Anda di halaman 1dari 68

DIAGNOSA BANDING

MATA MERAH
Pendahuluan
 Mata merah merupakan keluhan utama yang
paling sering muncul pada penderita penyakit
mata.

 Keluhan mata merah ini bervariasi dari yang


ringan sampai yang disertai penurunan visus.

 Dalam beberapa kasus mungkin merupakan


tanda serius dari kemungkinan kondisi yang
mengancam penglihatan.
 Pembuluh darah pada konjungtiva
 A. konjungtiva posterior konjungtiva bulbi
 A.siliar anterior atau episklera
 A.sirkular mayor/a.pleksus siliar iris dan badan siliar
 A. perikornea  kornea

 A. episklera di atas sklera  perdarahan dalam bola

mata

Pelebaran pembuluh
darah atau pecahnya MATA MERAH
pembuluh2 darah tsb
DD/ Mata Merah
 Dengan visus normal  Dengan visus menurun
 Episkleritis dan  Keratitis
skleritis
 Perdarahan  Ulkus kornea
subkonjungtiva  Iritis, iridosiklitis
 Pterigium  Endoftalmitis
 Pseudopterigium
 Konjungtivitis flikten  Panoftalmitis
 Pinguekula iritans  Uveitis
 Konjungtivitis akut  Panuveitis
 Konjungtivitis kronis
Episkleritis
 Merupakan reaksi radang jaringan ikat vascular
yang terletak antara konjungtiva dan permukaan
sklera

 Anamnesis :
mata merah, nyeri, fotofobia, pedih dan
lakrimasi,biasanya pada satu mata
 Pemeriksaan :
Hiperemia terbatas sehingga mata berwarna merah
muda atau ungu. Infiltrasi, kongesti dan sembab
pada episklera, konjungtiva yang ada diatasnya dan
kapsul tenon yang terletak di bawahnya.

 Penatalaksanaan:
Biasanya sembuh sendiri dalam waktu 1 sampai 2
minggu. Namun sering kambuh sampai betahun-
tahun,. Keadaannya akan membaik dengan
kortikosteroid topical (deksametasone 0,1%) dalam
3-4 hari.
Episkleritis
Skleritis
 Merupakan reaksi peradangan dari sclera,
biasanya disebabkan kelainan atau penyakit
sistemik. Biasa mengenai kedua mata. Lebih
sering disebabkan penyakit jaringan ikat,
pasca herpes, sifilis dan gout.

 Anamnesis : mata merah, nyeri hebat (lebih


hebat daripada episkleritis) yang dapat
menyebar ke dahi, alis dan dagu. Dapat
disertai fotofobia, pedih dan lakrimasi
 Pemeriksaan :
Hiperemis terbatas

 Penatalaksanaan:
NSAID: Indomethacin 100mg/hari
Ibuprofen 300mg/hari
Setelah 1-2 minggu tidak ada respon, berikan
Prednisolone 80 mg/hari, tapering off.
Skleritis
Perdarahan Subkonjungtiva
 Dapat terjadi pada keadaan dimana pembuluh
darah rapuh (umur, hipertensi, arteriosclerosis,
konjungtivitis hemoragik, anemia, pemakaian
antikoagulan, dan batuk rejan).
 Dapat juga terjadi akibat trauma.

 Anamnesis :
mata merah spontan, biasanya monokuler.
Kadang didahului serangan batuk berat atau
bersin yang terlalu kuat.
 Pemeriksaan :
Hiperemis terbatas

 Penatalaksanaan:
Tidak diperlukan pengobatan, perdarahan
akan hilang terserap dalam waktu 2-3
minggu.
Perdarahan Subkonjungtiva
Pterigium
 Merupakan pertumbuhan fibrovaskular konjungtiva
yang bersifat degeneratif dan invasif.
 Anamnesis : terdapat selaput pada mata
berbentuk segitiga, biasanya di sisi nasal
 Pemeriksaan:
Pada konjungtiva bulbi tampak pterigium yang
tumbuh menyebar dari pinguekula ke kornea.
 Penatalaksanaan:
Jika mencapai pupil : operatif
 Pencegahan rekurensi: penderita menggunakan
kacamata untuk mengurangi paparan.
Pterigium
Pseudopterigium
 Merupakan perlekatan konjungtiva dengan kornea yang
cacat.
 Anamnesis :
terdapat kelainan kornea sebelumnya, seperti ulkus
kornea.
 Pemeriksaan :
 Perlekatan konjungtiva dengan kornea yang cacat,
sering terjadi pada proses penyembuhan ulkus kornea.
 Letak pseudopterigium pada daerah konjungtiva yang
terdekat dengan proses kornea sebelumnya.
 Pada pseudopterigium dapat diselipkan sonde
dibawahnya.
Pinguekula iritans
 Pinguekula merupakan benjolan pada konjungtiva bulbi yang
ditemukan pada orang tua terutama yang matanya sering
mendapat rangsang sinar matahari, debu, dan angin.

 Anamnesis
Benjolan kecil kuning pada kedua sisi kornea di daerah fissure
palpebra yang ukurannya tetap dan mengalami iritasi.

 Pemeriksaan
Konjungtiva bulbi banyak pinguekula disertai injeksi konjungtiva.

 Penatalaksanaan
Steroid lemah topikal (Prednisolon 0,12% )
Pinguekula iritans
KONJUNGTIVITIS
Anamnesa :
 Mata merah
 Perasaan seperti ada benda asing
 Pedih dan panas
 Gatal-gatal
 Banyak keluar air mata dan eksudasi
 Fotofobia (jika kornea ikut terkena)
 Pemeriksaan :
 palpebra superior : pseudoptosis (pada
trachoma, keratokonjungtivitis epidemik)
 Konjungtiva tarsalis superior/inferior :
hiperemis, hipertrofi papil, folikel
 Apparatus lakrimalis : lakrimasi (+)
 Adenopati preaurikuler
Konjungtivitis Akut
 konjungtivitis bakterial
 konjungtivitis blenore

 konjungtivitis gonore

 konjungtivitis akut viral


 keratokonjungtivitis epidemic

 demam faringokonjungtiva

 keratokonjungtivitis herpetic

 keratokonjungtivitis New Castle

 konjungtivitis hemoragik akut

 konjungtivitis jamur
 konjungtivitis alergi
 konjungtivitis vernal

 konjungtivitis flikten
Konjungtivitis Kronis

- Trakoma
Perbedaan jenis-jenis konjungtivitis
Penemuan Virus Bakteri Klamidia Alergi
klinis dan
sitologis

Gatal-gatal minimal minimal minimal berat


Hiperemia menyeluruh menyeluruh menyeluruh menyeluruh
Lakrimasi amat banyak sedang sedang sedang

Eksudasi minimal amat banyak amat banyak minimal

Adenopati biasanya ada langka biasanya hanya tidak ada


aurikuler ada pada
konjungtivi
tis inklusi
pewarnaan monosit bakteri sel PMN, eosinofil
kerokan PMN plasma,
konjungtiva badan
dan eksudat inklusi

kaitan kadang ada kadang ada tidak tidak


dengan pernah ada pernah ada
sakit
kerongkong
an dan
demam
Konjungtivitis Bakteri
Etiologi
 Stafilokok, Streptokok, Corynebacterium
diphtheriae, Pseudomonas aeruginosa, Neisseria
gonorrhoea, dan Haemophilus injluenzae.

Manifestasi Klinis
 Konjungtiva bulbi hiperemis, lakrimasi, eksudat
dengan sekret mukopurulen terutama di pagi hari,
 pseudoptosis akibat pembengkakan kelopak,
kemosis, hipertrofi papil, folikel, membran,
pseudomembran, granulasi, flikten, mata terasa
seperti ada benda asing, dan limfadenopati
preaurikular
Penatalaksanaan
 antibiotik tergantung hasil pemeriksaaan kuman
 sambil menunggu hasil laboratorium, bisa dimulai
pengobatan topikal dengan sulfonamid atau antibiotik
berdasar gambaran klinis
 pada konjungtivitis kataral akut, kantung konjungtiva
sebaiknya dibilas dengan larutan garam fisiologis
untuk melarutkan sekret
 untuk mencegah penularan, diberi penyuluhan
higienis perorangan pada penderita dan keluarga
Konjungtivitis Bakteri
Konjungtivitis gonore

 sekret yang purulen padat, perdarahan


subkonjungtiva dan kemosis

 orang dewasa  kelopak mata bengkak sukar


dibuka dan konjungtiva yang kaku disertai sakit
pada perabaan; pseudomembran pada konjungtiva
tarsal superior; konjungtiva bulbi merah, kemosis,
dan menebal; gambaran hipertrofi papilar besar;
juga tanda-tanda infeksi umum. Sekret serosa 
kuning kental
Pemeriksaan penunjang
 sediaan langsung pewamaan Gram atau Giemsa
 kuman penyebab dan uji sensitivitas.
 D/ pasti konjungtivitis gonore  sekret  Metilen
Biru  Diplokok di dalam selleukosit. Gram 
Diplokok Gram negatif intra dan ekstraseluler.

Komplikasi
 Stafilokok dapat menyebabkan
blefarokonjungtivitis, Gonokok menyebabkan
perforasi komea dan endoftalmitis, dan
Meningokok dapat menyebabkan septikemia atau
meningitis.
Penatalaksanaan
 Untuk konjungtivitis gonore, pasien dirawat serta
diberi penisilin salep dan suntikan. Untuk bayi
dosisnya 50.000 unit/kg BB selama 7 hari. Sekret
dibersihkan dengan kapas yang dibasahi air
rebus bersih atau garam fisiologis setiap 15
menit dan diberi salep penisilin. Dapat diberikan
penisilin tetes mata dalam bentuk larutan
penisilin G 10.000-20.000 unit/ml setiap menit
selama 30 menit, dilanjutkan setiap 5 menit
selama 30 menit berikut, kemudian diberikan
setiap I jam selama 3 hari. Antibiotika sistemik
diberikan sesuai dengan pengobatan gonokok.
Konjungtivitis Viral
Etiologi
 Adenovirus, Herpes simpleks, Herpes zoster,
Klamidia, New castle, Pikorna, Enterovirus, dan
sebagainya.

Manifestasi Klinis
 sedikit kotoran pada mata, lakrimasi, sedikit gatal,
injeksi, nodul preaurikular bisa nyeri atau tidak, serta
kadang disertai sakit tenggorok dan demam
 Konjungtivitis herpes simpleks  anak kecil, injeksi
unilateral, iritasi, sekret mukoid, nyeri, dan fotofobia
ringan
Konjungtivitis Viral
Pemeriksaan Penunjang
 Pada pemeriksaan sitologi ditemukan sel raksasa
dengan pewarnaan Giemsa, kultur virus, dan sel
inklusi intranuklear.

Komplikasi
 Keratitis. Virus herpetik dapat menyebabkan parut
pada kelopak; neuralgia; katarak; glaukoma;
kelumpuhan sarafIlI, IV, VI; atrofi saraf optik; dan
kebutaan.
Penatalaksanaan
 demam faringokonjungtiva : sembuh sendiri dalam 10
hari
 keratokonjungtivitis epidemika : mencegah penularan
saat pemeriksaaan, berlangsung 3-4 minggu
 konjungtivitsi virus herpes simpleks : sembuh sendiri,
debriment kornea atau diberi salep mata idosuridin
4x/hari selama 7-10 hari atau salep Acyclovir 3%
5x/hari selama 10 hari
 konjungtivitsi New Castle : sembuh sendiri kurang
dari 7 hari
 konjungtivitis hemoragik akut : sembuh dalam 5-7
hari
Konjungtivitis Alergi
Etiologi
 hipersensitivitas tipe cepat atau lambat, atau reaksi
antibodi humoral terhadap alergen
 bagian dari sindrom Steven Johnson

Manifestasi Klinis
 Mata merah, sakit, bengkak, panas, berair, gatal, dan
silau
 berulang dan menahun
 riwayat atopi sendiri atau dalam keluarga
 Pemfis : injeksi ringan pada konjungtiva palpebra dan
bulbi serta papil besar pada konjungtiva tarsal
Mild Allergic Reaction

Severe Allergic Reaction

Vernal Keratoconjunctivitis
Penatalaksanaan
a. Konjungtivitis vernal
Sembuh sendiri. Pengobatan sistemik merugikan
untuk jangka panjang
b. Konjungtivitis flikten
Kortikosteroid topikal  tuberkuloprotein atau
protein infeksi sistemik
Trakoma
 Trakoma adalah suatu bentuk konjungtivitis folikular
kronik yang disebabkan oleh Chlamydia trachromatis.
 Penyakit ini dapat mengenai segala umur tapi lebih
banyak ditemukan pada orang muda dan anak-anak
dan di daerah dengan higiene yang kurang.
 Cara penularan penyakit ini adalah melalui kontak
langsung dengan sekret penderita trakoma atau
melalui alat-alat kebutuhan sehari-hari seperti
handuk, alat-alat kecantikan dan lain-lain.
 Stadium 1: hiperplasi limfoid
 Stadium 2: terdapat hipertrofi papilar dan
folikel
 Stadium 3 : terdapat parut pada konjungtiva
tarsus superior
 Stadium 4 : enteropion dan trikiasis
Penatalaksanaan Trachoma
 Tetrasiklin 1-1,5 gr/hari, peroral dalam 4
takaran yang sama selama 3-4 mingu
 Doksisiklin 100 mg, 2 x/hari p.o selama 3
minggu
 Eritromisin 1 gr/hari p.o dibagi dalam 4 takaran
selama 3-4 minggu
 Salep mata atau tetes mata termasuk
sulfonamid, tetrasiklin, eritromisin dan
rifampisin 4x/hari selama 6 minggu
 Tetrasiklin sistemik jangan diberikan pada
anak-anak dibawah 7 tahun atau wanita hamil
MATA MERAH
DENGAN VISUS
MENURUN
KERATITIS
 Radang kornea
 Kornea avaskular  pertahanan pada waktu
peradangan tidak dapat segera datang 
bdn kornea pd stroma bfungsi sbg makrofag
 dilatasi pbuluh darah di limbus  sel2
radang  infiltrasi & kekeruhan kornea
 Berdasar lapisan kornea :
1. Keratitis superfisial
2. Keratitis profunda/interstitial

 Berdasarkan kausanya :
1. Keratitis bakterial  strept.hemolitikus
2. Keratitis viral  herpes simpleks
3. Keratitis jamur  fusarium
4. Keratitis lagoftalmus  mata tidak dapat
menutup sempurna  kornea menjadi kering
dan mudah terkena trauma. Dapat
dikarenakan parese Nervus VII.
5. Keratitis neuroparalitik  kerusakan Nervus V
SIGNS AND SYMPTOMS

KERATITIS BAKTERIALIS
Signs and Symptoms

KERATITIS HERPES SIMPLEKS


 Anamnesa :
1. Mata merah
2. Sakit
3. Fotofobia
4. Penglihatan menjadi kabur t.u bila kerusakan
pada sentral kornea
5. Lakrimasi (+)/(-)
 Pemeriksaan :
 Visus menurun
 Konjungtiva bulbi : injeksi siliar
 Kornea : infiltrat, Flouresin Test (+)/(-), ulkus, plak
hipopion, descementocel
 COA : sedang, flare (-), sel (-)
 Pupil, iris dan lensa dalam batas normal
 Pada etiologi virus : sensibilitas kornea menurun
 Pada etiologi bakteri : sekret (+)
Terapi :
 Sesuai hasil pemeriksaan laboratorium
GLAUKOMA AKUT
 Trias :
1. Peningkatan tekanan intraokular
2. Gangguan lapang pandang
3. Kerusakan saraf optikus
PRIMARY OPEN ANGLE GLAUCOMA (POAG)

SIGNS AND SYMPTOMS


 Anamnesa :
1. Penglihatan kabur mendadak
2. Mata merah
3. Nyeri hebat
4. Penampakan lingkaran warna pelangi disekitar
benda bercahaya
5. Mual dan muntah.
 Pemeriksaan :
1. Visus menurun (kadang sampai 1/~)
2. Konjungtiva : Injeksi siliar
3. Kornea : edema
4. COA : dangkal atau sedang
5. Pupil : middilatasi / iridoplegi
6. Iris : sinekia (-)
7. Lensa : glaukoma flicken
8. Tekanan intraokular sangat tinggi
9. Gangguan lapang pandang
10. Funduskopi : papil hiperemis.
Terapi :
 Glaukoma sudut tertutup merupakan keadaan darurat
bedah mata.
 Pemberian obat-obatan untuk menurunkan TIO pre-
operasi :
1. Gliserin gliserol oral 1 ml/kgBB
2. Pilokarpin 2%, 2 tetes tiap 15 menit selama beberapa
jam
3. Manitol hipertonis 20% I.V 1,5-3 gram/kgBB bila gliserol
tidak berhasil
4. Bila mual diberi asetazolamid 500 mg I.M
5. Untuk nyeri bila perlu meperidin 100 mg I.M atau
analgetik lain.
6. Operatif tetap diperlukan baik tekanan intraokular sudah
bisa diturunkan
3. Iridosiklitis akut
 Uveitis anterior disebut juga sebagai
iridosiklitis.
 Anamnesis :
Mata merah, nyeri, fotofobia, kadang
disertai penglihatan kabur
-
Pemeriksaan :
 visus menurun (tidak hebat)
 konjungtiva : injeksi siliar
 Kornea : keratik presipitat putih halus
 COA : flate (-)
 Pupil : kecil ireguler
 Iris : siknekia +/- kadang ada nodul-nodul iris.
 Lensa : jernih
ANTERIOR UVEITIS
Terapi:
Simptomatik :
 kompres panas 10 menit 3-4x/hari
 analgetik sistemik bila diperlukan
 kacamata gelap untuk mengurangi fotofobi
 atropin untuk mencegah spasme siliar
 siklopentolat bila keadaan sudah reda
pengganti atropin
 steroid topikal
4. Endolftalmitis
 Endoftalmitis merupakan peradangan berat
dalam bola mata, biasanya akibat infeksi
setelah trauma atau bedah, atau endogen
akibat sepsis.
 Anamnesis:
Mata merah, nyeri, penglihatan kabur
Pemeriksaan:
 visus sangat menurun (1/300 sampai 1/~)
 sekret (+/-)
 konjungtiva bulbi /; hiperemis, injeksi siliaris, injeksi
konjungtiva, kemosis
 kornea : keruh
 COA : hipopion
 Pupil, iris dan lensa biasanya sulit dinilai
 Funduskopi sulit dinilai
 USG : gambaran endoltalmitis
 TIO meningkat
Terapi :
 dirawat dan tenangkan pasien
 indikasi : eviscerasi dan enukleasi
5. Panoftalmitis
 Panoftalmitis merupakan peradangan seluruh
bola mata termasuk sklera dan kapsul Tenon
sehingga bola mata merupakan rongga
abses.
 Anamnesis :
Mata merah, nyeri, penglihatan kabur, nyeri
atau sukar menggerakkan bola mata.
 Pemeriksaan:
 visus sangat menurun (1/300 sampai 1/~)
 sekret (+/-)
 konjungtiva bulbi /; hiperemis, injeksi siliaris,
injeksi konjungtiva, kemosis
 kornea : keruh
 COA : hipopion
 Pupil, iris dan lensa biasanya sulit dinilai
 Funduskopi sulit dinilai
 USG : gambaran endoltalmitis
 TIO meningkat
terapi
 infeksi ditenangkan dijadikan endolftamitis
 indikasi : eviscerasi atau enukleasi
Tabel. Perbedaan endoftalmitis dengan panoftalmitis
Endoftalmitis Panoftalmitis
 Radang Intraokular Intraokular
Intraorbita
 Demam Tidak nyata Nyata
 Sakit bola mata Ada Berat
 Pergerakan Masih dapat Sakit,tidak
bola mata bergerak
 Eksotalmos Tidak ada Mata menonjol
 Bedah Enukleasi Eviserasi bulbi
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai