LAPORAN PENDAHULUAN
MALNUTRISI
DI SUSUN OLEH
NAMA:POPPY PURNAMASARI
NIM:(039styc)
KEPERAWATAN
MATARAM 2021
2
I.2 Etiologi
Penyebab malnutrisi dapat dibagi menjadi 2, antara lain:
1. Penyebab langsung
a. Kurangnya asupan makanan: Kurangnya asupan makanan sendiri
dapat disebabkan oleh kurangnya jumlah makanan yang diberikan,
kurangnya kualitas makanan yang diberikan dan cara pemberian
makanan yang salah.
b. Adanya penyakit: Terutama penyakit infeksi, mempengaruhi
jumlah asupan makanan dan penggunaan nutrien oleh tubuh. Infeksi
apapun dapat memperburuk keadaan gizi, malnutrisi walaupun
masih ringan mempunyai pengaruh negatif pada daya tahan tubuh
terhadap infeksi.
2. Penyebab tidak langsung
a. Kurangnya ketahanan pangan keluarga: Keterbatasan keluarga
untuk menghasilkan atau mendapatkan makanan. Penyakit
kemiskinan malnutrisi merupakan problem bagi golongan bawah
masyarakat tersebut.
1
3
2. Kwarsiorkor
a. Odema umumnya diseluruh tubuh dan terutama pada kaki.
b. Wajahnya membulat dan sembab.
c. Otot-otot mengecil, lebih nyata apabila diperiksa pada posisi berdiri
dan duduk, anak-anak berbaring terus menerus.
d. Perubahan status mental: cengeng, rewel, kadang apatis.
e. Anak sering menolak segala jenis makanan (anorexia).
f. Pembesaran hati.
g. Sering disertai infeksi, anemia, dan diare/mencret.
h. Rambut berwarna kusam dan mudah dicabut.
i. Gangguan kulit berupa bercak merah yang meluas dan berubah
menjadi hitam terkelupas.
j. Pandangan mata anak nampak sayu.
3. Marasmus-Kwarsiorkor
Tanda-tanda marasmus-kwarsiorkor adalah gangguan dari tanda-tanda
yang ada pada marasmus dan kwarsiorkor (Lutfiana, 2013).
I.4 Patofisiologi
Sebenarnya malnutrisi merupakan suatu sindrom yang terjadi akibat
banyak faktor. Faktor-faktor ini dapat digolong-kan atas tiga faktor penting
yaitu : tubuh sendiri (host), agent (kuman penyebab), environment
(lingkungan). Memang faktor diet (makanan) memegang peranan penting
tetapi faktor lain ikut menentukan
Selama puasa jaringan lemak dipecah jadi asam lemak, gliserol dan keton
bodies. Otot dapat mempergunakan asam lemak dan keton bodies sebagai
sumber energi kalau kekurangan makanan ini berjalan menahun. Tubuh
akan mempertahankan diri jangan sampai memecah protein lagi setelah
kira-kira kehilangan separuh dari tubuh. Pada Malnutrisi, di dalam tubuh
sudah tidak ada lagi cadangan makanan untuk digunakan sebagai sumber
energi. Sehingga tubuh akan mengalami defisiensi nutrisi yang sangat
berlebihan dan akan mengakibatkan kematian.
I.5 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan antopometri
Lebih ditujukan untuk menemukan malnutrisi ringan dan sedang. Pada
pemeriksaan antopometri, dilakukan pengukuran fisik anak (berat,
tinggi, lingkar kepala,lingkar lengan, dll) dan kemudian dibandingkan
dengan angka standard.
2. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium misalnya pemeriksaan kadar darah merah
(Hb) dan kadar protein (albumin/globulin) darah, dapat dilakukan pada
anak malnutrisi. Dengan pemeriksaan laboratorium yang lebih rinci,
dapat pula lebih jelas diketahui penyebab malnutrisi dan
komplikasiyang terjadi.
I.6 Komplikasi
Komplikasi akibat malnutrisi adalah:
1. Stomatitis ganggrainosa merupakan pembususkan mukosa mulut yang
bersifat progresif hingga dapat menembus pipi, bibir, dan dagu.
2. Penyakit infeksi lain.
3. Dehidrasi sedang dan berat.
4. Defisiensi vit A
5. Anemia berat
6
I.7 Penatalaksanaan
a. Pengobatan atau pencegahan hipoglikemia
Pada hipoglikemia, anak terlihat lemah, suhu tubuh rendah. Jika anak
sadar dan dapat menerima makanan usahakan memberikan makanan
sering/cair 2–3 jam sekali. Jika anak tidak dapat makan (tetapi masih
dapat minum) berikan air gula dengan sendok.
b. Pengobatan dan pencegahan hipotermia
Hipotermia ditandai dengan suhu tubuh yang rendah < 36 o Celcius.
Pada keadaan ini anak harus dihangatkan dgn cara ibu atau orang
dewasa lain mendekap anak di dadanya lalu ditutupi selimut atau
dengan membungkus anak dengan selimut tebal dan meletakkan lampu
di dekatnya. Selama masa penghangatan dilakukan pengukuran suhu
anak pada dubur setiap 30 menit sekali. Jika suhu anak sudah normal
dan stabil tetap dibungkus dengan selimut/pakaian rangkap agar tidak
jatuh kembali pada keadaan hipotermia.
c. Pengobatan dan pencegahan kekurangan cairan
Tanda klinis yang sering dijumpai pada anak KEP berat dengan
dehidrasi adalah ada riwayat diare sebelumnya, anak sangat kehausan,
mata cekung, nadi lemah, tangan dan kaki teraba dingin, anak tidak
buang air kecil dalam waktu cukup lama.
Tindakan yang dapat dilakukan:
- Jika anak masih menyusui, teruskan ASI dan berikan setiap 1/2jam
sekali tanpa berhenti. Jika anak masih dapat minum, lakukan
tindakan rehidrasi oral dengan memberi minum anak 50 ml (3
sendok makan) setiap 30 menit dengan sendok. Cairan rehidrasi
oral khusus KEP disebut ReSoMal.
- Jika tidak ada ReSoMal untuk anak dengan KEP berat dapat
menggunakan oralit yang diencerkan 2x. Jika anak tidak dapat
minum, lakukan rehidrasi intravena (infus) RL/Glukosa 5% dan
NaCl dgn perbandingan 1:1.
d. Pada semua KEP Berat/gizi buruk terjadi gangguan keseimbangan
elektrolit diantaranya :
- Kelebihan natrium (Na) tubuh, walaupun kadar Na plasma rendah.
- Defisiensi Kalium (K) dan Magnesium (Mg).
7
2) Ganti formula khusus awal (energi 75 kal dan protein 0.9 – 1.0
gr/100 ml) dengan formula khusus lanjutan (energi 100 kkal dan
protein 2.9 gr/100 ml) dalam jangka waktu 48 jam . Modifikasi
bubur/mknn keluarga dapat digunakan asal kandungan energi
dan protein sama
3) Naikkan dengan 10 ml setiap kali sampai hanya sedikit formula
tersisa, biasanya pada saat tercapai jumlah 30 ml/kg bb/kali
pemberian (200 ml/kg bb/hari).
I.8 Pathway
Penyakit Tidak Langsung
Penyakit Langsung (ekonomi, perawatan ibu anak,
(kurangnya asupan, penyakit) pelayanan kesehatan,dll))
Malnutrisi
II.3Perencanaan
Diagnosa I: Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh.
SDKI SLKI Rasional
Setelah dilakukan intervensi Nutrition Management Nutrition Management
...x24 jam diharapkan 1. Kaji status nutrisi 1. Pengkajian dilakukan
pemenuhan kebutuhan pasien. untuk mengetahui
intake pasien tercukupi status nutrisi pasien
dengan kriteria hasil: sehingga dapat
Nutrition status menentukan
Intake nutrisi tercukupi intervensi yang
2. Jaga kebersihan mulut,
Asupan makanan dan diberikan.
anjurkan untuk selalu
cairan tercukupi 2. Mulut yang bersih
melakukan oral hygien.
Nausea dan vomiting dapat meningkatkan
3. Berikan informasi yang
severity nafsu makan.
tepat terhadap pasien
Penurunan intensitas 3. Untuk membantu
tentang kebutuhan
terjadinya mual muntah memenuhi kebutuhan
nutrisi yang tepat dan
14
pasien. keterlambatan.
perkembangan sesuai
usia anak.
5. Keluarga lebih
5. Tingkatkan
mengerti tentang
pengetahuan keluarga
anaknya sehingga
tentang keterlambatan
dapat menstimulasi
pertumbuhan dan
dirumah.
perkembangan anak.
6. Kolaborasi dengan ahli
6. Pasien dapat
gizi dalam pemberian
diberikan diet sesuai
makan/minuman sesuai
dengan
program terapi diet
kebutuhannya.
pemulihan.
Depkes RI. (2000). Program Perbaikan Gizi Mikro. Jakarta: Depkes RI.
Lutfiana. (2013). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Gizi Buruk
Pada Lingkungan Tahan Pangan Dan Gizi. Skripsi, Universitas Negeri
Semarang.
Willkinson, Judith M. (2011). Buku Saku Diagnosisi Keperawatan, diagnosis
NANDA, intervensi NIC, kriteria hasil NOC. EGC: Jakarta.
www.alodokter.com/kwarsiorkor-dan-marasmus-malnutrisi-yang-mengancam-
nyawa (diakses tanggal 19 juni 2017)
(.....................................................) (.................................................)