Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN ANAK

MARASMUS

Oleh:

Durrotul Qomariyah, S.Kep.

NIM 202311101168

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2021
A Kasus
Marasmus pada anak
B Definisi
Marasmus adalah suatu kondisi dimana anak mengalami penurunan berat
badan sehingga mengalami penciutan atau pengurusan otot generalisata dan
tidak adanya lemak subkutis (Rudolph, 2014). Marasmus adalah suatu bentuk
kurang kalori-protein yang berat. Keadaan merupakan hasil akhir dari interaksi
antara kekurangan makanan dan penyakit infeksi. Selain faktor lingkungan, ada
beberapa faktor lain pada anak sendiri yang dibawa sejak lahir, diduga
berpengaruh terhadap terjadinya marasmus (Nurarif & Kusuma, 2015).
C Etiologi
Secara garis besar, penyebab marasmus (Nurarif & Kusuma, 2015) ialah
sebagai berikut:
a. Masukan makanan yang kurang

Marasmus terjadi akibat masukan kalori yang sedikit, pemberian


makanan yang tidak sesuai dengan yang dianjurkan akibat dari
ketidaktahuan orang tua si anak; misalnya pemakaian susu formula yang
terlalu encer.
b. Infeksi

Infeksi yang berat dan lama menyebabkan marasmus, terutama infeksi


enteral misalnya infantil gastroenteritis, bronkhopneumonia,
pielonephritis dan sifilis kongenital.
c. Kelainan struktur bawaan

Misalnya: penyakit jantung bawaan, penyakit Hirschprung, deformitas


palatum, palatoschizis, micrognathia, stenosis pilorus, hiatus hernia,
hidrosefalus, cystic fibrosis pankreas.
d. Prematuritas dan penyakit pada masa neonatus

Pada keadaan-keadaan tersebut pemberian ASI kurang akibat reflek


mengisap yang kurang kuat.
e. Pemberian ASI
Pemberian ASI yang terlalu lama tanpa pemberian makanan tambahan
yang cukup.

f. Gangguan metabolik

Misalnya: renal asidosis, idiopathic hypercalcemia, galactosemia, lactose


intolerance.

g. Tumor hypothalamus

Jarang dijumpai dan baru ditegakkan bila penyebab marasmus yang lain
telah disingkirkan.
h. Penyapihan

Penyapihan yang terlalu dini disertai dengan pemberian makanan yang


kurang akan menimbulkan marasmus.
i. Urbanisasi
Urbanisasi mempengaruhi dan merupakan predisposisi untuk timbulnya
marasmus; meningkatnya arus urbanisasi diikuti pula perubahan
kebiasaan penyapihan dini dan kemudian diikuti dengan pemberian susu
manis dan susu yang terlalu encer akibat dari tidak mampu membeli
susu; dan bila disertai dengan infeksi berulang, terutama gastro enteritis
akan menyebabkan anak mengalami marasmus.
D Patosiologi
Pertumbuhan yang kurang atau terhenti disertai atrofi otot dan kehilangan
lemak di bawah lapisan kulit. Pada mulanya kelainan demikian merupakan
prosesn fisiologis. Untuk kelangsungan hidup, jaringan tubuh memerlukan
energi namun tidak didapat sendiri melainkan menggunakan cadangan protein
untuk memenuhi kebutuhan energi tersebut. Penghancuran jaringan pada
defisiensi kalori tidak saja membantu memenuhi kebutuhan energi, tetapi juga
untuk memungkinkan sintesis glukosa dan metabolit esensial lainnya seperti
asam amino untuk komponen homeostatik. Oleh karena itu, pada marasmus
berat kadang-kadang masih ditemukan asam amino yang normal, sehingga hati
masih dapat membentuk cukup albumin. (Ngastiyah, 2005 dalam Pardi, 2014)
E Pathway

Malabsorpsi, infeksi, anoreksia Kegagalan melakukan sintesis protein dan kalori


Sosial ekonomi rendah

Intake kurang dari kebutuhan tubuh

Defisiensi protein dan kalori Defisit pengetahuan

Hilangnya lemak di bantalan kulit Daya tahan tubuh menurun Asam amino esensial menurun
dan produski albumin menurun

Turgor kulit menurun dan keriput keadaan umum lemah


Atrofi (pengecilam) otot

Resiko kerusakan integritas Resiko infeksi


kulit/jaringan Gangguan tumbuh kembang
Resiko infeksi saluran pencernaan

Anoreksia, diare

Defisit Nutrisi
F Manifestasi klinis
Marasmus sering dijumpai pada usia 0 - 2 tahun. Keadaan yang terlihat
mencolok adalah hilangnya lemak subkutan, terutama pada wajah. Akibatnya
ialah wajah si anak lonjong, berkeriput dan tampak lebih tua (old man face).
Otot-otot lemah dan atropi, bersamaan dengan hilangnya lemak subkutan maka
anggota gerak terlihat seperti kulit dengan tulang. Tulang rusuk tampak lebih
jelas. Dinding perut hipotonus dan kulitnya longgar. Berat badan turun menjadi
kurang dari 60% dari berat badan yang sesuai dengan usianya. Suhu tubuh bisa
rendah karena lapisan penahan panas hilang (Nurarif &Kusuma, 2015).
Selain itu manifestasi marasmus antara lain sebagai berikut :
1. Tampak sangat kurus, hingga tulang terbungkus kulit

2. Wajah seperti orang tua

3. Cengeng, rewel

4. Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada

5. Perut cekung

6. Sering disertai penyakit kronik, diare kronik.

G Pemeriksaan penunjang

Adapun pemeriksaan penunjang yang dilakukan antara lain: (Pardi , 2014)


1) Tanda klinis
a. Wajah seperti orang tua
b. Sering terdapat penurunan kesadaran
c. Kulit kering, dingin dan kendor
d. Otot-otot mengecil sehingga tulang-tulang terlihat jelas
e. Sering disertai diare atau konstipasi
f. Tekanan darah, frekuensi jantung dan frekuensi pernafasan berkurang
2) Antropometrik
Lebih ditujukan untuk menemukan malnutrisi ringan dan sedang. Pada
pemeriksaan antropometrik, dilakukan pengukuran fisik anak (berat,
tinggi, lingkar lengan, dll) dan dibandingkan dengan angka standard (anak
normal). Untuk anak, terdapat 3 parameter yang biasa digunakan, yaitu
a. Berat dibandingkan dengan umur anak
b. Tinggi dibandingkan dengan umur anak
c. Berat dibandingkan dengan tinggi/panjang anak
Parameter tersebut lalu dibandingkan dengan tabel standard yang ada
untuk membandingkan berat dengan umur anak.
3) Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium, misalnya pemeriksaan hemoglobin (Hb) dan
kadar protein (albumin/globulin) darah, dapat dilakukan pada anak dengan
malnutrisi. Dengan pemeriksaan laboratorium yang lebih rinci, dapat pula
lebih jelas diketahui penyebab malnutrisi dan komplikasi-komplikasi yang
terjadi pada anak tersebut.
H Penatalaksanaan keperawatan

Menurut Mansjoer (2000 : 514 – 517) dalam Ningsih, (2015)


penatalaksanan marasmus adalah :
1. Atasi / cegah hipoglikemia
Periksa gula darah bila ada hipotermia (suhu aksila < 35‟C, suhu
rektal 35,5„C. Pemberian makanan yang lebih sering penting untuk
mencegah kondisi tersebut.
2. Atasi/cegah hipotermia
Bila suhu rektal < 35,5‟C
a. Segera beri makanan cair/fomula khusus.
b. Hangatkan anak dengan pakaian atau selimut sampai menutup kepala.
3. Atasi/cegah dehidrasi
Lakukan pemberian cairan infus dengan hati-hati dengan tetesan pelan-
pelan untuk mengurangi beban sirkulasi dan jantung.
4. Koreksi gangguan keseimbang elektrolit
Pada marasmus berat terjadi kelebihan natrium tubuh, walaupun
kadar natrium plasma rendah.
a. Tambahkan Kalium dan Magnesium dapat disiapkan dalam bentuk
cairan dan ditambahkan langsung pada makanan. Penambahan 20 ml
larutan pada 1 liter formula.
5. Obati / cegah infeksi dengan pemberian antibiotic
6. Koreksi defisiensi nuitrien mikro, yaitu dengan :
Berikan setiap hari :
- Tambahkan multivitamin.
- Asam folat 1 mg/hari (5 mg hari pertama).
- Seng (Zn) 2 mg/KgBB/hari.
- Bila berat badan mulai naik berikan Fe (zat besi) 3 mg/KgBB/hari.
7. Vitamin A oral pada hari 1, 2, dan 14.
Umur > 1 tahun : 200 ribu SI (satuan Internasional).
Umur 6-12 bulan : 100 ribu SI (satuan Internasional).
Umur 0-5 bulan : 50 ribu SI (satuan Internasional).
8. Mulai pemberian makan
Pemberian nutrisi harus dimulai segera setelah anak dirawat dan harus
dirancang sedemikian rupa sehingga cukup energi dan protein untuk
memenuhi metabolisme basal.
I Konsep Asuhan keperawatan
1. Pengkajian

1) Pengakjian

a. Identitas pasien

b. Usia dan nomor Rekam Medik.

2) Alasan Masuk

a. Tanyakan kepada klien atau keluarga yang datang?

b. Apa yang menyebabkan klien / keluarga datang ke rumah sakit ini?

3) Fokus pengkajian marasmus adalah :


a. Data Subjektif

1) Rasio berat badan

a) Kehilangan BB dengan asupan makan yang tidak adekuat.

b) BB 20% atau lebih dibawah BB ideal untuk tinggi badan


& bentuk tubuh yang normal.
2) Tinggi aktivitas

Berkurangnya aktivitas tampak pada kebanyakan kasus


marasmus. Anak tampak lesu dan tidak bergairah & pada
anak yang lebih tua terjadi penurunan produktivitas kerja.

3) Masukan atau intake nutrisi

a) Melaporkan asupan makan yang tidak adekuat kurang


dari jumlah harian yang dianjurkan.

b) Melaporkan atau terlihat kurang makan.

4) Diet

Melaporkan perubahan dalam hal merasakan makanan.

5) Pengetahuan tentang nutrisi

Memperlihatkan atau terobservasi kurangnya pengetahuan


dalam perilaku peningkatan kesehatan.
b. Data Objektif

1) Data umum

a) Perubahan rambut

Warnanya lebih muda (coklat, kemerah-merahan dan lurus,


panjang, halus, mudah lepas bila ditarik).

b) Warna kulit lebih muda

Seluruh tubuh atau lebih sering pada daerah wajah,


mungkin menampakan warna lebih muda daripada warna
kulit anak sehat.

c) Tinja encer

Disebabkan gangguan penyerapan makan, terutama gula.

d) Adanya ruam “bercak bersepih”

Noda warna gelap pada kulit, bila terkelupas


meninggalkan warna kulit yang sangat muda atau bahkan
ulkus di bawahnya.
e) Gangguan perkembangan & pertunbuhan

f) Hilangnya lemak di otot & bawah kulit karena makanan


kurang mengandung kalori dan protein.
g) Adanya perut yang membuncit atau cekung dengan
gambaran usus yang jelas.
h) Adanya anemia yang berat

Kurangnya konsumsi makanan yang mengandung zat besi,


asam folat dan berbagai vitamin.
i) Mulut dan gigi

Adanya tanda luka di sudut-sudut mulut.

j) Kaji adanya anoreksia, mual.

2. Diagnosa Keperawatan (SDKI)


a) Defisit Nutrisi (D.0019) berhubungan dengan faktor ekonomi

Definisi : Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan


metabolisme

b) Gangguan tumbuh kembang (D.0106) berhubungan dengan efek


ketidakmampuan fisik

Definisi : kondisi individu mengalami gangguan kemampuan


bertumbuh dan berkembang sesuai dengan kelompok usia

c) Resiko infeksi (D.0142) berhubungan dengan malnutrisi

Definisi : berisiko mengalami peningkatan tersersang orgasme


patogenik

d) Risiko gangguan integritas kulit/jaringan (D.0139) berhubungan


dengan perubahan nutrisi (kekurangan nutrisi)

Definisi : berisiko mengalami kerusakan kulit (dermis dan/atau


epidermis) atau jaringan (membran mukosa, kornea, otot, tendon,
tulang, kartilago, kapsul sendi dan/atau ligamen)

e) Defisit pengetahuan (D.0111) berhubungan dengan kurang


terpapar informasi

Definisi : ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif yang


berkaitan dengan topik tertentu
3. Penatalaksanaan Keperawatan
No Diangnosa Tujuan dan Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi (SIKI) Rasional
Keperawatan
(SDKI)
1 Defisit Nutrisi (D.0019) Setelah dilakukan tindakan Konseling 1. Mengetahui
nutrisi
(I.03094) kebiasaan makan
keperawatan selama ...x24 jam, defisit
Observasi : dan prilaku yang
nutrisi pada pasien dapat teratasi. 1. Identifikasi kebiasaan akan diubah klien
makan dan prilaku yang 2. Mengetahui intake
akan diubah dan output cairan,
Berat Badan (L.05038) 2. Monitor intake dan nilai hemoglobin,
Ditingkatka output cairan, nilai tekanan darah,
Indikator Awal n ke skala hemoglobin, tekanan kenaikan berat
1 2 3 4 5 darah, kenaikan berat badan
badan 3. Agar program diet
Berat 1 4
Terapeutik : sesuai dengan
badan 3. Gunakan standar nutrisi standar nutrisi yang
Tebal 1 4 sesuai program diet dibutuhkan
lipatan dalam mengevaluasi 4. Untuk mengetahui
kulit kecukupan asupan faktor-faktor yang
Indeks 1 4 makan mempengaruhi
massa 4. Pertimbangkan faktor- pemenuhan
faktor yang kebutuhan gizi
tubuh mempengaruhi 5. Agar keluarga klien
pemenuhan kebutuhan Mengetahui
gizi modifikasi diet yang
Edukasi: dianjurkan
5. Informasikan perlunya
modifikasi diet

2 Gangguan tumbuh Setelah dilakukan tindakan Manajemen nutrisi 1. Untuk mengetahui


kembang (D.0106) keperawatan selama ......x24 jam (I.03119) status nutrisi klien
gangguan tumbuh kembang pada Observasi 2. Untuk mengetahui
pasien dapat teratasi, dengan kriteria 1. Identifikasi status nutrisi makanan yang
hasil: 2. Identifikasi makanan disukai
Status Pertumbuhan (L.10102) yang disukai 3. Untuk mengetahui
Ditingkatka 3. Identifikasi kebutuhan kalori dan nutriet
Indikator Awal n ke skala kalori dan nutriet yang dibutuhkan
1 2 3 4 5
4. Monitor asupan makanan klien
Berat 1 4
badan 5. Monitor berat badan 4. Untuk mengetahui
sesuai usia Terapeutik apakat terjadi
Panjang 1 5 6. Fasilitasi menentukan gangguan asupan
tinggi
badan pedoman diet makan
sesuai usia 7. Sajikan makanan secara 5. Untuk mengetahui
Kecepatan 1 5 menarik dan suhu yang berat badan klien
pertambah
sesuai 6. Agar klien dapat
an berat 8. Berikan makanan tinggi memilih pedoman
badan kalori dan tinggi protein diet yang diminati
Indeks 1 5
Edukasi 7. Agar dapat
massa
tubuh 9. Ajarkan diet yang menggugah selera
Asupan 1 5 diprogramkan makan klien
nutrisi
Kolaborasi 8. Untuk memenuhi
10. Kolaborasi dengan ahli kebutuhan kalori
gizi untuk menentukan dan protein
jumlah kalori dan jenis 9. Agar klien dapat
nutriet yang melakukan diet
dibutuhkan, jika perlu secara mandiri
10. Untuk menetukan
jumlah kalori dan
jenis nutriet yang
dibutuhkan klien
3 Resiko infeksi (D.0142) Setelah dilakukan tindakan Pencegahan Infeksi 1. Untuk mengetahu
keperawatan selama ....x24 jam, resiko (I.14539) tanda dan gejala
infeksi pada pasien dapat teratasi,
Observasi infeksi
dengan kriteria hasil
1. Monitor tanda dan 2. Untuk menghindari
Indikator Awal Ditingkatkan gejala infeksi lokal dan infeksi nosokomial
ke sistemik 3. Untuk mencegah
1 2 3 4 5 Terapeutik tercadinya infeksi
Kadar sel 2 √ 2. Batasi jumlah 4. Untuk menjaga
darah putih pengunjung kebersihan tangan
Keterangan 3. Cuci tangan sebelum 5. Untuk mencegah
1 : memburuk dan sesudah kontak terjadinya infeksi
2 : cukup memburuk
3 : sedang dengan pasien 6. Agar pasien
4 : cukup membaik 4. Pertahakan teknik mengerti tanda dan
5 : membaik
Indikator Awa Ditingkatkan ke aseptik pada pasien gejala jika terjadi
l berrisiko tinggi infeksi
1 2 3 4 5 Edukasi 7. Agar pasien dapat

Nyeri 2 √ 5. Jelaskan tanda dan memperaktikkan

Keterangan gejala infeksi cara memeriksa


1 : meningkat 6. Ajarkan cara memriksa luka operasi secara
2 : cukup meningkat
3 : sedang luka operasi mandiri
4 : cukup menurun
5 : menurun
4 Risiko gangguan Setelah dilakukan tindakan Pemantauan Nutrisi 1. Untuk mengetahui
integritas kulit/jaringan keperawatan selama ...x24 jam, risiko (I.03123) faktor yang
(D.0139) gangguan integritas kulit/jaringan pada Observasi mempengaruhi
pasien dapat teratasi. 1. Identifikasi faktor yang asupan gizi
mempengaruhi asupan 2. Untuk mengetahui
Integritas kulit dan jaringan gizi apakah terjadi
(L.14125)
2. Identifikasi perubahan perubahan pada
Ditingkatkan
Indikator Awal ke skala berat badan berat badan
1 2 3 4 5 3. Identifikasi pola makan 3. Untuk mengetahui
Elastisitas 1 4 pola makan klien
Terapeutik
Hidrasi 1 4
4. Timbang berat badan 4. Untuk mengetahui
Tekstur 1 4
5. Ukur antropometri berat badan klien
komposisi tubuh 5. Untuk mengetahui
6. Hitung perubahan berat status gizi klien
badan 6. Untuk mengetahui
Edukasi apakah terdapat
7. Jelaskan prosedur dan perubahan pada
tujuan pemantauan berat badan klien
7. Agar klien dan
keluarga mengetahui
tujuan dari
pemantauan nutrisi
5 Defisit pengetahuan Setelah dilakukan tindakan Edukasi nutrisi anak 1. Untuk mengetahui
(D.0111) keperawatan selama ...x24 jam, defisit (I.10339) kesiapan dan
nutrisi pada pasien dapat teratasi. Observasi kemampuan dalam
1. identifikasi kesiapan dan menerima informasi
Tingkat pengetahuan (L.02017) kemampuan menerima 2. Untuk memudahkan
Ditingkatka
informasi klien dalam
Indikator Awal n ke skala
1 2 3 4 5 Terapeutik menerima materi
Prilaku 1 4 2. sediakan materi dan 3. Agar pendidikan
sesuai kemampuan menerima kesehatan dapat
anjuran
Prilaku 1 4 informasi dilaksanakan sesuai
sesuai 3. jadwalkan pendidikan jadwal yang
dengan kesehatan sesuai jadwal disepakati
pengetahu
4. berikan kesempatan 4. Agar klien dapat
an
prilaku 1 4 untuk bertanya mengkonfirmasi jika
Edukasi ada informasi yang
5. Jelaskan kebutuhan gizi kurang difahami
yang seimbang pada 5. Agar klien
anak mengetahui
6. Anjurkan menghindari kebutuhan gizi yang
makanan jajanan yang seimbang pada anak
tidak sehat (mis. 6. Agar klien dapat
Mengandung pemanis menghindari
buatan, pengawet, dan makanan jajanan
penyedap) yang tidak sehat
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif, A.H & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid .
jogjakarta : Mediaction.

Marimbi, Hanun. 2010. Tumbuh Kembang, Status Gizi, dan Imunisasi pada
Balita. Yogyakarta: Nuha Medika

Merdia Elisa. 2012. Patofisiologi Marasmus. Diakses: 20 Mei 2015.


http://www.mardiaelisa.blogspot.com/2012/03/mardia-elisa.html

PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi Dan Indikator


Diagnostik. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi Dan Tindakan


Keperawatan. Jakarta Selatan: DPP PPNI.

PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: DPP PPNI.

Preciosa, Neysa Glenda. 2015. Referat Marasmus Kwashiokor. Kepaniteraan


Klinik Ilmu Kesehatan Anak RS TNI Mintohardjo Fakultas Kedokteran
Universitas Trisakti
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS
JEMBER
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN ANAK

A. IDENTITAS KLIEN
1. Nama : An. X
Nama Panggilan : Xx
Umur / Tgl. Lahir : 12 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki

2. Identitas orang Tua


Nama Ayah : Tn. X NamaIbu:Ny. X
Umur : ………….. Umur : ...............
Agama : …………… Agama: …………
Suku : …………… Suku :
…………
Bahasa : …………… Bahasa: …………
Pendidikan : …………… Pendidikan: ……
Pekerjaan : …………… Pekerjaan: ……
Penghasilan :……… Penghasilan:……
Alamat : Bandung Alamat: Bandung

B. KELUHAN UTAMA
Klien datang kerumah sakit dengan keluhan terdapat luka pada hampir seluruh
tubuh, klien mengeluh nyeri pada area yang mengalami luka
C. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Klien mengalami malnutrisi akibat pengabaian dari orang tua dan lesi pada
daerah mulut sehingga klien mengeluh tidak nafsu makan. Klien mengatakan
mengalami luka dan adesi selama satu tahun terakhir
Upaya yang telah dilakukan :
Keluarga mengatakan tidak membawa klien kerumah sakit akibat tidak memiliki
biaya untuk berobat
Terapi yang diberikan :
Keluarga mengatakan hanya memberi salep yang didapat dari apotek tanpa
resep dokter

D. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU


1. Penyakit yang pernah diderita
Klien mengalami gizi buruk akibat pengabaian orang tua sejak ia berusia 8
tahun, klien mengatakan sejak usia 11 tahun mengalami rasa sakit yang pada
daerah mulut, yang mengakibatkan kemampuan asupan makanan terganggu,
pada daerah mulut terdapat luka melepuh dan terdapat lesi vegetatif.
2. Riwayat operasi
Klien mengatakan tidak pernah mengalami operasi
3. Riwayat Alergi
Klien mengatakan tidak memiliki alergi pada obat
4. Riwayat Imunisasi
Keluarga mengatakan jika klien mendapat imunisasi lengkap
E. RIWAYAT PERINATAL
1. Antenatal
Tidak terkaji
2. Intra Natal
Tidak terkaji
3. Post Natal (0-7 hari)
Tidak terkaji
F. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Tidak terkaji
GENOGRAM
G. PEMERIKSAAN TINGKAT PERKEMBANGAN (Menggunakan KPSP)
1. Perkembangan
a. Adaptasi sosial
Klien tidak mau bermain dengan teman sebayanya dikarenakan malu
dengan kondisi fisiknya
b. Motorik kasar
Klien dapat melakukan motorik kasar sesuai dengan kemampuannya

c. Motorik halus
Klien dapat melakukan motorik halus sesuai dengan perkembangannnya
d. Bahasa
Tingkat bahasa klien sesuai dengan perkembangannya

H. Keadaan Lingkungan yang mempengaruhi timbulnya penyakit


Klien hidup dalam keluarga dengan status ekonomi menengah kebawah, klien
tinggal berdua bersama dengan neneknya. Klien ditelantarkan oleh orang tuanya
sejak usia 8 tahun

I. POLA FUNGSI KESEHATAN


1. Pola Persepsi dan Tata laksana kesehatan
Keluarga mengatakan jika tidak memeriksakan kesehatan klien dikarenakan
tidak memiliki biaya
2. Pola Nutrisi & Metabolisme
Keluarga mengatakan harus membujuk klien untuk makan, kleuarga
mengatakan klien makan dengan beberapa suap nasi saja
3. Pola eliminasi
Klien mengatakan tidak mengalami gangguan eliminasi
4. Pola aktifitas / bermain (termasuk kebersihan diri)
Klien mengatakan tidak dapat beraktifitas dengan leluasa akibat luka yang
dialami
5. Pola Istirahat tidur
Klien mengatakan tidak dapat tidur dengan nyeyak karena sering merasa
gatal saat malam hari
6. Pola kognitif dan persepsi sensori
Klien tampak kurang fokus saat diberi pertanyaan
7. Pola konsep diri
Klien ingin bisa berkatifitas dan bermain seperti sediakala
8. Pola Hubungan - Peran
Keluarga mengatakan jika klien diabaikan oleh kedua orang tuanya sejak
usia 8 tahun, dan hanya tinggal berdua bersama neneknya
9. Pola Seksual - seksualitas
Tidak terkaji
10. Pola Mekanisme Koping
Klien mengatakan sering kali merasa sedih karena diabaikan oleh kedua
orang tuanya
11. Personal Nilai dan kepercayaan
Klien mengatakan tetap melakukan ibadahnya
J. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status kesehatan Umum
KeadaanUmum:klien tampak lemah dengan luka pada sebagian tubuhnya
Kesadaran: GCS
Tanda-tanda vital :
Tekanan darah :90/70mmHg Suhu :36.2 C
Nadi :80 x/mnt RR :18x/mnt

Tinggi badan : 130 cm

Berat badan sebelum sakit: tidak terkaji


Berat badan saat ini : 22 kg
Berat badan ideal : 35 kg
2. Kepala
I : terdapat luka di area wajah, mulut dan kelopak mata
3. Leher :
I : terdapat luka pada daerah leher
P: tidak terdapat nyeri tekan
4. Thorax / dada :
I : terdapat luka pada daerah dada, tulang rusuk tampak jelas
P: tidak terdapat nyeri tekan
P: sonor
A: tidak terdapat suara nafas tambahan, vasikuler
5. Abdomen :
I : terdapat luka pada daerah abdomen, bentuk abdomen cekung
P: tidak terdapat nyeri tekan
P: bising usus 6x/menit
6. Keadaan punggung:
I : terdapat luka pada daerah punggung
P: tidak terdapat nyeri tekan
7. Ekstremitas :
I : terdapat luka pada daerah ekstermitas, dan aksila sehingga klien mengalami
kesulitan beraktifitas, tidak terdpaat edema
P: tidak terdapat nyeri tekan
8. Genetalia & Anus : tidak terkaji
9. Pemeriksaan Neurologis : tidak terkaji

Gambar 1.
K. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Laboratorium
Lapisan subepitel diisi dengan limfosit (Gambar 2a). Pewarnaan direct
immunofluorescence (DIF) menunjukkan endapan imunoglobulin G pada
permukaan keratinosit (Gambar 2b), yang mendukung diagnosis pemfigus
vegetans
Gambar 2.

L. TERAPI
2. Oral
3. Parenteral
Pasien menerima deksametason intra vena 6 mg / hari selama 2 minggu
4. Lain – lain
Klien diberi diet 1.500 kkal / hari, terdiri dari makanan lunak (3 kali / hari)
dan diet ekstra cair (3 kali 100 mL) sebagai pengobatan kolaboratif dari
bagian pediatrik dan gizi

Bondowoso, 11 Mei 2021

Mahasiswa

Durrotul Qomariyah, S.Kep

NIM 202311101150
ANALISA DATA
No Data Fokus Etiologi Masalah

1 DS: Penyakit autoimun Nyeri kronis (D.0078)


klien mengatakan sejak (pampegus)
usia 11 tahun
mengalami rasa sakit
pada daerah mulut Luka pada kulit dan
DO: area mukosa
Tanda-tanda vital
- TD: 90/70
mmHg Nyeri kronis
- Nadi 80x/menit
- Suhu: 36.2 C
- RR 18x/menit
- Klien sesekali
tampak meringis

2 DS : Penyakit autoimun Defisit nutrisi (D.0019)


- klien mengatakan (pampegus)
sejak usia 11 tahun
mengalami rasa
sakit yang pada Luka pada kulit dan
daerah mulut, yang area mukosa
mengakibatkan (mulut)
kemampuan asupan
makanan terganggu
- Keluarga Mengalami nyeri saat
mengatakan harus mengkonsumsi
membujuk klien makanan
untuk makan,
kleuarga
mengatakan klien Penurunan nafsu
makan dengan makan
beberapa suap nasi
saja
DO :
- pada daerah mulut Defisit nutrisi
terdapat luka
melepuh dan
terdapat lesi
vegetatif.
- Tinggi badan: 130
Cm
- Berat badan : 22 kg
- Pemeriksaan
kepala: Inpeksi
terdapat luka di
area wajah, mulut
dan kelopak mata
3 DS : Penyakit autoimun Gangguan integritas
- Klien mengatakan (pampegus) kulit/jaringan (D.0129)
mengalami luka
selama satu tahun
terakhir Luka pada kulit dan
DO : area mukosa
- pada daerah mulut
terdapat luka
melepuh dan Gangguan integritas
terdapat lesi kulit/jaringan
vegetatif.
- Terdapat luka parut
pada sebagian besar
anggota tubuh
-
4 DS : Penyakit autoimun Gangguan pola tidur
- Klien mengatakan (pampegus) (D.0055)
tidak dapat tidur
dengan nyeyak
karena sering
merasa gatal saat Luka pada kulit dan
malam hari area mukosa
DO:
- pada daerah mulut Sensasi gatal saat
terdapat luka malam hari
melepuh dan
terdapat lesi
vegetatif. Kualitas tidur menurun
- Terdapat luka parut
pada sebagian besar
anggota tubuh Gangguan pola tidur
Tanda-tanda vital
- TD: 90/70
mmHg
- Nadi 80x/menit
- Suhu: 36.2 C
- RR 18x/menit
- Klien tampak
lelah
DIAGNOSIS KEPERAWATAN

(Berdasarkan Prioritas)

TANGGAL
NO DIAGNOSIS KEPERAWATAN KETERANGAN
PERUMUSAN

1 Nyeri kronis b.d gangguan imunitas d.d klien tampak 11 mei 2021
meringis

2 Defisit nutrisi b.d ketidak mampuan menelan makanan 11 mei 2021


d.d pada daerah mulut terdapat luka melepuh dan
terdapat lesi vegetatif.

3 Gangguan integritas kulit/jaringan b.d perubahan status 11 mei 2021


nutrisi(kekurangan) d.d pada daerah mulut terdapat
luka melepuh dan terdapat lesi vegetatif.

4 Gangguan pola tidur b.d hambatan lingkungan d.d pada 11 mei 2021
daerah mulut terdapat luka melepuh dan terdapat lesi
vegetatif.

FKEP UNEJ 2021 28


DIAGNOSIS PARAF &
NO TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
KEPERAWATAN NAMA

1 Nyeri kronis b.d gangguan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen nyeri
imunitas d.d klien tampak selama 3x24 jam, nyeri kronis pada pasien Observasi
meringis dapat teratasi, dengan kriteria hasil:
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
Indikator Awal Ditingkatkan ke
frekuensi, kualitas, dan intensitas nyeri
durro
1 2 3 4 5 2. Identifikasi faktor yang memperberat
Keluhan 2 √ dan memperingan nyeri
nyeri
Terapeutik
meringis 2 √
3. Berikan teknin nonfarmakologis untuk
Keterangan
mengurangi nyeri
1 : meningkat
2 : cukup meningkat Edukasi
3 : sedang
4 : cukup menurun 4. Jelaskan penyebab, priode dan pemicu
5 : menurun nyeri
5. Jelaskan strategi meredakan nyeri
6. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri

2 Defisit nutrisi b.d ketidak Setelah dilakukan tindakan keperawatan Konseling nutrisi (I.03094)
mampuan menelan makanan Observasi :
selama 3x24 jam, defisit nutrisi pada pasien
d.d pada daerah mulut 3. Identifikasi kebiasaan makan dan prilaku
dapat teratasi. yang akan diubah
terdapat luka melepuh dan
4. Monitor intake dan output cairan, nilai
terdapat lesi vegetatif. hemoglobin, tekanan darah, kenaikan berat durro
badan
Berat Badan (L.05038) Terapeutik :

FKEP UNEJ 2021 29


Ditingkatkan ke 6. Gunakan standar nutrisi sesuai program diet
Indikator Awal skala dalam mengevaluasi kecukupan asupan
makan
1 2 3 4 5
7. Pertimbangkan faktor-faktor yang
Berat 1 4 mempengaruhi pemenuhan kebutuhan gizi
badan Edukasi:
Tebal 1 4 8. Informasikan perlunya modifikasi diet
lipatan
kulit
Indeks 1 4
massa
tubuh
3 Gangguan integritas Setelah dilakukan tindakan keperawatan Perawatan Luka (I.14564)
kulit/jaringan b.d perubahan selama 3x24 jam, gangguan integritas
status nutrisi(kekurangan) d.d Observasi
kulit/jaringan pada pasien dapat teratasi.
pada daerah mulut terdapat
luka melepuh dan terdapat 1. Monitor karakteristik luka
lesi vegetatif. Integritas kulit dan jaringan (L.14125) durro
2. Monitor tanda-tanda infeksi
Ditingkatkan ke
Indikator Awal skala Terapeutik
1 2 3 4 5
Elastisitas 1 4 3. Bersikan cairan NaCl atau pembersih
Hidrasi 1 4
nontoksik, sesuai kebutuhan
Tekstur 1 4
4. Berikan salep yang sesuai pada kulit/lesi
5. Pertahankan teknik steril saat melakukan
perawatan luka
6. Berikan vitamin dan mineral, sesuai
indikasi

FKEP UNEJ 2021 30


Edukasi

7. Jelaskan tanda dan gejala infeksi


8. Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi
kalori dan protein

4 Gangguan pola tidur b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan Dukungan tidur (I.05174)
hambatan lingkungan d.d selama 3x24 jam, gangguan pola tidur pada
Observasi
pada daerah mulut terdapat pasien dapat teratasi.
luka melepuh dan terdapat 1. Identifikasi pola aktifitas dan tidur
Pola tidur (L.05045) durro
lesi vegetatif. 2. Identifikasi faktor pengganggu
Ditingkatkan ke
Indikator Awal skala Terapeutik
1 2 3 4 5
Keluhan 1 4 3. Modifikasi lingkungan
sulit tidur
4. Batasi waktu tidur siang, jika perlu
Keluhan 1 4
sering 5. Tetapkan jadwal tidur rutin
terjaga
Kemampuan 1 4 Edukasi
berkativitas
6. Jelaskan pentingnya tidur cukup selama
sakit

FKEP UNEJ 2021 31


Implementasi Keperawatan

Tgl Diagnosa Implementasi Evaluasi Nama dan paraf

FKEP UNEJ 2021 32


12 mei Nyeri kronis 7. Mengidentifikasi lokasi, S : klien mengatakan nyeri pada
2021 karakteristik, durasi, frekuensi, luka jika digerakkan
kualitas, dan intensitas nyeri
8. Mengidentifikasi faktor yang O : klien tampak meringis saat
berbicara, skala nyeri: 4
memperberat dan memperingan
nyeri durro
A : masalah belum teratasi
9. Memberikan teknin
nonfarmakologis untuk mengurangi P : lanjutkan intervensi
nyeri
10. Menjelaskan penyebab, priode dan
pemicu nyeri
11. Menjelaskan strategi meredakan
nyeri
12. Mengajarkan teknik
nonfarmakologis untuk mengurangi
nyeri

FKEP UNEJ 2021 33


12 mei Defidit nutrisi 5. Mengdentifikasi kebiasaan makan dan S: klien mengeluh tidak nafsu
2021 prilaku yang akan diubah makan akibat nyeri yang dirasa saat
6. Memonitor intake dan output cairan, membuka mulut
nilai hemoglobin, tekanan darah,
kenaikan berat badan O: klien tampak kurus, perut tampak
9. Menggunakan standar nutrisi sesuai cekung, terdapat luka pada area durro
program diet dalam mengevaluasi mulut
kecukupan asupan makan
10. Mempertimbangkan faktor-faktor yang A: masalah belum teratasi
mempengaruhi pemenuhan kebutuhan
gizi P: lanjutkan intervensi
11. Menginformasikan perlunya modifikasi
diet

FKEP UNEJ 2021 34


12 mei Gangguan 9. Memonitor karakteristik luka S: klien mengatakan rasa gatal pada
2021 integritas beberapa luka dan nyeri pada luka di
10. Memonitor tanda-tanda infeksi
kulit/jaringan daerah mulut dan ketiak
11. Membersikan cairan NaCl atau
pembersih nontoksik, sesuai O: pada daerah mulut terdapat luka
melepuh dan terdapat lesi vegetatif. durro
kebutuhan
12. Memberikan salep yang sesuai pada A: masalah belum teratasi
kulit/lesi
P: lanjutkan intervensi
13. Mempertahankan teknik steril saat
melakukan perawatan luka
14. Memberikan vitamin dan mineral,
sesuai indikasi
15. Menjelaskan tanda dan gejala
infeksi
16. Menganjurkan mengkonsumsi
makanan tinggi kalori dan protein

FKEP UNEJ 2021 35


12 mei Gangguan pola 7. Mengdentifikasi pola aktifitas dan S: klien mengatakan sering
2021 tidur terbangun karena rasa gatal
tidur
8. Mengidentifikasi faktor pengganggu O: - klien tampak lemas
TD: 90/70 mmHg
9. Memodifikasi lingkungan
RR: 18x/menit durro
10. Membatasi waktu tidur siang, jika
A: masalah belum teratasi
perlu
11. Menetapkan jadwal tidur rutin P: lanjutkan intervensi
12. Menjelaskan pentingnya tidur cukup
selama sakit

FKEP UNEJ 2021 36


DAFTAR PUSTAKA

PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi Dan

Indikator Diagnostik. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi Dan


Tindakan Keperawatan. Jakarta Selatan: DPP PPNI.

PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: DPP

PPNI.

Suwarsa Oki, Sutedja Endang, Dharmadji Hartati Purbo, Pramita Kusuma,

July Rahardja, Reti Hindritiani, dan Hendra Gunawan. 2017. The Rare
Case of Pemphigus Vegetans in Association with Malnutrition

Children in the Multidisciplinary Management. Case Rep Dermatol


2017;9:145–150

FKEP UNEJ 2021 37


Evidence Based Practice in Nursing (EBN)

Penulis Yakaka Mohammed Alkali, Halima Aliyu Mudi and


Ibrahim Umate
Judul The Dietary Management of a Marasmic Child from
Admission unto Discharge (A Case Study of State
Specialist Hospital Maiduguri, Borno State)
Nama jurnal, International Journal of Food Science, Tourism & Home
edisi dan tahun Economics
ISSN: 2360-9317. Volume 8, Number 1
Pages 14-26 (January, 2021)
Latar belakang Marasmus adalah sindrom klinis yang jelas salah satu
spektrumnya disebabkan oleh lanjutan pembatasan kalori
dan protein, serta nutrisi lainnya. Kata Marasmus berasal
dari Yunani yang berarti wasting dan ini terutama
mempengaruhi bayi di bawah satu tahun yang beradaptasi
dengan tubuh kekurangan makanan oleh pemborosan otot
dan menipisnya simpanan lemak sehingga energi hanya
disuplai Ke organ vital misalnya otak dan jantung anak
oleh karena itu menjadi sangat kurus dan lemah dan
kondisinya sering mengakibatkan kematian.
Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk memantau anak dengan
kasus marasmus sejak masuk ke rumah sakit sampai
dengan waktu keluar dari rumah sakit, secara spesifik
penelitian ini adalah: -
(i) Untuk mengumpulkan biodata anak
(ii) Untuk memperoleh informasi sosial ekonomi keluarga
anak.
(iii) Untuk memantau manajemen diet kondisi anak dari

FKEP UNEJ 2021 38


masuk hingga saat keluar.
(iv) Untuk memantau penambahan berat badan dan
hilangnya bertahap atau tanda & gejala lain dari marasmus
(v) Memberikan nasihat nutrisi
(vi) Merumuskan pola makan bergizi untuk anak.
Metodologi Metode yang digunakan yaitu despkriptif analitik. Metode
pengumpulan data didasarkan pada: -
1. Pengamatan dan pemantauan pribadi
2. Bagian rekam medis
3. Dua parameter monitor meliputi; -
i. Penambahan berat badan terkait dengan berat badan
saat masuk-keluar
ii. Jenis makanan yang diberikan mulai dari masuk
sampai keluar
Hasil Hasil
Tabel 1: pertambahan berat badan dan terapi diet anak
marasmus sejak masuk hingga keluar.
Nama anak: Umar Abubakar
Usia anak: 2 tahun
Berat anak saat masuk: 5.5kg
Tanggal masuk: 7/8/2020
Tanggal keluar: 9/10/2020
Berat aktual saat klien keluar = 13.5kg
Pertambahan berat badan: 8 kg
Pembahasan klien dibawa ke rumah sakit spesialis negara Maiduguri -
pada 8/7/20 jam 10.00 pagi, anak itu
adalah pasien marasmus dengan berat 5,5kg. klien diberi
jenis obat yang berbeda misalnya seperti
sirup kloramfenikol dan sirup parasetamol, tetapi sama-
sama ditempatkan pada diet tinggi protein dan tinggi

FKEP UNEJ 2021 39


kalori.
Diet tinggi protein dan tinggi kalori yang paling umum
adalah kwash pap. Kwash pap adalah campuran dari
gandum, kacang tanah, kacang kedelai, c aren, jeruk, telur
dan gula. Pentingnya diberikan kwash pap atau diberikan
kombinasi kelompok makanan tersebut karena memiliki
kandungan tinggi protein dan tinggi kalori.
* Protein tinggi di dalamnya adalah: - minyak sawit,
kacang tanah, dan kacang kedelai
* Diet tinggi kalori seperti karbohidrat dan gandum
beberapa protein ditawarkan kepada anak.
Berdasarkan situasi yang dihadapi
Berat badan yang diharapkan untuk usia (2 tahun) = 2x 4 +
8 = 8 +8 = 16kg
Berat aktual saat klien keluar = 13.5kg (2.5kg di bawah
nilai yang diharapkan), hal tersebut tidak terlalu
mengecilkan hati mengingat kecepatan bertambahnya berat
badan yang dialami..
Kesimpulan Penulis merekomendasikan pentingnya pemberian edukasi
tentang manajemen diet, memantau penambahan berat
badan dan hilangnya bertahap atau tanda & gejala lain dari
marasmus, memberikan nasihat nutrisi dan merumuskan
pola makan bergizi untuk anak. Tujuannya agar saat di
riwat rumah sakit dan saat dipulangkan kerumah ibu dan
keluarga mengerti tentang modifikasi diet yang dianjurkan
untuk anak dengan marasmus agar dapat menaikkan atau
mempertahankan berat badan anak pada rentan normal.
Referensi Alkali Mohammed Yakaka, Aliyu Mudi A. Halima dan
Umate Ibrahim. 2021. The Dietary Management of a
Marasmic Child from Admission unto Discharge (A Case

FKEP UNEJ 2021 40


Study of State Specialist Hospital Maiduguri, Borno State).
International Journal of Food Science, Tourism & Home
Economics ISSN: 2360-9317. Volume 8, Number 1

FKEP UNEJ 2021 41


FKEP UNEJ 2021 42

Anda mungkin juga menyukai