PENANGANAN ANAK
BERKEBUTUHAN KHUSUS
Oleh : Ns. Evy Marlinda, M.Kep,
Sp.Kep.An
tunarungu (Tuli)
tunanetra (Buta)
tunalaras
(disabilitas
laras)
gangguan
komunikasi
hiperaktif
slow learner
Autisme
Indigo
File Evy/Seminar Kep Anak/IPANI Kalsel 6
Hak-hak Anak Berkebutuhan Khusus
• UU No 8 Tahun 2016 :
Hak pendidikan; Hak pekerjaan; Hak kesehatan; Hak politik; Hak keagamaan;
Hak keolahragaan; Hak kebudayaan dan pariwisata; Hak kesejahteraan sosial;
Hak aksesibilitas; Hak pelayanan publik; Hak perlindungan dari bencana; Hak
habilitasi dan rehabilitasi; Hak pendataan; Hak hidup secara mandiri dan
dilibatkan dalam masyarakat; Hak berekspresi, berkomunikasi, dan memperoleh
informasi; Hak kewarganegaraan; Hak bebas dari diskriminasi, penelantaran,
penyiksaan, dan eksploitasi; serta Hak keadilan dan perlindungan hukum
Depression Acceptance
Bargaining
Marah
Denial
Kubbler Ross
File Evy/Seminar Kep Anak/IPANI Kalsel 9
• Raina, dkk (2005) tentang caregiver anak CP menunjukkan bahwa kondisi
anak CP mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan psikologis
caregiver secara langsung maupun tidak langsung, melalui efek persepsi
diri dan keberfungsian keluarga
• Snell dan Rosen (1997) : keluarga yang sukses dalam mengasuh anak
berkebutuhan khusus/disabilitas menunjukkan karakteristik sebagai
berikut :
• penerimaan terhadap kondisi anak
• penerimaan terhadap peran pengasuhan yang berbeda, yang
dipengaruhi oleh kondisi anak
• keterampilan koping kognitif
Ortu terpaku pada “masa depan”, “mengapa aku” dan “salah siapa”
File Evy/Seminar Kep Anak/IPANI Kalsel 11
Peran perawat pada fase denial “Educator”
• Memberikan pengarahan pada ortu yg sedang pada tahap panik
• Memberi informasi terpadu (keadaan anak, alternatif penanganan yg tersedia,
prognosa, kondisi anak) ortu bangkit dari “perasaan negatif”
• Menekankan pada ortu waktu berharga (penanganan semakin cepat,
terpadu dan spesifik sesuai kebutuhan anak harapan semakin besar
• Memotivasi ortu “denial” utk segera melakukan “penerimaan”
(Suheri, T, 2014)