Oleh
DAYANTRI
891201021
PONTIANAK 2020/2021
KASUS
Identitas pasien bernama An. H berumur 9 bulan agama islam, alamat Banjar
Serasan, dengan diagnosa medis marasmus. Keluhan utama saat di kaji adalah
keluarga pasien mengatakan anaknya mengalami panas kurang lebih 5 hari.
Riwayat penyakit sekarang, Keluarga pasien mengatakan bahwa An.H panas
kurang lebih sudah 5 hari saat di rumah, nafsu makan menurun, dan berat badan
tidak bertambah sejak usia 4 bulan, dan sering ditimbang di posyandu. Lalu pasien
dibawa ke puskesmas oleh keluarganya dan dirujuk ke RSUD Soedarso, saat di
IGD pasien dipasang NGT dan perawatan dilanjutkan di bangsal anak. BB: 5,5 kg
TB: 62 cm T: 36OC N: 120x/menit, Z score: -2.
A. Definisi
Marasmus adalah salah satu bentuk kekurangan gizi yang buruk yang
paling sering ditemui pada balita berusia 0-2 tahun yang tidak mendapatkan
cukup air susu ibu (ASI) (Kemenkes RI, 2015).
Marasmus adalah suatu kondisi dimana anak mengalami penurunan
berat badan sehingga mengalami penciutan atau pengurusan otot generalisata
dan tidak adanya lemak subkutis (Rudolph, 2014).
Marasmus adalah suatu bentuk kurang kalori-protein yang berat.
Keadaan merupakan hasil akhir dari interaksi antara kekurangan makanan dan
penyakit infeksi. Selain faktor lingkungan, ada beberapa faktor lain pada anak
sendiri yang dibawa sejak lahir, diduga berpengaruh terhadap terjadinya
marasmus (Nurarif, 2013).
B. Etiologi
Penyebab marasmus menurut Kemenkes RI (2015) antara lain:
1. Karena masukan makanan yang sangat kurang.
2. Infeksi.
3. Pembawaan lahir.
4. Prematuritas.
5. Penyakit pada masa neonatus.
6. Kesehatan lingkungan.
Penyebab utama marasmus menurut Sodikin (2012), yaitu :
1. Faktor psikologis seperti adanya penolakan ibu dan penolakan yang
berhubungan dengan anoreksia.
2. Asupan kalori dan protein yang tidak memadai akibat diet yang tidak cukup.
3. Kebiasaan makan yang tidak tepat seperti hubungan antara orang tua dan
anak yang terganggu atau tidak harmonis.
4. Adanya kelainan metabolik, atau malformasi kongenital.
C. Faktor risiko
Beberapa faktor resiko untuk marasmus, yaitu (Ibrahim dkk, 2012):
1. Kelaparan yang berkepanjangan
2. Terpajan air yang terkontaminasi
3. Kekurangan vit lain (vit A, E, K)
4. Diet yang buruk, tidak seimbang dalam buah, sayur-sayuran, biji-bijian.
Secara garis besar penyebab marasmus, antara lain (Ibrahim dkk,
2012):
1. Masukan makanan yang kurang : marasmus terjadi akibat masukan kalori
yang sedikit, pemberian makanan yang tidak sesuai dengan yang dianjurkan
akibat dari ketidaktahuan orang tua si anak, misalnya pemakaian secara luas
susu kaleng yang terlalu encer.
2. Infeksi yang berat dan lama menyebabkan marasmus, terutama infeksi
enteral misalnya infantil gastroenteritis, bronkhopneumonia, pielonephiritis
dan sifilis kongenital.
3. Kelainan struktur bawaan misalnya : penyakit jantung bawaan, penyakit
Hirschpurng, deformitas palatum, palatoschizis, mocrognathia, stenosis
pilorus. Hiatus hernia, hidrosefalus, cystic fibrosis pankreas
4. Prematuritas dan penyakit pada masa neonatus. Pada keadaan tersebut
pemberian ASI kurang akibat reflek mengisap yang kurang kuat
5. Pemberian ASI yang terlalu lama tanpa pemberian makanan tambahan yang
cukup.
6. Gangguan metabolik, misalnya renal asidosis, idiopathic hypercalcemia,
galactosemia, lactose intolerance.
7. Tumor hypothalamus, kejadian ini jarang dijumpai dan baru ditegakkan bila
penyebab maramus yang lain disingkirkan.
8. Penyapihan yang terlalu dini desertai dengan pemberian makanan tambahan
yang kurang akan menimbulkan marasmus.
9. Urbanisasi mempengaruhi dan merupakan predisposisi untuk timbulnya
marasmus, meningkatnya arus urbanisasi diikuti pula perubahan kebiasaan
penyapihan dini dan kemudian diikuti dengan pemberian susu manis dan
susu yang terlalu encer akibat dari tidak mampu membeli susu, dan bila
disertai infeksi berulang terutama gastroenteritis akan menyebabkan anak
jatuh dalam marasmus.
D. Menifestasi klinis
Marasmus sering dijumpai pada usia 0-2 tahun. Keadaan yang terlihat
mencolok adalah hilangnya lemak subkutan, terutama pada wajah. Akibatnya
ialah wajah si anak lonjong, berkeriput dan tampak lebih tua (old man face).
Otot-otot lemah dan atropi, bersamaan dengan hilangnya lemak subkutan maka
anggota gerak terlihat seperti kulit dengan tulang. Tulang rusuk tampak lebih
jelas. Dinding perut hipotonus dan kulitnya longgar. Berat badan turun menjadi
kurang dari 60% berat badan menurut usianya. Suhu tubuh bisa rendah karena
lapisan penahan panas hilang, tingkat kesadaran menurun, dan bentuk perut
cekung sering disertai diare kronik (terus menerus) atau malah susah buang air
kecil (Kemenkes RI, 2015).
Selain itu manifestasi marasmus adalah sebagai berikut (Ibrahim dkk,
2012) :
1. Tampak sangat kurus, hingga seperti tulang terbungkus kulit
2. Wajah seperti orang tua
3. Lethargi
4. Irritable
5. Kulit keriput (turgor kulit jelek), jaringan lemak subkutis sangat sedikit
sampai tidak ada (pakai celana longgar-baggy pants)
6. Ubun-ubun cekung pada bayi
7. Jaringan subkutan hilang
8. Malaise
9. Kelaparan
10. Apatis
11. Perut umumnya cekung
12. Tulang rusuk menonjol (Iga gambang, “piano sign”)
13. Sering disertai penyakit infeksi (umumnya kronis berulang)
14. Diare persisten
E. Patofisiologi
Petumbuhan yang kurang atau terhenti disertai atrofi otot dan
menghilangkan lemak di bawah kulit. Pada mulanya kelainan demikian
merupakan proses fisiologis. Untuk kelangsungan hidup jaringan tubuh
memerlukan energi, namun tidak didapat sendiri dan cadangan protein
digunakan juga untuk memenuhi kebutuhan energi tersebut. Penghancuran
jaringan pada defisiensi kalori tidak saja membantu memenuhi kebutuhan
energi, tetapi juga untuk memungkinkan sintesis glukosa dan metabolik
esensial lainnya asam amino untuk kepentingan homeostatik. Oleh karena itu,
pada marasmus berat kadang-kadang masih ditemukan asam amino yang
normal, sehingga hati masih dapat membentuk cukup albumin (Ibrahim dkk,
2012).
F. Pathway
Hilangnya lemak di bantalan kulit Daya tahan tubuh menurun Asam amino esensial
menurun dan produksi
albumin menurun
Turgor kulit menurun Keadaan umum lemah
dan keriput Atrofi / pengecilan otot
Anorexia, Diare
G. Penatalaksanaan
Prinsip dasar penanganan khusus menurut Departemen kesehatan RI
(2011):
1. Hipoglikemia
Semua anak dengan gizi buruk berisiko mengalami hipoglikemia,
yaitu apabila kadar glukosa darah < 54mg/dL atau < 3mmol/L. Oleh karena
itu, setiap anak gizi buruk harus segera diberi makan atau larutan glukosa/
gula pasir 10% setelah masuk rumah sakit. Pemberian makan yang sering
sangat penting dilakukan pada anak gizi buruk. Apabila fasilitas setempat
tidak memungkinkan untuk memeriksa kadar gula darah, maka semua anak
gizi buruk harus dianggap mengalami hipoglikemia dan harus segera
ditangani sesuai panduan. Tanda anak yang mengalami hipoglikemia adalah
letargis, nadi lemah, dan kehilangan kesadaran.
2. Hipotermia
Diagnosis hipotermi adalah apabila suhu aksila <35,5oC.
Tatalaksananya :
a. Segera beri makan F-75, apabila diperlukan, lakukan rehidrasi terlebih
dahulu
b. Pastikan bahwa anak berpakaian, termasuk kepalanya. Tutup dengan
selimut hangat dan letakan pemanas (tidak mengarah langsung kepada
anak) atau lampu di dekatnya, atau letakan anak langsung pada dada atau
perut ibunya. Apabila menggunakan lampu listrik, letakan lampu pijar 40
W dengan jarak 50 cm dari tubuh anak
c. Beri antibiotik sesuai pedoman
3. Dehidrasi
Cenderung terjadi diagnosis berlebihan dari dehidrasi dan estimasi
yang berlebihan mengenai derajat keparahannya pada anak gizi buruk. Hal
tersebut disebabkan oleh sulitnya menentukan status dehidrasi secara tepat
pada anak dengan gizi buruk, yaitu hanya dengan menggunakan gejala
klinis saja. Anak gizi buruk dengan diare cair, apabila gejala dehidrasi tidak
jelas anggap dehidrasi ringan. Tatalaksananya :
a. Jangan menggunakan infus untuk rehidrasi, kecuali pada kasus dehidrasi
berat dengan syok
b. Beri ReSoMal secara oral atau melalui NGT, lakukan lebih lambat
dibanding jika melakukan rehidrasi pada anak dengan gizi baik.
c. Beri 5 mL/kgBB setiap 30 menit untuk 2 jam pertama
d. Setelah 2 jam, berikan ReSoMal 5-10 mL/kgBB/jam berselang-seling
dengan F-75 dengan jumlah yang sama, setiap jam selama 10 jam
e. Jumlah yang pasti tergantung seberapa banyak anak mau, volume tinja
yang keluar, dan apakah anak muntah
f. Selanjutnya berikan F-75 secara teratur setiap 2 jam
g. Apabila anak masih diare, beri ReSoMal setiap kali diare
h. Usia <1 tahunà 50-100 ml setiap BAB
i. Usia ≥1tahun 100-200 ml setiap BAB
4. Gangguan keseimbangan elektrolit
Semua anak dengan gizi buruk mengalami defisiensi kalium dan
magnesium yang mungkin membutuhkan waktu 2 minggu atau lebih untuk
memperbaikinya. Selain itu, pada anak dengan gizi buruk dapat terjadi
kelebihan natrium total dalam tubuh, walaupun kadar natrium dalam serum
mungkin rendah. Kondisi tersebut dapat menyebabkan terjadinya edema.
Jangan obati edema dengan diuretikum. Pemberian natrium yang berlebihan
dapat menyebabkan kematian. Tatalaksananya :
a. Untuk mengatasi gangguan elektrolit diberikan kalium dan magnesium
yang seudah terkandung di dalam larutan mineral mix yang ditambahkan
dalam F-75, F-100 atau ReSoMal
b. Gunakan larutan ReSoMal untuk rehidrasi
c. Siapkan makanan tanpa menambah garam (NaCl)
5. Infeksi
Pada anak dengan gizi buruk, gejala infeksi yang biasa ditemukan
seperti demam, seringkali tidak ada. Padahal infeksi ganda merupakan hal
yang sering terjadi pada gizi buruk. Oleh karena itu, anggaplah semua anak
dengan gizi buruk mengalami infeksi saat mereka datang ke rumah sakit dan
segera tangani dengan antibiotik. Tanda adanya infeksi berat adalah adanya
hipoglikemia dan hipotermia. Tatalaksananya :
a. Antibiotik spektrum luas
1) Apabila tidak ada komplikasi atau infeksi nyata, beri Kotrimoksazol
per oral (25 mg SMZ + 5 mg TMP/kgBB) setiap 12 jam selama 5 hari
2) Apabila terdapat komplikasi (hipoglikemia, hipotermia, atau anak
terlihat letargis atau tampak sakit berat) atau anak terlihat sakit berat,
maka berikan:
3) Ampisilin (50 mg/kgBB IM/IV setiap 6 jam selama 2 hari), dilajutkan
dengan Amoksisilin oral (15 mg/kgBB setiap 8 jam selama 5 hari)
atau ampisilin oral (50 mg/ kgBB setiap 6 jam selama 5 hari) sehingga
total selama 7 hari, ditambah Gentamisin (7,5 mg/kgBB/hari IM/IV)
setiap hari selama 7 hari, ditambah Gentamisin (7,5 mg/kgBB/hari
IM/IV) setiap hari selama 7 hari. Jika anak tidak membaik dalam
waktu 48 jam, tambahkan Kloramfenikol (25 mg/kgBB IM/IV setiap 8
jam) selama 5 hari
b. Vaksin campak jika berumur ≥ 6 bulan dan belum pernah
mendapatkannya, atau jika anak berumur > 9 bulan dan sudah pernah
diberi vaksin sebelum berumur 9 bulan. Tunda imunisasi bila syok.
c. Pemeriksaan laboratorium/radiologi
Pemeriksaan Laboratorium WHO merekomendasikan tes
laboratorium berikut:
1) Glukosa darah
2) Pemeriksaan pap darah dengan mikroskop atau pengujian deteksi
langsung
3) Hemoglobin
4) Pemeriksaan urine pemeriksaan dan kultur
5) Pemeriksaan tinja dengan mikroskop untuk telur dan parasit
6) Serum albumin
7) Tes HIV (Tes ini harus disertai dengan konseling orang tua anak, dan
kerahasiaan harus dipelihara.)
8) Elektrolit
Hasil
1) Temuan yang signifikan dalam kwashiorkor meliputi
hipoalbuminemia (10-25 g / L), hypoproteinemia (transferin, asam
amino esensial, lipoprotein), dan hipoglikemia.
2) Plasma kortisol dan kadar hormon pertumbuhan yang tinggi, tetapi
sekresi insulin dan tingkat pertumbuhan insulin faktor yang menurun.
3) Persentase cairan tubuh dan air ekstraseluler meningkat. Elektrolit,
terutama kalium dan magnesium, yang habis.
4) Tingkat beberapa enzim (termasuk laktosa) yang menurun, dan tingkat
lipid beredar (terutama kolesterol) yang rendah.
5) Ketonuria terjadi, dan kekurangan energi protein dapat menyebabkan
penurunan ekskresi urea karena asupan protein menurun. Dalam
kedua kwashiorkor dan marasmus, anemia defisiensi besi dan asidosis
metabolik yang hadir.
6) Ekskresi hidroksiprolin berkurang, mencerminkan terhambatnya
pertumbuhan dan penyembuhan luka.
7) Kemih meningkat 3-methylhistidine adalah refleksi dari kerusakan
otot dan dapat dilihat di marasmus.
8) Malnutrisi juga menyebabkan imunosupresi, yang dapat menyebabkan
hasil negatif palsu tuberkulin kulit tes dan kegagalan berikutnya untuk
secara akurat menilai untuk TB.
9) Biopsi kulit dan analisis rambut dapat dilakukan
d. Analisis diet dan makanan
Riwayat diet rinci kuantitas asupan makanan (Food recall) dan
kualitas asupan makanan (Food frequency)
Pengukuran pertumbuhan, indeks massa tubuh (BMI), dan pemeriksaan
fisik lengkap ditunjukkan. Tindakan pengukuran tinggi badan-banding-
usia atau berat badan-untuk-tinggi pengukuran kurang dari 95% dan 90%
dari yang diharapkan atau lebih besar dari 2 standar deviasi di bawah
rata-rata untuk usia. Pada anak yang lebih dari 2 tahun, pertumbuhan
kurang dari 5 cm/th juga dapat menjadi indikasi defisiensi.
2. Diagnosa
a. Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan berhubungan
dengan kekurangan zat gizi yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh.
Gejala umumnya adalah berat badan rendah dengan asupan makanan
yang cukup atau asupan kurang dari kebutuhan tubuh, adanya kelemahan
otot dan penurunan energi, pucat pada kulit, membran mukosa dan
konjungtiva.
b. Kekurangan Volume cairan berhubungan dengan Mual dan Muntah,
gejala umumnya adalah penurunan asupan cairan ditandai dengan
penurunan turgor kulit, membran mukosa kering, peningkatan suhu tubuh
dan penurunan berat badan secara tiba-tiba.
3. Intervensi
No. Tujuan & Kriteria hasil Perencanaan Rasional
Alligood, M.R, & Tomey, A.M. (2010). Nursing theorists and their works. 6th ed.
St. Louis: Mosby Elsevier, Inc
Direktorat Bina Gizi. (2011). Bagan Tatalaksana Anak Gizi Buruk Buku 1,
cetakan keenam. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.
Ibrahim, Muhammad., Christine, Juliana., Karolina, Chandra. (2012). Marasmus.
Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya Rumah Sakit Dr. Muhammad Hoesin Palembang.
Kemenkes, RI. (2015). Situasi Kesehatan Anak Balita di Indonesia. Pusat data
dan informasi kementrian kesehatan RI.
Rudolph, Abraham M. (2014). Buku Ajar Peiatri Rudolp. Jakarta: EGC
Nurarif. (2013). Gangguan Gastrointestinal: Aplikasi Asuhan Keperawatan
Medikal Bedah. Jakarta: Selemba Medika
Sodikin. (2012). Kerawatan Anak Gangguan Pencernaan. Jakarta: EGC
WHO. (2009). Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Jakarta : WHO
Indonesia.
LAMPIRAN PENGESAHAN
Oleh
DAYANTRI
891201021
PONTIANAK 2020/2021
A. Pengkajian
1. IDENTITAS KLIEN
Nama : An. H
Agama : Islam
Pendidikan :-
Telp :-
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SMA
Pendidikan : SMA
2. RIWAYAT KEPERAWATAN
Tanggal masuk : 7 Desember 2020
Bila pernah sakit apa ? keluarga mengatakan Anaknya bila sakit hanya
demam biasa.
Natal : [ * ] spontan [ ] VE [ ] SC
Riwayat Imunisasi :
Riwayat Keluarga
3. - - - -
Genogram keluarga ( minimal 3 generasi )
Ket;
: Laki-laki
; Perempuan
: Pasien
1. PERNAFASAN
Spontan ( * ) ya ( ) reguler ( ) irreguler
( ) Tidak
Keterangan :
2. SIRKULASI
Frekuensi nadi 120 x/mnt
[ ] Reguler [ ] Irreguler
[ ] kelelahan [ ] syncope
[ ] Anemia [ ] Trombositopenia
[ ] Lekositosis [ ] Hipoproteinemia
Keterangan :
An. H terlihat bias berguling miring kanan dan kiri dan tengkurap tanpa bantuan.
Diet : ………………………………………………………………………………………
Minum : 60cc/jam/hari
[ ] Hipoproteimenia [ ] Hipoalbuminemia
[ ] Hipokalemia [ ] Hipokalsemia
[ ] Hiponatremia
4. ELIMINASI
4.a. BUANG AIR KECIL ( BAK )
………………………………………………………………………………………
…………
keterangan :
tidak ada
4.b. BUANG AIR BESAR ( BAB )
Keterangan :
5. NEUROSENSORI
Tingkat Kesadaran
Orientasi
Berbicara
[ ] Aphasia [ ] Kacau
Keterangan :
Tidak ada
6. KEAMANAN / MOBILISASI
6.a. Persepsi/koordinasi
Penglihatan
Pendengaran :
Sensori :
Keterangan :
Tidak ada
6.b. Mobilisasi
[ ] Pernafasan terganggu
[ ] Pengetahuan kurang
[ ] Penglihatan kurang
[ ] Gangguan Muskuloskeletal
Keterangan :
[ ] Dingin [ ] Berkeringat
mandi 2 x/hari
Hasil laboratorium :
[ * ] Lekositosis [ ] Trimbositopenia
Keterangan :
2. KENYAMANAN
Keadaan saat ini :
Temperatur : ………………………………………………
Keterangan :
Tidak ada
: tidak ada
Tidur siang jam berapa : 11.00 siang Tidur dengan siapa : Ibunya
Tidak terkaji
5. PSIKO SOSIAL
Persepsi klien/keluarga tentang status kesehatan sekarang
Tidak terkaji
[ ] Lain-lain
…………………………………………………………
[ ] Lain-lain
…………………………………………………………………………………
Prestasi belajar :
Keterangan :
Tidak ada
6. SOSIAL EKONOMI
Keadaan lingkungan tempat tinggal :
Misalnya :
7. AGAMA
Adakah hal-hal yang mempengaruhi agama dalam hal : tidak terkaji
4. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : nafsu makan menurun dan berat badan tidak bertambah
sejak usia 4 bulan
Antropometri :
Lingkar Perut : 39 cm
A. Tanda Vital :
Suhu : 36 oC Nadi : 120 x/menit
B. Pemeriksaan Umum
1. Kulit :
a. Warna : sawo matang, kebersihan : kulit bersih
b. Lesi : tidak terkaji
c. Keadaan ( lembab, kering )
d. Temperatur tidak terkaji
e. Turgor kulit baik
oedema tidak terkaji
2. Kuku :
a. Keadaan ( utuh, bersih, panjang, pendek )
b. Warna ( sianosis, kronik, garis melintang berwarna ) : tidak
terkaji
c. Bentuk kuku ( cembung,cekung)..
3. Rambut :
Warna : hitam
Distribusi : tidak terkaji
Kepala:
Bentuk : lonjong
Kesemetrisan: simetris
4. Wajah:
Bentuk: bulat
Warna ; sawo matang
5. Mata :
a. Bentuk dan gerak mata ( simetris/tidak )
b. Warna konjungtiva : anemis
c. Sclera : tidak terkaji
d. Iris : tidak terkaji
e. Cornea :
f. Pupil ( jernih, refleks, oedema )
g. Lensa ( jernih, keruh )
h. Kelopak mata ( pitosis, oedema )
i. Ketajaman penglihatan : normal.
7. Hidung
a. Mukosa hidung ( warna) : lembab
b. Bulu hidung : tidak terkaji
c. Adakah akumulasi : tidak terkaji sekret/darah : tidak terkaji
8. Septum : tidak terkaji
9. Mulut
a. Bibir (warna, kesemetrisan, kelembaban) : bibir kering
b. Mukosa (warna, lesi, kelembaban) : mukosa bibir kering
c. Lidah ( lapis putih, bercak keabuan, fisura ) : tidak terkaji
d. Uvula ( gerakan, posisi ) Gigi ( caries dentis, tidak tumbuh gigi )
tidak terkaji
e. Pharing ( kemerahan pada dinding belakang, sekret )
Tidak terkaji
f. Tonsil (kemerahan, bengkak) : tidak terkaji
g. Kebersihan mulut : mulut bersih
10. Telinga
a. Bentuk dan besarnya : tidak terkaji
b. Letak ( simetris ) : tidak terkaji
c. Benjolan : tidak terkaji
d. Keadaan membran telinga : tidak terkaji
e. Adakah rasa nyeri, sekret, warna sekret, bau : tidak terkaji
11. Pendengaran : normal
12. Leher
a. Gerakan leher : tidak terkaji
b. Pembesaran getah bening : tidak terkaji
c. Bendungan vena jugularis : tidak terkaji
13. Adakah tumor, oedema, lesi : tidak terkaji
14. Dada :
a. Lingkar dada : 44 cm
b. Gerakan dada : normal
15. Bentuk dada : simetris
16. Paru-paru :
a. Gerakan pernafasan : normal
b. Pola pernafasan : baik
c. Frekuensi : 52x/menit
17. Suara pernafasan : normal
18. Abdomen :
a. Menonjol dan gerakan Lembut, tegang, ada masa, cairan
abnormal : tidak terkaji
b. Perkusi ( sonor, dulnes pekak ) : tidak terkaji
c. Bising usus Umbilikus ( hernia, pembuluh darah ) : tidak terkaji
19. Hepar :
a. Adakah pembesaran : tidak terkaji
b. Teraba(ada/tidak) : tidak terkaji
20. Sewaktu bernafas atau bergerak(sakit/tidak) : tidak terkaji
21. Kelenjar limpa : tidak terkaji
a. Pembesaran ( letak, ukuran, tonjolan ) : tidak terkaji
b. Konsistensi ( padat, kenyal ) : tidak terkaji
c. Arah pembesaran ( medial, lateral inferior ) : tidak terkaji
d. Nyeri tekan : tidak terkaji
22. Ginjal :
a. Dapat diraba/tidak : tidak terkaji
23. Pembesaran unilateral/bilateral : tidak terkaji
24. Punggung
a. Bentuk ( simetris ) : tidak terkaji
b. Lessi, tumor : tidak terkaji
25. Ekstremitas atas dan bawah
a. Kekuatan otot : tidak terkaji
b. Adakah atropi otot : tidak terkaji
c. Adakah fraktur : tidak terkaji
d. Adakah kelumpuhan : tidak terkaji
e. Oedema/lessi : tidak terkaji
f. Nyeri otot : tidak terkaji
26. Refleks lutut/siku : tidak terkaji
27. Genitalia
a. Adakah pembesaran penis : tidak ada
b. Lessi mukosa labia, clitoris : tidak ada
28. Deformitas ( kelainan bentuk kelamin ) : tidak ada
29. Anus
a. Perdarahan : tidak terkaji
b. Hemoroid : tidak terkaji
c. Atresia ani : tidak terkaji
d. Massa, tumor : tidak terkaji
5. PEMERIKSAAN REFLEKS
A. Berkedip :
normal
D. Sucking/menghisap : normal
(Refleks menetap selama masa bayi dan mungkin terjadi selama tidur
tanpa stimulasi)
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Diagnosis penyakit : Marasmus
B. Pemeriksaan laboratorium :
1. Urine : tidak terkaji
D. Radiologi
1. Hasil photo rontgen : : tidak terkaji
2. USG : Tidak terkaji
3. Lumbal fungsi : tidak terkaji
B. Data Fokus
DS:
1. Keluarga mengatakan An. H panas kurang lebih 5 hari lalu di bawa ke RS
dengan rujukan dari puskesmas.
2. Keluarga mengatakan An. H nafsu makannya menurun, susah minum dan
BB tidak naik sejak usia 4 bulan.
3. Keluarga mengatakan bahwa An. H saat ini hanya batuk.
4. Keluarga mengatakan bahwa An. H saat ini hanya bisa berguling miring
kanan dan kiri, dan tengkurap tanpa bantuan diusianya yang 9 bulan.
DO:
1. BB: 5,5 kg Tb:62 cm
2. T: 36oC, N: 120 x/m, RR: 52x/m
3. Terpasang selang NGT
4. Z Score = -2
5. A : BB:5,5 kg TB: 62cm Lila : 10 cm , LD: 44 cm
B : HB : 10,9 g/dl, Eritrosit : 3.86 juta/mm^3 , lekosit:7.11 ribu/mm^3
C : mukosa bibir kering, tidak ada stomatitis
D : F75 60 cc/2 jam melalui selang NGT, selalu dihabiskan dan tidak
dimuntahkan.
6. An. H terlihat bisa berguling miring kanan dan kiri, dan tengkurap tanpa
bantuan.
C. Analisa data
Data Etiologi Problem
Ds: Kehilangan nafsu Ketidakseimbangan
- Keluarga mengatakan makan Nutrisi: kurang dari
An. H nafsu kebutuhan
makannya menurun. Gangguan pada saluran
- Susah minum. pencernaan
- BB tidak naik sejak
usia 4 bulan. Kurangnya enzim yang
- Berat badan turun diperlukan
secara drastis.
- Tubuh terasa lemas. Ketidakseimbangan
Do: Nutrisi: kurang dari
- Pasien tampak kurang kebutuhan
makan.
- Mukosa bibir kering.
- Terpasang selang
NGT
- Score -2
- BB: 5,5 kg
- Tb:62 cm
- Lila : 10 cm
- LD: 44 cm
Ds: Intake kurang dari Risiko tinggi infeksi
- Keluarga mengatakan kebutuhan
An. H
Defisiensi protein dan
panas kurang lebih 5 kalori
hari lalu di bawa ke
RS dengan rujukan Hb rendah
dari puskesmas.
Do: Daya tahan tubuh
- HB : 10,9 g/dl menurun
- Eritrosit : 3.86
juta/mm^3 Keadaan umum lemah
- Lekosit:7.11
ribu/mm^3 Resiko infeksi
2) Tahap Pre-Interaksi
1. Baca catatan keperawatan.
2. Siapkan alat – alat dan privasi ruangan.
3. Cuci Tangan dengan menggunakan air hangat.
3) Tahap Orientasi
1. Baringkan bayi diatas permukaan yang datar
dengan alas kain yang lembut dan bersih.
2. Duduklah pada posisi yang nyaman dan tenang.
3. Mintalah izin pada bayi sebelum melakukan
pemijatan dengan cara membelai wajah dan
kepala bayi sambil mengajaknya bicara.
4. Pandanglah mata bayi, disertai pancaran kasih
sayang selama pemijatan berlangsung.
5. Putarlah lagu – lagu yang tenang dan lembut
guna menciptakan suasana yang tenang selama
pemijatan berlangsung.
6. Awali pemijatan dengan melakukan sentuhan
ringan, kemudian secara bertahap tambahkan
tekanan pada sentuhan yang dilakukan.