Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN

GANGGUAN NUTRISI KURANG KALORI PROTEIN


(KKP)

DISUSUN OLEH : RINI NING TIYAS


: CHANDRA P.P
MATA KULIAH :KEPERAWATAN ANAK
PENGERTIAN GANGGUAN NUTRISI
KURANG KALORI PROTEIN (KKP)
Kekurangan kalori protein adalah Kurang energi protein adalah keadaan
defisiensi gizi terjadi pada anak yang kurang kurang gizi yang disebabkan rendahnya
mendapat masukan makanan yang cukup konsumsi energi dan protein dalam makanan
bergizi, atau asupan kalori dan protein kurang sehari – hari sehingga tidak memenuhi angka
dalam waktu yang cukup lama (Ngastiyah, kebutuhan gizi (AKG). (Arief Mansjoer, 2000).
1997).
  Beberapa ahli hanya membedakan antara 2
Kurang kalori protein (KKP) adalah suatu kkp saja yakni kkp ringan atau gizi kurang dan
penyakit gangguan gizi yang dikarenakan gizi berat(gizi buruk)
adanya defisiensi kalori dan protein dengan
tekanan yang bervariasi pada defisiensi
protein maupun energi (Sediatoema, 1999).
ETIOLOGI
Kurang kalori protein yang dapat terjadi karena:
1. Pada bayi  dapat terjadi karena tidak mendapat cukup ASI dan tidak diberi
makanan penggantinya atau sering diare
2. Malabsorbsi protein
3. Pendidikan umum kurang
4. Produksi bahan pangan rendah
5. Pekerjaan rendah
6. Konsumsi makanan kurang
7. Pengetahuan gizi kurang
MANIFESTASI KLINIK
 

1. KKP Ringan yaitu : 2. KKP Berat


a. Pertumbuhan linear terganggu a. Gangguan pertumbuhan
b. Peningkatan berat badan berkurang, terhenti, bahkan
turun b. Mudah sakit
c. Ukuran lingkar lengan atas menurun c. Kurang cerdas
d. Maturasi tulang terlambat d. Jika berkelanjutan menimbulkan kematian
e. Ratio berat terhadap tinggi normal atau cenderung
menurun
f. Anemia ringan atau pucat
g. Aktifitas berkurang
h. Kelainan kulit (kering, kusam)
i. Rambut kemerahan
PATOFISIOLOGI

kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori,protein, atau
keduanya tidak tercukupi oleh diet. Dalam keadaan kekurangan makanan makanan, tubuh berusaha
untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi, kemampuan tubuh
untuk mempergunakan karbohidrat,protein merupakan hal yang sangat penting untuk
mempertahankan  kehidupan,karbohidrat(glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh
sebagai bahan bakar, sayangnya kebutuhan tubuh untuk memepertahankan karbohidrat sangat
sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah terjadi kekurangan.
            Akibat katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilakan asam amino
yang akan segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan ginjal. Selama puasa lemak di pecah menjadi
asam lemak,gliserol,dan ketan bodies. Otot dapat memepergunakan asam lemak dan keton
bodies,sebagai sumber energi kalau kekurangan makanan ini berjalan menahun. Tubuh akan
mempertahankan diri jangan sampai memecah protein lagi setelah kira-kira kehilangan separuh dari
tubuh.
 
    PENYAKIT AKIBAT KURANG KALORI PROTEIN

1. Kwashiorkor 2. Marasmus
a. pengertian a. Pengertian
adalah suatu sindrom klinik yang timbul sebagai adalah penyakit yang timbul karena kekurangan
akibat adanya kekurangan protein yang parah dan energi (kalori) sedangkan kebutuhan protein relatif
pemasukan kalori yang kurang dari yang dibutuhkan cukup (Ngastiyah, 1997).
( Nelson, 1988).
Marasmus adalah malnutrisi berat pada bayi sering
b. Etiologi ada di daerah dengan makanan tidak cukup atau higiene
• makanan yang sangat sedikit mengandung protein kurang. Sinonim marasmus diterapkan pada pola
(terutama protein hewani) penyakit klinis yang menekankan satu ayau lebih tanda
defisiensi protein dan kalori. (Nelson, 1999:212).
• Adanya pemberian makanan yang buruk yang
mungkin diberikan oleh ibu karena alasan: miskin,
kurang pengetahuan, dan adanya pendapat yang b. Etiologi
salah tentang makanan
Penyebab marasmus yang paling utama adalah
• Adanya infeksi, misalnya Diare akan mengganggu karena kelaparan. Kelaparan biasanya terjadi pada
penyerapan makanandan nfeksi pernapasan kegagalan menyusui,, kegagalan memberikan makanan
(termasuk TBC dan batuk rejan) yang menambah tambahan.
kebutuhan tubuh akan protein dan dapat
mempengaruhi nafsu makan.
    PENYAKIT AKIBAT KURANG KALORI PROTEIN
c. Manifestasi klinis marasmus
c. Manifestasi Klinis kwashiorkor • Selalu ada gangguan perkembangan dan hilangnya
• Muka sembab lemak di otot dan di bawah kulit.
• Lethargi Edema • Kadang-kadang ada Mencret/diare atau konstipasi,
perubahan pada rambut, seperti pada kwashiorkor,
• Jantung otot mengecil
Tanda-tanda dari defisiensi vitamin.dan dehidrasi
• Jaringan subkutan tipis dan lembut (Jelliffe,1994).
• Warna rambut pirang atau seperti rambut jagung • Anak menjadi cengeng
• Kulit kering dan bersisik • kulitnya nampak keriput,muka seperti orang tua
• Anorexia • pipi terlihat kempot
• vena superfisialis tampak lebih jelas
• ubun-ubun besar cekung
• tulang dagu dan pipi kelihatan menonjol
• mata tampak besar dan dalam, sianosi, ekstremitas
dingin, perut buncit/cekung dengan gambaran usus
jelas, atrofi otot, apatis, bayi kurus kering.
    PENYAKIT AKIBAT KURANG KALORI PROTEIN

3. Kwashiorkor Marasmus
a. Pengertian
Kwashiorkor Marasmus merupakan kelainan gizi yang menunjukkan gejala klinis campuran
antara marasmus dan kwashiorkor. (Markum, 1996)
kwashiorkor Marasmus merupakan malnutrisi pada pasien yang telah mengalami kehilangan
berat badan lebih dari 10%, penurunan cadangan lemak dan protein serta kemunduran fungsi
fisiologi. (Graham L. Hill, 2000).
b. Etiologi
Penyebab dari kwashiorkor - maramus sama pada marasmus dan kwashiorkor.
    ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian 2. Pemeriksaan Fisik
a. Identitas klien a. Kaji tanda-tanda vital.
b. Identitas penanggung b. Kaji perubahan status mental anak, apakah anak
nampak cengeng atau apatis.
2. Riwayat kesehatan :
c. Pengamatan timbulnya gangguan gastrointestinal,
a. Riwayat kesehatan dahulu
untuk menentukan kerusakan fungsi hati, pankreas
• Apakah dulu si anak memiliki gangguan nutrisi dan usus.
b. Riwayat kesehatan sekarang d. Menilai secara berkelanjutan adanya perubahan
• Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan warna rambut dan keelastisan kulit dan membran
keluhan gangguan pertumbuhan (berat badan mukosa.
yang semakin lama semakin menurun), bengkak e. Pengamatan pada output urine.
pada tungkai, sering diare dan keluhan lain yang f. Penilaian keperawatan secara berkelanjutan pada
menunjukkan terjadinya gangguan kekurangan gizi. proses perkembangan anak.
c. Riwayat keluarga g. Kaji perubahan pola eliminasi. Gejala : diare,
• Meliputi pengkajian keluarga,lingkungan rumah perubahan frekuensi BAB. Tanda : lemas, konsistensi
dan komunitas,pendidikan dan pekerjaan anggota BAB cair.
keluarga, kultur dan kepercayaan, perilaku yang h. Kaji secara berkelanjutan asupan makanan tiap hari.
dapat mempengaruhi kesehatan, persepi keluarga Gejala : mual, muntahdan tanda : penurunan berat
tentang penyakit keluarga dan lain-lain. badan.
    ASUHAN KEPERAWATAN
3. Pemeriksaan Penunjang c. Pemeriksaan Anthropometrik :
a. Pemeriksaan laboratorium
BB/U (berat badan menurut umur), TB/U
• pemeriksaan darah tepi memperlihatkan anemia (tinggi badan menurut umur), LLA/U (lingkar
ringan sampai sedang, umumnya berupa anemia
hipokronik atau normokromik. lengan atas menurut umur), BB/TB (berat
badan menurut tinggi badan), LLA/TB (lingkar
• Pada uji faal hati tampak nilai albumin sedikit atau
amat rendah, trigliserida normal, dan kolesterol lengan atas menurut tinggi badan
normal atau merendah. Pemeriksaan
• Asam lemak bebas normal atau meninggi
• Nilai beta lipoprotein tidak menentu, dapat merendah
atau meninggi.
• Kadar hormon insulin menurun, tetapi hormon
pertumbuhan dapat normal, merendah maupun
meninggi.

b. Pemeriksaan Radiologi
Pada pemeriksaan radiologik tulang memperlihatkan
osteoporosis ringan.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pada kwashiorkor Pada Marasmus
1. Gangguan nutrisi s/d intake yang 1. Gangguan pemenuhan nutrisi b.d
kurang ( protien ) ditandai dengan intake yang kurang adekuat ditandai
pasien tidak mau makan, anoreksia, dengan pasien tidak mau makan, BB
makanan tidak bervariasi, BB menurun, anoreksia, rambut merah
menurun, tinggi badan tidak dan kusam, fisik tampak lemah
bertambah. 2. Gangguan keseimbangan cairan dan
2. ntoleransi aktivitas b.d kelemahan elektrolit b.d intake yang kurang
fisik adekuat ditandai dengan turgor kulit
yang jelek, bibir pecah-pecah. Pasien
3. Potensial terjadinya komplikasi b.d merasa haus ,nadi cepat 120 / menit.
rendahnya daya tahan tubuh
3. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan
fisik.
INTERVENSI KEPERAWATAN
Pada kwashiorkor 2. DX 2
1. DX 1 Tujuannya:
Tujuannya: Aktivitas pasien dapat maksimal
Kebutuhan nutrisi pasein terpenuhi dengan dengan kreteria pasien dapat melakukan
kreteria timbul nafsu makan, BB bertambah ½ kg aktivitas sehari-harinya tanpa dibantu
per 3 hari. orang lain.
Intervensi:
Intervensi:
• Mengukur dan mencatat BB pasein
• Menyajikan makanan dalam porsi kecil tapi
• Kaji aktivitas pasien sehari-hari
sering • Bantu pasien melakukan aktivitas
• Menyajikan makanan yang dapat menimbulkan sesuai dengan kemampuannya.
selera makan
• Melatih dan membimbing dalam
• Memberikan makanan tinggi TKTP merubah posisi.
• Memberi motivasi kepada pasien agar mau
makan. • Membantu pasien melekukan
• Memberi makan lewat parenteral ( D 5% )
aktivitas / gerakan-gerakan yang ringan
INTERVENSI KEPERAWATAN
Pada Marasmus
Pada kwashiorkor
DX 1
3. DX 3 Tujuan :
Tujuannya: Kebutuhan nutisi pasien terpenuhi dengan
kreteria; BB bertambah ½ kg / 3 hari , rambut
Mencegah komplikasi tidak kusam, penderita mau makan.
Intervensi Intervensi
• Memberikan makanan cukup gizi • Mengukur dan mencatat berat badan pasien.
(TKTP) • Menyajikan makanan dalam porsi kecil tapi
sering.
• Menjaga personal hygiene pasien • Menyajikan makanan yang dapat menimbulkan
• Memberikan penkes tentang selera makan.
pentingnya gizi untuk kesehatan. • Memberi makanan TKTP
• Memberi motivasi kepada penderita agar mau
• Kolaborasi pemberian cairan makan.
parenteral • f. Memberikan makanan lewat parenteral ( D 5%
)
INTERVENSI KEPERAWATAN
Pada marasmus 3. DX 3
2. DX 2 Tujuan :
Tujuannya: Aktivitas pasien dapat maksimal
dengan kriteria pasien dapat melakukan
Keseimbangan cairan dan elektrolit aktivitas sehari-hari tanpa dibantu orang
terpenuhi dengan kreteria ; turgor kulit lain.
normal, bibir lembab, pasien tidak
mengeluh haus, nadi normal. Intervensi :
Intervensi : • Kaji aktivitas pasien sehari-hari.
• mengukur tanda vital pasien. • Membantu pasien melakukan aktivitas
sesuai dengan kemampuannya.
• Menganjurkan agar minum yang
banyak kepada pasien • Melatih dan membimbing pasien
dalam ,merubah posisi.
• Mengukur input dan output tiap 6 jam.
• Membantu pasien melakukan
• Memberikan cairan lewat parenteral gerakan-gerakan ringan.
DISCHARGE PLANNING
DAFTAR PUSTAKA
Nelson. 2000. Ilmu kesehatan Anak,volume 2 Edisi 15. EGC. Jakarta.
http://rabelanti.blogspot.com/2009/03/askep-anak-dengan-kkp.html
http://texbuk.blogspot.com/2011/04/asuhan-keperawatan-pada-anak-     kekurang
an.html#ixzz1qE2Rw5wB
Klaus & Fanaroff. 1998. Penata Laksanaan Neonatus Resiko Tinggi. Edisi
4 EGC. Jakarta.
Nelson. 2000. Ilmu kesehatan Anak,volume 2 Edisi 15. EGC. Jakarta.
Wong. Donna. L. 1990. Wong & Whaley’s Clinical Manual of Pediatric
Nursing,Fourth Edition,Mosby-Year Book Inc, St. Louis Missouri

Anda mungkin juga menyukai