12,3 g/dL
Ht : 36,8 %
Leukosit : 9.14 / uL
30
Trombosit : 316.000 /uL
Diff count : 0/3/1/21/73/2
Kimia klinik (09-12- 2017)
Kalium : 4,16
Natrium : 141,7
Khlorida : 106,1
Calsium darah : 9,47 mg/dl
Glukosa 92 mg/dl
Albumin : 4,6 g/dl
Pemeriksaan Penunjang
Xeroftalmia
Tatalaksana:
• F75 12x55 cc
• Kotrimoksazol 2x2,5 ml
• Cendolyter 3x 1 tts
31
Follow Up :
19 Desember 2017
Kesadaran : sadar
HR : 110x/menit
RR : 24 x/menit
Suhu : 36,5 oC
Abdomen : perut cekung, distensi tidak ada, hepar dan lien tidak teraba,
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik, tidak ada siaosis. Baggy pants (+)
Xeroftalmia
P/ F1006x150 cc
32
Kotrimoksazol 2x2,5 ml
33
BAB III
DISKUSI
Pasien ini dengan badan semakin kurus sejak 8 bulan terakhir. Nafsu
makan berkurang sejak 9 bulan terakhir, setiap hari anak hanya makan 4
sendok nasi tim dan roti mari 3-4 keping, susu formula 2-3 botol perhari
dicurigai dapat membuat kurangnya asupan makanan pada anak, saat ini anak
usia 2 tahun seharusnya anak sudah makam jenis makanan padat layaknya
orang dewasa / makanan kelurga ditambah dengan ASI.
34
gizi buruk tipe marasmus dapatditegakkan berdasarkan anamnesis, gejala
klinis dan pemeriksaan penunjang.
35
yang diberikan dan sisanya, Muntah, Frekwensi buang air besar dan
konsistensi tinja, BB (harian). Langkah 7 fasilitasi tumbuh kejar, Langkah
8 Koreksi defisiensi mikronutrien Semua KEP berat menderita kekurangan
vitamin dan mineral. Walaupun anemia biasa dijumpai, jangan terburu-buru
memberikan preparat besi (Fe), tetapi tunggu sampai anak mau makan dan
berat badannya mulai naik (biasanya setelah minggu ke-2). Pemberian besi
pada masa awal dapat memperburuk keadaan infeksinya. Berikan setiap hari
Asam folat 1 mg/hari (5 mg pada hari pertama) diberikan pada pasien
ini.Vitamin A oral pada hari I , Bila ada tanda / gejala defisiensi vitamin A,
berikan vitamin dosis terapi pada pasien ini diberikan vitamin A dengan dosis
terapi karena didapatkan tanda tanda kekurangan vitamin A yaitu dengan
xerofthalmia. Langkah 9 Berikan stimulasi sensorik dan dukungan
emosional. Langkah 10 tindak lanjut dirumah Bila gejala klinis sudah
tidak ada dan BB anak sudah mencapai 80% BB/U, dapat dikatakan anak
sembuh dan pada saat ini pasien BB/U baru mencapai 52,8 %.
36