Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN GIZI

KURANG PADA BALITA

Disusun Oleh:
NAMA: VENESIA VEREN SURAPATI
NIRM: 2001086
MATA KULIAH: KEPERAWATAN KELUARGA

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU


KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH MANADO
2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN

A. LANDASAN TEORI
1. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena ikatan tertentu
untuk saling berbagi pengalaman dan melakukan pendekatan emosional, serta
mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian dari keluarga (Friedman, 2010).
Berbeda halnya dengan Padila (2012),keluarga adalah suatu arena berlangsungnya
interaksi kepribadian atau sebagai sosial terkecil yang terdiri dari seperangkat
komponen yang sangat tergantung dan dipengaruhi oleh struktur internal dan sistem-
sistem lain.
Sudiharto (2007), mendefinisikan keluarga adalah unit pelayanan kesehatan yang
terdepan dalam meningkatkan derajat kesehatan komunitas. Masalah kesehatan
yang dialami oleh salah satu anggota keluarga dapat mempengaruhi anggota
keluarga lain. Dari beberapa pengertian keluarga disimpulkan keluarga adalah dua
orang atau lebih
yang hidup bersama dan diikat oleh suatu ikatan pernikahan yang sah untuk
berbagi pengalaman satu sama lain dan mampu memenuhi kebutuhan jasmani dan
rohani pasangan.

2. Etiologi Gizi Kurang


Penyebab gizi kurang pada anak menurut Pudiastuti (2011), antara lain adalah :
a. Pola makan yang salah
Asupan gizi dari makanan sangat berpengaruh besar pada pertumbuhan balita.
Jumlah makanan yang dikonsumsi oleh balita harus diperhatikan, pola makan
yang salah dapat menyebabkan balita mengalami gizi kurang.
b. Anak sering sakit dan perhatian yang kurang Perhatian dan kasih sayang orang tua
pada anak sangat dibutuhkan pada masa perkembangan anak. Rendahnya
perhatian dan kasih sayang orang tua pada anak menyebabkan makan anak
tidak terkontrol.
c. Infeksi penyakit
Adanya penyakit infeksi dapat memperburuk keadaan/ kondisi balita terutama pada
balita yang asupan gizinya tidak terkontrol dengan baik.
d. Kurangnya asupan gizi
Rendahnya asupan gizi pada anak menyebabkan anak mengalami gizi kurang
sehingga pertumbuhan tubuh dan otak anak terganggu.
e. Berbagai hal buruk yang terkait dengan kemiskinan
Status ekonomi yang terlalu rendah menyebabkan keluarga tidak mampu
memberikan asupan makanan yang cukup pada anak sehingga penyakit mudah
berkembang di tubuh anak.

3. Patofisiologi
Gizi kurang biasanya terjadi pada anak balita dibawah usia 5 tahun. Tidak
tercukupinya makanan dengan gizi seimbang serta kondisi kesehatan yang kurang baik
dengan kebersihan yang buruk mengakibatkan balita atau anak-anak menderita gizi
kurang yang dapat bertambah menjadi gizi buruk jika tidak terintervensi dengan cepat
dan tepat. Karena rendahnya penghasilan keluarga sehingga keluarga tidak mampu
mencukupi kebutuhan balita dan keluarga tidak memberikan asuhan pada balita secara
tepat dapat menyebabkan terjadinya gizi kurang (Waryana, 2016).
Pada anak gizi kurang dapat mengakibatkan lapisan lemak di bawah kulit berkurang,
daya tahan tubuh balita menurun, dan produksi albumin juga menurun sehingga balita
mudah terkena infeksi dan mengalami terlambatan perkembangan. Balita dengan
gizi kurang juga mengalami peningkatan kadar asam basa pada saluran pencernaan
menyebabkan balita mengalami diare sehingga masalah keperawatan yang muncul
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (Waryana, 2016).

4. Patways
Social Ekonomi Malabsorbsi,infeksi anoreksia Keegagalan melakuan
rendah sintesis protein dan kalori

Intake kurang dari


Kebutuhan tubuh

Hilangnya lemak Kurang pengetahuan


Dibantalan kulit

Daya tahan tubuh Asam amino esensial


Menurun Menurun dan produksi
Albumin menurun
Turgor kulit menurun
Menurn dan keriput Keadaan umum atrofi/pengecilan otot
lemah

Kerusakan integritas kulit Resiko infeksi


Keterlambatan
Pertumbuhan dan
Perkembangan
Resiko infeksi saluran pencernaan

Anoreksia,diare

Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

5. Manifestasi Klinis
a. Marasmus
Menurut Anggoro (2007) marasmus adalah kekurangan energi pada
makanan yang menyebabkan cadangan protein lebih terpakai sehingga anak
menajdi kurus dan emosional dan tanda-tanda kurus (simpanan lemak dan
protein yang disertai gangguan fisiologi sampai terjadinya oedem aktivitas
metabolik normal/rendah).
Menurut Sugiono (2007) marasmus merupakan akibat dari kelaparan yang
hampir menyeluruh. Seorang anak yang mengalami marasmus, mendapatkan
sangat sedikit makanan, sering disebabkan karena ibu tidak dapat memberikan
ASI. Badannya sangat kurus akibat hilangnya otot dan lemak tubuh. Hampir
selalu disertai terjadinya infeksi. Jika anak mengalami cedera atau infeksi yang
meluas, prognosanya buruk dan bisa berakibat fatal.
Menurut Purhadi (2007) Marasmus umumnya dialami masyarakat yang
menderita kelaparan. Marasmus adalah permasalahan serius yang terjadi di
Negara-negara berkembang. Menurut data WHO sekitar 49% dari 10,4 juta
kematian yang terjadi pada anak-anak di bawah usia 5 tahun di Negara
berkembang berkaitan dengan defisiensi energi dan protein sekaligus. Marasmus
juga umum terjadi pada anak-anak miskin perkotaan, anak-anak dengan penyakit
kronik dan akan-anak dipenjara. Tingginya jumlah penderita marasmus tak hanya
menimbulkan resiko kematian tapi juga menyebabkan syaraf otak tidak
berkembang optimal.
Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa marasmus adalah
kekurangan energi pada makanan yang menyebabkan cadangan protein lebih
terpakai sehingga anak menjadi kurus dan emosional yang diakibatkan oleh
kelaparan secara menyeluruh.
Menurut Nurcahyo (2007). Pada keadaan ini yang menyolok adalah
pertumbuhan yang kurang atau terhenti disertai otot dan menghilangnya lemak di
bawah kulit. Pada mulanya kelainan demikian merupakan proses fisiologis.
Untuk kelangsungan hidup jaringan, tubuh yang memerlukan energi yang dapat
dipenuhi oleh makanan yang diberikan, sehingga harus dapat dari tubuh sendiri,
sehingga cadangan protein digunakan juga untuk memenuhi kebutuhan energi
tersebut.
Penghancuran jaringan pada defisiensi kalori tidak saja membantu
memenuhi kebutuhan energi, akan tetapi juga untuk memungkinkan sintesis
glukosa dan metabolit esensial lainnya seperti asam amino untuk komponen
homeostatic. Oleh karena itu pada marasmus berat kadang-kadang masih
ditemukan asam amino yang normal sehingga hati masih dapat membentuk
cukup albumia.
Tanda dan Gejala Menurut Hamzah (2006) tanda-tanda marasmus adalah :
a) Otot akan mengecil/atrofi
b) Apatis
c) Sangat kecil/kurus
d) BB kurang, tidak sesuai umur
e) Kulit kedodoran
f) Muka seperti orang tua dan kulit kering
g) Perut buncit dengan gambaran usus yang nyata
h) Vena superfisialis tampak jelas , ubun-ubun cekung, tulang pipi dan dagu
kelihatan menonjol.
b. Kwashiorkor
Menurut Ngastiyah (2005) kwashiorkor adalah gangguan gizi disertai
dengan edema. Sebab utama penyakit ini adalah defisiensi protein. Penyakit
kwashiorkor umunya terjadi pada anak dari keluarga social ekonomi yang rendah
karena tidak mampu membeli makanan yang mengandung protein hewani seperti
: daging, hati, usus, susu, dsb. Sebenarnya selain protein hewani protein nabati
terdapat pada kedelai, kacang-kacangan juga dapat menghindarkan kekurangan
protein tersebut apabila diberikan, tetapi karena kurangnya pengetahuan orang
tua anak menderita defisiensi protein ini. Sering kurangnya pengetahuan juga
adanya factor takhayul turut menjadi penyebab pula. Kwashiorkor biasanya
dijumpai pada golongan umur tertentu yaitu bayi pada masa disapih dan pada
anak pra sekolah yang merupakan golongan umur yang relatif memerlukan lebih
banyak protein untuk tumbuh sebaik-baiknya.
Menurut Widodo (2005) kwashiorkor adalah gangguan gizi karena
kekurangan protein biasa sering disebut busung lapar. Gejala yang timbul
diantaranya adalah tangan dan kaki bengkak, perut buncit, rambut rontok dan
patah, gangguan kulit.
Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa kwashiorkor adalah suatu
keadaan gangguan gizi yang diakibatkan karena kurangnya protein dalam tubuh.
Menurut Judarwanto (2005) pada kwashiorkor yang klasik gangguan
metabolik dan perubahan sel menyebabkan ederma dan perlemean hati. Kelainan
ini merupakan gejala yang mencolok. Kekurangan protein dalam diet akan
menimbulkan kekurangan berbagai asam amino esensial yang dibutuhkan untuk
sintesis. Karena dalam diet terdapat cukup karbohidrat, maka produksi insulin
akan meningkat dan sebagian asam amino dalam serum yang jumlahnya sudah
kurang tersebut akan disalurkan ke otot. Berkurangnya asam amino dalam serum
merupakan penyebab kurangnya ke otot. Berkurangnya asam amino dalam serum
merupakan penyebab kurangnya pembentukan albumin oleh hepar sehingga
kemudian timbul ederma.
Gejala Klinis Menurut Aditya (2006), gejala klinis kwashiorkor adalah :
a. Oedem di seluruh tubuh terutama kaki
b. Wajah membulat dan sembab
c. Otot-otot mengecil lebih nyata apabila diperiksa dalam posisi
berdiri dan duduk.
d. Perubahan status mental, cengeng, rewel, kadang apatis.
e. Anak sering menolak segala jenis makanan (anoreksia)
f. Pembesaran hati
g. Rambut berwarna kusam dan mudah dicabut
h. Gangguan kulit berupa bercak merah yang meluas
i. Pandangan mata anak tampak sayu
j. Penatalaksanaan
Menurut Hamzah (2006) prinsip pengobatan kwashiorkor adalah:
a. Memberikan makanan yang mengandung banyak protein bernilai
biologi tinggi, tinggi kalori, cukup cairan, vitamin, dan mineral.
b. Makanan harus mudah dicerna dan diserap.
c. Makanan yang diberikan secara bertahap, karena toleransi terhadap
makanan sangat rendah
d. Penanganan terhadap penyakit penyerta
e. Tindak lanjut berupa pemantauan kesehatan penderita dan
penyuluhan gizi tambahan.

6. Status Gizi
Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel
tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu, contoh
gondok endemik merupakan keadaaan tidak seimbangnya pemasukan dan
pengeluaran yodium dalam tubuh.
Perlunya deteksi dini status gizi mengingat penyebabnya sangat kompleks,
pengelolaan gizi buruk memerlukan kerjasama yang komprehensif dari semua pihak.
Bukan hanya dari dokter maupun tenaga medis, namun juga pihak orang tua,
keluarga, pemuka masyarakat maupun agama dan pemerintah. Langkah awal
pengelolaan gizi buruk adalah mengatasi kegawatan yang ditimbulkannya,
dilanjutkan dengan "frekuen feeding" (pemberian makan yang sering, pemantauan
akseptabilitas diet penerimaan tubuh terhadap diet yang diberikan), pengelolaan
infeksi dan pemberian stimulasi. Perlunya pemberian diet seimbang, cukup kalori
dan protein serta pentingnya edukasi pemberian makan yang benar sesuai umur anak,
Pada daerah endemis gizi buruk perlu distribusi makanan yang memadai.
Menurut Menkes No. 9201 menkes/SK/VIII/2002 status gizi ditentukan
berdasarkan Z-SCORE berdasarkan berat badan (kg) terhadap umur (bulan) yang
diklasifikasikan sebagai berikut :
 Gizi Lebih: apabila berat badan balita berada > +2 SD (Standar Deviasi)
 Gizi Baik : apabila berat badan balita berada antara <-2 SD
 Gizi Buruk: apabila berat badan balita <-3 SD

a. Penilaian Status Gizi Secara Langsung


Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu
antropometri, klinis, biokimia dan biofisik.
1) Antropometri
Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan
asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola
pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah
air dalam tubuh.
a) Indeks Masa Tubuh (IMT) Atau Body Mass Index (BMI)
Salah satu contoh penilaian ststus gizi dengan antropometri adalah
Indeks Massa Tubuh. Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index
(BMI) merupakan alat atau cara yang sederhana untuk memantau status
gizi orang dewasa, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan
kelebihan berat badan. Berat badan kurang dapat meningkatkan resiko
terhadap penyakit infeksi, sedangkan berat badan lebih akan
meningkatkan resiko terhadap penyakit degeneratif. Oleh karena itu,
mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat
mencapai usia harapan hidup yang lebih.
Pedoman ini bertujuan memberikan penjelasan tentang cara-cara yang
dianjurkan untuk mencapai berat badan normal berdasarkan IMT dengan
penerapan hidangan sehari-hari yang lebih seimbang dan cara lain yang
sehat. Untuk memantau indeks masa tubuh orang dewasa digunakan
timbangan berat badan dan pengukur tinggi badan. Penggunaan IMT
hanya untuk orang dewasa berumur > 18 tahun dan tidak dapat
diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil, dan olahragawan.
Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus berikut:
Menghitung Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan rumus:
IMT = Berat Badan (kg)/(Tinggi Badan (cm)/100)2
Kategori Keterangan IMT
Kurus Kekurangan berat badan tingkat <>
berat
Kurus sekali Kekurangan berat badan tingkat 17,0 – 18,4
ringan
Normal Normal 18,5 – 25,0
Gemuk Kelebihan berat badan tingkat 25,1 – 27,0
ringan
Obes Kelebihan berat badan tingkat > 27,0
berat

Untuk mengukur status gizi anak baru lahir adalah dengan


menimbang berat badannya yaitu : jika ≤ 2500 gram maka
dikategorikan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) jika 2500 –
3900 gram Normal dan jika ≥ 4000 gram dianggap gizi lebih.
DAFTAR PUSTAKA

Arisman. 2009. Buku Ajar Ilmu Gizi : Gizi dalam Daur Kehidupan. Ed. 2. Jakarta :
EGC
Gusti, Salvari. 2013. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta : CV Trans Info
Media
Friedman, Marilyn M. 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga : Riset, Teori dan Praktik.
Jakarta : EGC

Kinasih, dkk. 2016.Tingkat Pendidikan Ibu Dengan Status Gizi Balita Di Puskesmas

Pleret.

Padila. 2012. Buku Ajar : Keperawatan Keluarga Dilengkapi Aplikasi Kasus Askep

Keluarga Terapi Herbal dan Terapi Modalitas. Yogyakarta : Nuha Medika

Sudiharto. 2007. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Pendekatan Keperawatan


Transkultural. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai