Anda di halaman 1dari 53

LAPORAN PENDAHULUAN (LP) MARASMUS

(KEKURANGAN ASUPAN ENERGI DAN PROTEIN)

Oleh

DAYANTRI

891201021

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM

PRODI NERS KEPERAWATAN

PONTIANAK 2020/2021
KASUS

Identitas pasien bernama An. H berumur 9 bulan agama islam, alamat Banjar
Serasan, dengan diagnosa medis marasmus. Keluhan utama saat di kaji adalah
keluarga pasien mengatakan anaknya mengalami panas kurang lebih 5 hari.
Riwayat penyakit sekarang, Keluarga pasien mengatakan bahwa An.H panas
kurang lebih sudah 5 hari saat di rumah, nafsu makan menurun, dan berat badan
tidak bertambah sejak usia 4 bulan, dan sering ditimbang di posyandu. Lalu pasien
dibawa ke puskesmas oleh keluarganya dan dirujuk ke RSUD Soedarso, saat di
IGD pasien dipasang NGT dan perawatan dilanjutkan di bangsal anak. BB: 5,5 kg
TB: 62 cm T: 36OC N: 120x/menit, Z score: -2.
A. Definisi
Marasmus adalah salah satu bentuk kekurangan gizi yang buruk yang
paling sering ditemui pada balita berusia 0-2 tahun yang tidak mendapatkan
cukup air susu ibu (ASI) (Kemenkes RI, 2015).
Marasmus adalah suatu kondisi dimana anak mengalami penurunan
berat badan sehingga mengalami penciutan atau pengurusan otot generalisata
dan tidak adanya lemak subkutis (Rudolph, 2014).
Marasmus adalah suatu bentuk kurang kalori-protein yang berat.
Keadaan merupakan hasil akhir dari interaksi antara kekurangan makanan dan
penyakit infeksi. Selain faktor lingkungan, ada beberapa faktor lain pada anak
sendiri yang dibawa sejak lahir, diduga berpengaruh terhadap terjadinya
marasmus (Nurarif, 2013).
B. Etiologi
Penyebab marasmus menurut Kemenkes RI (2015) antara lain:
1. Karena masukan makanan yang sangat kurang.
2. Infeksi.
3. Pembawaan lahir.
4. Prematuritas.
5. Penyakit pada masa neonatus.
6. Kesehatan lingkungan.
Penyebab utama marasmus menurut Sodikin (2012), yaitu :
1. Faktor psikologis seperti adanya penolakan ibu dan penolakan yang
berhubungan dengan anoreksia.
2. Asupan kalori dan protein yang tidak memadai akibat diet yang tidak cukup.
3. Kebiasaan makan yang tidak tepat seperti hubungan antara orang tua dan
anak yang terganggu atau tidak harmonis.
4. Adanya kelainan metabolik, atau malformasi kongenital.
C. Faktor risiko
Beberapa faktor resiko untuk marasmus, yaitu (Ibrahim dkk, 2012):
1. Kelaparan yang berkepanjangan
2. Terpajan air yang terkontaminasi
3. Kekurangan vit lain (vit A, E, K)
4. Diet yang buruk, tidak seimbang dalam buah, sayur-sayuran, biji-bijian.
Secara garis besar penyebab marasmus, antara lain (Ibrahim dkk,
2012):
1. Masukan makanan yang kurang : marasmus terjadi akibat masukan kalori
yang sedikit, pemberian makanan yang tidak sesuai dengan yang dianjurkan
akibat dari ketidaktahuan orang tua si anak, misalnya pemakaian secara luas
susu kaleng yang terlalu encer.
2. Infeksi yang berat dan lama menyebabkan marasmus, terutama infeksi
enteral misalnya infantil gastroenteritis, bronkhopneumonia, pielonephiritis
dan sifilis kongenital.
3. Kelainan struktur bawaan misalnya : penyakit jantung bawaan, penyakit
Hirschpurng, deformitas palatum, palatoschizis, mocrognathia, stenosis
pilorus. Hiatus hernia, hidrosefalus, cystic fibrosis pankreas
4. Prematuritas dan penyakit pada masa neonatus. Pada keadaan tersebut
pemberian ASI kurang akibat reflek mengisap yang kurang kuat
5. Pemberian ASI yang terlalu lama tanpa pemberian makanan tambahan yang
cukup.
6. Gangguan metabolik, misalnya renal asidosis, idiopathic hypercalcemia,
galactosemia, lactose intolerance.
7. Tumor hypothalamus, kejadian ini jarang dijumpai dan baru ditegakkan bila
penyebab maramus yang lain disingkirkan.
8. Penyapihan yang terlalu dini desertai dengan pemberian makanan tambahan
yang kurang akan menimbulkan marasmus.
9. Urbanisasi mempengaruhi dan merupakan predisposisi untuk timbulnya
marasmus, meningkatnya arus urbanisasi diikuti pula perubahan kebiasaan
penyapihan dini dan kemudian diikuti dengan pemberian susu manis dan
susu yang terlalu encer akibat dari tidak mampu membeli susu, dan bila
disertai infeksi berulang terutama gastroenteritis akan menyebabkan anak
jatuh dalam marasmus.
D. Menifestasi klinis

Marasmus sering dijumpai pada usia 0-2 tahun. Keadaan yang terlihat
mencolok adalah hilangnya lemak subkutan, terutama pada wajah. Akibatnya
ialah wajah si anak lonjong, berkeriput dan tampak lebih tua (old man face).
Otot-otot lemah dan atropi, bersamaan dengan hilangnya lemak subkutan maka
anggota gerak terlihat seperti kulit dengan tulang. Tulang rusuk tampak lebih
jelas. Dinding perut hipotonus dan kulitnya longgar. Berat badan turun menjadi
kurang dari 60% berat badan menurut usianya. Suhu tubuh bisa rendah karena
lapisan penahan panas hilang, tingkat kesadaran menurun, dan bentuk perut
cekung sering disertai diare kronik (terus menerus) atau malah susah buang air
kecil (Kemenkes RI, 2015).
Selain itu manifestasi marasmus adalah sebagai berikut (Ibrahim dkk,
2012) :
1. Tampak sangat kurus, hingga seperti tulang terbungkus kulit
2. Wajah seperti orang tua
3. Lethargi
4. Irritable
5. Kulit keriput (turgor kulit jelek), jaringan lemak subkutis sangat sedikit
sampai tidak ada (pakai celana longgar-baggy pants)
6. Ubun-ubun cekung pada bayi
7. Jaringan subkutan hilang
8. Malaise
9. Kelaparan
10. Apatis
11. Perut umumnya cekung
12. Tulang rusuk menonjol (Iga gambang, “piano sign”)
13. Sering disertai penyakit infeksi (umumnya kronis berulang)
14. Diare persisten
E. Patofisiologi
Petumbuhan yang kurang atau terhenti disertai atrofi otot dan
menghilangkan lemak di bawah kulit. Pada mulanya kelainan demikian
merupakan proses fisiologis. Untuk kelangsungan hidup jaringan tubuh
memerlukan energi, namun tidak didapat sendiri dan cadangan protein
digunakan juga untuk memenuhi kebutuhan energi tersebut. Penghancuran
jaringan pada defisiensi kalori tidak saja membantu memenuhi kebutuhan
energi, tetapi juga untuk memungkinkan sintesis glukosa dan metabolik
esensial lainnya asam amino untuk kepentingan homeostatik. Oleh karena itu,
pada marasmus berat kadang-kadang masih ditemukan asam amino yang
normal, sehingga hati masih dapat membentuk cukup albumin (Ibrahim dkk,
2012).

F. Pathway

Malabsorbsi, infeksi, Kegagalan melakukan


v
Sosial ekonomi anorexia sintesis kalori dan
rendah protein

Intake kurang dari kebutuhan

Defisiensi protein dan kalori

Hilangnya lemak di bantalan kulit Daya tahan tubuh menurun Asam amino esensial
menurun dan produksi
albumin menurun
Turgor kulit menurun Keadaan umum lemah
dan keriput Atrofi / pengecilan otot

Resiko infeksi Keterlambatan


Kerusakan integritas kulit
pertumbuhan dan
perkembangan
Resiko infeksi saluran pencernaan

Anorexia, Diare
G. Penatalaksanaan
Prinsip dasar penanganan khusus menurut Departemen kesehatan RI
(2011):
1. Hipoglikemia
Semua anak dengan gizi buruk berisiko mengalami hipoglikemia,
yaitu apabila kadar glukosa darah < 54mg/dL atau < 3mmol/L. Oleh karena
itu, setiap anak gizi buruk harus segera diberi makan atau larutan glukosa/
gula pasir 10% setelah masuk rumah sakit. Pemberian makan yang sering
sangat penting dilakukan pada anak gizi buruk. Apabila fasilitas setempat
tidak memungkinkan untuk memeriksa kadar gula darah, maka semua anak
gizi buruk harus dianggap mengalami hipoglikemia dan harus segera
ditangani sesuai panduan. Tanda anak yang mengalami hipoglikemia adalah
letargis, nadi lemah, dan kehilangan kesadaran.
2. Hipotermia
Diagnosis hipotermi adalah apabila suhu aksila <35,5oC.
Tatalaksananya :
a. Segera beri makan F-75, apabila diperlukan, lakukan rehidrasi terlebih
dahulu
b. Pastikan bahwa anak berpakaian, termasuk kepalanya. Tutup dengan
selimut hangat dan letakan pemanas (tidak mengarah langsung kepada
anak) atau lampu di dekatnya, atau letakan anak langsung pada dada atau
perut ibunya. Apabila menggunakan lampu listrik, letakan lampu pijar 40
W dengan jarak 50 cm dari tubuh anak
c. Beri antibiotik sesuai pedoman
3. Dehidrasi
Cenderung terjadi diagnosis berlebihan dari dehidrasi dan estimasi
yang berlebihan mengenai derajat keparahannya pada anak gizi buruk. Hal
tersebut disebabkan oleh sulitnya menentukan status dehidrasi secara tepat
pada anak dengan gizi buruk, yaitu hanya dengan menggunakan gejala
klinis saja. Anak gizi buruk dengan diare cair, apabila gejala dehidrasi tidak
jelas anggap dehidrasi ringan. Tatalaksananya :
a. Jangan menggunakan infus untuk rehidrasi, kecuali pada kasus dehidrasi
berat dengan syok
b. Beri ReSoMal secara oral atau melalui NGT, lakukan lebih lambat
dibanding jika melakukan rehidrasi pada anak dengan gizi baik.
c. Beri 5 mL/kgBB setiap 30 menit untuk 2 jam pertama
d. Setelah 2 jam, berikan ReSoMal 5-10 mL/kgBB/jam berselang-seling
dengan F-75 dengan jumlah yang sama, setiap jam selama 10 jam
e. Jumlah yang pasti tergantung seberapa banyak anak mau, volume tinja
yang keluar, dan apakah anak muntah
f. Selanjutnya berikan F-75 secara teratur setiap 2 jam
g. Apabila anak masih diare, beri ReSoMal setiap kali diare
h. Usia <1 tahunà 50-100 ml setiap BAB
i. Usia ≥1tahun 100-200 ml setiap BAB
4. Gangguan keseimbangan elektrolit
Semua anak dengan gizi buruk mengalami defisiensi kalium dan
magnesium yang mungkin membutuhkan waktu 2 minggu atau lebih untuk
memperbaikinya. Selain itu, pada anak dengan gizi buruk dapat terjadi
kelebihan natrium total dalam tubuh, walaupun kadar natrium dalam serum
mungkin rendah. Kondisi tersebut dapat menyebabkan terjadinya edema.
Jangan obati edema dengan diuretikum. Pemberian natrium yang berlebihan
dapat menyebabkan kematian. Tatalaksananya :
a. Untuk mengatasi gangguan elektrolit diberikan kalium dan magnesium
yang seudah terkandung di dalam larutan mineral mix yang ditambahkan
dalam F-75, F-100 atau ReSoMal
b. Gunakan larutan ReSoMal untuk rehidrasi
c. Siapkan makanan tanpa menambah garam (NaCl)
5. Infeksi
Pada anak dengan gizi buruk, gejala infeksi yang biasa ditemukan
seperti demam, seringkali tidak ada. Padahal infeksi ganda merupakan hal
yang sering terjadi pada gizi buruk. Oleh karena itu, anggaplah semua anak
dengan gizi buruk mengalami infeksi saat mereka datang ke rumah sakit dan
segera tangani dengan antibiotik. Tanda adanya infeksi berat adalah adanya
hipoglikemia dan hipotermia. Tatalaksananya :
a. Antibiotik spektrum luas
1) Apabila tidak ada komplikasi atau infeksi nyata, beri Kotrimoksazol
per oral (25 mg SMZ + 5 mg TMP/kgBB) setiap 12 jam selama 5 hari
2) Apabila terdapat komplikasi (hipoglikemia, hipotermia, atau anak
terlihat letargis atau tampak sakit berat) atau anak terlihat sakit berat,
maka berikan:
3) Ampisilin (50 mg/kgBB IM/IV setiap 6 jam selama 2 hari), dilajutkan
dengan Amoksisilin oral (15 mg/kgBB setiap 8 jam selama 5 hari)
atau ampisilin oral (50 mg/ kgBB setiap 6 jam selama 5 hari) sehingga
total selama 7 hari, ditambah Gentamisin (7,5 mg/kgBB/hari IM/IV)
setiap hari selama 7 hari, ditambah Gentamisin (7,5 mg/kgBB/hari
IM/IV) setiap hari selama 7 hari. Jika anak tidak membaik dalam
waktu 48 jam, tambahkan Kloramfenikol (25 mg/kgBB IM/IV setiap 8
jam) selama 5 hari
b. Vaksin campak jika berumur ≥ 6 bulan dan belum pernah
mendapatkannya, atau jika anak berumur > 9 bulan dan sudah pernah
diberi vaksin sebelum berumur 9 bulan. Tunda imunisasi bila syok.

Penatalaksanaan menurut teori keperawatan (Levine) :


Penanganan yang tepat mengenai masalah nutrisi perlu segera
dilakukan untuk mencegah penurunan status gizi pada anak. Perawat berperan
penting dalam hal pemberian dukungan informasi pada klien dan keluarga
terkait nutrisi anak. Intervensi yang dilakukan perawat saat merawat anak
adalah mengkaji asupan nutrisi dan memberikan nutrisi sesuai kebutuhan
perhari, menimbang berat badan, menanyakan penurunan berat badan yang
terjadi, mengklasifikasikan status gizi yang dialami anak. Intervensi
keperawatan dapat dilakukan dengan mengaplikasikan teori keperawatan yang
berfokus pada keseimbangan energi, sehingga diharapkan perawatan yang
diberikan akan lebih terstruktur sesuai kebutuhan klien. Keseimbangan energi
tersebut dapat diwujudkan dengan mengaplikasikan model konservasi Levine
yang mengutamakan keseimbangan energi (Alligood & Tomey, 2010).
Perawat memiliki peran sebagai pemberi asuhan keperawatan
diharapkan dapat menyelesaikan tujuan yang ingin dicapai menggunakan
prinsip-prinsip konservasi energi, struktur, integritas personal, dan sosial.
Selain itu, Levine juga mengaplikasikan proses keperawatan dalam bentuk
pengkajian, trophicognosis, hipotesis, intervensi, dan evaluasi keperawatan
(Levine, 1967 dalam Alligood & Tomey, 2010).
Terdapat tiga konsep utama dari model konservasi yaitu wholeness
(keutuhan), adaptasi, dan konservasi.
1. Keutuhan menekankan pada sebuah suara, organik, kerjasama yang terus
menerus antara berbagai fungsi dan merupakan bagian dari keseluruhan,
ikatan yang terbuka dan saling mempengaruhi.
2. Adaptasi adalah proses perubahan dimana individu mempertahankan
integritas dirinya dari kenyataan lingkungan dalam dan luar dirinya.
3. Konservasi adalah sejumlah cara yang kompleks dapat dilakukan untuk
melanjutkan fungsinyanya bahkan dalam menghadapi tantangan yang berat
(Levine, 1969 dalam Alligood & Tomey, 2010).

Tujuan dari model konservasi adalah tercapainya intervensi yang


menghadirkan prinsip-prinsip konservasi.

Prinsip konservasi tersebut adalah konservasi energi, konservasi integritas


struktural, konservasi integritas personal, dan konservasi integritas sosial
(Alligood & Tomey, 2010):

1. Konservasi energi adalah upaya memperoleh keseimbangan dan


pembaharuan energi yang terjadi secara terus menerus, sehingga dapat
mempertahankan aktivitas kehidupan seseorang. Proses seperti pengobatan
dan penuaan membutuhkan energi tersebut. Konservasi energi memiliki
tujuan agar terhindar dari kelelahan berlebih dengan cara memelihara
keseimbangan antara pemasukan (oksigen, cairan, dan nutrisi) dan
pengeluaran energi (Alligood & Tomey, 2010).
2. Konservasi integritas struktural adalah upaya untuk memelihara atau
memperbaiki struktur tubuh sehingga mencegah terjadinya kerusakan fisik
dan mempercepat penyembuhan. Perawat dapat meminimalkan kerusakan
jaringan karena suatu penyakit dengan cara melakukan pengkajian awal dan
mengenali adanya perubahan fungsi (Alligood & Tomey, 2010).
3. Konservasi integritas personal adalah mengenali individu secara utuh. Harga
diri, identitas diri adalah hal yang penting bagi individu. Hospitalisasi akan
membuat klien lebih rapuh, berkurangnya privacy, dan menimbulkan
kecemasan. Perawat dapat menunjukkan penghargaan terhadap klien dengan
menyebut namanya, menghargai keinginannya, menghargai barang pribadi,
memberikan privacy selama tindakan, mendukung pertahanan diri klien, dan
mengajarkannya. Tugas perawat adalah menyampaikan pengetahuan dan
kekuatan sehingga individu dapat menjalankan urusan pribadi, dan menjadi
mandiri (Levine, 1990 dalam Alligood & Tomey, 2010).
4. Integritas social adalah bahwa melalui komunitas hidup akan lebih
bermakna, dan kesehatan dipengaruhi oleh sosial masyarakat sekitar.
Perawat menjalani peran professional, memberikan dukungan kepada
anggota keluarga, terutama spiritual, dan melakukan hubungan interpersonal
dalam upaya menjaga integritas sosial (Alligood & Tomey, 2010).
H. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Laboratorium WHO merekomendasikan tes laboratorium berikut:
1. Glukosa darah
2. Pemeriksaan pap darah dengan mikroskop atau pengujian deteksi langsung
3. Hemoglobin
4. Pemeriksaan urine pemeriksaan dan kultur
5. Pemeriksaan tinja dengan mikroskop untuk telur dan parasit
6. Serum albumin
7. Tes HIV (Tes ini harus disertai dengan konseling orang tua anak, dan
kerahasiaan harus dipelihara.)
8. Elektrolit
I. Asuhan keperawatan
1. Pengkajian
a. Anamnesis (penyakit & gizi)

1) Anamnesis awal  untuk mengetahui adanya tanda bahaya dan tanda


penting:
 syok/renjatan
 letargis
 muntah dan atau diare atau dehidrasi
2) Anamnesis lanjutan  Untuk mengetahui faktor yang menyebabkan
terjadinya gizi buruk:
 riwayat kehamilan & kelahiran
 riwayat pemberian makan
 riwayat imunisasi & pemberian vit A
 riwayat penyakit penyerta/penyulit
 riwayat tumbuh kembang
 penyebab kematian pada saudara kandung
 status sosial, ekonomi dan budaya keluarga
b. Pemeriksaan fisik (klinis dan antropometri)

1) Pemeriksaan fisik awal  untuk mengetahui adanya kedaruratan


medis
 gangguan sirkulasi/syok
 gangguan kesadaran
 dehidrasi
 hipoglikemi
 hipotermi
2) Pemeriksaan fisik lanjutan
 Pengukuran dan penilaian antropometri
BB/U (berat badan menurut umur), TB/U (tinggi badan menurut
umur), LLA/U (lingkar lengan atas menurut umur), BB/TB (berat
badan menurut tinggi badan), LLA/TB (lingkar lengan atas
menurut tinggi badan.
 Tanda klinis gizi buruk
Pada marasmus, anak kurus muncul dengan ditandai hilangnya
lemak subkutan dan pengecilan otot. Kulit tampak xerotik, keriput,
dan longgar. Hilangnya bantalan lemak bukal adalah karakteristik
dari gangguan ini. Marasmus mungkin tidak memiliki dermatosis
klinis. Namun, temuan tidak konsisten termasuk kulit halus, rambut
rapuh, alopesia, pertumbuhan terganggu, dan fissuring pada kuku.
Dalam kekurangan energi protein, rambut lebih berada dalam fase
(istirahat) telogen dari dalam fase (aktif) anagen, kebalikan dari
normal. Kadang-kadang, seperti pada anoreksia nervosa, ditandai
pertumbuhan rambut lanugo dicatat.

 Tanda defisiensi vitamin A pada mata dan mikronutrien lain


 Tanda dan gejala klinis penyakit penyerta/penyulit

c. Pemeriksaan laboratorium/radiologi
Pemeriksaan Laboratorium WHO merekomendasikan tes
laboratorium berikut:
1) Glukosa darah
2) Pemeriksaan pap darah dengan mikroskop atau pengujian deteksi
langsung
3) Hemoglobin
4) Pemeriksaan urine pemeriksaan dan kultur
5) Pemeriksaan tinja dengan mikroskop untuk telur dan parasit
6) Serum albumin
7) Tes HIV (Tes ini harus disertai dengan konseling orang tua anak, dan
kerahasiaan harus dipelihara.)
8) Elektrolit
Hasil
1) Temuan yang signifikan dalam kwashiorkor meliputi
hipoalbuminemia (10-25 g / L), hypoproteinemia (transferin, asam
amino esensial, lipoprotein), dan hipoglikemia.
2) Plasma kortisol dan kadar hormon pertumbuhan yang tinggi, tetapi
sekresi insulin dan tingkat pertumbuhan insulin faktor yang menurun.
3) Persentase cairan tubuh dan air ekstraseluler meningkat. Elektrolit,
terutama kalium dan magnesium, yang habis.
4) Tingkat beberapa enzim (termasuk laktosa) yang menurun, dan tingkat
lipid beredar (terutama kolesterol) yang rendah.
5) Ketonuria terjadi, dan kekurangan energi protein dapat menyebabkan
penurunan ekskresi urea karena asupan protein menurun. Dalam
kedua kwashiorkor dan marasmus, anemia defisiensi besi dan asidosis
metabolik yang hadir.
6) Ekskresi hidroksiprolin berkurang, mencerminkan terhambatnya
pertumbuhan dan penyembuhan luka.
7) Kemih meningkat 3-methylhistidine adalah refleksi dari kerusakan
otot dan dapat dilihat di marasmus.
8) Malnutrisi juga menyebabkan imunosupresi, yang dapat menyebabkan
hasil negatif palsu tuberkulin kulit tes dan kegagalan berikutnya untuk
secara akurat menilai untuk TB.
9) Biopsi kulit dan analisis rambut dapat dilakukan
d. Analisis diet dan makanan
Riwayat diet rinci  kuantitas asupan makanan (Food recall) dan
kualitas asupan makanan (Food frequency)
Pengukuran pertumbuhan, indeks massa tubuh (BMI), dan pemeriksaan
fisik lengkap ditunjukkan. Tindakan pengukuran tinggi badan-banding-
usia atau berat badan-untuk-tinggi pengukuran kurang dari 95% dan 90%
dari yang diharapkan atau lebih besar dari 2 standar deviasi di bawah
rata-rata untuk usia. Pada anak yang lebih dari 2 tahun, pertumbuhan
kurang dari 5 cm/th juga dapat menjadi indikasi defisiensi.
2. Diagnosa
a. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan berhubungan
dengan kekurangan zat gizi yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh.
Gejala umumnya adalah berat badan rendah dengan asupan makanan
yang cukup atau asupan kurang dari kebutuhan tubuh, adanya kelemahan
otot dan penurunan energi, pucat pada kulit, membran mukosa dan
konjungtiva.
b. Kekurangan Volume cairan berhubungan dengan Mual dan Muntah,
gejala umumnya adalah penurunan asupan cairan ditandai dengan
penurunan turgor kulit, membran mukosa kering, peningkatan suhu tubuh
dan penurunan berat badan secara tiba-tiba.
3. Intervensi
No. Tujuan & Kriteria hasil Perencanaan Rasional

1. Tujuan dan Kriteria 1. Bina hubungan 1. Mendekatkan


Hasil: saling percaya diri pada pasien
 Pasien mampu dengan pasien. 2. Memudahkan
meningkatkan berat 2. Bicarakan pasien untuk
badan. kemungkinan menambah
 Pasien mampu penyebab berat badan
menyeimbangkan penurunan berat 3. Memudahkan
asupan gizi makan. badan. pasien untuk
 Pasien mampu 3. Anjurkan memilih
mengatur makanan yang makanan yang
ketidakteraturan sesuai dan sehat
makan. dalam bentuk 4. Memudahkan
yang menarik pasien dan
untuk pasien. keluarga untuk
4. Ajarkan pasien menyeimbangk
dan keluarga an asupan
cara memilih kalori
makanan yang 5. Memudahkan
bergizi untuk pasien untuk
pasien. melihat catatan
5. Bicarakan kenaikan berat
dengan pasien badan pasien
metode 6. Mengurangi
mencatat asupan resiko
makanan setiap terhambatnya
hari. ketidakseimban
6. Kaji adanya gan nutrisi pada
mual dan pasien
muntah.
2. Tujuan dan Kriteria 1. Rencanakan 1. Mempermudah
Hasil: target untuk
 Pasien mampu pemberian memantau
menyeimbangkan asupan cairan. kondisi pasien.
volume cairan sesuai 2. Kaji 2. Membantu
dengan kebutuhan pemahaman pasien dalam
tubuh. pasien tentang mengatasi
 Pasien mampu alasan gangguan.
meningkatkan asupan mempertahanka 3. Untuk
cairan. n hidrasi yang mengetahui
 Pasien tidak adekuat. perkembangan
menunjukkan tanda- 3. Catat asupan status kesehatan
tanda dehidrasi. dan haluaran. pasien.
4. Pantau asupan 4. Untuk
peroral dan mengontrol
haluaran cairan. asupan pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Alligood, M.R, & Tomey, A.M. (2010). Nursing theorists and their works. 6th ed.
St. Louis: Mosby Elsevier, Inc
Direktorat Bina Gizi. (2011). Bagan Tatalaksana Anak Gizi Buruk Buku 1,
cetakan keenam. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.
Ibrahim, Muhammad., Christine, Juliana., Karolina, Chandra. (2012). Marasmus.
Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya Rumah Sakit Dr. Muhammad Hoesin Palembang.
Kemenkes, RI. (2015). Situasi Kesehatan Anak Balita di Indonesia. Pusat data
dan informasi kementrian kesehatan RI.
Rudolph, Abraham M. (2014). Buku Ajar Peiatri Rudolp. Jakarta: EGC
Nurarif. (2013). Gangguan Gastrointestinal: Aplikasi Asuhan Keperawatan
Medikal Bedah. Jakarta: Selemba Medika
Sodikin. (2012). Kerawatan Anak Gangguan Pencernaan. Jakarta: EGC
WHO. (2009). Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Jakarta : WHO
Indonesia.
LAMPIRAN PENGESAHAN

Nama Mahasiswa Pembimbing

(Dayantri) (Ns.Wulida Litaqia, M.Kep)


ASUHAN KEPERAWATAN (ASKEP) MARASMUS
(KEKURANGAN ASUPAN ENERGI DAN PROTEIN)

Oleh

DAYANTRI

891201021

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM

PRODI NERS KEPERAWATAN

PONTIANAK 2020/2021
A. Pengkajian

1. IDENTITAS KLIEN
Nama : An. H

Nama Panggilan : An. H

Tgl Lahir/Umur : 9 buln

Jenis kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Bahasa yang dipakai :-

Pendidikan :-

Alamat : Banjar serasan

Telp :-

Ruang : Bangsal Anak

No. Register : 0097659

Nama Ayah : Tn. N

Nama Ibu : Ny. B

Pekerjaan : Buruh Lapas

Pekerjaan : IRT

Pendidikan : SMA

Pendidikan : SMA

2. RIWAYAT KEPERAWATAN
Tanggal masuk : 7 Desember 2020

Tanggal dan jam pengambilan data : 7 Desember 2020/08.00

Diagnosis medik saat masuk : Marasmus


Cara masuk : [ ] Berjalan [ ] Kursi roda [ ] Brancar [ * ] digendong

Ditemani oleh : [ * ] orang tua [ ] saudara [ ] lain-lain

Dikirim dari : [ ] Emergency [ * ] Poli [ ] Kamar operasi [ ] lain-lain

Keadaan waktu masuk :

Kesadaran : [ * ] Composmentis [ ] Apatis [ ] Somnolen [ ]


Soporcoma [ ] Coma

Pernafasan : 52 x/mnt, Suhu 36 C, Nadi 120 x/mnt

Tekanan darah : 90/60 mmHg, BB : 5,5 gr/kg, TB : 62 cm

Keluhan yang dirasakan sekarang : Keluarga pasien mengatakan anaknya


mengalami panas kurang lebih 5 hari saat dirumah nafsu makan menurun
dan berat badan tidak bertambah sejak usia 4 bulan

Alergi : [ ] ya [ * ] tidak [ ] obat [ ] makanan [ ] lain-lain keluarga


mengatakan tidak ada alergi.

Alat bantu yang dipakai :

[ ] kaca mata [ ] lensa kotak [ ] prothese [ ] alat bantu pendengaran

[ ] kawat gigi [ ] lain-lain tidak ada

Apakah pernah sakit sebelum ini ? [ * ] ya [ ] tidak

Bila pernah sakit apa ? keluarga mengatakan Anaknya bila sakit hanya
demam biasa.

Apakah sudah berobat ? [ * ] sudah [ ] belum

Bila sudah berobat dimana ? puskesmas dan keluarga mengatakan anaknya


sering posyandu

Riwayat dalam kandungan – kelahiran :


Prenatal : [ * ] normal [ ] tidak normal ( spesifik )
……………………………………………

Natal : [ * ] spontan [ ] VE [ ] SC

BB lahir 1,8 Gr panjang badan lahir 36 cm

Menangis saat lahir : [ * ] ya [ ] tidak

Post natal : [ ] kejang [ ] gangguan nafas [ ] kejang demam

[ * ] lain-lain tidak ada

Minum ASI [ * ] ya, sampai umur berapa 9 bulan/tahun [ ] tidak

Riwayat Imunisasi :

[ * ] DPT I [ * ] DPT II [ * ] DPT III [ * ] Polio I [ * ] Polio II [ * ]


Polio III [ * ] BCG [ * ] Campak

[ ] MMR [ ] Hepatitis, Vaksin ulangan [ ] ya [ * ] tidak

Riwayat Keluarga

Saudara : Abang & Kakak

JENIS KELAMIN SEHAT /


NO NAMA UMUR
L/P SAKIT

1. An. B 10 Tahun Laki-laki Sehat

2. An. A 6 Tahun Perempuan Sehat

3. - - - -
Genogram keluarga ( minimal 3 generasi )

Ket;

: Laki-laki

; Perempuan

: Garis hubungan keluarga

: Pasien

3. RIWAYAT KEBUTUHAN SEHARI-HARI


K E B U T U H A N

1. PERNAFASAN
Spontan ( * ) ya ( ) reguler ( ) irreguler

( ) Tidak

Frekuensi nafas 52 x/mnt

Keadaan saat ini :

( * ) Batuk ( ) Dyspone ( ) Sianosis ( ) Retraksi :( a. Derajat .......... b. Lokasi


...................)

( ) Wheezing ( ) Sakit ( ) Lendir ( ) Ronkhi


Alat bantu nafas : tidak ada

( ) O2 nasal ( ) ETT ( ) T. Piece

Hasil analisa gas darah :

( ) Asidosis respiratorik ( ) Asidosis metabolik

( ) Alkolosis respiratorik ( ) Asidosis metabolik

Keterangan :

Klien tidak menggunakan alat bantu nafas

2. SIRKULASI
Frekuensi nadi 120 x/mnt

[ ] Reguler [ ] Irreguler

Tekanan darah 90/60 mmHg

Keadaan saat ini :

[ ] Edema [ ] nyeri kaki [ ] nyeri dada

[ ] kelelahan [ ] syncope

Extremitas : [ ] Hangat [ ] Dingin [ ] Sianosis

[ ] Anemia [ ] Trombositopenia

[ ] Lekositosis [ ] Hipoproteinemia

Keterangan :

An. H terlihat bias berguling miring kanan dan kiri dan tengkurap tanpa bantuan.

3. MAKANAN, CAIRAN DAN ELEKTROLIT


Makan …………… x/hari

Pagi jam ……………… Siang jam ……………… Malam jam ……………………

Diet : ………………………………………………………………………………………

Minum : 60cc/jam/hari

Menggunakan [ ] Dot [ ] Gelas [ ] Lain-lain : Melalui selang NGT

Makanan dan minuman yang tidak disukai : Tidak ada

Nafsu makan [ ] Baik [ * ] Sedang [ ] Buruk

BB sebelum sakit : 5,5 kg, BB sekarang : 5,5 kg

[ ] BB turun [ * ] BB tetap [ ] BB naik

Keadaan saat ini : tidak ada stomatitis, tidak muntah

[ ] Sulit mengunyah [ ] Stomatitis

[ ] Sakit menelan [ ] kebersihan mulut kurang

[ ] Mual [ ] Muntah [ ] Nyeri ulu hati

Gigi : belum ada

Lidah : [ * ] Basah [ ] Kering [ ] Berselaput

[ ] Lain-lain misalnya ……………………………………………………

Selaput lendir : [ * ] Basah [ ] Kering [ ] Berselaput

[ ] Lain-lain misalnya …………………………………………

Abdomen : [ ] Supel [ ] kembung [ ] Tegang

Turgor : [ ] Baik [ * ] Sedang [ ] Buruk


Hasil laboratorium :

[ ] Hipoproteimenia [ ] Hipoalbuminemia

[ ] Hipokalemia [ ] Hipokalsemia

[ ] Hiponatremia

Dextrostik : [ } Normal [ } Rendah [ ] Tinggi

Keterangan : tidak ada

4. ELIMINASI
4.a. BUANG AIR KECIL ( BAK )

Frekuensi BAK 4x/hari

Ada kesukaran : [ ] Ya [ * ] Tidak

Bila ada kesukaran lakukan apa ?

………………………………………………………………………………………
…………

Keadaan saat ini : normal

[ ] Rasa terbakar [ ] Dysuria [ ] Sering BAK

[ ] Hematuria [ ] Inkontinesia [ ] Retensi urin

[ ] Imobilisasi [ ] Menetes [ ] Infeksi

[ ] Distensi kandung kemih

keterangan :

tidak ada
4.b. BUANG AIR BESAR ( BAB )

Frekuensi BAB 1x/hari

Ada kesukaran : [ ] Ya [ * ] Tidak

Bila ada dilakukan apa ? ……………………………………………

Kapan terakhir BAB ; tadi pagi hari

Keadaan saat ini : normal

[ ] Diare [ ] Konstipasi [ ] Hemorroid

[ ] Kolostomi [ ] Ileustomi [ ] Perubahan diet

[ ] Penurunan pemasukan cairan

[ ] Sakit pada saat defekasi [ ] Imobilisasi

Konsistensi Feces : [ * ] lembek [ ] Cair berampas

[ ] Cair tanpa ampas

Warna Feces : [ * ] Kuning [ ] Hijau

[ ] Putih dempul [ ] Darah

Keterangan :

5. NEUROSENSORI
Tingkat Kesadaran

[ * ] Kompos mentis [ ] Apatis [ ] Somnolent

[ ] Sopor coma [ ] Coma

Orientasi

[ ] Waktu [ ] Tempat [ ] Orang [ ] Bingung


Sifat Anak

[ * ] Tenang [ ] Sedih [ ] Cemas [ ] Lain-lain

Berbicara

[ ] Sesuai/teratur [ ] Tak sesuai [ ] Menghina

[ ] Aphasia [ ] Kacau

Kontak mata : [ * ] Ya [ ] Tidak

Pupil mata : [ * ] Isokor [ ] An isokor [ ] Dilatasi

[ ] Bereaksi [ ] Tidak Bereaksi

Keterangan :

Tidak ada

6. KEAMANAN / MOBILISASI

6.a. Persepsi/koordinasi

Penglihatan

[ * ] Baik [ ] Kabar [ ] Ganda [ ] Buta warna

Pendengaran :

[ * ] Baik [ ] Tuli [ ] Nyeri

Sensori :

[ * ] Baik [ ] Pusing [ ] Pingsan [ ] Nyeri

[ ] Sakit Kepala [ ] Mati rasa

Keterangan :

Tidak ada
6.b. Mobilisasi

Aktifitas sehari-hari yang bisa dilakukan : [ ] Dapat menolong diri sendiri

[ * ] Ditolong dengan bantuan

Keadaan saat ini :

[ ] Sulit berjalan [ ] Kelelahan [ ] Nyeri

[ ] Gerakan yang terbatas [ ] kejang

[ ] Parasitis [ ] Otot lemah [ ] Riwayat jatuh

[ ] Koordinasi yang rusak [ ] Cemas

[ ] Pernafasan terganggu

[ ] Pengetahuan kurang

[ ] Penglihatan kurang

[ ] Gangguan Muskuloskeletal

[ * ] Penurunan daya tahan tubuh

Keterangan :

Terlihat berguling miring kanan dan kiri, tengkurap tanpa bantuan

1. KEBERSIHAN DIRI / KULIT


Warna [ * ] Normal [ ] Pucat [ ] Kemerahan [ ] Kuning

Temperatur [ * ] Normal [ ] Hangat

[ ] Dingin [ ] Berkeringat

Turgor [ ] Baik [ * ] Sedang [ ] Buruk

Integritas kulit [ ] Baik/utuh [ * ] Kering [ ] lesi

[ ] Pruritus [ ] Rash [ ] Kemerahan


Rambut : Berwarna hitam

Kuku : Terlihat bersih

Infus [ * ] Ya [ ] Tidak, Drain : [ ] Ya [ ] Tidak

mandi 2 x/hari

Menggosok gigi ………………… x/hari

Cuci rambut tiap …………………… hari

Hasil laboratorium :

[ * ] Lekositosis [ ] Trimbositopenia

Keterangan :

HB : 10,9 g/dl, Eritrosit : 3.86 juta/mm^3 , lekosit:7.11 ribu/mm^3

2. KENYAMANAN
Keadaan saat ini :

Nyeri [ ] karakteristik : .....................................

Diaporesis [ ] Gatal [ ] Panas [ ] Mual [ ]

Temperatur : ………………………………………………

Luka Operasi : [ ] Ya [ ] Tidak

Keterangan :

Tidak ada

3. TIDUR DAN ISTIRAHAT


Tidur mulai jam berapa : 21.00 malam

waktu bangun 06.00 pagi


Sering terbangun malam ( alasannya )

: tidak ada

Tidur siang jam berapa : 11.00 siang Tidur dengan siapa : Ibunya

Berdo’a/membaca cerita sebelum tidur

Tidak terkaji

Alat bantu untuk tidur :

Murotal ayat ayat suci al-Quran

4. BERMAIN DAN REKREASI


Jam bermain : tidak terkaji

sampai jam : tidak terkaji

Jenis permainan : tidak terkaji

Tempat bermain : diluar rumah / didalam rumah

5. PSIKO SOSIAL
Persepsi klien/keluarga tentang status kesehatan sekarang

Tidak terkaji

Siapa yang merawat : [ * ] Ibu [ * ] Bapak [ ] Saudara

[ ] Lain-lain
…………………………………………………………

Hubungan dalam keluarga :

[ * ] Harmonis [ ] Tidak harmonis

Hubungan dengan teman :

[ ] Ramah [ ] Kerja sama [ ] Nakal [ ] Egois

[ ] Lain-lain
…………………………………………………………………………………

Sifat anak : [ ] Pemarah [ ] Pemalu [ ] Pendiam

[ ] Manja [ ] Sabar [ ] Pemberani

[ ] Lain-lain : tidak terkaji

Prestasi belajar :

[ ] Baik [ ] Sedang [ ] Kurang

Harapan klien/keluarga tentang pengobatan

Penyakitnya : tidak terkaji

Keterangan :

Tidak ada

6. SOSIAL EKONOMI
Keadaan lingkungan tempat tinggal :

[ * ] Bersih [ ] Kotor [ ] Padat

Tempat tinggal : [ * ] Rumah [ ] Flat [ ] Lain-lain

Misalnya :

Masalah biaya keperawatan : [ ] Ya [ * ] Tidak

Keterangan : menggunakan pelayanan BPJS

7. AGAMA
Adakah hal-hal yang mempengaruhi agama dalam hal : tidak terkaji
4. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : nafsu makan menurun dan berat badan tidak bertambah
sejak usia 4 bulan

Tingkat kesadaran : compos mentis

Antropometri :

Berat Badan : 5,5 kg Tinggi Badan : 62 cm Lingkar kepala


: 8,4 cm (< 3 thn)

Lingkar Lengan Atas : 10 Lingkar Dada : 44 cm

Lingkar Perut : 39 cm

A. Tanda Vital :
Suhu : 36 oC Nadi : 120 x/menit

Pernafasan : 52 Tekanan Darah : 90/60

B. Pemeriksaan Umum
1. Kulit :
a. Warna : sawo matang, kebersihan : kulit bersih
b. Lesi : tidak terkaji
c. Keadaan ( lembab, kering )
d. Temperatur tidak terkaji
e. Turgor kulit baik
oedema tidak terkaji
2. Kuku :
a. Keadaan ( utuh, bersih, panjang, pendek )
b. Warna ( sianosis, kronik, garis melintang berwarna ) : tidak
terkaji
c. Bentuk kuku ( cembung,cekung)..
3. Rambut :
Warna : hitam
Distribusi : tidak terkaji

Bentuk/Sifat rambut ; tidak terkaji

Kepala:

Bentuk : lonjong
Kesemetrisan: simetris
4. Wajah:
Bentuk: bulat
Warna ; sawo matang
5. Mata :
a. Bentuk dan gerak mata ( simetris/tidak )
b. Warna konjungtiva : anemis
c. Sclera : tidak terkaji
d. Iris : tidak terkaji
e. Cornea :
f. Pupil ( jernih, refleks, oedema )
g. Lensa ( jernih, keruh )
h. Kelopak mata ( pitosis, oedema )
i. Ketajaman penglihatan : normal.
7. Hidung
a. Mukosa hidung ( warna) : lembab
b. Bulu hidung : tidak terkaji
c. Adakah akumulasi : tidak terkaji sekret/darah : tidak terkaji
8. Septum : tidak terkaji
9. Mulut
a. Bibir (warna, kesemetrisan, kelembaban) : bibir kering
b. Mukosa (warna, lesi, kelembaban) : mukosa bibir kering
c. Lidah ( lapis putih, bercak keabuan, fisura ) : tidak terkaji
d. Uvula ( gerakan, posisi ) Gigi ( caries dentis, tidak tumbuh gigi )
tidak terkaji
e. Pharing ( kemerahan pada dinding belakang, sekret )
Tidak terkaji
f. Tonsil (kemerahan, bengkak) : tidak terkaji
g. Kebersihan mulut : mulut bersih
10. Telinga
a. Bentuk dan besarnya : tidak terkaji
b. Letak ( simetris ) : tidak terkaji
c. Benjolan : tidak terkaji
d. Keadaan membran telinga : tidak terkaji
e. Adakah rasa nyeri, sekret, warna sekret, bau : tidak terkaji
11. Pendengaran : normal
12. Leher
a. Gerakan leher : tidak terkaji
b. Pembesaran getah bening : tidak terkaji
c. Bendungan vena jugularis : tidak terkaji
13. Adakah tumor, oedema, lesi : tidak terkaji
14. Dada :
a. Lingkar dada : 44 cm
b. Gerakan dada : normal
15. Bentuk dada : simetris
16. Paru-paru :
a. Gerakan pernafasan : normal
b. Pola pernafasan : baik
c. Frekuensi : 52x/menit
17. Suara pernafasan : normal
18. Abdomen :
a. Menonjol dan gerakan Lembut, tegang, ada masa, cairan
abnormal : tidak terkaji
b. Perkusi ( sonor, dulnes pekak ) : tidak terkaji
c. Bising usus Umbilikus ( hernia, pembuluh darah ) : tidak terkaji
19. Hepar :
a. Adakah pembesaran : tidak terkaji
b. Teraba(ada/tidak) : tidak terkaji
20. Sewaktu bernafas atau bergerak(sakit/tidak) : tidak terkaji
21. Kelenjar limpa : tidak terkaji
a. Pembesaran ( letak, ukuran, tonjolan ) : tidak terkaji
b. Konsistensi ( padat, kenyal ) : tidak terkaji
c. Arah pembesaran ( medial, lateral inferior ) : tidak terkaji
d. Nyeri tekan : tidak terkaji
22. Ginjal :
a. Dapat diraba/tidak : tidak terkaji
23. Pembesaran unilateral/bilateral : tidak terkaji
24. Punggung
a. Bentuk ( simetris ) : tidak terkaji
b. Lessi, tumor : tidak terkaji
25. Ekstremitas atas dan bawah
a. Kekuatan otot : tidak terkaji
b. Adakah atropi otot : tidak terkaji
c. Adakah fraktur : tidak terkaji
d. Adakah kelumpuhan : tidak terkaji
e. Oedema/lessi : tidak terkaji
f. Nyeri otot : tidak terkaji
26. Refleks lutut/siku : tidak terkaji
27. Genitalia
a. Adakah pembesaran penis : tidak ada
b. Lessi mukosa labia, clitoris : tidak ada
28. Deformitas ( kelainan bentuk kelamin ) : tidak ada
29. Anus
a. Perdarahan : tidak terkaji
b. Hemoroid : tidak terkaji
c. Atresia ani : tidak terkaji
d. Massa, tumor : tidak terkaji

5. PEMERIKSAAN REFLEKS
A. Berkedip :
normal

B. Moro : tidak terkaji


(Normal : dijumpai sampai umur 4 bulan)

C. Rooting/mencari : tidak terkaji


(Normal : dijumpai sampai umur 4 bulan)

D. Sucking/menghisap : normal
(Refleks menetap selama masa bayi dan mungkin terjadi selama tidur
tanpa stimulasi)

E. Swallowing/menelan : tidak terkaji

F. Merangkak : Tengkurap tanpa bantuan


diusianya yang 9 bulan
(Normal : bayi membuat gerakan merangkak dengan lengan dan kaki)

G. Palmar Grasp/menggenggam : tidak ada


(Normal :dijumpai sampai umur 8 bulan)

H. Tanda Balbinski : tidak ada


(Normal : dijumpai sampai umur < 1 tahun)

6. PEMERIKSAAN TINGKAT PERKEMBANGAN


A. Kemandirian dan bergaul : tidak terkaji

B. Motorik halus : tidak terkaji


C. Bernalar dan berbahasa : tidak terkaji

D. Motorik kasar : tidak terkaji

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Diagnosis penyakit : Marasmus
B. Pemeriksaan laboratorium :
1. Urine : tidak terkaji

2. Feces : tidak terkaji


3. Kimia darah :
HB : 10,9 g/dl
Eritrosit : 3.86 juta/mm^3
lekosit:7.11 ribu/mm^3
C. Pengobatan
1. Simtomatik : tidak terkaji
2. Kausal/antibiotika : tidak terkaji
3. Terapi cairan : tidak terkaji

4. Terapi oksigen/karbondioksida : tidak ada

D. Radiologi
1. Hasil photo rontgen : : tidak terkaji
2. USG : Tidak terkaji
3. Lumbal fungsi : tidak terkaji
B. Data Fokus
DS:
1. Keluarga mengatakan An. H panas kurang lebih 5 hari lalu di bawa ke RS
dengan rujukan dari puskesmas.
2. Keluarga mengatakan An. H nafsu makannya menurun, susah minum dan
BB tidak naik sejak usia 4 bulan.
3. Keluarga mengatakan bahwa An. H saat ini hanya batuk.
4. Keluarga mengatakan bahwa An. H saat ini hanya bisa berguling miring
kanan dan kiri, dan tengkurap tanpa bantuan diusianya yang 9 bulan.
DO:
1. BB: 5,5 kg Tb:62 cm
2. T: 36oC, N: 120 x/m, RR: 52x/m
3. Terpasang selang NGT
4. Z Score = -2
5. A : BB:5,5 kg TB: 62cm Lila : 10 cm , LD: 44 cm
B : HB : 10,9 g/dl, Eritrosit : 3.86 juta/mm^3 , lekosit:7.11 ribu/mm^3
C : mukosa bibir kering, tidak ada stomatitis
D : F75 60 cc/2 jam melalui selang NGT, selalu dihabiskan dan tidak
dimuntahkan.
6. An. H terlihat bisa berguling miring kanan dan kiri, dan tengkurap tanpa
bantuan.

C. Analisa data
Data Etiologi Problem
Ds: Kehilangan nafsu Ketidakseimbangan
- Keluarga mengatakan makan Nutrisi: kurang dari
An. H nafsu kebutuhan
makannya menurun. Gangguan pada saluran
- Susah minum. pencernaan
- BB tidak naik sejak
usia 4 bulan. Kurangnya enzim yang
- Berat badan turun diperlukan
secara drastis.
- Tubuh terasa lemas. Ketidakseimbangan
Do: Nutrisi: kurang dari
- Pasien tampak kurang kebutuhan
makan.
- Mukosa bibir kering.
- Terpasang selang
NGT
- Score -2
- BB: 5,5 kg
- Tb:62 cm
- Lila : 10 cm
- LD: 44 cm
Ds: Intake kurang dari Risiko tinggi infeksi
- Keluarga mengatakan kebutuhan
An. H
Defisiensi protein dan
panas kurang lebih 5 kalori
hari lalu di bawa ke
RS dengan rujukan Hb rendah
dari puskesmas.
Do: Daya tahan tubuh
- HB : 10,9 g/dl menurun
- Eritrosit : 3.86
juta/mm^3 Keadaan umum lemah
- Lekosit:7.11
ribu/mm^3 Resiko infeksi

Ds: Asupan nutrisi tidak Gangguan pertumbuhan


- Keluarga mengatakan adekuat dan perkembangan
An. H nafsu
makannya menurun, Defisiensi protein dan
susah minum dan BB kalori
tidak naik sejak usia 4
bulan. Asam amino esensial
- Keluarga mengatakan menurun dan produksi
bahwa An. H saat ini
hanya batuk. Atrofi / pengecilan otot
- Keluarga mengatakan
bahwa An. H saat ini Keterlambatan
hanya bisa berguling pertumbuhan dan
miring kanan dan kiri, perkembangan
dan tengkurap tanpa
bantuan diusianya
yang 9 bulan.
Do:
- Score -2
- BB: 5,5 kg
- Tb:62 cm
- Lila : 10 cm
- LD: 44 cm
- An. H terlihat bisa
berguling miring
kanan dan kiri, dan
tengkurap tanpa
bantuan.
D. Diagnosa
1. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kehilangan
nafsu makan.
2. Resiko tinggi infeksi b.d pertahanan lapis kedua yang tidak memadai (HB
rendah).
3. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b.d asupan nutrisi tidak adekuat.
E. Intervensi
Tujuan & Kriteria hasil Intervensi Rasional
Setelah diberikan asuhan 1. Bina hubugan saling 1. Menjalin hubungan
keperawatan selama … x percaya salin percaya dapat
24 jam diharapkan 2. Berikan makanan meningkatkan rasa
kebutuhan nutrisi klien dalam jumlah sedikit nyaman.
terpenuhi secara adekuat tetapi sering. 2. Meningkatkan
dengan kriteria hasil; 3. Diberikan secara oral masukan nutrisi
1. Mempertahankan atau melalui NGT 3. Memudahkan dalam
berat badan dalam 4. Timbang berat badan pemenuhan nutrisi
batas normal setiap hari 4. Mengetahui status
2. Klien mengalami 5. Apabila anak masih nutrisi/tingkat
peningkatan nafsu mendapatkan ASI, keberhasilan
makan lanjutkan pemberian perbaikan nutrisi
- ASI anak.
6. Lakukan pijat bayi. 5. Asi merupakan
7. Lakukan transisi sumber gizi utama
secara bertahap dari dan sangat
formula awal (F-75) bermanfaat dalam
ke Formula tumbuh pemenuhan nutrisi
kejar (F-100) (fase pada anak.
transisi). 6. Pijat bayi dapat
meningkatkan BB
bayi.
7. Untuk menunjang
tumbuh kejar pada
anak.
Setelah diberikan asuhan 1. Bina hubungan 1. Menjalin hubungan
keperawatan selama … x saling percaya saling percaya dapat
24 jam diharapkan 2. Observasi tanda- meningkatkan rasa
infeksi tidak terjadi tanda vital dan nyaman.
dengan kriteria hasil: peningkatan suhu 2. Peningkatan suhu
1. Tidak ada tanda-tanda tubuh tubuh merupakan
infeksi 3. Melakukan salah satu tanda
pencucian tangan terjadinya infeksi
yang baik sebelum 3. Menurunkan risiko
dan sesudah penyebaran bakteri
tindakan 4. Mengurangi
4. Pastikan semua alat kontaminasi bakteri
yang kontak dengan 5. Lingkungan yang
pasien dalam bersih memberikan
keadaan bersih/steril rasa nyaman dan
5. Anjurkan kepada mengurangi
keluarga untuk perkembangbuakan
selalu menjaga bakteri.
kebersihan anak dan
lingkungan sekitar

Setelah diberikan asuhan 1. Bina hubugan saling 1. Menjalin hubungan


keperawatan selama … x percaya salin percaya dapat
24 jam diharapkan 2. Berikan makanan meningkatkan rasa
gangguan tumbuh dalam jumlah sedikit nyaman.
kembang tidak terjadi tetapi sering. 2. Meningkatkan
dengan kriteria hasil: 3. Diberikan secara oral masukan nutrisi
1. Peningkatan BB atau melalui NGT 3. Memudahkan dalam
2. Nafsu makan 4. Timbang berat badan pemenuhan nutrisi
meningkat setiap hari 4. Mengetahui status
5. Apabila anak masih nutrisi/tingkat
mendapatkan ASI, keberhasilan
lanjutkan pemberian perbaikan nutrisi
ASI. anak.
6. Lakukan transisi 5. Asi merupakan
secara bertahap dari sumber gizi utama
formula awal (F-75) dan sangat
ke Formula tumbuh bermanfaat dalam
kejar (F-100) (fase pemenuhan nutrisi
transisi). pada anak.
6. Untuk menunjang
tumbuh kejar pada
anak.
PEMBAHASAN

Menurut teori Roesli, (2010), dengan pijat bayi akan meningkatkan


aktifitas nervus vagus dan akan merangsang hormon pencernaan antara lain
insulin dan gaselin. Insulin memegang peranan pada metabolisme, Peningkatan
insulin dan gastrin dapat merangsang fungsi pencernaan sehingga penyerapan
terhadap sari makanan pun menjadi baik. Penyerapan makanan yang lebih baik ini
akan menyebabkan bayi cepat merasa lapar karena itu lebih sering menyusu.
Akibatnya terjadi peningkatan berat badan.

Dalam penelitian Tiffany Field (2010) yang berjudul Preterm Infant


Massage Theraphy Research mengatakan bahwa dengan pijat bayi mampu
meningkatkan kepadatan tulang dan meningkatkan berat badan pada bayi. Bayi
usia 6–12 bulan terjadi penambahan setiap minggu sekitar 25– 40 gram dan pada
akhir bulan ke-12 akan terjadi penambahan tiga kali lipat berat badan lahir
(Hidayat, 2008).

Beberapa manfaat pijat bayi adalah diantaranya meningkatkan nafsu


makan, melipatgandakan keuntungan ASI ekslusif, meningkatkan berat badan,
meningkatkan daya tahan tubuh, membuat bayi tidur lebih nyenyak, dan membina
keterikatan antara orang tua dan anak (Soedjatmiko, 2006).

Berdasarkan hasil uji statistik yang dilakukan dalam penelitan Claudia


(2017) menunjukkan bahwa ada pengaruh pijat bayi terhadap perubahan berat
badan pada bayi pada bayi usia 6-12 bulan. hasil penelitian yang menunjukkan
rata – rata perubahan berat badan pada bayi usia 6 – 12 bulan setiap minggu pada
kelompok perlakuan yaitu 101 gram, artinya terjadi penambahan 2 - 4 kali lipat
dari berat badan bayi yang tidak dipijat. Hal ini mendukung seperti yang
disampaikan oleh Riksani (2012) dalam bukunya bahwa bahwa bayi-bayi yang
dipijat secara teratur sejak lahir sering memperoleh peningkatan berat badan yang
lebih cepat dari bayi lainnya yang tidak dipijat karena pijatan merangsang
produksi hormone-hormon pertumbuhan.

Link vidio: https://www.youtube.com/watch?v=iYEAktJv2iQ

Link jurnal: http://digilib2.unisayogya.ac.id/handle/123456789/1578


LAMPIRAN PENGESAHAN

Nama Mahasiswa Pembimbing

(Dayantri) (Ns.Wulida Litaqia, M.Kep)


STANTAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PIJAT BAYI
Pengertian Pijat bayi adalah terapi sentuh yang merupakan seni
perawatan kesehatan yang memberikan jaminan adanya
kontak tubuh berkelanjutan yang dapat mempertahankan
perasaan aman bayi.

Tujuan 1. Meningkatkan berat badan bayi.


2. Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan.
3. Meningkatkan daya tahan tubuh bayi.
4. Meningkatkan konsentrasi bayi dan membuat bayi
tidur lebih lelap.
5. Membuat hubungan ikatan kasih sayang antara
orang tua dan bayi.
6. Meningkatkan produksi ASI.

Persiapan 1) Persiapan Alat :


1. Minyak Bayi/Lotion.
2. Handuk.
3. Alas kain yang lembut dan bersih.
4. Baju bayi/popok bayi baju.

2) Tahap Pre-Interaksi
1. Baca catatan keperawatan.
2. Siapkan alat – alat dan privasi ruangan.
3. Cuci Tangan dengan menggunakan air hangat.

3) Tahap Orientasi
1. Baringkan bayi diatas permukaan yang datar
dengan alas kain yang lembut dan bersih.
2. Duduklah pada posisi yang nyaman dan tenang.
3. Mintalah izin pada bayi sebelum melakukan
pemijatan dengan cara membelai wajah dan
kepala bayi sambil mengajaknya bicara.
4. Pandanglah mata bayi, disertai pancaran kasih
sayang selama pemijatan berlangsung.
5. Putarlah lagu – lagu yang tenang dan lembut
guna menciptakan suasana yang tenang selama
pemijatan berlangsung.
6. Awali pemijatan dengan melakukan sentuhan
ringan, kemudian secara bertahap tambahkan
tekanan pada sentuhan yang dilakukan.

Tahap pelaksanaan Tahap Kerja :


1. Mulailah pemijatan dengan urutan sebagai berikut :
kaki, perut, dada, tangan, muka dan diakhiri pada
bagian punggung.
2. Setiap gerakan pada tahap pemijatan ini dapat
dilakukan sebanyak enam kali.
3. KAKI
a) Perahan Cara India
1. Pegang kaki bayi pada pangkal paha, seperti
memegang pemukul soft ball.
2. Gerakkan tangan kebawah secara bergantian
seperti memerah susu.
b) Peras dan Putar
1. Pegang kaki bayi pada pangkal paha dengan
kedua tangan secara bersamaan.
2. Peras dan putar kaki bayi dengan lembut
dimulai dari pangkal paha ke arah mata kaki.
c) Telapak Kaki
Urutlah telapak kaki dengan kedua ibu jari secara
bergantian, mulai dari I pangkal tumit kaki menuju jari –
jari di seluruh telapak kaki.
d) Tarikan Lembut Jari
Pijatlah jari – jarinya satu persatu dengan gerakan
memutar menjauhi telapak kaki, akhiri dengan tarikan
kasih sayang yang lembut pada tiap ujung jari.
e) Gerakan Peregangan
1. Dengan menggunakan sisi jari telunjuk, pijat
telapak kaki mulai dari batas jari – jari ke arah
tumit.
2. Dengan jari tangan lain, regangkan dengan
lembut punggung kaki pada daerah pangkal
kaki ke arah tumit.
4. PERUT
a) Gerakan I Love You
1. “I” pijat perut bayi mulai dari bagian kiri atas
ke bawah menggunakan jari – jari tangan
kanan membentuk huruf “I”.
2. “LOVE” pijatlah perut bayi membentuk huruf
“L” terbalik mulai dari kanan atas ke kiri,
kemudian dari kiri atas ke kiri bawah.
3. “YOU” pijatlah perut bayi membentuk huruf
“U” TERBALIK, mulai dari kanan bawah
(daerah usus buntu) ke atas, kemudian ke kiri,
ke bawah dan berakhir di perut kiri bawah.
b) Gelembung atau Jari – Jari Berjalan
1. Letakkan ujung jari – jari satu tangan pada
perut bayi bagian kanan.
2. Gerakkan jari – jari anda pada perut bayi dari
bagian kanan ke bawah kiri guna
mengeluarkan gelembung – gelembung udara.
5. DADA
a) Jantung Besar
1. Buatlah gerakan yang menggambarkan
jantung dengan meletakkan ujung – ujung jari
kedua telapak tangan anda di tengah dada bayi
/ ulu hati.
2. Buatlah gerakan ke atas sampai di bawah
leher, kemudian ke samping di bawah leher,
kemudian ke samping diatas tulang selangka,
lalu ke bawah membentuk jantung dan
kembali ke ulu hati.
6. TANGAN
a) Memijat Ketiak
Buatlah Gerakan memijat pada daerah ketiak dari atas ke
bawah. Perlu diingat kalau terdapat pembengkakan
kelenjar ketiak, sebaiknya gerakan ini tidak dilakukan.
b) Perahan Cara India
1. Arah pijat cara India adalah pijatan yang
menjauhi tubuh untuk melemaskan /
merelaksasikan otot.
2. Peganglah lengan bayi bagian pundak dengan
tangan kanan, seperti memegang pemukul soft
ball, tangan kiri memegang pergelangan
tangan bayi.
3. Gerakkan tangan kanan mulai dari bagian
pundak ke arah pergelangan tangan, kemudian
gerakkan tangan kiri dari pundak kearah
pergelangan tangan.
4. Demikian seterusnya, gerakkan tangan kanan
dan kiri ke bawah secara bergantian dan
berulang – ulang seolah memerah susu sapi.
c) Membuka Tangan
Pijat telapak tangan dengan kedua ibu jari, dari
pergelangan tangan ke arah jari – jari.
d) Putar Jari – Jari
1. Pijat lembut jari bayi satu persatu menuju arah
ujung jari dengan gerakan memutar.
2. Akhiri gerakan ini dengan tarikan lembut pada
tiap ujung jari.
7. MUKA
Umumnya tidak diperlukan minyak untuk daerah muka
a) Dahi
1. Letakkan jari – jari kedua tangan anda pada
pertengahan dahi.
2. Tekankan jari – jari anda dengan lembut mulai
dari tengah dahi keluar ke samping kanan dan
kiri seolah menyetrika dahi atau seperti
membuka lembaran buku.
3. Gerakan ke bawah ke daerah pelipis, buatlah
lingkaran – lingkaran kecil di daerah pelipis,
kemudian gerakkan ke dalam melalui daerah
pipi di bawah mata.
b) Alis
1. Letakkan kedua jari anda di kedua alis mata.
2. Gunakan kedua ibu jari untuk memijat secara
lembut pada alis mata dan diatas kelopak
mata, mulai dari tengah ke samping seolah
menyetrika alis.
c) Hidung
1. Letakkan kedua ibu jari anda pada
pertengahan alis.
2. Tekankan ibu jari anda dari pertengahan
kedua alis turun melalui tepi hidung kearah
pipi dengan membuat gerakkan ke samping
dan keatas seolah membuat bayi tersenyum.
d) Mulut Bagian Atas
1. Letakkan kedua ibu jari anda diatas mulut
dibawah sekat hidung.
2. Gerakkan kedua ibu jari anda dari tengah ke
samping dan ke atas ke daerah pipi seolah
membuat bayi tersenyum.
e) Mulut Bagian Bawah
1. Letakkan kedua ibu jari anda di tengah dagu.
2. Tekankan kedua ibu jari pada dagu dengan
gerakkan dari tengah ke samping, kemudian
ke atas ke arah pipi seolah membuat bayi
tersenyum.
8. PUNGGUNG
a) Gerakan Maju Mundur (Kursi Goyang)
1. Tengkurapkan bayi melintang di depan anda
dengan kepala disebelah kanan dan kaki
disebelah kiri anda.
2. Pijatlah sepanjang punggung bayi dengan
gerakkan maju mundur menggunakan kedua
telapak tangan, dari bawah leher sampai ke
pantat bayi, lalu kembali ke leher.
b) Gerakkan Menyetrika
1. Pegang pantat bayi dengan tangan kanan.
2. Dengan tangan kiri, pijatlah mulai dari leher
ke bawah sampai bertemu dengan tangan
kanan yang menahan pantat bayi seolah
menyetrika punggung.
c) Gerakan Melingkar
1. Dengan jari – jari kedua tangan anda, buatlah
gerakan – gerakan melingkar kecil – kecil
mulai dari batas tengkuk turun ke bawah di
sebelah kanan dan kiri tulang punggung
sampai ke pantat.
2. Mulai dengan lingkaran – lingkaran kecil di
daerah leher, kemudian lingkaran yang lebih
besar di daerah pantat.
d) Gerakkan Menggaruk
1. Tekankan dengan lembut kelima jari – jari
tangan kanan anda pada punggung bayi.
2. Buatlah gerakan menggaruk ke bawah
memanjang sampai pantat bayi.

Tahap terminasi 1) Evaluasi perasaan klien dan simpulkan hasil


kegiatan.
2) Rapikan pasien dan kembalikan peralatan.
3) Cuci Tangan.

Dokumentasi Catat pemberian di dalam catatan keperawatan


LOGBOOK

No Hari/tanggal Waktu Kegiatan Paraf


- Mengisi daftar hadir
Senin, 07:00 – - Pembagian kasus
1. 07 -12-2020 16. 20 - Zoom meeting
- Mengerjakan lp
- Mengisi logbook
- Mengisi daftar hadir
- Mengumpulkan lp
Selasa, 07.00 –
2. - Zoom meeting
08-12- 2020 00:00
- Mengisi pengkajian
- Membuat askep
- Mengisi daftar hadir
Rabu, 07.00- - Pencarian jurnal
3.
09 -12-2020 15.00 - Mencari video
- Membuat SOP
Kamis, 07.00- - Mengisi daftar hadir
4.
10 -12- 2020 15.00 - Pembuatan vidio
Jumat, 07.00-
5. - Pengumpulan tugas
11 -12-2020 15.00
Sabtu, 07.00-
6.
12-12-2020 1500

Anda mungkin juga menyukai