Anda di halaman 1dari 29

Departemen Keperawatan Gerontik

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN GANGGUAN MALNUTRISI


DI RUANG LONTARA 1 BAWAH DEPAN
RSUP WAHIDIN SUDIROHUSODO
MAKASSAR

Oleh:

NURHALIJA ULFIANA, S.Kep


70900118035

PRESEPTOR LAHAN PRESEPTOR INSTITUSI

(...........................................) (...........................................)

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XIV


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2019
BAB I

KONSEP DASAR MEDIS

A. Definisi

Malnutrisi merupakan kekurangan konsumsi pangan secara relatif atau

absolut untuk periode tertentu (Bakri dalam Lutfiana, 2013). Sedangkan

menurut Djaeni (2004) malnutrisi adalah kesalahan pangan terutama

terletak dalam ketidakseimbangan komposisi hidangan penyediaan

makanan.

Begitu juga menurut DepKes RI (2000) malnutrisi adalah keadaan

kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan

protein dalam keadaan sehari-hari sehingga tidak memenuhi dalam

angka kecukupan gizi.

Berdasarkan tipe, malnutrisi dibagi menjadi marasmus, kwarsiorkor dan

marasmus kwarsiorkor. Marasmus adalah malnutrisi karena kekurangan

asupan energi dalam semua bentuk, termasuk protein. Sedangkan

kwarsiorkor adalah malnutrisi karena kekurangan asupan protein. Dan

marasmus-kwarsiorkor adalah gabungan tanda gejala dari marasmus

dan kwarsiorkor (www.aldodokter.com).

B. Etiologi

Penyebab malnutrisi dapat dibagi menjadi 2, antara lain:

1. Penyebab langsung

a. Kurangnya asupan makanan: Kurangnya asupan makanan

sendiri dapat disebabkan oleh kurangnya jumlah makanan yang


diberikan, kurangnya kualitas makanan yang diberikan dan cara

pemberian makanan yang salah.

b. Adanya penyakit: Terutama penyakit infeksi, mempengaruhi

jumlah asupan makanan dan penggunaan nutrien oleh tubuh.

Infeksi apapun dapat memperburuk keadaan gizi, malnutrisi

walaupun masih ringan mempunyai pengaruh negatif pada daya

tahan tubuh terhadap infeksi.

2. Penyebab tidak langsung

a. Kurangnya ketahanan pangan keluarga: Keterbatasan keluarga

untuk menghasilkan atau mendapatkan makanan. Penyakit

kemiskinan malnutrisi merupakan problem bagi golongan

bawah masyarakat tersebut.

b. Kualitas perawatan ibu dan anak.

c. Buruknya pelayanan kesehatan.

d. Sanitasi lingkungan yang kurang.

e. Faktor Keadaan Penduduk

Dalam World Food Conference di Roma dikemukakan bahwa

kepadatan jumlah penduduk yang cepat tanpa diimbangi dengan

tambahnya persediaan bahan makanan setempat yang memadai

merupakan sebab utama krisis pangan. Ms. Lorent

memperkirakan bahwa marasmus terdapat dalam jumlah yang

banyak jika suatu daerah terlalu padat daerahnya dengan

hygiene yang buruk (Lutfiana, 2013).


C.Tanda Dan Gejala

Adapun tanda dan gejala dari malnutrisi adalah sebagai berikut:

1. Kelelahan dan kekurangan energi

2. Pusing

3. Sistem kekebalan tubuh yang rendah (yang mengakibatkan tubuh

kesulitan untuk melawan infeksi)

4. Kulit yang kering dan bersisik

5. Gusi bengkak dan berdarah

6. Gigi yang membusuk

7. Sulit untuk berkonsentrasi dan mempunyai reaksi yang lambat

8. Berat badan kurang

9. Pertumbuhan yang lambat

10. Kelemahan pada otot

11. Perut kembung

12. Tulang yang mudah patah

13. Terdapat masalah pada fungsi organ tubuh (Lutfiana, 2013).

Tanda gejala malnutrisi berdasarkan tipe dari malnutrisi adalah:

1. Marasmus

a. Anak tampak sangat kurus, tinggal tulang terbungkus kulit.

b. Wajah seperti orang tua.

c. Cengeng, rewel.

d. Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit, bahkan

sampai tidak ada.


e. Sering disertai diare kronik atau konstipasi, serta penyakit

kronik.

f. Tekanan darah, nadi dan pernafasan frekuensinya dapat

menurun

2. Kwarsiorkor

a. Odema umumnya diseluruh tubuh dan terutama pada kaki.

b. Wajahnya membulat dan sembab.

c. Otot-otot mengecil, lebih nyata apabila diperiksa pada posisi

berdiri dan duduk, anak-anak berbaring terus menerus.

d. Perubahan status mental: cengeng, rewel, kadang apatis.

e. Anak sering menolak segala jenis makanan (anorexia).

f. Pembesaran hati.

g. Sering disertai infeksi, anemia, dan diare/mencret.

h. Rambut berwarna kusam dan mudah dicabut.

i. Gangguan kulit berupa bercak merah yang meluas dan berubah

menjadi hitam terkelupas.

j. Pandangan mata anak nampak sayu.

3. Marasmus-Kwarsiorkor

Tanda-tanda marasmus-kwarsiorkor adalah gangguan dari tanda-

tanda yang ada pada marasmus dan kwarsiorkor (Lutfiana, 2013).

D.Patofisiologi

Sebenarnya malnutrisi merupakan suatu sindrom yang terjadi akibat

banyak faktor. Faktor-faktor ini dapat digolong-kan atas tiga faktor


penting yaitu : tubuh sendiri (host), agent (kuman penyebab),

environment (lingkungan). Memang faktor diet (makanan) memegang

peranan penting tetapi faktor lain ikut menentukan

Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk

mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau

energi. Kemampuan tubuh untuk mem-pergunakan karbohidrat, protein

dan lemak merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan

kehidupan; karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan

tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk

menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah

dapat terjadi kekurangan. Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah

beberapa jam dengan menghasilkan asam amino yang segera diubah

jadi karbohidrat di hepar dan di ginjal.

Selama puasa jaringan lemak dipecah jadi asam lemak, gliserol dan

keton bodies. Otot dapat mempergunakan asam lemak dan keton bodies

sebagai sumber energi kalau kekurangan makanan ini berjalan

menahun. Tubuh akan mempertahankan diri jangan sampai memecah

protein lagi setelah kira-kira kehilangan separuh dari tubuh. Pada

Malnutrisi, di dalam tubuh sudah tidak ada lagi cadangan makanan

untuk digunakan sebagai sumber energi. Sehingga tubuh akan

mengalami defisiensi nutrisi yang sangat berlebihan dan akan

mengakibatkan kematian.

E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan antopometri

Lebih ditujukan untuk menemukan malnutrisi ringan dan sedang.

Pada pemeriksaan antopometri, dilakukan pengukuran fisik anak

(berat, tinggi, lingkar kepala,lingkar lengan, dll) dan kemudian

dibandingkan dengan angka standard.

2. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium misalnya pemeriksaan kadar darah merah

(Hb) dan kadar protein (albumin/globulin) darah, dapat dilakukan

pada anak malnutrisi. Dengan pemeriksaan laboratorium yang lebih

rinci, dapat pula lebih jelas diketahui penyebab malnutrisi dan

komplikasiyang terjadi.

F. Komplikasi

Komplikasi akibat malnutrisi adalah:

1. Stomatitis ganggrainosa merupakan pembususkan mukosa mulut

yang bersifat progresif hingga dapat menembus pipi, bibir, dan

dagu.

2. Penyakit infeksi lain.

3. Dehidrasi sedang dan berat.

4. Defisiensi vit A

5. Anemia berat

G. Penatalaksanaan

a. Pengobatan atau pencegahan hipoglikemia


Pada hipoglikemia, anak terlihat lemah, suhu tubuh rendah. Jika

anak sadar dan dapat menerima makanan usahakan memberikan

makanan sering/cair 2–3 jam sekali. Jika anak tidak dapat makan

(tetapi masih dapat minum) berikan air gula dengan sendok.

b. Pengobatan dan pencegahan hipotermia

Hipotermia ditandai dengan suhu tubuh yang rendah < 36 o Celcius.

Pada keadaan ini anak harus dihangatkan dgn cara ibu atau orang

dewasa lain mendekap anak di dadanya lalu ditutupi selimut atau

dengan membungkus anak dengan selimut tebal dan meletakkan

lampu di dekatnya. Selama masa penghangatan dilakukan

pengukuran suhu anak pada dubur setiap 30 menit sekali. Jika suhu

anak sudah normal dan stabil tetap dibungkus dengan

selimut/pakaian rangkap agar tidak jatuh kembali pada keadaan

hipotermia.

c. Pengobatan dan pencegahan kekurangan cairan

Tanda klinis yang sering dijumpai pada anak KEP berat dengan

dehidrasi adalah ada riwayat diare sebelumnya, anak sangat

kehausan, mata cekung, nadi lemah, tangan dan kaki teraba dingin,

anak tidak buang air kecil dalam waktu cukup lama.

Tindakan yang dapat dilakukan:

- Jika anak masih menyusui, teruskan ASI dan berikan setiap

1/2jam sekali tanpa berhenti. Jika anak masih dapat minum,

lakukan tindakan rehidrasi oral dengan memberi minum anak 50


ml (3 sendok makan) setiap 30 menit dengan sendok. Cairan

rehidrasi oral khusus KEP disebut ReSoMal.

- Jika tidak ada ReSoMal untuk anak dengan KEP berat dapat

menggunakan oralit yang diencerkan 2x. Jika anak tidak dapat

minum, lakukan rehidrasi intravena (infus) RL/Glukosa 5% dan

NaCl dgn perbandingan 1:1.

d. Pada semua KEP Berat/gizi buruk terjadi gangguan keseimbangan

elektrolit diantaranya :

- Kelebihan natrium (Na) tubuh, walaupun kadar Na plasma

rendah.

- Defisiensi Kalium (K) dan Magnesium (Mg).

Ketidakmampuan elektrolit ini memicu terjadinya edema dan untuk

pemulihan keseimbangan elektrolit diperlukan waktu minimal 2

minggu. Berikan makanan tanpa diberi garam/rendah garam, untuk

rehidrasi, berikan cairan oralit 1 liter yang diencerkan 2x (dengan

pe+an 1 liter air) ditambah 4 gr kecil dan 50 gr gula atau bila balita

KEP bisa makan berikan bahan makanan yang banyak mengandung

mineral bentuk makanan lumat

e. Lakukan pengobatan dan pencegahan infeksi

Pada KEP berat tanda yang umumnya menunjukkan adanya infeksi

seperti demam seringkali tidak tampak. Pada semua KEP berat

secara rutin diberikan antibiotik spektrum luar.


f. Pemberian makanan, balita KEP berat

Pemberian diet KEP berat dibagi 3 fase:

- Fase Stabilisasi (1–2 hari)

Pada awal fase stabilisasi perlu pendekatan yang sangat hati-

hati, karena keadaan faali anak yang sangat lemah dan kapasitas

homeostatik berkurang, Pemberian makanan harus dimulai

segera setelah anak dirawat dan dirancang sedemikian rupa

sehingga energi dan protein cukup untuk memenuhi

metabolisme basal saja, Formula khusus seperti formula WHO

75/modifikasi/modisko ½ yang dilanjutkan dan jadual

pemberian makanan harus disusun agar dapat mencapai prinsip

tersebut dengan persyaratan diet sbb: porsi kecil, sering, rendah

serat dan rendah laktosa, energi 100 kkal/kg/hari, protein 1–1,5

gr/kgbb/hari, cairan 130 ml/kg BB/hari (jika ada edema berat

100 ml/kg bb/hari),bila anak mendapat ASI teruskan, dianjurkan

memberi formula WHO 75/pengganti/modisco ½ dengan gelas,

bila anak terlalu lemah berikan dengan sendok/pipet, Pemberian

formula WHO 75/pengganti/modisco ½ atau pengganti dan

jadual pemberian makanan harus sesuai dengan kebutuhan anak.

- Fase Transisi (minggu II)

1) Pemberian makanan pada fase transisi diberikan secara

perlahan untuk menghindari resiko gagal jantung, yang


dapat terjadi bila anak mengkonsumsi makanan dalam

jumlah banyak secara mendadak.

2) Ganti formula khusus awal (energi 75 kal dan protein 0.9 –

1.0 gr/100 ml) dengan formula khusus lanjutan (energi 100

kkal dan protein 2.9 gr/100 ml) dalam jangka waktu 48 jam .

Modifikasi bubur/mknn keluarga dapat digunakan asal

kandungan energi dan protein sama

3) Naikkan dengan 10 ml setiap kali sampai hanya sedikit

formula tersisa, biasanya pada saat tercapai jumlah 30 ml/kg

bb/kali pemberian (200 ml/kg bb/hari).

- Fase Rehabilitasi (Minggu III–VII)

1) Formula WHO-F 135/pengganti/modisco 1 ½ dengan jumlah

tidak terbatas dan sering.

2) Energi : 150–220 kkal/kg bb/hari.

3) Protein : 4–6 gr/kgbb/hari.

4) Bila anak masih mendapat ASI, teruskan ASI, ditambah

dengan makanan formula karena energi dan protein ASI

tidak akan mencukupi untuk tumbuh kejar.

5) Secara perlahan diperkenalkan makanan keluarga.

g. Berikan stimulasi dan dukungan emosional. Pada KEP berat terjadi

keterlambatan perkembangan mental dan perilaku, karenanya

diberikan:

kasih sayang, ciptakan lingkungan menyenangkan,.lakukan terapi


bermain terstruktur 15-330 menit/har, rencanakan aktifitas fisik

setelah sembuh, tingkatkan keterlibatan ibu (memberi makan,

memandikan, bermain)

h. Persiapan untuk tindak lanjut di rumah

Bila BB anak sudah berada di garis warna kuning anak dapat

dirawat di rumah dan dipantau oleh tenaga kesehatan

puskesmas/bidan di desa.

Pathway
Penyakit Tidak Langsung
Penyakit Langsung (ekonomi, perawatan ibu anak,
(kurangnya asupan, penyakit) pelayanan kesehatan,dll))

Malnutrisi

Protein menurun Energi menurun


Penurunan daya
tahan tubuh

Kwarsiorkor Marasmus

Resiko infeksi

Gangguan absorbsi dan Hipoalbumine Kebutuhan tubuh


transpor zat gizi mia terus meningkat

Cadangan makanan diambil dari


Pengambilan energi Tek. Osmotik
lemak bawah kulit
selain protein (otot) plasma menurun

Kebutuhan nutrisi dan


kalori tidak terpenuhi
Penyusutan Oedema
otot

Gangguan Defisiensi nutrisi dan


keseimbangan kalori
Penurunan BB cairan

Gangguan
Nutrisi kurang dari
integritas kulit
kebutuhan

Kulit tipis, kering


dan keriput BAB II Gangguan pertumbuhan
dan perkembangan
KONSEP LANSIA

A. Pengertian lanjut Usia


Proses menua merupakan suatu yang fisiologis, yang akan dialami oleh
setiap orang. Batasan orang dikatakan lanjut usia berdasarkan UU No 13 tahun
2016 adalah 60 tahun. Proses menua (aging process) merupakan suatu proses
biologis yang tidak dapat dihindarkan, yang akan dialami oleh setiap orang.
Menurut Paris Constantinides, Menua adalah suatu proses menghilangnya
secara perlahan-lahan (graduil) kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri
atau mengganti dan mempertahankan struktur dan fungsi secara normal,
ketahanan terhadap injury (termasuk infeksi) tidak seperti pada saat
kelahirannya,

Proses menua sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai


dewasa, misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan
syaraf dan jaraingan lain sehingga tubuh ‘mati’ sedikit demi sedikit.

Sebenarnya tidak ada batas yang tegas, pada usia berapa penampilan
seseotang mulai menurun. Pada setiap orang, fungsi fisiologis alat tubuhnya
sangat berbeda, baik dalam hal pencapaian puncak maupun saat menurunnya.
Namun umumnya fungsi fisiologis tubuh mencapai puncaknya pada umur 20–
30 tahun. Setelah mencapai puncak, fungsi alat tubuh akan berada dalam
kondisi tetap utuh beberapa saat, kemudian menurun sedikit demi sedikit sesuai
bertambahnya umur.

B. Batasaan umur lanjut usia


Menurut oraganisasi kesehatan dunia (WHO), lanjut usia meliputi:

1. Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.


2. Lanjut usia (elderly) antara 60 – 74 tahun
3. Lanjut usia tua (old) antara 75 – 90 tahun
4. Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun
Depkes, membagi lansia sebagai berikut :

1. Kelompok menjelang usia lanjut (45-54 th) sebagai masa vibrilitas


2. Kelompok usia lanjut (55-64 th) sebagai presenium
3. Kelompok usia lanjut (65 th>) sebagai senium
C. Teori tentang Proses menua
1. Teori Biologik
a. Teori Genetik dan Mutasi
Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram

oleh molekul /DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami

mutasi

b. Pemakaian dan Rusak


Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah

c. Autoimun
Pada proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat

khusus. Saat jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat

tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan mati.

d. Teori stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan.

Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan


lingkungan internal dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah

dipakai.

e. Teori radikal bebas


Tidak stabilnya redikal bebas mengakibatkan oksidasi-oksidasi bahan

bahan organik seperti karbohidrat dan protein . radikal ini

menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.

2. Teori Sosial
a. Teori aktifitas
Lanjut usuia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak
dalam kegiatan sosial

b. Teori Pembebasan
Dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur angsur mulai
melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini
mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara
kwalitas maupun kwantitas. Sehingga terjadi kehilangan ganda yakni :

1) Kehilangan peran
2) Hambatan kontrol sosial
3) Berkurangnya komitmen
c. Teori Kesinambungan
Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan
lansia. Dengan demikian pengalaman hidup seseorang pada usatu saat
merupakan gambarannya kelak pada saat ini menjadi lansia.

Pokok-pokok dari teori kesinambungan adalah :

1) Lansia tak disarankan untuk melepaskan peran atau harus aktif dalam
proses penuaan, akan tetapi didasarkan pada pengalamannya di masa
lalu, dipilih peran apa yang harus dipertahankan atau dihilangkan
2) Peran lansia yang hilang tak perlu diganti
3) Lansia dimungkinkan untuk memilih berbagai cara adaptasi
3. Teori Psikologi
a. Teori Kebutuhan manusia mneurut Hirarki Maslow
Menurut teori ini, setiap individu memiliki hirarki dari dalam diri,
kebutuhan yang memotivasi seluruh perilaku manusia (Maslow).
Kebutuhan ini memiliki urutan prioritas yang berbeda. Ketika
kebutuhan dasar manusia sidah terpenuhi, mereka berusaha
menemukannya pada tingkat selanjutnya sampai urutan yang paling
tinggi dari kebutuhan tersebut tercapai.

b. Teori individual jung


Carl Jung (2009) Menyusun sebuah terori perkembangan kepribadian
dari seluruh fase kehidupan yaitu mulai dari masa kanak-kanak , masa
muda dan masa dewasa muda, usia pertengahan sampai lansia.
Kepribadian individu terdiri dari Ego, ketidaksadaran sesorang dan
ketidaksadaran bersama. Menurut teori ini kepribadian digambarkan
terhadap dunia luar atau ke arah subyektif. Pengalaman-pengalaman
dari dalam diri (introvert). Keseimbangan antara kekuatan ini dapat
dilihat pada setiap individu, dan merupakan hal yang paling penting
bagi kesehatan mental

D. Perubahan Perubahan yang Terjadi Pada Lansia


1. Perubahan fisik
a. Sel : jumlahnya lebih sedikit tetapi ukurannya lebih besar,
berkurangnya cairan intra dan extra seluler
b. Persarafan : cepatnya menurun hubungan persarapan, lambat dalam
respon waktu untuk meraksi, mengecilnya saraf panca indra sistem
pendengaran, presbiakusis, atrofi membran timpani, terjadinya
pengumpulan serum karena meningkatnya keratin
c. Sistem penglihatan : spnkter pupil timbul sklerosis dan hlangnya
respon terhadap sinaps, kornea lebih berbentuk speris, lensa keruh,
meningkatny ambang pengamatan sinar, hilangnya daya akomodasi,
menurunnya lapang pandang.
d. Sistem Kardivaskuler. : katup jantung menebal dan menjadi kaku ,
kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % setiap tahun
setelah berumur 20 tahun sehingga menyebabkanmenurunnya
kontraksi dan volume, kehilangan elastisitas pembuluh darah, tekanan
darah meningg.
e. Sistem respirasi : otot-otot pernafasan menjadi kaku sehingga
menyebabkan menurunnya aktifitas silia. Paru kehilangan
elastisitasnya sehingga kapasitas residu meingkat, nafas berat.
Kedalaman pernafasan menurun.
f. Sistem gastrointestinal : kehilangan gigi,sehingga menyebkan gizi
buruk, indera pengecap menurun krena adanya iritasi selaput lendir
dan atropi indera pengecap sampai 80 %, kemudian hilangnya
sensitifitas saraf pengecap untuk rasa manis dan asin
g. Sistem genitourinaria : ginjal mengecil dan nefron menjadi atrofi
sehingga aliran darah ke ginjal menurun sampai 50 %, GFR menurun
sampai 50 %. Nilai ambang ginjal terhadap glukosa menjadi
meningkat. Vesika urinaria, otot-ototnya menjadi melemah,
kapasitasnya menurun sampai 200 cc sehingga vesika urinaria sulit
diturunkan pada pria lansia yang akan berakibat retensia urine.
Pembesaran prostat, 75 % doalami oleh pria diatas 55 tahun. Pada
vulva terjadi atropi sedang vagina terjadi selaput lendir kering,
elastisitas jaringan menurun, sekresi berkurang dan menjadi alkali.
h. Sistem endokrin : pada sistem endokrin hampir semua produksi
hormon menurun, sedangkan fungsi paratiroid dan sekresinya tidak
berubah, aktifitas tiroid menurun sehingga menurunkan basal
metabolisme rate (BMR). Porduksi sel kelamin menurun seperti :
progesteron, estrogen dan testosteron.
i. Sistem integumen : pada kulit menjadi keriput akibat kehilangan
jaringan lemak, kulit kepala dan rambut menuipis menjadi kelabu,
sedangkan rambut dalam telinga dan hidung menebal. Kuku menjadi
keras dan rapuh.
j. Sistem muskuloskeletal : tulang kehilangan densitasnya dan makin
rapuh menjadi kiposis, tinggi badan menjadi berkurang yang disebut
discusine vertebralis menipis, tendon mengkerut dan atropi serabut
erabit otot , sehingga lansia menjadi lamban bergerak. otot kam dan
tremor.
2. Perubahan Mental
Pada umumnya usia lanjut mengalami penurunan fungsi kognitif
dan psikomotor. Perubahan-perubahan mental ini erat sekali kaitannya
dengan perubahan fisik, keadaan kesehatan, tingkat pendidikan atau
pengetahuan serta situasi lingkungan. Intelegensi diduga secara umum
makin mundur terutama faktor penolakan abstrak mulai lupa terhadap
kejadian baru, masih terekam baik kejadian masa lalu.
Dari segi mental emosional sering muncul perasaan pesimis,
timbulnya perasaan tidak aman dan cemas, merasa terancam akan
timbulnya suatu penyakit atau takut ditelantarkan karena tidak berguna
lagi. Munculnya perasaan kurang mampu untuk mandiri serta cenderung
bersifat entrovert.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah :

a. Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa


b. Kesehatan umum
c. Tingkat pendidikan
d. Keturunan
e. Lingkungan
Kenangan (memori) ada 2 :

a. kenangan jangka panjang, berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu


b. kenangan jang pendek : 0-10 menit, kenangan buruk
Intelegentia Question :

a. Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal


b. Berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor
terjadi perubahan pada daya membayangkan, karena tekanan-tekanan
dari faktor waktu.
3. Perubahan Perubahan Psikososial
Masalah-masalah ini serta reaksi individu terhadapnya akan sangat
beragam, tergantung pada kepribadian individu yang bersangkutan. Pada
saat ini orang yang telah menjalani kehidupan nya dengan bekerja
mendadak diharapkan untuk menyesuaikan dirinya dengan masa pensiun.
Bila ia cukup beruntung dan bijaksana, mempersiapkan diri untuk masa
pensiun dengan menciptakan bagi dirinya sendiri berbagai bidang minat
untuk memanfaatkan waktunya, masa pensiunnya akan memberikan
kesempatan untuk menikmati sisa hidupnya. Tetapi bagi banyak pekerja
pensiun berarti terputus dari lingkungan dan teman-teman yang akrab dan
disingkirkan untuk duduk-duduk dirumah atau bermain domino di klub
pria lanjut usia.
Perubahan mendadak dalam kehidupan rutin barang tentu membuat
mereka merasa kurang melakukan kegiatan yang berguna.

a. Minat
Pada umumnya diakui bahwa minat seseorang berubah dalam
kuantitas maupun kualitas pada masa lanjut usia. Lazimnya minat
dalam aktifitas fisik cendrung menurun dengan bertambahnya usia.
Kendati perubahan minat pada usia lanjut jelas berhubungan dengan
menurunnya kemampuan fisik, tidak dapat diragukan bahwa hal hal
tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial.

b. Isolasi dan Kesepian


Banyak faktor bergabung sehingga membuat orang lanjut usia
terisolasi dari yang lain. Secara fisik, mereka kurang mampu
mengikuti aktivitas yang melibatkan usaha. Makin menurunnya
kualitas organ indera yang mengakibatkan ketulian, penglihatan yang
makin kabur, dan sebagainya. Selanjutnya membuat orang lanjut usia
merasa terputus dari hubungan dengan orang-orang lain.
Faktor lain yang membuat isolasi makin menjadi lebih parah
lagi adalah perubahan sosial, terutama mengendornya ikatan
kekeluargaan. Bila orang usia lanjut tinggal bersama sanak
saudaranya, mereka mungkin bersikap toleran terhadapnya, tetapi
jarang menghormatinya. Lebih sering terjadi orang lanjut usia menjadi
terisolasi dalam arti kata yang sebenarnya, karena ia hidup sendiri.
Dengan makin lanjutnya usia, kemampuan mengendalikan
perasaan dengan akal melemah dan orang cendrung kurang dapat
mengekang dari dalam prilakunya. Frustasi kecil yang pada tahap
usia yang lebih muda tidak menimbulkan masalah, pada tahap ini
membangkitkan luapan emosi dan mereka mungkin bereaksi dengan
ledakan amarah atau sangat tersinggung terhadap peristiwa-peristiwa
yang menurut kita tampaknya sepele.

c. Peranan Iman
Menurut proses fisik dan mental pada usia lanjut memungkinkan
orang yang sudah tua tidak begitu membenci dan merasa kuatir dalam
memandang akhir kehidupan dibanding orang yang lebih muda.
Namun demikian, hampir tidak dapat disangkal lagi bahwa iman yang
teguh adalah senjata yang paling ampuh untuk melawan rasa takut
terhadap kematian. Usia lanjut memang merupakan masa dimana
kesadaran religius dibangkitkan dan diperkuat. Keyakinan iman
bahwa kematian bukanlah akhir tetapi merupakan permulaan yang
baru memungkinkan individu menyongsong akhir kehidupan dengan
tenang dan tentram.

4. Perubahan Spritual.
a. Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupan
(Maslow,1970)
b. Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaanya, hal ini terlihat
dalam berfikir dan bertindak dalam sehari-hari (Murray dan
Zentner,2009).
c. Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurut Folwer (2010),
Universalizing, perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah
berpikir dan bertindak dengan cara memberikan contoh cara mencintai
keadilan.
E. Masalah Nutrisi
1. Pengertian
Gizi kurang adalah kekurangan zat gizi baik mikro maupun makro

2. Penyebab
a. Penurunan ataau kehilangan sensitifitas indra pengecap &penciuman
b. Penyakit periodental ( terjadi pada 80% lansia) atau kehilangan gigi
c. Penurunan sekresi asam lambung dan enzim pencernaan
d. Penurunan mobilitas saluran pencernaan makanan
e. Penggunaan obat-obatan jangka panjang
f. Gangguan kemampuan motorik
g. Kurang bersosialisasi, kesepian
h. Pendapatan yang menurun (pensiun)
i. Penyakit infeksi kronis
j. Penyakit keganasan
22

3. Patofisiologi

Proses menua : Akibat :


Penurunan/kehilangan indra pengecap Anorexia
dan penciuman Kesulitan makan
Penyakit periodental dan kehilangan Mengganggu penyerapan Ca, Fe,
gigi Protein, lemak, dan Vitamin
Penurunan sekresi asam lambung dan Susah BAB, wasir
enzim pencernaan Nafsu kaman menurun
Gangguan kemampuan motorik Kerusakan kartilago dan tulang
Tulang kehilangan densitasnyadan Inflamasi sendi sinovial
rapuh
Tendon mengkerut dan atropi serabut
otot
Penurunan mobilitas saluran
pencernaanl/peristaltik melemah
Penyakit infeksi Keganasan
Mekanisme Inflamasi

Asupan makan kurang


Osteoporosis
Subluksasi/dislokasi

Diagnosa Keperawatan :
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
Resiko tinggi infeksi
Kerusakan mobilitas fisik
Nyeri
Resiko cedera

BAB III

KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Riwayat Keperawatan

a. Identitas
23

Pengkajian mengenai nama, umur dan jenis kelamin, alamat,

no.register.

b. Keluhan Utama

Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan gangguan

pertumbuhan (berat badan semakin lama semakin turun), bengkak

pada tungkai, sering diare dan keluhan lain yang menunjukkan

terjadinya gangguan kekurangan gizi.

c. Riwayat Penyakit Sekarang

Meliputi pengkajian riwayat prenatal, natal dan post natal,

hospitalisasi dan pembedahan yang pernah dialami, alergi, pola

kebiasaan, tumbuh-kembang, imunisasi, status gizi (lebih, baik,

kurang, buruk), psikososial, psikoseksual, interaksi dan lain-lain.

Data fokus yang perlu dikaji dalam hal ini adalah riwayat pemenuhan

kebutuhan nutrisi anak (riwayat kekurangan protein dan kalori dalam

waktu relatif lama).

d. Riwayat Penyakit Keluarga

Meliputi pengkajian pengkajian komposisi keluarga, lingkungan

rumah dan komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga,

fungsi dan hubungan angota keluarga, kultur dan kepercayaan,

perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga

tentang penyakit klien dan lain-lain.

e. Riwayat Tumbuh Kembang

Riwayat tumbuh kembang anak dapat mengalami gangguan.

f. Riwayat Imunisasi

Anak usia pra sekolah sudah harus mendapat imunisasi lengkap

antara lain: BCG, POLIO I,II, III; DPT I, II, III; dan campak.
24

g. Riwayat Nutrisi

Untuk mengetahui status gizi pada anak, adakah tanda-tanda yang

menunjukkan anak mengalami gangguan kekurangan nutrisi.

2. Pemeriksaan Fisik (data fokus)

Pengkajian secara umum dilakukan dengan metode head to too yang

meliputi: keadaan umum dan status kesadaran, tanda-tanda vital, area

kepala dan wajah, dada, abdomen, ekstremitas dan genito-urinaria.

Fokus pengkajian pada anak adalah pengukuran antropometri (berat

badan, tinggi badan, lingkaran lengan atas dan tebal lipatan kulit). Tanda

dan gejala yang mungkin didapatkan adalah:

a. Penurunan ukuran antropometri.

b. Perubahan rambut (defigmentasi, kusam, kering, halus, jarang dan

mudah dicabut).

c. Gambaran wajah seperti orang tua (kehilangan lemak pipi), edema

palpebra.

d. Tanda-tanda gangguan sistem pernapasan (batuk, sesak, ronchi,

retraksi otot intercostal).

e. Perut tampak buncit, hati teraba membesar, bising usus dapat

meningkat bila terjadi diare.

f. Edema tungkai

g. Kulit kering, hiperpigmentasi, bersisik dan adanya crazy pavement

dermatosis terutama pada bagian tubuh yang sering tertekan (bokong,

fosa popliteal, lulut, ruas jari kaki, paha dan lipat paha).

3. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan antopometri (berat, tinggi, lingkar kepala,lingkar

lengan, dll) dan kemudian dibandingkan dengan angka standard.


25

b. Pemeriksaan Laboratorium (pemeriksaan kadar darah merah (Hb)

dan kadar protein (albumin/globulin) darah).

B. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul

Diagnosa I: Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh

Diagnosa II: gangguan pertumbuhan dan perkembangan

C intervensi

Diagnosa I: Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh.

NOC NIC Rasional


Setelah dilakukan intervensi Nutrition Management Nutrition Management
1. Kaji status nutrisi 1. Pengkajian dilakukan
...x24 jam diharapkan
pasien. untuk mengetahui
pemenuhan kebutuhan
status nutrisi pasien
intake pasien tercukupi
sehingga dapat
dengan kriteria hasil:
Nutrition status menentukan
 Intake nutrisi tercukupi
 Asupan makanan dan intervensi yang

cairan tercukupi 2. Jaga kebersihan mulut, diberikan.


2. Mulut yang bersih
Nausea dan vomiting anjurkan untuk selalu
dapat meningkatkan
severity melakukan oral hygien.
3. Berikan informasi yang nafsu makan.
 Penurunan intensitas 3. Untuk membantu
tepat terhadap pasien
terjadinya mual muntah memenuhi kebutuhan
 Penurunan frekuensi tentang kebutuhan
nutrisi yang
mual muntah nutrisi yang tepat dan
dibutuhkan pasien.
Weight: body mass sesuai.

 Pasien tidak mengalami


Nausea Management
penurunan BB atau Nausea Management
1. Untuk menentukan
mengalami peningkatan 1. Kaji frekuensi mual
intervensi yang akan
BB. muntah, durasi, tingkat
diberikan.
keparahan, penyebab . 2. Makan sedikit demi
2. Anjurkan pasien
26

makan sedikit demi sedikit tapi sering

sedikit tapi sering. dapat meningkatkan

3. Anjurkan pasien intake nutrisi.


3. Makan makanan
makan selagi makanan
dalam kondisi hangat
masih hangat.
dapat menurunkan

rasa mual sehingga

intake nutrisi dapat


4. Delegatif pemberian
ditingkatkan.
terapi antiemetik. 4. Antiemetik dapat

digunakan sebagai

terapi farmakologis

dalam manajemen

mual dengan

menghambat sekresi

Weight Management asam lambung.

1. Timbang BB pasien

jika memungkinkan Weight Management

dengan teratur. 1. Dengan menimbang

2. Diskusikan dengan BB dapat memantau

keluarga dan pasien peningkatan dan

pentingnya intake penurunan status gizi.


2. Membantu memilih
nutrisi dan hal-hal
alternatif pemenuhan
yang menyebabkan
nutrisi yang adekuat.
penurunan BB.

Diagnosa II: gangguan pertumbuhan dan perkembangan

NOC NIC Rasional


Setelah dilakukan intervensi 1. Kaji adanya 1. Mengetahui adanya
27

...x24 jam diharapkan tidak keterlambatan masalah

terjadi keterlambatan pertumbuhan dan keterlambatan.

perkembangandengan perkembangan. 2. Mengetahui


2. Lakukan pengukuran
kriteria hasil: pertumbuhan fisik
antopometri secara
 Perkembangan pasien sesuai dengan usia.
berkala.
sesuai usia. 3. Lakukan stimulasi 3. Stimulasi diperlukan
 Pertumbuhan fisik sesuai
tingkat perkembangan untuk mengejar
standar usia
sesuai dengan usia keterlambatan.
4. Orang tua
pasien.
4. Ajarkan kepada mengetahui standar

orangtua tentang yang sesuai dengan

standar pertumbuhan usianya.

fisik dan tugas-tugas


5. Keluarga lebih
perkembangan sesuai
mengerti tentang
usia anak.
5. Tingkatkan anaknya sehingga

pengetahuan keluarga dapat menstimulasi

tentang keterlambatan dirumah.

pertumbuhan dan 6. Pasien dapat

perkembangan anak. diberikan diet sesuai


6. Kolaborasi dengan ahli
dengan
gizi dalam pemberian
kebutuhannya.
makan/minuman sesuai

program terapi diet

pemulihan.
28

Daftar Pustaka

Achmad. (2002). Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi. Jakarta: Dian Rakyat

Depkes RI. (2000). Program Perbaikan Gizi Mikro. Jakarta: Depkes RI.

Lutfiana. (2013). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Gizi Buruk

Pada Lingkungan Tahan Pangan Dan Gizi. Skripsi, Universitas Negeri

Semarang.

Willkinson, Judith M. (2011). Buku Saku Diagnosisi Keperawatan, diagnosis

NANDA, intervensi NIC, kriteria hasil NOC. EGC: Jakarta.

www.alodokter.com/kwarsiorkor-dan-marasmus-malnutrisi-yang-mengancam-

nyawa (diakses tanggal 19 juni 2017)


29

Anda mungkin juga menyukai