Anda di halaman 1dari 43

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

DENGAN DIAGNOSA MEDIS MARASMUS

DI SUSUN OLEH :

Clara Mulyawati Sahede


711490120007

NERS LANJUTAN

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MANADO
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
MARASMUS
A. PENGERTIAN
 Marasmus adalah bentuk malnutrisi kalori protein yang terutama akibat kekurangan kalori
yang berat dan kronis terutama terjadi selama tahun pertama kehidupan dan mengurusnya
lemak bawah kulit dan otot. (Dorland, 1998:649).
 Marasmus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan kalori protein. (Suriadi,
2001:196).
 Marasmus adalah malnutrisi berat pada bayi sering ada di daerah dengan makanan tidak cukup
atau higiene kurang. Sinonim marasmus diterapkan pada pola penyakit klinis yang menekankan
satu ayau lebih tanda defisiensi protein dan kalori. (Nelson, 1999:212).
 Zat gizi adalah zat yang diperoleh dari makanan dan digunakan oleh tubuh untuk pertumbuhan,
pertahanan dan atau perbaikan. Zat gizi dikelompokkan menjadi karbohidrat, lemak, protein,
vitamin, mineral dan air. (Arisman, 2004:157).
 Energi yang diperoleh oleh tubuh bukan hanya diperoleh dari proses katabolisme zat gizi yang
tersimpan dalam tubuh, tetapi juga berasal dari energi yang terkandung dalam makanan yang
kita konsumsi.
 Fungsi utama karbohidrat adalah sebagai sumber energi, disamping membantu pengaturan
metabolisme protein. Protein dalam darah mempunyai peranan fisiologis yang penting bagi
tubuh untuk :
1. Mengatur tekanan air, dengan adanya tekanan osmose dari plasma protein.
2. Sebagai cadangan protein tubuh.
3. Mengontrol perdarahan (terutama dari fibrinogen).
4. Sebagai transport yang penting untuk zat-zat gizi tertentu.
5. Sebagai antibodi dari berbagai penyakit terutama dari gamma globulin.
Dalam darah ada 3 fraksi protein, yaitu : Albumin, globulin, fibrinogen.

B. ETIOLOGI
 Penyebab utama marasmus adalah kurang kalori protein yang dapat terjadi karena : diet yang
tidak cukup, kebiasaan makan yang tidak tepat seperti yang hubungan dengan orangtua-anak
terganggu,karena kelainan metabolik, atau malformasi kongenital. (Nelson,1999).
 Marasmus dapat terjadi pada segala umur, akan tetapi yang sering dijumpai pada bayi yang
tidak mendapat cukup ASI dan tidak diberi makanan penggantinya atau sering diserang diare.
Marasmus juga dapat terjadi akibat berbagai penyakit lain seperti infeksi, kelainan bawaan
saluran pencernaan atau jantung, malabsorpsi, gangguan metabolik, penyakit ginjal menahun
dan juga gangguan pada saraf pusat. (Dr. Solihin, 1990:116).
C. PATOFISIOLOGI
Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori, protein, atau
keduanya tidak tercukupi oleh diet. (Arisman, 2004:92). Dalam keadaan kekurangan makanan,
tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau
energi. Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal
yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan, karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh
seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan
karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan. Akibatnya
katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilkan asam amino yang segera
diubah jadi karbohidrat di hepar dan ginjal. Selam puasa jaringan lemak dipecah menjadi asam
lemak, gliserol dan keton bodies. Otot dapat mempergunakan asam lemak dan keton bodies
sebagai sumber energi kalau kekurangan makanan ini berjalan menahun. Tubuh akan
mempertahankan diri jangan sampai memecah protein lagi seteah kira-kira kehilangan separuh dari
tubuh. (Nuuhchsan Lubis an Arlina Mursada, 2002:11).

D. MANIFESTASI KLINIK
Pada mulanya ada kegagalan menaikkan berat badan, disertai dengan kehilangan berat badan
sampai berakibat kurus,dengan kehilangan turgor pada kulit sehingga menjadi berkerut dan longgar
karena lemak subkutan hilang dari bantalan pipi, muka bayi dapat tetap tampak relatif normal
selama beberaba waktu sebelum menjadi menyusut dan berkeriput. Abdomen dapat kembung dan
datar. Terjadi atropi otot dengan akibat hipotoni. Suhu biasanya normal, nadi mungkin melambat,
mula-mula bayi mungkin rewe, tetapi kemudian lesu dan nafsu makan hilang. Bayi biasanya
konstipasi, tetapi dapat muncul apa yang disebut diare tipe kelaparan, dengan buang air besar
sering, tinja berisi mukus dan sedikit. (Nelson,1999).

Selain itu manifestasi marasmus adalah sebagai berikut :


1. Badan kurus kering tampak seperti orangtua
2. Lethargi
3. Irritable
4. Kulit keriput (turgor kulit jelek)
5. Ubun-ubun cekung pada bayi
6. Jaingan subkutan hilang
7. Malaise
8. Kelaparan
9. Apatis
E. PATHWAY

Rendahnya Sosial Kurangnya Protein Malabsorbsi, infeksi


Ekonomi dan kalori anoreksia

Intake kurang dari Keb Tubuh

Defisiensi protein dan kalori Defisiensi Pengetahuan

Marasmus

Kurang vit. A, C& E Lipolisis protein asam amino esensial &


<< kolagen produksi albumin

Turgor kulit menurun Daya tahan tubuh Kemampuan Fisik lemah

Gg integritas kulit Keadaan umum Atrofi otot


Lemah
Kulit wajah keriput Perub. Pertumbuhan &
Risiko tinggi perkembangan
Gg citra tubuh Infeksi
Intoleransi aktivitas

Cairan dari pembuluh Infeksi saluran cerna


darah lebih tinggi

Anoreksia Nafsu makan

Kelebihan volume cairan Penurunan BB

Defisit volume cairan Gangguan nutrisi kurang


dari Keb. tubuh
F. PENATALAKSANAAN
1. Keadaan ini memerlukan diet yang berisi jumlah cukup protein yang kualitas biologiknya baik.
Diit tinggi kalori, protein, mineral dan vitamin.
2. Pemberian terapi cairan dan elektrolit.
3. Penatalaksanaan segera setiap masalah akut seperti masalah diare berat.
4. Pengkajian riwayat status sosial ekonomi, kaji riwayat pola makan, pengkajian antropometri,
kaji manifestasi klinis, monitor hasil laboratorium, timbang berat badan, kaji tanda-tanda vital.

Penanganan KKP berat


Secara garis besar, penanganan KKP berat dikelompokkan menjadi pengobatan awal dan
rehabilitasi. Pengobatan awal ditujukan untuk mengatasi keadaan yang mengancam jiwa,
sementara fase rehabilitasi diarahkan untuk memulihkan keadaan gizi.
Upaya pengobatan, meliputi :
- Pengobatan/pencegahan terhadap hipoglikemi, hipotermi, dehidrasi.
- Pencegahan jika ada ancamanperkembangan renjatan septik
- Pengobatan infeksi
- Pemberian makanan
- Pengidentifikasian dan pengobatan masalah lain, seperti kekurangan vitamin, anemia berat dan
payah jantung.

Menurut Arisman, 2004:105


- Komposisi ppemberian CRO (Cairan Rehidrasi Oral) sebanyak 70-100 cc/kg BB biasanya cukup
untuk mengoreksi dehidrasi.
- Cara pemberian dimulai sebanyak 5 cc/kg BB setiap 30 menit selama 2 jam pertama peroral
atau NGT kemudian tingkatkan menjadi 5-10 cc/kg BB/ jam.
- Cairan sebanyak itu harus habis dalam 12 jam.
- Pemberian ASI sebaiknya tidak dihentikan ketika pemberian CRO/intravena diberikan dalam
kegiatan rehidrasi.
- Berika makanan cair yang mengandung 75-100 kkal/cc, masing-masing disebut sebagai F-75
dan F-100.

Menurut Nuchsan Lubis


Penatalaksanaan penderita marasmus yang dirawat di RS dibagi dalam beberapa tahap, yaitu :
1. Tahap awal :24-48 jam pertama merupakan masa kritis, yaitu tindakan untuk menyelamatkan
jiwa, antara lain mengoreksi keadaan dehidrasi atau asidosis dengan pemberian cairan IV.
- cairan yang diberikan adalah larutan Darrow-Glukosa atau Ringer Laktat Dextrose 5%.
- Mula-mula diberikan 60 ml/kg BB pada 4-8 jam pertama.
- Kemudian 140ml sisanya diberikan dalam 16-20 jam berikutnya.
- Cairan diberikan 200ml/kg BB/ hari.
2. Tahap penyesuaian terhadap pemberian makanan
- Pada hari-hari pertama jumlah kalori yang diberikan sebanyak 30-60 kalori/ kg BB/ hari atau
rata-rata 50 kalori/ kg BB/ hari, dengan protein 1-1,5 gr/ kg BB/ hari.
- Kemudian dinaikkan bertahap 1-2 hari hingga mencapai 150-175 kalori/ kg BB/ hari, dengan
protein 3-5 gr/ kg BB/ hari.
- Waktu yang diperlukan untuk mencapai diet TKTP ini lebih kurang 7-10 hari.

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan Fisik
a. Mengukur TB dan BB
b. Menghitung indeks massa tubuh, yaitu BB (dalam kilogram) dibagi dengan TB (dalam meter)
c. Mengukur ketebalan lipatan kulit dilengan atas sebelah belakang (lipatan trisep) ditarik
menjauhi lengan, sehingga lapisan lemak dibawah kulitnya dapat diukur, biasanya dangan
menggunakan jangka lengkung (kaliper). Lemak dibawah kulit banyaknya adalah 50% dari
lemak tubuh. Lipatan lemak normal sekitar 1,25 cm pada laki-laki dan sekitar 2,5 cm pada
wanita.
d. Status gizi juga dapat diperoleh dengan mengukur LLA untuk memperkirakan jumlah otot
rangka dalam tubuh (lean body massa, massa tubuh yang tidak berlemak).
2. Pemeriksaan laboratorium : albumin, kreatinin, nitrogen, elektrolit, Hb, Ht, transferin.

H. FOKUS INTERVENSI
1. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan tidak
adekuat (nafsu makan berkurang). (Wong, 2004)
Tujuan :
Pasien mendapat nutrisi yang adekuat
Kriteria hasil :
meningkatkan masukan oral.
Intervensi :
a. Dapatkan riwayat diet
b. Dorong orangtua atau anggota keluarga lain untuk menyuapi anak atau ada disaat
makan
c. Minta anak makan dimeja dalam kelompok dan buat waktu makan menjadi
menyenangkan
d. Gunakan alat makan yang dikenalnya
e. Perawat harus ada saat makan untuk memberikan bantuan, mencegah gangguan
dan memuji anak untuk makan mereka
f. Sajikan makansedikit tapi sering
g. Sajikan porsi kecil makanan dan berikan setiap porsi secara terpisah

2. Defisit volume cairan berhubungan dengan diare. (Carpenito, 2001:140)


Tujuan :
Tidak terjadi dehidrasi
Kriteria hasil :
Mukosa bibir lembab, tidak terjadi peningkatan suhu, turgor kulit baik.
Intervensi :
a. Monitor tanda-tanda vital dan tanda-tanda dehidrasi
b. Monitor jumlah dan tipe masukan cairan
c. Ukur haluaran urine dengan akurat

3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan nutrisi/status metabolik.


(Doengoes, 2000).
Tujuan :
Tidak terjadi gangguan integritas kulit
Kriteria hasil :
kulit tidak kering, tidak bersisik, elastisitas normal
Intervesi :
a. Monitor kemerahan, pucat,ekskoriasi
b. Dorong mandi 2xsehari dan gunakan lotion setelah mandi
c. Massage kulit Kriteria hasilususnya diatas penonjolan tulang
d. Alih baring

4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan pertahanan tubuh


Tujuan :
Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
Kriteria hasil:
suhu tubuh normal 36,6 C-37,7 C,lekosit dalam batas normal

Intervensi :
a. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
b. Pastikan semua alat yang kontak dengan pasien bersih/steril
c. Instruksikan pekerja perawatan kesehatan dan keluarga dalam prosedur kontrol
infeksi
d. Beri antibiotik sesuai program

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang nya informasi (Doengoes, 2004)


Tujuan :
pengetahuan pasien dan keluarga bertambah
Kriteria hasil:
Menyatakan kesadaran dan perubahan pola hidup,mengidentifikasi hubungan tanda dan
gejala.
Intervensi :
a. Tentukan tingkat pengetahuan orangtua pasien
b. Mengkaji kebutuhan diet dan jawab pertanyaan sesuai indikasi
c. Dorong konsumsi makanan tinggi serat dan masukan cairan adekuat
d. Berikan informasi tertulis untuk orangtua pasien

6. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan melemahnyakemampuan


fisik dan ketergantungan sekunder akibat masukan kalori atau nutrisi yang tidak adekuat.
(Carpenito, 2001:157).
Tujuan :
Anak mampu tumbuh dan berkembang sesuai dengan usianya.
Kriteria hasil :
Terjadi peningkatan dalam perilaku personal, sosial, bahasa, kognitif atau aktifitas
motorik sesuai dengan usianya.
Intervensi :
a. Ajarkan pada orangtua tentang tugas perkembangan yang sesuai dengan kelompok
usia.
b. Kaji tingkat perkembangan anak dengan Denver II
c. Berikan kesempatan bagi anak yang sakit memenuhi tugas perkembangan
d. Berikan mainan sesuai usia anak.

7. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan gangguan sistem transport oksigen sekunder akibat
malnutrisi. (Carpenito, 2001:3)
Tujuan :
Anak mampu beraktifitas sesuai dengan kemampuannya.
Kriteria hasil :
Menunjukkan kembali kemampuan melakukan aktifitas.
Intervensi :
a. Berikan permainan dan aktifitas sesuai dengan usia
b. Bantu semua kebutuhan anak dengan melibatkan keluarga pasien

8. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan rendahnya masukan protein (malnutrisi).


(Carpenio, 2001:143).
Tujuan :
Kelebihan volume cairan tidak terjadi.
Kriteria hasil :
Menyebutkan faktor-faktor penyebab dan metode-metode pencegahan edema,
memperlihatkan penurunan edema perifer dan sacral.
Intervensi :
a. Pantau kulit terhadap tanda luka tekan
b. Ubah posisi sedikitnya 2 jam
c. Kaji masukan diet dan kebiasaan yang dapat menunjang retensi cairan.

DAFTAR PUSTAKA
Arisman, 2004, Gizi dalam daur kehidupan, Jakarta : EGC
Betz, L & Linda S, 2002, Buku saku peditrik, Alih bahasa monica ester edisi 8, jakarta, EGC
Carpenito, L. J, 2001, Hand book of nursing diagnosis, 8-e (buku saku diagnosa keperawatan, 8-e), Alih
bahasa monica ester dkk, Jakarta, EGC
Doengoes ME, 2000, Nursing care plans guide line for planning and documenting patien care, edisi 3,
alih bahasa I made kariasa, Jakarta, EGC
Nelson, & behrman, kliegman, 2000, Nelson teks book of pediatric 15/e, vol. 2, Ed 15, alih bahasa A
Samik Wahab, Jakarta, EGC
Nuchsan .A, 2002, Penatalaksanaan Busung lapar pada balita, Cermin Dunia Kedokteran no. 134,
2002 : 10-11
Wong, L. D & Whaleys, 2004, Pedoman klinis asuhan keperawatan anak, alih bahasa monica ester,
Jakarta, EGC
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK AN. MKA DENGAN DIAGNOSA MEDIS MARASMUS
DIRUANGAN E ATAS

Identitas Klien
Nama : An. MKA
Jenis Kelamin :Perempuan
Umur : 1 Thn 10 bulan
Agama : Islam
Alamat : kampung islam
Diagnosa Medis : marasmus
Tanggal MRS : 27-10-2020
Tgl Pengkajian 09-11-2020
Identitas orang tua
1. Ayah
a. Nama : Tn. MA
b. Usia : 50 Th
c. Pendidikan :SMA
d. Pekerjaan :Supir
e. Agama :Islam
f. Alamat :Kampung islam
2. Ibu
a. Nama : Ny. Y
b. Usia :48 Th
c. Pendidikan :SMA
d. Pekerjaan :IRT
e. Agama :Islam
f. Alamat :Kampung islam
3. Saudarah
No Nama Usia Hubungan Status kesehatan
1 An. ONA 17 Th Kakak Sehat
2 An . BA 5 Th Kakak Sehat

Riwayat penyakit
Keluhan Utama : Ibu klien mengatakan bahwa anaknya semakin
kurus badannya.
Riwayat Penyakit Pada tanggal 9 november 2020 pasien di kaji
Sekarang : dengan keluahan ibu klien mengatakan anaknya
semakin kurus badannya. BB 6,3 Kg
Riwayat Kesehatan Pasien pernah menderita batuk, pilek dan
Dahulu : demam tetapi tidak pernah dirawat di RS

Riwayat Kesehatan Orang tua pasien mengatakan keluarga tidak ada


Keluarga : yang menderita
penyakit menular maupun kronis.
Genogram :

x x

Keterangan :

: Laki-laki
: Perempuan
: Klien
: Hubungan Keluarga
: Tinggal Serumah
X ; meninggal
KETERANGAN
Keluarga klien tidak memiliki riwayat penyakit yang sama

RIWAYAT IMUNISASI

JENIS IMUNISASI BULAN

Hb 0, Polio Saat lahir

BCG 1 bulan

POLIO (1-4) 1) 1 bulan 3) 4 bulan


2) 2 bulan 4) 18 bulan

DPT 1-4 1) 2 bulan 3) 4 bulan


2) 3 bulan 4) 6 bulan

CAMPAK 1-2 1) 9 bulan 2) 18 bulan

MR 1 tahun
RIWAYAT TUMBANG
1. Pertumbuhan fisik
a. BB 6,4 Kg
b. PB 83 cm
c. Tumbuh gigi pada saat 9 bulan
d. BB Klien tidak sesuai dengan pertumbuhan klien. klien mengalami kekurang gizi
(marasmus) untuk usia 1 tahun 10 bulan
2. Perkembangan tiap tahap
Klien saat ini hanya bisa melaukan kegiatan di tempat tidur. Perkembangan tiap tahap
tidak sesuai dengan perkembangan usia. Karena klien mengalami syndrom down.

POLA AKTIFITAS PASIEN DENGAN MARASMUS

Observasi
Makan dan minum Pasien makan 100ml/3 jam sehari selama
dirumah sakit
Pola tidur Pasien tidur pada siang hari 2 jam dan sore
hari 2 jam pada malam hari jam 9 malam
dan bangun padsa jam 6 pagi.
Pola eliminasi Selama di RS pasien sudah 2 kali BAB

Kebersihan diri Pasien diwashlap 2 kali sehari


PEMERIKSAAN FISIK
Observasi
Keadaan Umum Sedang
Kesadaran Compos Mentis

Pemeriksaan tanda- TD 70/40 mmHg RR=30 X/menit


tanda vital N=100 X/menit SB=360 C
Antropometri LK 40 cm PB 83 cm
LL 15 cm LD 28 cm
BB 6.4 kg LP 25 cm
Pemeriksaan head to toe Anak MKA

A. Pemeriksaan Finger print ditengah frontal terhidrasi. Kulit kepala


kepala dan leher bersih, tidak ada ketombe dan tidak ada lesi.
1) Kepala Penyebaran rambut merata berwarna hitam, rambut
dan tidak
rambut mudah patah, tidak bercabang, dan tidak ada kelainan

2) Mata Mata lengkap, trabismus., terjadi pembemkakak


kelopak mata
Konjuntiva berwarna merah muda dan sklera tidak
ikterik . Adanya reflek cahaya pada pupil dan bentuk
isokor kanan dan kiri, iris kanan kiri berwarna hitam,
3) Hidung Tidak ada pernafasan cuping hidung, posisi septum
nasal ditengah, lubang hidung bersih, tidak ada secret,
tulang hidung dan septum tidak ada pembengkakan
dan tidak ada Polip. Terpasang NGT

4) Mulut & Lidah Keadaan mukosa bibir kering dan pucat. Tonsil ukuran
normal
uvula letak simetris ditengah .
5) Telinga Bentuk telinga, simetris kanan dan kiri. Lubang
telinga bersih, tidak ada serumen berlebih,
pendengaran berfungsi dengan baik

6) Leher Kelenjar getah bening teraba,


tiroid teraba, posisi trakea letak ditengah tidak ada
kelainan
B. Pemeriksaan Tidak ada sesak nafas, batuk(-) dan secret(-). Bentuk
thorak sistem dada simetris, irama nafas teratur, pola nafas normal,
pernafasan tidak ada pernafasan cuping hidung, otot bantu
a.Inspeksi thorak pernafasan, vocal permitus dan ekspansi paru anterior
b.Palpasi dan posterior dada normal, perkusi sonor, auskultasi
c.Perkusi suara nafas
d.Auskultasi vesikuler. RR=30x/m. Terdapat luka di dada bagian atas
C, Pemeriksaan Pada pemeriksaan inspeksi CRT < 2 detik tidak ada
jantung sianosis. Pada pemeriksaan palpasi iktus kordis teraba
a. Inspeksi dan hangat.
b. Palpasi Perkusi batas jantung :
c. Perkusi batas Basic jantung berada di ICS II dari lateral ke media linea
jantung , para sterna sinistra, tidak melebar, Pinggang jantung
d. Auskultasi berada di ICS III dari linea para sterna kiri, tidak
melebar, Apeks jantung berada di ICS V dari linea
midclavikula sinistra, tidak melebar.
Pemeriksaan auskultasi :
1.bunyi jantung I saat auskultasi terdengar bunyi
jantung normal dan regular,
2.bunyi jantung II : saat auskultasi terdengar bunyi
jantung normal dan regular,
3.bunyi jantung tambahan :terdapat bunyi jantung
tambahan di anatar sekat atrium kanan dan kiri
D. Pemeriksaan Inspeksi : Bentuk abdomen cekung kedalam,
abdomen benjolan/masa tidak ada pada perut, tidak tampak
a. Inspeksi bayangan pembuluh darah pada abdomen, tidak ada
b. Auskultasi luka operasi . Auskultasi : peristaltic 20x/menit Palpasi :
c. Palpasi Tegang
d. Perkusi Tidak ada nyeri tekan, mass, Hepar Lien tidak ada
kelainan Ginjal tidak ada nyeri tekan, tidak ada asietas.
E. Pemeriksaan Memory Panjang, perhatian dapat mengulang, bahasa
Neurologis baik, kongnisi baik, orientasi orang, saraf sensori nyeri
a. Inspeksi tusuk. Tingkat kesadaran compos mentis. Tanda
b. Auskultasi rangsangan otak (meningeal sign). Keterlambatam
c. Palpasi perkebangan anak :
d. Perkusi 1. N I (olfaktorius) : penciuman baik, bisa
membedakan bau- bauan.
2. N II (optikus) : jarak pandang baik
3. NIII (okulomotorius) : adanya reflek rangsangan
pada pupil
4. N IV (troklearis) :
bisa menggerakkan bola mata ke atas dan ke bawah.
Kelaina mata strabismus (mata juling)
5. N V (trigeminus) : tidak ada replek
menelan
6. N VI (abdusen) :
bisa menggerakan bola mata ke kanan dan ke kiri.
Kelainan mata strabismus (mata juling)
7. N VII (facialis) : pengecapan terhadap rasa-rasa
baik
8. NVIII(vestibulotroklearis): pendengaran baik
9. NIX (glosofaringeus): klien tidak mau
menelan
10. N X (vagus) :
Klien tidak mau membuka mulut
11. N XI (assesorius) :
Klien tidak mengikuti perintah
12. NXII (hipoglosus): tidak mengikuti perintah

reflek patofisiologis : babinski (+), klien mengalami


keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan anak
F. Pemeriksaan Sistem Tidak dikaji
perkemihan

G. Pemeriksaan Kaki klien kecil dan belum bisa berjalan dan kulit klien
muskuluskeletal tampak kering, terdapat luka di dada klien
(ekstremitas) dan
Integumen
H. Sistem Endokrin Tidak ada pembesaran kelenjar
tyroid, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening,
HASIL LABORATORIUM

Tanggal 2 November 2020


Hemetologi Hasil Satuan Nilai rujukkan
Leuosit 10.4 10^3/Ul 4.0 - 10.0
Erittrosit 4.43 10^6/Ul 4.70 - 6.10
Hemoglobin 11.3 g/dL 13.0 – 16.5
Hematrokit 27.9 % 39.0 – 51.0
Trombosit 183 10^3/Ul 150 – 450
MCH 25.5 Pg 27.0 - 35.0
MCHC 33.3 % 30.0 – 40.0
MCV 76.5 g/dL 80.0 -100.0
Imunologi
FT4 0.669 mg/dL 0.70 – 1.55
T3 1.39 Mmol/L 1.60 – 4.10
FT3 1.69 Mmol/L 4.10 – 6.70

PENGOBATAN

IV

Asering +D40% 20ml 24 jam


Ceftriaxone 700mg 24jam
Gentamisin 35 mg 24 jam
Diazepam 2 mg
Paracetamol 70 mg 8 jam
Oral
Vitamin A 200.000 U 24 jam
Vitamin C 100 mg 24jam
Asam folat 5 mg 24 jam
Vitamin B complex 1 tab 24 jam
Cairan
Na CL 9 %

Saleb

Fucilex 2x1
Betamethasone valerate 2x 1

Tetes Mata
Cendo lyteers 3x1
ANALISA DATA

N DATA PENYEBAB MASALAH


O
1 DS : Ibu klien mengatakan bahwa intake makanan tidak Defisit nutrisi
anaknya semakin kurus badannya. adekuat (nafsu makan (D.0019)
DO: berat badan turun, berat badan berkurang)
tidak sesuai dengan tinggi badan,
edema, rambut kering, kusam, jarang,
putih dan mudah dicabut, kulit kering
dan bersisik, , mata pucat dan cekung.
2 DS: ibu pasien mengatakan Anak saya melemahnya Gangguan
tidak tumbuh dan berkembang kemampuan fisik dan pertumbuhan dan
seperti anak pada umumnya ketergantungan perkembangan

sekunder akibat (D.0106)


masukan kalori atau
DO: BB turun dan jauh dari IMB,
nutrisi yang tidak
dan klien mengalami keterlambatan
perkembangan dan pertumbuhan adekuat.
sesuai dengan usia
3 DS: keluarga klien menyatakan klien gangguan Gangguan integritas
terdapat luka di dada bagian atas nutrisi/status kulit (D.0129)
DO: klien kulit bersisisk, kering, luka metabolic
tampak kemerahan
4 DS: keluarga mengatakan klien Aktif bergerak Resiko jatuh
aktif bergerak (D.0143)
DO: klien tampak aktif di
tempat tidur

Diagnosa Keperawatan (DK)


1. Defisit nutrisi (D.0019)
2. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan (D.0106)
3. Gangguan integritas kulit (D.0129)
4. Resiko jatuh (D.0143)
INTERVENSI

N DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI KEPERAWATAN


O KRITERIA HASIL
(SDKI) (SIKI)
(SLKI)
1 Defisit nutrisi Status nutrisi membaik  PROMOSI BERAT BADAN
(D.0019) (L. 03030)
1. Observasi
 Identifikasi kemungkinan
penyebab BB kurang
 Monitor adanya mual dan
muntah
 Monitor jumlah
kalorimyang dikomsumsi
sehari-hari
 Monitor berat badan
 Monitor albumin, limfosit,
dan elektrolit serum
2. Terapeutik
 Berikan perawatan mulut
sebelum pemberian makan,
jika perlu
 Sediakan makan yang
tepat sesuai kondisi
pasien( mis. Makanan dengan
tekstur halus, makanan yang
diblander, makanan cair yang
diberikan melalui NGT atau
Gastrostomi, total perenteral
nutritition sesui indikasi)
 Hidangkan makan secara
menarik
 Berikan suplemen, jika
perlu
 Berikan pujian pada
pasien atau keluarga untuk
peningkatan yang dicapai
3. Edukasi
 Jelaskan jenis makanan
yang bergizi tinggi, namuntetap
terjangkau
 Jelaskan peningkatan
asupan kalori yang dibutuhkan

2 Gangguan Status Perkembangan PERAWATAN PERKEMBANGAN


pertumbuhan (L.10101)  Membaik (I.10339)
dan
1. Observasi
perkembangan
(D.0106)  Identifikasi
pencapaian tugas
perkembangan anak

 Identifikasi isyarat
prilaku dan fisiologis yang
di tunjukkan bayi

2. Terapeutik

 Pertahankan
sentuhan seminimal
mungkin pada bayi
premature

 Berikan sentuhan
yang bersifat gentle dan
tidak ragu ragu

 Minimalkan nyeri

 Minimalkan
kebisingan ruangan

 Pertahankan
lingkungan yang
mendukung
perkembangan optimal

 Motivasi anak
berinteraksi dengan anak
lain

3. Edukasi

 Jelaskan tujuan
dan prosedur ambulasi

3 Gangguan Integritas Kulit Dan PERAWATAN INTEGRITAS KULIT


integritas kulit Jaringan meningkat (I.11353)
(L.14125)
(D.0129)
1. Observasi
 Identifikasi penyebab
gangguan integritas kulit (mis.
Perubahan sirkulasi, perubahan
status nutrisi, peneurunan
kelembaban, suhu lingkungan
ekstrem, penurunan mobilitas)
2. Terapeutik
 Ubah posisi setiap 2 jam
jika tirah baring
 Lakukan pemijatan pada
area penonjolan tulang, jika
perlu
 Bersihkan perineal
dengan air hangat, terutama
selama periode diare
 Gunakan produk
berbahan petrolium  atau
minyak pada kulit kering
 Gunakan produk
berbahan ringan/alami dan
hipoalergik pada kulit sensitif
 Hindari produk berbahan
dasar alkohol pada kulit kering
3. Edukasi
 Anjurkan menggunakan
pelembab (mis. Lotin, serum)
 Anjurkan minum air yang
cukup
 Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
 Anjurkan meningkat
asupan buah dan saur
 Anjurkan menghindari
terpapar suhu ektrime
 Anjurkan menggunakan
tabir surya SPF minimal 30 saat
berada diluar rumah

4 Resiko jatuh Tingkat jatuh Pencegah jatuh (I.14540)


(D.0143) menurun(L.14138)
1. Obsevasi
 Identifikasi resiko jatuh
 Identifikasi resiko jatuh setiap
shift
 Identifikasi faktor lingkungan
yang meningkatkan resiko
jatuh
 Hitung resiko jatuh
mengunakan humpty dumpty
scale
 Monitor kemampuan
berpindah dari tempat tidur
2. Terapeutik
 Orientasikan ruangan pada
pasien dan keluarga
 Pastikan pengaman tempat
tidur selalu terpasang
 Atur tempat tidur
 Tempatkan pasien resiko
jantuh tinggi didekat nurse
station dalam jankauan
perawat

3. Edukasi
 Anjurkan memanggl perawat
jika membutuhkan bantuan
atau berpindah
 Anjurkan mengunakan alas
kaki tidak licin
 Anjurkan mejaga
keseimbangan tubuh
 Anjurkan melebarkan jarak
kaki untuk meningkatkan
keseimbanagn saat berdiri
 Ajarkan cara menggunakan
bel pemanggil untuk
memanggil perawat
IMPLEMENTASI dan EVALUASI
Hari/tanggal : selasa, 10 novemver 2020
NO IMPLEMENTASI Hasil EVALUASI (SOAP)
1 1. Mendapatkan riwayat diet 1. klien di anjurkan minum susu S: ibu klien mengatakan anaknya tidak mau
2. Mendorong orang tua atau anggota sebanyak 130 cc menghisap dot
keluarga lain untuk menyuapi anak 2. menganjurkan ibu klien untuk
O: BB pasien naik
atau ada disaat makan belajar menghisap pada anak MKA
3. Meminta anak makan dimeja dalam 3. klien di saran kan untuk buat susu BBL 6.3 KG
kelompok dan buat waktu makan setiap 3 jam
BBS 6.4 KG
menjadi menyenangkan 4. klien menggunkan dot
4. Mengunakan alat makan yang 5. klien di temani saat pemberian A: tujuan telah tercapai

dikenalnya makan melalui NGT sebnyak 120cc P: pertahankan tindakan keperawatan 1-5
5. Perawat harus ada saat makan dan 10 cc di anjurkan untuk dihisap
untuk memberikan bantuan,
mencegah gangguan dan memuji
anak untuk makan mereka
6. Menyajikan makansedikit tapi
sering
7. Menyajikan porsi kecil makanan
dan berikan setiap porsi secara
terpisah

2 1. Identifikasi pencapaian tugas 1. Klien di panggil namanya dan S:


perkembangan anak
klien melihat saat di panggil
2. Identifikasi isyarat prilaku dan ibu pasien mengatakan Anak saya tidak
fisiologis yang di tunjukkan bayi 2. Klien hanya berguman saat di
tumbuh dan berkembang seperti anak pada
3. Pertahankan sentuhan seminimal panggil berbicara
mungkin pada bayi premature umumnya
3. Menyentuh tangan dan kaki klien
4. Berikan sentuhan yang bersifat
gentle dan tidak ragu ragu 4. Mengatur tempat tidur dan O:
5. Minimalkan kebisingan ruangan ruagan agar nyaman
6. Pertahankan lingkungan yang  BB turun dan jauh dari IMB, dan
mendukung perkembangan optimal 5. Memberitahukan ibu untuk
 klien mengalami keterlambatan
7. Motivasi anak berinteraksi dengan mengajak anak bermain dengan
perkembangan dan pertumbuhan sesuai
anak lain
teman seusianya
dengan usia

A: belum tercapai

P: lanjutkan intervensi 1-7


3 1. Identifikasi penyebab gangguan 1. Observasi luka di dada klien S
integritas kulit (mis. Perubahan tampak kemerahan Ibu klien mengatakan luka di bagian dada mulai
sirkulasi, perubahan status nutrisi, 2. Memberikan saleb pada luka kering
peneurunan kelembaban, suhu anak MKA dan menganjurkan ibu
lingkungan ekstrem, penurunan untuk memamkaikan babyoil O
mobilitas) kepada Anak Luka klien mulai kering
2. Anjurkan menggunakan pelembab/ 3. Manganjurkan untuk memberi
saleb pada luka (mis. Lotin, serum) minum pada anak melalui Oral A
3. Anjurkan minum air yang cukup 4. Masalah teratasi sebagian
4. Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi P
Lanjuntkan intervensi 1-4
4 1) Identifikasi resiko jatuh 1. Klien aktif di tempat tidur S
2) Identifikasi resiko jatuh setiap shift 2. Melihat klien setiap 2 jam sekali Ibu klien mengatakan aktif di tempat tidur
3) Identifikasi faktor lingkungan yang 3. Memasang pengaman tempat tidur
meningkatkan resiko jatuh dan memasang kartu warna luning O
4) Hitung resiko jatuh mengunakan di tempat tidur klien  Klien tampak aktif di tempat tidur
humpty dumpty scale 4. menghitung Humpty dumpty scale  Hasil humpty dumpty scale skore 16
5) Monitor kemampuan berpindah dari 16 ( beresiko tinggi jatuh) ( beresiko tinggi jatuh)
tempat tidur 5. mengobservasi klien di tempat
tidur
A
Masalah belum teratasi
P
Lanjutkan intervensi 1-5
IMPLENTASI DAN EVALUASI

Hari/tanggal : rabu, 11 novemver 2020


NO IMPLEMENTASI Hasil EVALUASI (SOAP)
1 8. Mendapatkan riwayat diet 6. klien di anjurkan minum susu S: ibu klien mengatakan anaknya tidak mau
9. Mendorong orangtua atau anggota sebanyak 150 cc/ 4 jam menghidap dott
keluarga lain untuk menyuapi anak 7. menganjurkan ibu klien untuk
O:
atau ada disaat makan belajar menghisap pada anak MKA
10. Meminta anak makan dimeja dalam 8. klien di saran kan untuk buat susu BB klien tetap
kelompok dan buat waktu makan setiap 4 jam
BBS 6.4 KG
menjadi menyenangkan 9. klien menggunkan dot
11. Mengunakan alat makan yang 10. klien di temani saat pemberian A: tujuan telah tercapai

dikenalnya makan melalui NGT sebnyak 140cc P: pertahankan tindakan keperawatan 1-5
12. Perawat harus ada saat makan dan 10 cc di anjurkan untuk dihisap
untuk memberikan bantuan,
mencegah gangguan dan memuji
anak untuk makan mereka
13. Menyajikan makansedikit tapi
sering
14. Menyajikan porsi kecil makanan
dan berikan setiap porsi secara
terpisah
2 6. Identifikasi pencapaian tugas 13. Klien di panggil namanya dan S:
perkembangan anak
klien melihat saat di panggil
7. Identifikasi isyarat prilaku dan ibu pasien mengatakan Anak saya tidak
fisiologis yang di tunjukkan bayi 14. Klien hanya berguman saat di
tumbuh dan berkembang seperti anak pada
8. Pertahankan sentuhan seminimal panggil berbicara
mungkin pada bayi premature umumnya
15. Menyentuh tangan dan kaki klien
9. Berikan sentuhan yang bersifat
gentle dan tidak ragu ragu 16. Mengatur tempat tidur dan O:
10. Minimalkan kebisingan ruangan ruagan agar nyaman
11. Pertahankan lingkungan yang  BB turun dan jauh dari IMB, dan
mendukung perkembangan optimal 17. Memberitahukan ibu untuk
 klien mengalami keterlambatan
12. Motivasi anak berinteraksi dengan mengajak anak bermain dengan
perkembangan dan pertumbuhan sesuai
anak lain
teman seusianya
dengan usia

A: belum tercapai

P: lanjutkan intervensi 1-7


3 5. Identifikasi penyebab gangguan 9. Observasi luka di dada klien S
integritas kulit (mis. Perubahan tampak kemerahan Ibu klien mengatakan luka di bagian dada mulai
sirkulasi, perubahan status nutrisi, 10. Memberikan saleb pada luka kering
peneurunan kelembaban, suhu anak MKA dan menganjurkan ibu
lingkungan ekstrem, penurunan untuk memamkaikan babyoil O
mobilitas) kepada Anak Luka klien mulai kering
6. Anjurkan menggunakan pelembab/ 11. Manganjurkan untuk memberi
A
saleb pada luka (mis. Lotin, serum) minum pada anak melalui Oral
7. Anjurkan minum air yang cukup 12. Masalah teratasi sebagian
8. Anjurkan meningkatkan asupan P
nutrisi Lanjuntkan intervensi 1-4
4 6) Identifikasi resiko jatuh 6. Klien aktif di tempat tidur S
7) Identifikasi resiko jatuh setiap shift 7. Melihat klien setiap 2 jam sekali Ibu klien mengatakan aktif di tempat tidur
8) Identifikasi faktor lingkungan yang 8. Memasang pengaman tempat tidur
meningkatkan resiko jatuh dan memasang kartu warna luning O
9) Hitung resiko jatuh mengunakan di tempat tidur klien  Klien tampak aktif di tempat tidur
humpty dumpty scale 9. menghitung Humpty dumpty scale  Hasil humpty dumpty scale skore 16
10) Monitor kemampuan berpindah dari 16 ( beresiko tinggi jatuh) ( beresiko tinggi jatuh)
tempat tidur 10. mengobservasi klien di tempat
tidur
A
Masalah belum teratasi
P
Lanjutkan intervensi 1-5

ANALISA PICO
Nama CLARA MULYAWATI SAHEDE

Nim 711490120007

Acute Malnutrition in Children: Pathophysiology, Clinical Effects and Treatment in italia tahun 2020

Malnutrisi Akut pada Anak: Patofisiologi, Efek Klinis dan Pengobatan

P I C O

Pada penelitian ini Dalam penelitian ini yang Faktor yang menyebabkan malbutrisi Pada penelitian ini didapatkan Asupan
menggambarkan patofisiologi dan menggunakan berbagai metode meliputi kerawanan pangan rumah energi yang tidak memadai menyebabkan
aspek klinis utama dari malnutrisi untuk menilai malnutrisi tangga, kemiskinan,gizi buruk pada ibu berbagai adaptasi fisiologis, termasuk
akut di masa kanak-kanak, dan (ringan,sedang, parah malnutrisi), hamil, hambatan pertumbuhan hambatan pertumbuhan, hilangnya lemak,
untuk memberikan gambaran prevalensi malnutrisi (penyakit intrauterine, berat badan lahir rendah, otot, dan massa viseral, penurunan laju
umum dari rekomendasi saat ini neurologi, menular,kardiovakuler, ASI yang buruk dan makanan metabolisme basal, dan pengurangan
tentang manajemen berdasarkan gastrointestinal, fibrosis kistik, pendamping tidak memadai, penyakit pengeluaran energi total.
jenis malnutrisi akut, penyebab ongkologi) di antara anak-anak menular yang sering terjadi, kualitas air
dan kerasnya. yang dirawat di rumah sakit di yang buruk, kebersihan, dll. Oleh Kesimpulan dari penelitian ini malnutrisi
akut adalah defisiensi nutrisi yang
negara maju karena itu, malnutrisi akut primer diakibatkan oleh asupan energi atau
sebagian besar berasal dari sosial bukan protein yang tidak memadai,
biomedis, tetapi juga multifaktorial. denganvariabel presentasi klinis.
Misalnya, kualitas air yang buruk, Pemeriksaan klinis dan pengukuran yang
sanitasi dan higienis semakin diyakini cermat dari status pertumbuhan dan
sebagai penyebab kondisi yang disebut referensi ke grafik pertumbuhan standar
sangat penting untuk mengidentifikasi
"enteropati lingkungan" yang
anak-anak dengan malnutrisi akut.
berkontribusi terhadap malnutrisi akut Sebagian besar anak dengan malnutrisi
di masa kanak-kanak. Paparan patogen akut primer dapat ditangani di rumah,
yang berulang di lingkungan sedangkan mereka yang mengalami
menyebabkan kolonisasi bakteri usus malnutrisi akut parah dan komplikasi
halus, dengan akumulasi sel inflamasi di memerlukan perawatan di rumah sakit;
mukosa usus halus, kerusakan vili usus, mereka yang tanpa komplikasi dapat
dan akibatnya, malabsorpsi nutrisi, yang diobati di rumah.
mengakibatkan malnutrisi
SATUAN ACARA PENYULUHAN
KURANG GIZI

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 2
1. THEO K. LAITI
2. CLARA MULYAWATI SAHEDE
3. ALFANY NATALIA TORAR
4. CHINDY K. TAMPILANG
5. KALIGIS SARAH GABRIELA

POLTEKKES KEMENKES MANADO


JURUSAN KEPERAWATAN/NERS LANJUTAN
2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN
( SAP )

Topik : Gizi Kurang


Sub Pokok Bahasan : Pendidikan kesehatan tentang Gizi Kurang
 Pengertian Gizi Kurang
 Penyebab Gizi Kurang
 Tanda dan gejala Gizi Kurang
 Cara Mengatasi Kurang Gizi
A. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Setelah di lakukan penyuluhan keluarga Pasiendapat mengetahui apa itu Gizi Kurang

b. Tujuan Khusus
Setelah di lakukan penyuluhan,di harapkan :
 Keluarga DapatMengetahui Pengertian Gizi Kurang
 Keluarga Dapat Mengetahui Penyebab Gizi Kurang
 Keluarga Dapat Mengetahui Tanda dan Pejala Gizi Kurang
 KeluargaDapat Mengetahui cara MemantauGizi Kurang
 Keluarga Dapat Mengetahui PenatalaksanaanGizi Kurang

B. METODE
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Diskusi
4.
C. MEDIA/ ALAT
a. Leaflet
D. PELAKSANAAN KEGIATAN

No Tahap Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Metode


Kegiatan Peserta
1 Orientasi 5 menit 1. Mengucapkan salam  Menjawab salam Ceramah dan
2. Memperkenalkan  Mendengarkan Tanya jawab
diri  Memperhatikan
3. Menjelaskan tujuan  Brainstorming
kegiatan yang akan mengenai Gizi
dilakukan Kurang
2 Kegiatan 10 1. Menjelaskan  Mendengarkan Ceramah dan
menit pengertian Gizi Tanya jawab
Kurang
2. Menjelaskan  Memperhatikan.
penyebab Gizi
Kurang
3. Menjelaskan tanda  menyimak
dan gejala Gizi
Kurang
4. Menjelaskan
Memantau Gizi
Kurang
5. Menjelasakan
PenatalaksanaanGizi
Kurang

3 Terminasi 15 1. Memberi  Mendengarkan. Ceramah dan


menit kesempatan pada Tanya jawab
keluarga untuk  Memperhatikan.
bertanya.
2. Beri pujian  Menjawab salam
3. Menyimpulkan hasil
penyuluhan
4. Mengucapkan
salam.

E. MATERI : Terlampir

F. MEDIA : Leafleat,

G. EVALUASI
1. Evaluasi struktur
a. Keluarga ikut dalamkegiatanpenyuluhan.
b. Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan di rumah keluarga Tn. T
2. Evaluasi proses
a. Keluarga antusias terhadap materi penyuluhan.
b. Keluarga terlibat langsung dalam kegiatan penyuluhan (diskusi).
3. Evaluasi hasil
a. 80% keluarga mampu menjelaskan pengertian Gizi Kurang
b. 75% keluarga mampu menyebutkan penyebab Gizi Kurang
c. 75% keluargamampu menyebutkan tanda dan gejala Gizi Kurang
d. 70% keluarga mampu menyebutkanmemantauGizi Kurang
e. 75 % keluarga mampu menyebutkan Penatalaksanaan Gizi Kurang

materi
KURANG GIZI

1. Definisi.
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang di konsumsi secara
normal melalui proses digesti, absorpsi, transfortasi, penyimpanan metabolisme dan
pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan dan
fungsi normal dari organ-organ serta menghasilkan energi.
Gizi kurang adalah kekurangan bahan-bahan nutrisi seperti protein, karbohidrat,
lemak dan vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh.

2. Penyebab KurangGizi
Gizi kurang dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain :
a) Faktor diet / makanan
Makanan yang mengandung cukup energi tetapi kurang protein dapat
menyebabkan akan menderita Kwashiorkor sedangkan anak yang kurang energi
walaupun zat-zat gizi essensialnya seimbang akan menyebabkan anak menderita
marasmus.
b) Faktor sosial
Dimasyarakat pedesaan masih memegang tradisi yang sebenarnya salah bila
dilihat dari segi kesehatan, pantangan untuk menggunakan bahan makanan
tertentu banyak sekali di temukan, dapat mempengaruhi status gizi terutama anak-
anak, faktor sosial yang lain diantaranya keluarga yang mempunyai banyak anak
dan berpenghasilan rendah.
c) Faktor infeksi/ penyakit
Penyakit infeksi apapun dapat memperburuk keadaan gizi karena di sebabkan
karena penurunan daya tubuh terutama pada anak karena asupan yang kurang
akibat anak tidak nafsu makan.
d) Faktor kemiskinan.
Kemiskinan merupakan dasar penyakit KEP, serta penghasilan masyarakat negara
yang rendah dapat menyebabkan ketidakmampuan masyarakat memenuhi bahan
makanan sendiri di tambah dengan banyak timbulnya penyakit infeksi dan
lingkungan yang kotor, maka timbul gejala KEP lebih cepat.

3. Manifestasi Klinis Gizi Kurang (Akibat )


Anak dengan gizi kurang memiliki gejala klinis yang terbagi menjadi 3 tahap
antara lain :
 Kurang energi protein ringan :
Kurang energi ( malas ), Kenaikan berat badan berkurang atau berhenti dan ada
kalanya berat badan menurun, ukuran lingkar lengan atas menurun, maturasi
tulang terhambat, rasio berat terhadap tinggi normal menurun, lipatan kulit normal
kurang, aktivitas dan perhatian anak berkurang dibandingkan anak yang sehat,
kelainan kulit dan rambut jarang ditemukan.
 Kurang enargi protein sedang :
Pucat karna anemia, mata tampak besar dan dalam, ubun-ubun besar dan cekung,
terjadi atropi otot, perut membucit dan cekung, rambut tipis, kulit kusam, kering
dan bersisik.
 Kurang energi protein berat.
Dibagi dalam tiga klasifikasi yaitu :
1) Kwashiorkor, gejala yang ditemukan :
Pertumbuhan anak terganggu, gangguan perkembangan mental, banyak
menangi, edema, penderita tampak lemah, tidak nafsu makan, rambut tipis dan
mudah di cabut, kulit kering, disertai penyakit infeksi, anemia dan terjadi
diare.
2) Marasmus gejalanya yang ditemukan :
Anak tampak sangat kurus, wajah seperti orang tua, cengeng, rewel, kesadaran
menurun, kulit biasanya kering, dingin dan mengendur, terjadi atropi otot,
anak sering diare, perut cekung.
3) Marasmus dan kwashioorkor, gejala yang ditemukan:
Gambaran klinis memperlihatkan gejala campuran antara penyakit marasmus
dan kwshioorkor. Dengan penurunan berat badan dibawah 60% dari berat
badan normal serta memperlihatkan tanda-tanda kwashiorkor seperti, oedem,
serta adanya kelainan perrtumbuhan rambut dan jaringan kulit.

4. Untuk Memantau Gizi kurang


Untuk menangani kasus malnutrisi yang terjadi pada anak dibutuhkan perhatian
khusus dari keluarga dan harus adanya kerjasama yang terpadu dan konfrehensif
antara orang tua dan petugas kesehatan. Pemeriksaan kesehatan yang harus dilakukan
dokter dalam mendiagnosa Gizi buruk pada anak mencakup: Pemeriksaan berat badan
dan tinggi badan anak untuk menentukan Body Massa Index, pemeriksaan darah dan
pemiriksaan X-ray untuk mengetahui ada atau tidak nya kelainan-kelainan pada organ
tubuh dan kondisi penyakit tertentu yang mungkin berpengaruh terhadap asupan
nutrisi pada anak.
Kemudian setelah itu dianjurkan untuk konsultasi pada ahli gizi tentang pengaturan
pada pola makan, termasuk pada jenis serta jumlah makanan tertentu untuk
mencukupi kebutuhan gizi anak. Kemungkinan juga akan diberikan vitamin dan
berbagai suplemen tertentu.
Namun Apabila dari pemeriksaan dokter diketahui penyebab gizi buruk pada anak
karena penyakit dan kondisi medis tertentu maka dibutuhkan terapi lanjutan lainnya.

5. Penatalaksanaan Gizi Kurang


Adapun cara mengatasi gizi kurang adalah:
 Pemberian makanan TKTP dengan ukuran yang telah dianjurkan dan diberikan
secara bertahap.
 Tetap memberikan ASI sesuai dengan aturan secara terus-menerus bagi anak
dibawah usia 2 tahun.
 Pemberian makanan tambahan.
 Pemberian terapi cairan dan elektrolit bila perlu.
 Kontrol berat badan secara rutin.
 Berikan obat/ vitamin sesuai dengan anjuran pengobatan.
 Penyuluhan tentang gizi seimbang terutama bagi orang tua yang memiliki anak
balita.

DAFTAR PUSTAKA

Hasanah, Siti Uswatun. (2009). Peningkatan prevalensi gizi kurang pada balita setelah
pemberianbantuan langsung tunai. http://eprints.undip.ac.id/
Newsmedical.(2015). Penyebab Gizi Kurang. http://www.news-medical.net/health/Causes-of-
malnutrition-(Indonesian).aspx
KELOMPOK 2:
THEO K. LAITI
CLARA MULYAWATI SAHEDE
ALFANY NATALIA TORAR
CHINDY K. TAMPILANG
KALIGIS SARAH GABRIELA
DOKUMENTASI PENYULUHAN
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

MENGUKUR BALANCE CAIRAN

PENGERTIA Mengukur balance cairan merupakan suatu tindakan mengukur


N keseimbangan cairan masuk dengan cairan keluar tubuh.

TUJUAN Mengetahui keseimbangan cairan tubuh

PERSIAPAN 1. Gelas ukur


2. Alas tulis
INTERAKSI

Orientasi

1. Menyampaikan salam
2. Memperkenalkan diri dengan pasien dan keluarga
3. Menanyakan nama pasien
4. Menjelaskan langkah/prosedur yang akan dilakukan
5. Mendekatkan alatalat dan bahan untuk melakukan tindakan pemberia
6. Mencuci tangan
FASE Kerja

7. Tentukan Waktu sesuai kesepakatan dengan pasien dan keluarga


pasien
8. Hitung cairan masuk 24 jam sebelumnya.
9. Jumlah cairan masuk oral ( minum, sayuran kuah,lewat NGT)
10. jumlah cairan parentral (infus dan injeksi)
11. hitung jumlah cairan keluar 
12. volume kencing
13. volume muntahan
14. volume diare
15. volume pendarahan atau perdarahan
SKALA RISIKO JATUH HUMPTY DUMPTY UNTUK PEDIATRI

Parameter Kriteria Nila Skor


i
< 3 tahun 4
3 – 7 tahun 3
Usia
7 – 13 tahun 2
≥ 13 tahun 1
Laki-laki 2
Jenis Kelamin
Perempuan 1
Diagnosis neurologi 4
Perubahan oksigenasi (diagnosis respiratorik, dehidrasi, anemia, anoreksia,
3
Diagnosis sinkop, pusing, dsb.)
Gangguan perilaku / psikiatri 2
Diagnosis lainnya 1
Tidak menyadari keterbatasan dirinya 3
Ganggua Lupa akan adanya keterbatasan 2
n
kognitif Orientasi baik terhadap diri sendiri 1
Riwayat jatuh / bayi diletakkan di tempat tidur dewasa 4
Pasien menggunakan alat bantu / bayi diletakkan dalam tempat tidur
Faktor 3
bayi / perabot rumah
lingkunga
n Pasien diletakkan di tempat tidur 2
Area di luar rumah sakit 1
Pembedahan/ Dalam 24 jam 3
Sedasi/ Dalam 48 jam 2
anestesi > 48 jam atau tidak menjalani pembedahan/sedasi/anestesi 1
Penggunaan multipel: sedatif, obat hipnosis, barbiturat, fenotiazin,
3
Penggunaan antidepresan, pencahar, diuretik, narkose
medikamentosa Penggunaan salah satu obat di atas 2
Penggunaan medikasi lainnya / tidak ada medikasi 1
Jumlah Skor Humpty
Dumpty

Skor asesment risiko jatuh: (skor minimum 7, skor maksimum 23)


- Skor 7-11: risiko rendah
- Skor ≥ 12: risiko tinggi
STANDAR OPERASIONAL PROSEDURE

TERAPI BERMAIN

PENGERTIAN 1. cara alamiah bagi anak untuk mengungkapkan konflik dirinya yang
tidak disadari
2. bermain merupakan kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan
yang ditimbulkannya tapan mempertimbangankan hasil akhirnya
3. kegiatan yang dilakukan sesuai dengan keingianan dalam mengatasi
konflik dari dalam dirinya uang tidak disadari serta dengan
keingianan sendiri untuk memperoleh kesenangan
TUJUAN 1. meminimalisisr tindakan perawatan yang traumatis
2. mengurangi kecemasan
3. membantu mempercepat penyembuhan
4. sebagai fasilitas komunikasi
5. persiapan untuk hospitalisasi ( surgeri)
6. sarana untuk mengekspresikan perasaan
ALAT 1. rancang program bermain yang lengkap da sistematis
2. Alat bermain sesui dengan umur?jenis kelamin dan tujuan
PROSEDURE Tahap pra interansi
PELAKSANA
1. Melakukan kontrak waktu
2. Mengecek kesiapan anak
3. Menyiapkan alat
Tahap orientasi

1. Memeberikan salam kepada pasien dan menyapa nama pasien


2. Menjelaskan tujuan dan prosedure kerja
3. Menanyakan persetujuan dan kesiapam klien sebelum kegiatan
dilakukan
Tahap keja

1. Memberikan pertunjuk pada anak cara bermain


2. Mepersilahkan anak untuk melaukan permainan sendiri atau di
bantu
3. Memotivasi keterlibatan klien dan keluarga
4. Memberikan pujian pada anak bila dapat melakukan
5. Mengobservasi emosi berhubung inter-presonal psikomotor anak
menceritakan apa yang dilakuka?dibuatnya
6. Menanyakan perasaan anak setelah bermain
7. Mananyakan perasaan anak setelah bermain
8. Menanyakan perasaan dan pendapatt keluarga tentang permainan
Tahap terminasi

1. Melakukan evaluasi sesui dengan tujuan


2. Berpamitan dengan pasien
3. Membereskan alat mencuci tangan
4. Memdokumentasikan tindakan
Dokumentasi terapi bermain

Anda mungkin juga menyukai