Anda di halaman 1dari 21

Gizi Buruk

Pada Anak
Oleh : Aline Salsabiella Irawan (G1A117010)

Dosen Pengampu :

dr. Fenny Amaliya, M. Gizi., Sp. GK


Bagaimana prevalensi gizi
buruk pada anak di dunia dan
di Indonesia?
Pada tahun 2013, terdapat 51 juta balita di dunia menderita gizi kurang
dan 17 juta gizi buruk. Secara global, prevalensi gizi kurang pada tahun
2013 diperkirakan hampir 8% dan hampir sepertiga dari itu adalah gizi
buruk, sebesar 3%. Di Indonesia, jumlah balita gizi kurang dan buruk
menurut Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) 2013 masih sebesar 4,5
juta.
Apa akibatnya jika terjadi
gizi buruk pada anak?
Gizi buruk akan memporak porandakan sistem pertahanan tubuh
terhadap mikroorganisme maupun pertahanan mekanik sehingga mudah
sekali terkena infeksi.

Dalam kondisi akut, gizi buruk bisa mengancam jiwa karena berberbagai
disfungsi yang di alami, ancaman yang timbul antara lain hipotermi
(mudah kedinginan) karena jaringan lemaknya tipis, hipoglikemia (kadar
gula dalam darah yang dibawah kadar normal) dan kekurangan elektrolit
dan cairan tubuh.
Akibat gizi buruk terhadap pertumbuhan sangat merugikan performance anak,
akibat kondisi ”stunting” (postur tubuh kecil pendek) yang diakibatkannya dan
perkembangan anak pun terganggu. Efek malnutrisi terhadap perkembangan
mental dan otak tergantung dangan derajat beratnya, lamanya dan waktu
pertumbuhan otak itu sendiri.

Beberapa penelitian menjelaskan, dampak jangka pendek gizi buruk terhadap


perkembangan anak adalah anak menjadi apatis, mengalami gangguan bicara
dan gangguan perkembangan yang lain. Sedangkan dampak jangka panjang
adalah penurunan skor tes IQ, penurunan perkembangn kognitif, penurunan
integrasi sensori, gangguan pemusatan perhatian, gangguan penurunan rasa
percaya diri dan tentu saja merosotnya prestasi anak .
Apa penyebab terjadinya gizi
buruk pada anak?
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), ada 3 faktor penyebab gizi
buruk pada balita, yaitu:

1) Keluarga miskin
2) Ketidaktahuan orang tua atas pemberian gizi yang baik bagi anak
3) Faktor penyakit bawaan pada anak, seperti: jantung, TBC, HIV/AIDS,
saluran pernapasan dan diare.
Bagaimana patofisiologi
terjadinya gizi buruk pada
anak?
Pada defisiensi protein murni tidak terjadi katabolisme jaringan yang sangat berlebih, karena 
persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori dalam dietnya. Kelainan yang mencolok 
adalah gangguan metabolik dan perubahan sel yang menyebabkan edema dan perlemakan
hati. Karena kekurangan protein dalam diet, akan terjadi kekurangan berbagai asam amino 
esensial dalam serum yang diperlukan untuk sintesis dan metabolisme. Selama diet
mengandung cukup karbohidrat,maka produksi insulin akan meningkat dan sebagian asam
amino dalam serum yang jumlahnya sudah kurang tersebut akan disalurkan ke jaringan otot. 
Makin berkurangnya asam amino dalam serum ini akan menyebabkan kurangnya produksi 
albumin hepar, yang berakibat timbulnya edema. Perlemakan hati terjadi karena gangguan
pembentukan beta-lipoprotein, sehingga transport lemak dari hati kedepot terganggu, dengan
akibat terjadinya penimbunan lemak di hati.
Apa yang dimaksud dengan
marasmus dan kwashiorkor?
Marasmus Kwashiorkor

Marasmus adalah gangguan Kwashiorkor adalah salah


gizi karena kekurangan satu bentuk malnutrisi protein
karbohidrat. yang berat disebabkan oleh
asupan karbohidrat yang
Marasmus terjadi disebabkan normal atau tinggi namun
asupan kalori yang tidak asupan protein yang
cukup. Inadekuat.
Apa perbedaan antara
marasmus dan kwashiorkor?
Marasmus
Gejala yang timbul diantaranya muka seperti orangtua (berkerut), tidak terlihat
lemak dan otot di bawah kulit (kelihatan tulang di bawah kulit), rambut mudah
patah dan kemerahan, gangguan kulit, gangguan pencernaan (sering diare),
pembesaran hati dan sebagainya. Anak tampak sering rewel dan banyak
menangis meskipun setelah makan, karena masih merasa lapar.

Berikut adalah gejala pada marasmus adalah (Depkes RI, 2000) :


a. Anak tampak sangat kurus karena hilangnya sebagian besar lemak dan ototototnya,
tinggal tulang terbungkus kulit
b. Wajah seperti orang tua
c. Iga gambang dan perut cekung
d. Otot paha mengendor (baggy pant)
e. Cengeng dan rewel, setelah mendapat makan anak masih terasa lapar
Kwashiorkor
Beberapa tanda khusus dari kwashiorkor adalah
a) Rambut berubah menjadi warna kemerahan atau abu-abu, menipis dan mudah rontok,
apabila rambut keriting menjadi lurus,
b) Kulit tampak pucat dan biasanya disertai anemia,
c) Terjadi dispigmentasi dikarenakan habisnya cadangan energi atau protein.
d) Pada kulit yang terdapat dispigmentasi akan tampak pucat, Sering terjadi dermatitis
(radang pada kulit),
e) Terjadi pembengkakan, terutama pada kaki dan tungkai bawah sehingga balita terlihat
gemuk. Pembengkakan yang terjadi disebabkan oleh akumulasi cairan yang
berlebihan.
f) Balita memiliki selera yang berubah-ubah dan mudah terkena gangguan pencernaan
Bagaimana mendiagnosis gizi
buruk pada anak?
Anak didiagnosis gizi buruk apabila:
a) BB/TB < -3 SD atau <70% dari median (marasmus)
b) Edema pada kedua punggung kaki sampai seluruh tubuh (kwashiorkor:
BB/TB >-3SD atau marasmik-kwashiorkor: BB/TB <-3SD

Jika BB/TB atau BB/PB tidak dapat diukur, gunakan tanda klinis berupa
anak tampak sangat kurus (visible severe wasting) dan tidak mempunyai
jaringan lemak bawah kulit terutama pada kedua bahu, lengan, pantat
dan paha; tulang iga terlihat jelas, dengan atau tanpa adanya edema.
Bagaimana tatalaksana gizi
buruk pada anak?
Penanganan Rawat Inap
Pusat Pemulihan Gizi (PPG) atau yang dikenal sebagai Therapeutic Feeding Centre (TFC)
berfungsi sebagai tempat perawatan dan pengobatan secara intensif, dengan melibatkan ibu
atau keluarga dalam perawatan anak.

Pemberian formula dan makanan sesuai dengan fase sebagai berikut:


1. Fase Stabilisasi. Diberikan makanan formula 75 (F-75) dengan asupan gizi 80-100
KKal/kgBB/hari dan protein 1-1,5 g/KgBB/hari. ASI tetap diberikan pada anak yang
masih mendapatkan ASI.
2. Fase Transisi. Pada fase transisi ada perubahan pemberian makanan dari F-75 menjadi
F-100. Diberikan makanan formula 100 (F-100) dengan asupan gizi 100-150
KKal/kgBB/ hari dan protein 2-3 g/kgBB/hari.
3. Fase Rehabilitasi. Diberikan makanan seperti pada fase transisi yaitu F-100, dengan
penambahan makanan untuk anak dengan BB < 7 kg diberikan makanan bayi dan
untuk anak dengan BB > 7 kg diberikan makanan anak. Asupan gizi 150-220
KKal/kgBB/hari dan protein 4-6 g/kgBB/hari.
4. Fase Tindak Lanjut (dilakukan di rumah). Setelah anak pulang dari PPG, anak tetap
dikontrol oleh Puskesmas pengirim secara berkala melalui kegiatan Posyandu atau
kunjungan ke Puskesmas. Lengkapi imunisasi yang belum diterima, berikan imunisasi
campak sebelum pulang. Anak tetap melakukan kontrol (rawat jalan) pada bulan I satu
kali/ minggu, bulan II satu kali/ 2 minggu, selanjutnya sebulan sekali sampai dengan
bulan ke-6. Tumbuh kembang anak dipantau oleh tenaga kesehatan Puskesmas
pengirim sampai anak berusia 5 tahun.

Anda mungkin juga menyukai