Anda di halaman 1dari 14

PERAN PERAWAT DALAM

PENANGANAN ANAK
BERKEBUTUHAN KHUSUS
Oleh : Ns. Evy Marlinda, M.Kep,
Sp.Kep.An

File Evy/Seminar Kep Anak/IPANI Kalsel 1


Pengertian anak berkebutuhan khusus
• Anak berkebutuhan khusus (ABK) = Disabilitas
• ABK adalah anak yang memiliki keterbatasan atau keluarbiasaan, baik fisik,
mental-intelektual, sosial, maupun emosional, yang berpengaruh secara signifikan
dalam proses pertumbuhan atau perkembangannya dibandingkan dengan anak-
anak lain yang seusia dengannya (Winarsih, dkk, 2013).
• Undang-Undang No 8 Tahun 2016 menyatakan bahwa disabilitas adalah setiap
orang yang mengalami keterbatasan fisik, intelektual, mental, dan/atau sensoris
dalam jangka waktu lama dalam berinteraksi dengan lingkungan dapat
mengalami hambatan dan kesulitan untuk berpartisipasi secara penuh dan efektif
dengan warga negara lainnya berdasarkan kesamaan hak.
• Ragam penyandang disabilitas dapat dialami secara tunggal, ganda, atau multi
dalam jangka waktu lama yang ditetapkan oleh tenaga medis sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
File Evy/Seminar Kep Anak/IPANI Kalsel 2
• keterbatasan atau kurangnya kemampuan (yang
dihasilkan dari impairment) untuk menampilkan
Disability aktivitas sesuai dengan aturannya atau masih dalam
batas normal, biasanya digunakan dalam level individu.

• Ketidak beruntungan individu yang dihasilkan dari


Handicap impairment atau disability yang membatasi atau
menghambat pemenuhan peran yang normal pada
individu.

• Kehilangan atau ketidaknormalan dalam hal psikologis,

Impairment atau struktur anatomi atau fungsinya, biasanya


digunakan pada level organ

File Evy/Seminar Kep Anak/IPANI Kalsel 3


Disabilitas Fisik

tunarungu (Tuli)

tunanetra (Buta)

tunadaksa (disabilitas fisik)


File Evy/Seminar Kep Anak/IPANI Kalsel 4
Disabilitas emosi dan perilaku

tunalaras
(disabilitas
laras)

gangguan
komunikasi

hiperaktif

File Evy/Seminar Kep Anak/IPANI Kalsel 5


Disabilitas intelektual
tunagrahita (disabilitas grahita)

kesulitan belajar khusus

slow learner

anak berbakat (gifted)

Autisme

Indigo
File Evy/Seminar Kep Anak/IPANI Kalsel 6
Hak-hak Anak Berkebutuhan Khusus
• UU No 8 Tahun 2016 :
Hak pendidikan; Hak pekerjaan; Hak kesehatan; Hak politik; Hak keagamaan;
Hak keolahragaan; Hak kebudayaan dan pariwisata; Hak kesejahteraan sosial;
Hak aksesibilitas; Hak pelayanan publik; Hak perlindungan dari bencana; Hak
habilitasi dan rehabilitasi; Hak pendataan; Hak hidup secara mandiri dan
dilibatkan dalam masyarakat; Hak berekspresi, berkomunikasi, dan memperoleh
informasi; Hak kewarganegaraan; Hak bebas dari diskriminasi, penelantaran,
penyiksaan, dan eksploitasi; serta Hak keadilan dan perlindungan hukum

File Evy/Seminar Kep Anak/IPANI Kalsel 7


Data
• BPS 2017 : ABK di Indonesia mencapai 1,6 juta orang
• 30% ABK yang sudah memperoleh pendidikan, hanya 18% di antaranya
yang menerima pendidiikan inklusi
• Kemendikbud 2018 : ABK di Kalsel mencapai 1,800.000 orang
• PUSDATIN (2010) Kementerian Sosial, jumlah penyandang disabilitas di
Indonesia adalah: 11,580,117 orang dengan
• 3,474,035 (disabilitas penglihatan)
• 3,010,830 (disabilitas fisik)
• 2,547,626 (disabilitas pendengaran)
• 1,389,614 (disabiltias mental)
• 1,158,012 (disabilitas kronis).

File Evy/Seminar Kep Anak/IPANI Kalsel 8


Tahapan respon penerimaan orangtua terhadap ABK

Depression Acceptance
Bargaining

Marah

Denial
Kubbler Ross
File Evy/Seminar Kep Anak/IPANI Kalsel 9
• Raina, dkk (2005) tentang caregiver anak CP menunjukkan bahwa kondisi
anak CP mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan psikologis
caregiver secara langsung maupun tidak langsung, melalui efek persepsi
diri dan keberfungsian keluarga
• Snell dan Rosen (1997) : keluarga yang sukses dalam mengasuh anak
berkebutuhan khusus/disabilitas menunjukkan karakteristik sebagai
berikut :
• penerimaan terhadap kondisi anak
• penerimaan terhadap peran pengasuhan yang berbeda, yang
dipengaruhi oleh kondisi anak
• keterampilan koping kognitif

File Evy/Seminar Kep Anak/IPANI Kalsel 10


Beberapa reaksi ortu
• Shock
• Merasa tak berdaya
• Merasa bersalah, menyalahkan diri sendiri
• Marah kepada diri sendiri, pasangan, ABK, bahkan pada Tuhan
• Sedih, putus asa  stress
• Merasa diperlakukan tidak adil
• Tidak percaya pada dokter
• Menolak kenyataan bahwa anak tidak bermasalah

Ortu terpaku pada “masa depan”, “mengapa aku” dan “salah siapa”
File Evy/Seminar Kep Anak/IPANI Kalsel 11
Peran perawat pada fase denial “Educator”
• Memberikan pengarahan pada ortu yg sedang pada tahap panik
• Memberi informasi terpadu (keadaan anak, alternatif penanganan yg tersedia,
prognosa, kondisi anak)  ortu bangkit dari “perasaan negatif”
• Menekankan pada ortu  waktu berharga (penanganan semakin cepat,
terpadu dan spesifik sesuai kebutuhan anak  harapan semakin besar
• Memotivasi ortu “denial” utk segera melakukan “penerimaan”
(Suheri, T, 2014)

File Evy/Seminar Kep Anak/IPANI Kalsel 12


Efek negatif sikap “denial” ortu bagi anak

Membuang waktu dan kesempatan

Membuat anak tidak dimengerti dan tidak diterima apa


adanya

Menimbulkan sikap penolakan dari anak

File Evy/Seminar Kep Anak/IPANI Kalsel 13


Peran perawat setelah penegakan diagnosa
• Educator : Memberikan informasi penanganan anak (therapy, nutrisi,
pendidikan )
• Motivator : konsistensi ortu, kedisiplinan
• Care provider : membantu memberikan ketrampilan pd ortu utk dpt
menetapkan kebutuhan anak  menstimulasi perkembangan anak
• Konselor : memahami keadaan anak apa adanya “berbeda dg anak lain”,
“guru terbaik ada orangtua”
• Researcher : pengalaman ortu yg mempunyai anak berkebutuhan khusus,
pengalaman ortu memberikan diet GFCF pada anak autis  utk
pengembangan dunia keperawatan
• Mengembangkan link : “parent support group” ABK

File Evy/Seminar Kep Anak/IPANI Kalsel 14

Anda mungkin juga menyukai