Anda di halaman 1dari 44

MATA MERAH VISUS

NORMAL
Pembimbing:
dr. Madona Debora, Sp.M
Pendahuluan
◦ Mata merah disebabkan pelebaran pembulkuh darah konjungtiva yang terjadi pada peradangan akut
◦ Penegakan diagnosis yang tepat dan evalusi dini merupakan hal yang sangat penting pada keluhan mata
merah
PTERIGIUM
Definisi Penyebab

◦ Pterigium merupakan suatu pertumbuhan ◦Terkena paparan sinar matahari yang


fibrovaskular konjungtiva yang biasanya berlebihan, Paparan berlebihan pada lingkungan
terletak pada celah kelopak bagian nasal yang keras seperti debu, kotoran, panas, ang in,
ataupun temporal konjungtiva yang meluas kekeringan dan asap, Paparan berlebihan pada
alergen seperti bahan kimia dan solvent
kekornea berbentuk segitiga dengan puncak
dibagian sentral atau didaerah kornea.
Gejalanya
termasuk:
• Mata merah
• Mata kering
• Iritasi
• Keluar air mata
(berair)
• Sensasi seperti ada
sesuatu dimata
• Penglihatan yang
kabur
Penatalaksanaan
◦ Observasi : pemeriksaan mata secara berkala ◦ Medikamentosa :
 Dapat diberikan antibiotik untuk mencegah
infeksi
 Kortikosterois untuk mengurangi infamasi
 Lubrikasi ocular seperti air mata buatan
◦ Pencegahan : secara umum, lindungi mata dari
paparan langsung sinar matahari, debu, dan  Aoabila penglihatan menjadi kabur, maka
udara kering dengan kacamata pelindung. pterigium harus dioperasi
PSEUDOPTERIGIUM
◦ Pseudopterigium merupakan perlekatan ◦ Pseudopterigium tidak memerlukan
konjungtiva dengan kornea yang cacat pengobatan, serta pembedahan, kecuali sangat
mengganggu visus, atau alasan kosmetik
PINGUEKULA
Definisi Patogenesis

◦ Pinguekula merupakan benjolan pada ◦ Belum jelas, tetapi umumnya bahwa


konjungtiva bulbi yang merupakan degenerasi rangsangan luar mempunyai peranan pada
hialin jaringan submucosa konjungtiva timbulnya pinguekula seperti sinar matahari,
debu, dan angin panas.
• Pinguekula tidak berbahaya ◦ Pada pinguekula tidak perlu diberikan
• Biasanya bilateral pengobatan, akan tetapi bila terlihat adanya
tanda peradangan (pinguekulitis), dapat
• Pinguekula tampak pada konjungtiva bulbi diberikan obat-obat antiradang
berdekatan dengan limbus nasal atau temporal
• Terdapat lapisan berwarna kuning-putih tak
berbentuk
HEMATOMA SUBKONJUNGTIVA
◦ Hematoma subkonjungtiva dapat terjadi pada
keadaan dimana : pembuluh darah rapuh
(umur, hipertensi, arteriosclerosis,
konjungtivitis hemoragik, anemia, pemakaian
antikoagulan, batuk rejan)
◦ Dapat juga terjadi akibat trauma langsung atau
tidak langsung.
◦ Biasanya tidak perlu pengobatan karena akan
diserap dengan spontan dalam waktu 1-3
minggu
EPISKLERITIS
◦ Episkleritis merupakan reaksi radang jaringan ◦ Keluhannya dapat berupa:
ikat vascular yang terletak antara konjungtiva  Unilateral
dan permukaan sklera
 Mata terasa kering
 Rasa sakit yang ringan
 Mengganjal
• Pengobatan yang
diberikan adalah
vasokonstriktor
• Keadaan berat
diberikan
kortikosteroid tetes
mata, sistemik atau
salisilat
• Episkleritis
penglihatan nrmal,
dapat sembuh
sempurna
SKLERITIS
◦ Skleritis merupakan reaksi radang yang ◦ Gejala:
mempengaruhi bagian luar berwarna putih  Bilateral
yang melapisi mata (sklera)
 Sakit yang berat yang menyebar ke dahi, alis
◦ Biasanya disebabkan kelainan atau penyakit
dan dagu
sistemik
 Mata merah berair
 Fotofobia
 Penglihatan menurun
• Pengobatan : dapat
diberikan steroid
atau salisilat.
Apabila ada penyakit
yang mendasari,
maka penyakit
tersebut perlu
diobativ
KONJUNGTIVITIS
Gejala kliniis :
◦ Konjungtivitis adalah peradangan
pada konjungtiva, biasanya terdiri VIRUS BAKTERI ALERGI
dari hiperemia konjungtiva disertai
dengan pengeluaran secret.  GATAL Minimal Minimal Berat
◦ Konjungtivitis dapat disebabkan
 HIPEREMI Menyeluruh Menyeluruh Menyeluruh
bakteri, virus, klamidia, alergi
toksik, dan molluscum  LAKRIMASI ++ + +
contagiosum.
Minimal
 EKSUDAT Banyak (muko- Minimal
(serous,
(SEKRET) purulen/purulen) (benang)
mukous)

 ADENOPATI + Jarang -

 SEL-SEL Monosit PMN Eosinofil


Konjungtivitis kataral
Penyebab Tatalaksana
◦ S. Aureus, pneumokokus ◦ Pengobatan Konjungtivitis Kataral tergantung
◦ Virus morbilli kepada penyebabnya.
◦ Bahan kimia ◦ Apabila penyebabnya karena inf. bakteri maka
dapat diberikan antibiotik, seperti : tetrasiklin,
Gambaran Klinis kloromisetin, dan lain-lain.
◦ Injeksi konjungtiva
◦ Pada infeksi virus dianjurkan pemakaian
◦ Hiperemi konjungtiva tarsal sulfasetamid atau obat anti-virus seperti IDU
◦ Rasa berpasir untuk infeksi Herpes Simplek.
◦ Sekret serous sampai mucopurulent
◦ Preaurikuler adenopaty tak ada
Konjungtivitis Purulen,
Mukopurulen
Penyebab:
◦ Gonokokus
◦ Stafilokokus
◦ Pneumokokus
◦ Basil Koch Weeks

Pada dewasa  gonokokus


Pada bayi  Neisseria dan Klamidia
Gejala Klinis
• Sekret mukopurulen dan
purulen
• Kemosis konjungtiva
• Edema kelopak
• Disertai eratitis dan
blefaritis
• Terdapat papil pada
konjungtiva
• Mata merah
• Mudah menular
Konjungtivitis Purulen,
Mukopurulen
Tatalaksana :

• Pasien diisolasi

• Mata harus selalu dibersihkan dari sekret

• Antibiotik lokal dan sistemik

• AB sistemik pd dewasa : Cefriaxone IM 1 g/hr selama 5 hr + irigasi saline atau Penisilin G


10 juta IU/IV/hr selama 5 hr + irigasi

• AB sistemik pd neonatus : Cefotaxime 25 mg/kgBB tiap 8-12 jam selama 7 hr atau Penisilin
G 100.000 IU/kgBB/hr dibagi dl 4 dosis selama 7 hr + irigasi saline
Konjungtivitis Membran
◦ Ditandai dengan adanya membran/selaput Tatalaksana
berupa massa putih pada konjungtiva tarsal dan ◦ Salep mata antibiotik yang sesuai dengan
kadang menutupi konjungtiva bulbi
penyebab
◦ Etiologi :
◦ ADS 20.000 unit
- pneumokokus
- streptokokus hemolitik
- difteri
- SSJ
Konjungtivitis folikular
Konjungtivitis folikular akut:
◦ Kerato-konjungtivitis epidemi
◦ Demam faringo-konjungtiva
◦ Konjungtiva hemoragik akut
◦ Konjungtivitis New Castle
◦ Inclusion Conjunctivitis
Kerato-konjungtivitis epidemi
◦ Etiologi
Adenovirus tipe 8
masa inkubasi : 5-10 hari

Minggu ke-2 : Hari ke 8-10 : Akhir minggu :


-Mata meradang -Kelopak mata - Timbul gejala-
-Kelenjar pre membengkak gejala di kornea
aurikular dan - konjungtiva tarsal
nyeri tekan hiperemi
-Konjungtiva bulbi
kemosis
-Perdarahan
subkonjungtiva
Kerato-konjungtivitis epidemi
Gejala Klinis Tatalaksana
◦ Tidak terdapat pengobatan yang spesifik
◦ Mata berair
◦ Sulfasetamid
◦ Silau ◦ Antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder
◦ Seperti ada pasir

◦ Kelainan kornea: infiltrasi bulat kecil,


superfisial, subepitel
Demam Faringo-konjungtiva
Etiologi
Adenovirus tipe 3
Gambaran Klinis
◦ Kelenjar pre-aurikuler membesar
◦ Lebih sering mengenai kedua mata
◦ Kelopak mata membengkak
◦ 2 minggu  timbul kelainan kornea : infiltrat
tatalaksana
Tidak ada pengobatan spesifik
Konjungtivitis Hemoragik Akut
Etiologi
◦ Enterovirus tipe 70
◦ Masa inkubasinya pendek (8-48 jam)
◦ Perjalanan penyakitnya juga pendek (5-10 hari)
Gejala
◦ terasa ada pasir, berair, gatal
Pengobatan
◦ anjuran tetes mata
◦ sulfasetamid atau antibiotik
Konjungtivitis New Castle
◦ Biasanya mengenai orang yang sering berhubungan dengan unggas.

Gambaran Klinik :
◦ edema palpebra

◦ hiperemi konjungtiva tarsal

◦ Hiperplasi

◦ terdapat folikel kecil

◦ pembesaran kelenjar pre aurikular

Tatalaksana: Antibiotik  mencegah infeksi sekunder


Inclusion Conjunctivitis
Etiologi : Klamidia Okulogenital

Gambaran Klinis
◦ Gambaran kliniknya adalah konjungtivitis follikular akut dan
gambaran ini terdapat pada orang dewasa dan didapatkan sekret
mukopurulen,
◦ bayi gambaran kliniknya adalah suatu konjungtivitis purulen
yang juga disebut Inclusion blenorrhoe.

Tatalaksana :
◦ Tetrasiklin 1 % / eritromisin / sulfonamid
Konjungtivitis Vernal
◦ Termasuk reaksi hipersensitif musiman

◦ Terbanyak umur 5-25 thn

Gejala Klinis :

◦ gatal

◦ kadang-kadang panas

◦ lakrimasi menjadi buruk pd cuaca panas dan berkurang


pada cuaca dingin
◦ Cobble stone di konjungtiva tarsalis superior
◦ Sekret mukopurulen
Tatalaksana
◦ Kortikosteroid tetes atau salep mata.
Konjungtivitis Flikten
Gejala klinis
◦ Adanya flikten di limbus, konj. bulbi, konj. tarsal, kornea
◦ Gangguan penglihatan
◦ Lakrimasi
◦ Eksema kulit
◦ Silau, berpasir
Tatalaksana
◦ Obati penyebab primer
◦ Antibiotik + kortikosteroid
Trachoma
Etiologi
◦ Klamidia trakoma
Gambaran Klinis
◦ Gambaran klinik terdapat empat stadium :
◦ Stadium Insipiens atau permulaan
◦ Stadium akut (trakoma nyata)
◦ Stadium sikatriks
◦ Stadium penyembuhan
Pengobatan
◦ Pemberian salep derivat tetrasiklin
Konjungtivitis Sika
◦ Konjungtivitis sika atau konjungtivitis dry eyes Manifestasi Klinis
adalah suatu keadaan keringnya permukaan
konjungtiva akibat berkurangnya sekresi kelenjar ◦ Gatal
lakrimal. ◦ mata seperti berpasir
Etiologi ◦ silaudan kadang-kadang penglihatan kabur.
◦ Terjadi pada penyakit yang menyebabkan defisiensi ◦ Terdapat gejala sekresi mucus yang berlebihan
komponen lemak air mata, kelenjar air mata, ◦ sukar menggerakkan kelopak mata
musin, akibat penguapan berlebihan atau karena
parut kornea atau hilangnya mikrovili kornea. ◦ mata tampak kering
◦ Keluhan berkurang bila mata dipejamkan.
Konjungtivitis Sika
Komplikasi
◦ Ulkus kornea, infeksi sekunder oleh bakteri, parut kornea, dan noevaskularisasi kornea.
Penatalaksanaan
◦ Diberikan air mata buatan seumur hidup dan diobati penyakit yang mendasarinya.
EPISKLERITIS – SKLERITIS

◦ Episkleritis

◦ Merupakan reaksi radang jaringan ikat vaskular yang terletak anatara konjungtiva dan permukaan sklera.
Keluhannya dapat berupa :
◦ unilateral
◦ mata terasa kering
◦ rasa sakit yang ringan
◦ Mengganjal
◦ Pengobatan yang diberikan
adalah vasokonstriktor
◦ pada keadaan yang berat diberi
kortikosteroid tetes mata atau
sistemik atau salisilat.
◦ Pada episkleritis penglihatan
normal, dapat sembuh sempurna
skleritis
◦ Adalah reaksi radang yang mempengaruhi bagian luar berwarna putih yang melapisi mata (sklera).
◦ Penyakit ini biasanya disebabkan kelainan atau penyakit sistemik.
Skleritis dibedakan menjadi :
◦ Skleritis anterior diffus
◦ Skleritis nodular
◦ Skleritis nekrotik
Gejala
◦ Kemerahan pada sklera dan konjungtiva
◦ Terdapat perasaan sakit yang berat yang dapat menyebar
◦ Fotofobia
◦ Mata berair
◦ Penglihatan menurun
Pengobatan
◦ Pada skleritis dapat diberikan steroid atau salisilat. Apabila ada
penyakit yang mendasari, maka penyakit tersebut perlu diobati.
BLEPHARITIS
BLEPHARITIS
◦ Peradangan menahun dari margo palpebra dengan kemerahan,
edema, dan disertai pembentukan skwama dan krusta
◦ Ada dua macam
◦ 1. Blefaritis ulserativa
◦ 2. Blefaritis nonulserativa (seboroika, skuamosa)
BLEPHARITIS ULSERATIVA
◦ Disebabkan oleh staphylococcus aureus
◦ Bulu mata jatuh  tidak diganti oleh yang baru  destruksi dari folikel
rambut
◦ Dipangkal rambut terdapat krusta
◦ Bila krusta dilepaskan, tampak ulkus kecil kecil
◦ Krusta warnanya kuning, kering, melengketkan bulu mata
BLEPHARITIS NON ULSERATIVA
◦ Blepharitis Skuamosa:

◦ Penyebab: Ptirosporum Ovale


◦ Bulu mata cepat jatuh, tetapi diganti yang baru
◦ Tak ada destruksi dari folikel rambut
◦ Dipangkal bulu mata tak tampak krusta, tetapi skwama
◦ Keluhan kalau pagi lengket,
◦ Panas
◦ Gatal
◦ Tak tahan cahaya
◦ Lekas capek kalau kerja dekat
BLEPHARITIS NON ULSERATIVA
◦ Blepharitis Seboroik

◦ Biasanya pada laki-laki usia lanjut (50 th)


◦ Keluhan umum : mata kotor, panas, dan sensasi benda asing
◦ Air mata berbusa pada kantus lateral
◦ Hiperemia dan hipertrofi papil pada konjungtiva
◦ Terdapat krusta pada kelopak
◦ Biasanya pasien juga mengalami dermatitis seboroik pada kulit kepala dan sekitar mata
◦ PENGOB ATAN :

◦ Margo palpebra harus dibersihkan sering sering dengan kapas basah


◦ Waktu membersihkan tekan kelenjar
◦ Skuama dan krusta dibuang
◦ Cairan yang dipakai biasanya Ag NO3 1 %
◦ Antibiotik, Sulfa dan kortikosteroid
PERDARAHAN SUBKONJUNGTIVA

◦ Hematoma subkonjungtiva dapat terjadi pada keadaan dimana :


◦ pembuluh darah rapuh (umur, hipertensi, arteiosklerosis, konjungtivitis hemorraghik, pemakaian
antikoagulan, batuk rejan).
◦ trauma langsung atau tidak langsung
◦ Biasanya tidak perlu pengobatan karena akan diserap dengan spontan dalam waktu 1-3 minggu.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai