Anda di halaman 1dari 17

ASKEP ANAK MARASMUS

PENGERTIAN

Marasmus adalah bentuk malnutrisi kalori protein yang terutama akibat kekurangan kalori yang
berat dan kronis terutama terjadi selama tahun pertama kehidupan dan mengurusnya lemak
bawah kulit dan otot. (Dorland, 1998:649).

Marasmus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan kalori protein. (Suriadi,
2001:196).

Marasmus adalah malnutrisi berat pada bayi sering ada di daerah dengan makanan tidak cukup
atau higiene kurang. Sinonim marasmus diterapkan pada pola penyakit klinis yang menekankan
satu ayau lebih tanda defisiensi protein dan kalori. (Nelson, 1999:212).

Zat gizi adalah zat yang diperoleh dari makanan dan digunakan oleh tubuh untuk pertumbuhan,
pertahanan dan atau perbaikan. Zat gizi dikelompokkan menjadi karbohidrat, lemak, protein,
vitamin, mineral dan air. (Arisman, 2004:157).

Energi yang diperoleh oleh tubuh bukan hanya diperoleh dari proses katabolisme zat gizi yang
tersimpan dalam tubuh, tetapi juga berasal dari energi yang terkandung dalam makanan yang
kita konsumsi.

Fungsi utama karbohidrat adalah sebagai sumber energi, disamping membantu pengaturan
metabolisme protein. Protein dalam darah mempunyai peranan fisiologis yang penting bagi tubuh
untuk :

1. Mengatur tekanan air, dengan adanya tekanan osmose dari plasma protein.
2. Sebagai cadangan protein tubuh.
3. Mengontrol perdarahan (terutama dari fibrinogen).
4. Sebagai transport yang penting untuk zat-zat gizi tertentu.
5. Sebagai antibodi dari berbagai penyakit terutama dari gamma globulin.
Dalam darah ada 3 fraksi protein, yaitu : Albumin, globulin, fibrinogen.

ETIOLOGI

Penyebab utama marasmus adalah kurang kalori protein yang dapat terjadi karena : diet yang
tidak cukup, kebiasaan makan yang tidak tepat seperti yang hubungan dengan orangtua-anak
terganggu,karena kelainan metabolik, atau malformasi kongenital. (Nelson,1999).

Marasmus dapat terjadi pada segala umur, akan tetapi yang sering dijumpai pada bayi yang tidak
mendapat cukup ASI dan tidak diberi makanan penggantinya atau sering diserang diare.
Marasmus juga dapat terjadi akibat berbagai penyakit lain seperti infeksi, kelainan bawaan
saluran pencernaan atau jantung, malabsorpsi, gangguan metabolik, penyakit ginjal menahun
dan juga gangguan pada saraf pusat. (Dr. Solihin, 1990:116).

TANDA DAN GEJALA

a.
1)

sangat rendah bila dibandingkan anak seusianya.


2) Hilangnya lemak di otot dan bawah kulit, karena makanan kurang

Selalu ada
Gangguan perkembangan, yang ditunjukkan dengan berat badan yang

mengandung kalori dan protein. Pada kasus yang berat, maka akan menjadi
seperti orang tua.
3) Anak cengeng, rewel dan tidak bergairah
4) Vena superficialis mencolok
5) Mata besar dan dalam
6) Akral dingin
7) Suhu badan dibawah normal
8) Danyut nadi lambat
9) Perut cekung
b. Kadang-kadang ada
1) Mencret, seringkali karena menderita diare yang infektif
2) Perubahan rambut seperti pada kwashiorkor, hanya saja biasanya kurang

jelas.
3) Dehidrasi karena diare yang infektif

PATOFISIOLOGI
Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori, protein, atau keduanya tidak
tercukupi oleh diet. (Arisman, 2004:92). Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha

untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi. Kemampuan tubuh untuk
mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak merupakan hal yang sangat penting untuk
mempertahankan kehidupan, karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai
bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga
setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan. Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa
jam dengan menghasilkan asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan ginjal. Selam
puasa jaringan lemak dipecah menjadi asam lemak, gliserol dan keton bodies. Otot dapat
mempergunakan asam lemak dan keton bodies sebagai sumber energi kalau kekurangan makanan ini
berjalan menahun. Tubuh akan mempertahankan diri jangan sampai memecah protein lagi seteah kirakira kehilangan separuh dari tubuh. (Nuuhchsan Lubis an Arlina Mursada, 2002:11).
MANIFESTASI KLINIK
Pada mulanya ada kegagalan menaikkan berat badan, disertai dengan kehilangan berat badan sampai
berakibat kurus,dengan kehilangan turgor pada kulit sehingga menjadi berkerut dan longgar karena
lemak subkutan hilang dari bantalan pipi, muka bayi dapat tetap tampak relatif normal selama beberaba
waktu sebelum menjadi menyusut dan berkeriput. Abdomen dapat kembung dan datar. Terjadi atropi otot
dengan akibat hipotoni. Suhu biasanya normal, nadi mungkin melambat, mula-mula bayi mungkin rewe,
tetapi kemudian lesu dan nafsu makan hilang. Bayi biasanya konstipasi, tetapi dapat muncul apa yang
disebut diare tipe kelaparan, dengan buang air besar sering, tinja berisi mukus dan sedikit.
(Nelson,1999).
Selain itu manifestasi marasmus adalah sebagai berikut :
1. Badan kurus kering tampak seperti orangtua
2. Lethargi
3. Irritable
4. Kulit keriput (turgor kulit jelek)
5. Ubun-ubun cekung pada bayi
6. Jaingan subkutan hilang
7. Malaise
8. Kelaparan
9. Apatis
PENATALAKSANAAN

1. Keadaan ini memerlukan diet yang berisi jumlah cukup protein yang kualitas biologiknya baik. Diit
tinggi kalori, protein, mineral dan vitamin.
2. Pemberian terapi cairan dan elektrolit.

3. Penatalaksanaan segera setiap masalah akut seperti masalah diare berat.


4. Pengkajian riwayat status sosial ekonomi, kaji riwayat pola makan, pengkajian antropometri, kaji
manifestasi klinis, monitor hasil laboratorium, timbang berat badan, kaji tanda-tanda vital.

Penanganan KKP berat


Secara garis besar, penanganan KKP berat dikelompokkan menjadi pengobatan awal dan rehabilitasi.
Pengobatan awal ditujukan untuk mengatasi keadaan yang mengancam jiwa, sementara fase rehabilitasi
diarahkan untuk memulihkan keadaan gizi.
Upaya pengobatan, meliputi :

Pengobatan/pencegahan terhadap hipoglikemi, hipotermi, dehidrasi.

Pencegahan jika ada ancamanperkembangan renjatan septik

Pengobatan infeksi

Pemberian makanan

Pengidentifikasian dan pengobatan masalah lain, seperti kekurangan vitamin, anemia berat dan
payah jantung.

Menurut Arisman, 2004:105

Komposisi ppemberian CRO (Cairan Rehidrasi Oral) sebanyak 70-100 cc/kg BB biasanya cukup
untuk mengoreksi dehidrasi.

Cara pemberian dimulai sebanyak 5 cc/kg BB setiap 30 menit selama 2 jam pertama peroral atau
NGT kemudian tingkatkan menjadi 5-10 cc/kg BB/ jam.

Cairan sebanyak itu harus habis dalam 12 jam.

Pemberian ASI sebaiknya tidak dihentikan ketika pemberian CRO/intravena diberikan dalam
kegiatan rehidrasi.

Berika makanan cair yang mengandung 75-100 kkal/cc, masing-masing disebut sebagai F-75
dan F-100.

Menurut Nuchsan Lubis


Penatalaksanaan penderita marasmus yang dirawat di RS dibagi dalam beberapa tahap, yaitu :
1. Tahap awal :24-48 jam pertama merupakan masa kritis, yaitu tindakan untuk menyelamatkan jiwa,
antara lain mengoreksi keadaan dehidrasi atau asidosis dengan pemberian cairan IV.

cairan yang diberikan adalah larutan Darrow-Glukosa atau Ringer Laktat Dextrose 5%.

Mula-mula diberikan 60 ml/kg BB pada 4-8 jam pertama.

Kemudian 140ml sisanya diberikan dalam 16-20 jam berikutnya.

Cairan diberikan 200ml/kg BB/ hari.

2. Tahap penyesuaian terhadap pemberian makanan

Pada hari-hari pertama jumlah kalori yang diberikan sebanyak 30-60 kalori/ kg BB/ hari atau ratarata 50 kalori/ kg BB/ hari, dengan protein 1-1,5 gr/ kg BB/ hari.

Kemudian dinaikkan bertahap 1-2 hari hingga mencapai 150-175 kalori/ kg BB/ hari, dengan
protein 3-5 gr/ kg BB/ hari.

Waktu yang diperlukan untuk mencapai diet TKTP ini lebih kurang 7-10 hari.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan Fisik

Mengukur TB dan BB

Menghitung indeks massa tubuh, yaitu BB (dalam kilogram) dibagi dengan TB (dalam meter)

Mengukur ketebalan lipatan kulit dilengan atas sebelah belakang (lipatan trisep) ditarik menjauhi
lengan, sehingga lapisan lemak dibawah kulitnya dapat diukur, biasanya dangan menggunakan
jangka lengkung (kaliper). Lemak dibawah kulit banyaknya adalah 50% dari lemak tubuh. Lipatan
lemak normal sekitar 1,25 cm pada laki-laki dan sekitar 2,5 cm pada wanita.

Status gizi juga dapat diperoleh dengan mengukur LLA untuk memperkirakan jumlah otot rangka
dalam tubuh (lean body massa, massa tubuh yang tidak berlemak).

2. Pemeriksaan laboratorium : albumin, kreatinin, nitrogen, elektrolit, Hb, Ht, transferin.

KOMPLIKASI
Penyakit yang sering dijumpai adalah enteristis, infestasi cacing
tuberkulosis, defisiensi vitamin A.

Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi menurut (Markum : 1999 : 168) defisiensi Vitamin
A, infestasi cacing, dermatis tuberkulosis, bronkopneumonia, noma, anemia, gagal
tumbuh serta keterlambatan perkembangan mental dan psikomotor.
a. Defisiensi Vitamin A
Umumnya terjadi karena masukan yang kurang atau absorbsi yang terganggu.
Malabsorbsi ini dijumpai pada anak yang menderita malnurtrisi, sering terjangkit infeksi
enteritis, salmonelosis, infeksi saluran nafas) atau pada penyakit hati. Karena Vitamin A
larut dalam lemak, masukan lemak yang kurang dapat menimbulkan gangguan
absorbsi.
b. Infestasi Cacing
Gizi kurang mempunyai kecenderungan untuk mudahnya terjadi infeksi khususnya
gastroenteritis. Pada anak dengan gizi buruk/kurang gizi investasi parasit seperti cacing
yang jumlahnya meningkat pada anak dengan gizi kurang.
c. Tuberkulosis
Ketika terinfeksi pertama kali oleh bakteri tuberkolosis, anak akan membentuk
tuberkolosis primer. Gambaran yang utama adalah pembesaran kelenjar limfe pada
pangkal paru (kelenjar hilus), yang terletak dekat bronkus utama dan pembuluh darah.
Jika

pembesaran

menghebat,

penekanan

pada

bronkus

mungkin

dapat

menyebabkanya tersumbat, sehingga tidak ada udara yang dapat memasuki bagian

paru, yang selanjutnya yang terinfeksi. Pada sebagian besar kasus, biasanya
menyembuh dan meninggalkan sedikit kekebalan terhadap penyakit ini. Pada anak
dengan keadaan umum dan gizi yang jelek, kelenjar dapat memecahkan ke dalam
bronkus, menyebarkan infeksi dan mengakibatkan penyakit paru yang luas.
d. Bronkopneumonia
Pada anak yang menderita kekurangan kalori-protein dengan kelemahan otot yang
menyeluruh atau menderita poliomeilisis dan kelemahan otot pernapasan. Anak
mungkin tidak dapat batuk dengan baik untuk menghilangkan sumbatan pus.
Kenyataan ini lebih sering menimbulkan pneumonia, yang mungkin mengenai banyak
bagian kecil tersebar di paru (bronkopneumonia).
e. Noma
Penyakit mulut ini merupakan salah satu komplikasi kekurangan kalori-protein
berat yang perlu segera ditangani, kerena sifatnya sangat destruktif dan akut.
Kerusakan dapat terjadi pada jaringan lunak maupun jaringan tulang sekitar rongga
mulut. Gejala yang khas adalah bau busuk yang sangat keras. Luka bermula dengan
bintik hitam berbau diselaput mulut. Pada tahap berikutnya bintik ini akan mendestruksi
jaringan lunak sekitarnya dan lebih mendalam. Sehingga dari luar akan terlihat lubang
kecil dan berbau busuk.
G. Pemeriksaan Penunjang
1.Menurut FKUI (1985:364) pada pemeriksaan laboratorium memperlihatkan :
a. Karena adanya kelainan kimia darah, maka :
1) kadar albumin serum rendah
2) kadar globumin normal atau sedikit tinggi
3) peningkatan fraksi globumin alfa 1 dan globumin gama
4) kadar globumin beta rendah
5) kadar globumin alfa 2 menetap
6) kadar kolesterol serum menurun
7) uji turbiditas timol meninggi

b. Pada biopsi hati ditemukan perlemahan yang kadang-kadang demikian hebatnya


sehingga hampir semua sela hati mengandung vakual lemak besar. Sering juga
ditemukan tanda fibosis, nekrosis dan infiltrasi sel mononukleus.
c. Pada hasil outopsi penderita kwashiorkor yang berat menunjukan hampir semua organ
mengalami perubahan seperti degenerasi otot jantung, osteoporosis tulang dan
sebagainya.
2. Menurut Markum (1996:167) pada pemeriksaan
a. Laboratorium menunjukan
1) Penurunan badan albumin, kolesterol dan glukosa dalam serum
2) Kadar globumin dapat normal atau meningkat, sehingga perbandingan albumin dan
globumin dapat terbalik kurang dari 1.
3) Kadar asam amino esensial dalam plasma relatif lebih rendah daripada asam amino non
esensial.
4) Umumnya kadar imunoglubin serum normal atau meningkat.
5) Kadar Ig A serum normal, kadar Ig A sekretori rendah.
6) Uji toleransi glukosa menunjukan gambaran tipe diabetik.
7) Pemeriksaan air kemih menunjukan peningkatan sekresi hidroksiprolin dan adanya
aminoasi dunia.
b. Pada biopsi hati ditemukan perlemakan ringan sampai berat, fibrosis, nekrosis dan
infiltrasi sel mononuklear. Pada perlemakan berat hampir semua selhati mengandung
vakual lemak yang besar.
c. Pemeriksaan outopsi menunjukan kelainan pada hampir semua organ tubuh, seperti
degenerasi otot jantung, osteoporosis tulang, atrofi virus usus, detrofi sistem limfold dan
atrofi kelenjar timus.
d. Pada pemeriksaan otopometri berat badan dibawah 90%, lingkar lengan di bawah 14
cm.
H. PENATALAKSANAAN
Menurut Mansjoer (2000 : 514 517) penatalaksanan marasmus adalah :
1. Atasi / cegah hipoglikemia
Periksa gula darah bila ada hipotermia (suhu aksila <>oC, suhu rektal 35,5 oC).
Pemberian makanan yang lebih sering penting untuk mencegah kondisi tersebut.
2. Atasi/cegah hipotermia
Bila suhu rektal <>oC
a. Segera beri makanan cair/fomula khusus.

b. Hangatkan anak dengan pakaian atau selimut sampai menutup kepala.


3. Atasi/cegah dehidrasi
Lakukan pemberian cairan infus dengan hati-hati dengan tetesan pelan-pelan untuk
mengurangi beban sirkulasi dan jantung.
4. Koreksi gangguan keseimbang elektrolit
Pada marasmus berat terjadi kelebihan natrium tubuh, walaupun kadar natrium plasma
rendah.
a) Tambahkan Kalium dan Magnesium dapat disiapkan dalam bentuk cairan dan
ditambahkan langsung pada makanan. Penambahan 20 ml larutan pada 1 liter formula.
5. Obati / cegah infeksi dengan pemberian antibiotik
6. Koreksi defisiensi nitrien mikro, yaitu dengan :
Berikan setiap hari :
1). Tambahkan multivitamin.
2). Asam folat 1 mg/hari (5 mg hari pertama).
3). Seng (Zn) 2 mg/KgBB/hari.
4). Bila berat badan mulai naik berikan Fe (zat besi) 3 mg/KgBB/hari.
5). Vitamin A oral pada hari 1, 2, dan 14.
Umur > 1 tahun : 200 ribu SI (satuan Internasional).
Umur 6-12 bulan : 100 ribu SI (satuan Internasional).
Umur 0-5 bulan : 50 ribu SI (satuan Internasional).
6). Mulai pemberian makan
Pemberian nutrisi harus dimulai segera setelah anak dirawat dan harus dirancang
sedemikian rupa sehingga cukup energi dan protein untuk memenuhi metabolisme
basal.
I. Pencegahan
Tindakan pencegahan terhadap marasmus menurut ( Lubis, U.N.http: //www.cermin
dunia kedokteran. diperoleh tanggal 4 Juni 2008) dapat dilaksanakan dengan baik bila

penyebab diketahui. Usaha-usaha tersebut memerlukan sarana dan prasarana


kesehatan yang baik untuk pelayanan kesehatan dan penyuluhan gizi, antara lain :
1. Pemberian air susu ibu (ASI) sampai umur 2 tahun merupakan sumber energi yang
paling baik untuk bayi.
2. Ditambah dengan pemberian makanan tambahan yang bergizi pada umur 6 tahun ke
atas.
3. Pencegahan penyakit infeksi, dengan meningkatkan kebersihan lingkungan dan
kebersihan perorangan.
.4. Pemberian imunisasi.
5. Mengikuti program keluarga berencana untuk mencegah kehamilan terlalu kerap.
6. Penyuluhan/pendidikan gizi tentang pemberian makanan yang adekuat merupakan
usaha pencegahan jangka panjang.
7. Pemantauan (surveillance) yang teratur pada anak balita di daerah yang endemis
kurang gizi, dengan cara penimbangan berat badan tiap bulan.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
MARASMUS
A. Pengkajian
1. Identitas
a. Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan & kontak dengan klien tentang :
nama perawat, nama klien, panggilan perawat, panggilan klien, tujuan waktu, tempat,
pertemuan, dan topik yang akan dibicarakan.
b. Usia dan nomor Rekam Medik.
c. Mahasiswa menuliskan sumber data yang di dapat.
2. Alasan Masuk
a. Tanyakan kepada klien / keluarga yang datang :
b. Apa yang menyebabkan klien / keluarga datang ke rumah sakit ini?
3. Focus pengkajian marasmus menurut Mi Ja Kim adalah :
a. Data Subjektif
1) Rasio berat badan
a) Kehilangan BB dengan asupan makan yang adekuat.
b) BB 20% atau lebih dibawah BB ideal untuk tinggi badan & bentuk tubuh yang normal.

2) Tinggi aktivitas
Berkurangnya aktivitas tampak pada kebanyakan kasus marasmus. Anak tampak lesu
dan tidak bergairah & pada anak yang lebih tua terjadi penurunan produktivitas kerja.
3) Masukan atau intake nutrisi
a) Melaporkan asupan makan yang tidak adekuat kurang dari jumlah harian yang
dianjurkan.
b) Melaporkan / terlihat kurang makan.
4) Diet
Melaporkan perubahan dalam hal merasakan makanan.
5) Pengetahuan tentang nutrisi
Memperlihatkan / terobservasi kurangnya pengetahuan dalam perilaku peningkatan
kesehatan.
b. Data Objektif
1) Data umum
a) Perubahan rambut
Warnanya lebih muda (coklat, kemerah-merahan dan lurus, panjang, halus, mudah
lepas bila ditarik).
b) Warna kulit lebih muda
Seluruh tubuh / lebih sering pada muka, mungkin menampakanwarna lebih muda
daripada warna kulit anak sehat.
c) Tinja encer
Disebabkan gangguan penyerapan makan, terutama gula.
d) Adanya ruam bercak bersepih
Noda warna gelap pada kulit, bila terkelupas meninggalkan warna kulit yang sangat
muda / bahkan ulkus di bawahnya.
e) Gangguan perkembangan & pertunbuhan
f) Hilangnya lemak di otot & bawah kulit karena makanan kurang mengandung kalori dan
protein.
g) Adanya perut yang membuncit atau cekung dengan gambaran usus yang jelas.
h) Adanya anemia yang berat
Kurangnya konsumsi makanan yang mengandung zat besi, asam folat dan berbagai
vitamin.
i) Mulut dan gigi
Adanya tanda luka di sudut-sudut mulut.
j) Kaji adanya anoreksia, mual.
B. Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakseimbangan nutisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake


yang kurang.
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status nutrisi.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan daya tahan tubuh menurun.
4. Keterlambatan tumbuh kembang berhubungan dengan malnutrisi.
5. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, diit, perawatan, dan pengobatanberhubungan
dengan kurangnya informasi.
C. Fokus Intervensi
1. Diagnosa : Ketidakseimbangan nutisi kurang dari kebutuhan tubuhberhubungan dengan intake
yang kurang.
NOC : status nutrisi : intake nutrisi dan cairan.
Kriteria hasil :
a Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan berat badan ideal sesuai dengan
tinggi badan.
b Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi.
c Tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
d Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti.
Skala Nilai :
1 : tidak pernah menunjukkan
2 : jarang menunjukkan
3 : kadang-kadang menunjukkan
4 : sering menunjukkan
5 : selalu menunjukkan
NIC : Nutrition Monitoring
Intervensi :
1. BB pasien dalam batas normal.
2. Monitor adanya penurunan berat badan.
3. Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi.
4. Monitor turgor kulit.
5. Monitor kekeringan,rambut kusam dan mudah patah.
6. Monitor pertumbuhan dan perkembangan.
7. Monitor kalori dan intake nutrisi.
2. Diagnosa : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status nutrisi.
NOC : Tissue Integrity : skin and mucous membranes.
Kriteria hasil :
a. Integritas kulit yang baik bias dipertahankan.

b. Tidak ada luka / lesi pada kulit.


c. Perfusi jaringan baik.
d. Menunjukan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya cedera
berulang.
e. Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembapan kulit dan perawatan alami.
Skala Nilai :
1 : tidak pernah menunjukkan
2 : jarang menunjukkan
3 : kadang menunjukkan
4 : sering menunjukkan
5 : selalu menunjukkan
NIC : Tissue integrity;skin and mucous.
Intervensi :
1. Monitor kulit akan adanya kemerahan.
2. Oeskan lotion pada derah yang tertekan.
3. Mobilisasi pasien setiap 2 jam sekali.
4. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering.
3. Diagnosa : Resiko infeksi berhubungan dengan daya tahan tubuh menurun
NOC : Risk Control
Kriteria hasil :
a. Kenali faktor resiko infeksi
b. Mengubah gaya hidup untuk mengurangi resiko.
c. Monitor perubahan status kesehatan.
d. Mendorong gaya hidup status kesehatan (dari status kesehatan yang buruk ke status
kesehatan yang baik).
e. Menunjukan perilaku hidup sehat.
Skala Nilai :
1 : tidak pernah dilakukan
2 : jarang dilakukan
3 : kadang dilakukan
4 : sering dilakukan
5 : selalu dilakukan
NIC : Infection Protection
Intervensi :
1. Monitor tanda dan gejala infeksi.
2. Monitor kerentanan terhadap infeksi.

3. Batasi pengunjung.
4. Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan dan panas.
5. Ajarkan cara menghindari infeksi.
6. Instrusikan pasien untuk minum obat antibiotik sesuai resep.
4. Diagnosa : Keterlambatan tumbuh kembang berhubungan dengan malnutrisi
NOC : Neglect Recorvery
Kriteria hasil :
a. Nutrisi adekuat.
b. Mendapatkan diet yang dianjurkan.
c. Pertumbuhan & perkembangan dalam batas normal.
d. Kemampuan kognitif dalam batas yang sesuai.
e. Mendapat perawatan yang sesuai.
Skala Nilai :
1 : tidak pernah menunjukkan
2 : jarang menunjukkan
3 : kadang menunjukkan
4 : sering menunjukkan
5 : selalu menunjukkan
NIC : Management behavior
Intervensi :
1.Gunakan suara yang lembut dan pelan dalam berbicara dengan pasien.
2. Tingkatkan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuan.
3. Diskusikan dengan keluarga untuk membuat dasar kognitif prainjury.
4. Buat rutinitas untuk pasien.
5. Hindari untuk menyudutkan pasien.
6. Hindari untuk membantah pasien.
5. Diagnosa : Kurang pengetahuan mengenai kondisi, diit, perawatan, dan pengobatan berhubungan
dengan kurangnya informasi.
NOC : Knowledge : disease process
Kriteria hasil :
a. Menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis, dan program
pengobatan.
b. Mampu malaksanakan prosedur yang dijelaskan.
c. Mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat / tim kesehatan lainnya.
Skala Nilai :
1 : tidak pernah dilakukan

2 : jarang dilakukan
3 : kadang dilakukan
4 : sering dilakukan
5 : selalu dilakukan
NIC : Teaching ;Disease Process
Intervensi :
1.Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit.
2. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit.
3. Gambarkan proses penyakitnya.
4. sediakan informasi pada pasien tentang kondisi dengan cara tepat.
5. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan.
D. Evaluasi
1 Diagnosa : Ketidakseimbangan nutisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang kurang.
Kriteria hasil :
Skala
a. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan berat
5
badan ideal sesuai dengan tinggi badan.
5
b. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi.
5
c. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
5
d. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti.
2 Diagnosa : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status nutrisi.
Kriteria hasil :
Skala
a. Integritas kulit yang baik bias dipertahankan.
5
b. Tidak ada luka / lesi pada kulit.
5
c. Perfusi jaringan baik.
5
d. Menunjukan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan
5
mencegah terjadinya cedera berulang.
5
e. Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembapan
kulit dan perawatan alami.
3 Diagnosa : Resiko infeksi berhubungan dengan daya tahan tubuh menurun
Kriteria hasil :
Skala
a. Kenali faktor resiko infeksi
5
b. Mengubah gaya hidup untuk mengurangi resiko.
5
c. Monitor perubahan status kesehatan.
5
d. Mendorong gaya hidup status kesehatan (dari status
5
kesehatan yang buruk ke status kesehatan yang baik).
5

e. Menunjukan perilaku hidup sehat.


4 Diagnosa : Keterlambatan tumbuh kembang berhubungan dengan malnutrisi
Kriteria hasil :
Skala
a. Nutrisi adekuat.
5
b. Mendapatkan diet yang dianjurkan.
5
c. Pertumbuhan & perkembangan dalam batas normal.
5
d. Kemampuan kognitif dalam batas yang sesuai.
5
e. Mendapat perawatan yang sesuai.
5
5 Diagnosa : Kurang pengetahuan mengenai kondisi, diit, perawatan, dan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya informasi.
Kriteria hasil :
Skala
a. Menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis,
5
dan program pengobatan.
5
b. Mampu malaksanakan prosedur yang dijelaskan.
5
c. Mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat /
tim kesehatan lainnya.
BAB IV
PENUTUP
Marasmus adalah salah satu bentuk gizi buruk yang paling sering ditemui pada balita
terutama di daerah perkotaan. Penyebabnya merupakan multifaktorial antara lain
masukan makanan yang kurang, faktor penyakit dan faktor lingkungan. Diagnosis
ditegakkan berdasarkan gambaran klinis dan untuk menentukan penyebab perlu
anamnesis makanan dan penyakit yang lalu.
Pencegahan terhadap marasmus ditujukan pada penyebab dan memerlukan pelayanan
kesehatan dan penyuluhan yang baik. Pengobatan marasmus ialah pemberian diet,
tinggi kalori dan tinggi protein, dan penatalaksanaan di rumah sakit dibagi atas tahap
awal,
tahap
penyesuaian,
dan
rehabilitasi.
Kian banyaknya temuan kasus gizi buruk, baik kwashiorkor, maramus maupun
marasmus kwashiorkor menunjukkan bahwa persoalan gizi di Indonesia belum dapat
menorehkan tinta emas. Revitalisasi posyandu dan sosialisasi akan kesadaran gizi
masyarakat tampaknya perlu terus digaungkan agar penapisan terhadap status gizi
dapat berlangsung lebih dini. (http://dokterfoto.com/2008/04/06/marasmus)

DAFTAR PUSTAKA
Behrman, R. E. 1999. Ilmu Kesehatan Anak:Nelson, Edisi 15, vol 1.Jakarta:EGC

Johnson, Marion dkk. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC). Mosby


Lubis,
N.
U.
2002.
Penatalaksanaan
Busung
Lapar
Pada
Balita.http://www.cermin dunia kedokteran.com. diperoleh tanggal 4 Juni 2008
Mansjoer,Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 2. Jakarta: Media
Aescullapius.
Markum, A, H. 1991. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Jilid 1. Jakarta : FKUI.
McCloskey, Joanne C. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC). Mosby
NANDA .2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006: Definisi &
Klasifikasi, Alih Bahasa: Budi Santoso. Prima Medika
Ngastiyah, 2005. Perawatan Anak Sakit, Edisi . Jakarta : EGC
No Name. 2008. Marasmus. http://www.dokterfoto.com. diperoleh tanggal 4 Juni
2008
Staf pengajar ilmu keperawatan anak. 1985. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan
Anak.Jakarta : FKUI.

Anda mungkin juga menyukai