Anda di halaman 1dari 36

Anamnesis Penyakit Mata

SISTEM SS

Penyakit Mata

KONJUNGTIVITIS
-

Konjungtivitis Bakteri
Konjungtivitis Virus
Konjungtivitis Alergi
Konjungtivitas Jamur
Konjungtivitis Parasit
Konjungtivitis Kimia atau Iritatif
Konjuntivitis Lain lain

Definisi
Konjungtivitis adalah peradangan
pada konjungtiva dan penyakit ini adalah
penyakit mata yang paling umum di
dunia. Karena lokasinya, konjungtiva
terpajan oleh banyak mikroorganisme
dan faktor-faktor lingkungan lain yang
mengganggu.
Penyakit ini bervariasi mulai dari
hiperemia ringan dengan mata berair
sampai konjungtivitis berat dengan
banyak sekret purulen
kental.
KONJUNGTIVITIS BAKTERI
A. Definisi
Konjungtivitis Bakteri adalah inflamasi
konjungtiva yang disebabkan oleh
bakteri. Pada konjungtivitis ini biasanya
pasien datang dengan keluhan mata
merah, sekret pada mata dan iritasi
mata
B. Etiologi dan Faktor Resiko
Konjungtivitis bakteri dapat dibagi
menjadi empat bentuk, yaitu hiperakut,
akut, subakut dan kronik.
Konjungtivitis bakteri hiperakut
disebabkan oleh:
- N gonnorhoeae
- Neisseria kochii dan
- N meningitidis.

Bentuk yang akut biasanya disebabkan


oleh:
- Streptococcus pneumonia dan
- Haemophilus aegyptyus.
Penyebab yang paling sering pada
bentuk
konjungtivitis bakteri subakut adalah:
H influenza dan
- Escherichia coli,
sedangkan bentuk kronik paling sering
terjadi pada:
- konjungtivitis sekunder
- pada pasien dengan obstruksi
duktus nasolakrimalis
Konjungtivitis bakterial biasanya mulai
pada satu mata kemudian mengenai
mata yang sebelah melalui tangan dan
dapat menyebar ke orang
lain. Penyakit ini biasanya terjadi pada
orang yang terlalu sering kontak dengan
penderita, sinusitis dan keadaan
imunodefisiensi.
C. Patofisiologi
Jaringan pada permukaan mata
dikolonisasi oleh flora normal seperti
streptococci, staphylococci dan jenis
Corynebacterium. Perubahan pada
mekanisme pertahanan tubuh ataupun
pada jumlah koloni flora normal tersebut
dapat menyebabkan infeksi klinis.
Perubahan pada flora normal dapat
terjadi karena adanya kontaminasi
eksternal, penyebaran dari organ sekitar
ataupun melalui aliran darah.
Penggunaan antibiotik topikal jangka
panjang merupakan salah satu
penyebab perubahan flora normal pada
jaringan mata, serta resistensi terhadap
antibiotic

Mekanisme pertahanan primer terhadap


infeksi adalah lapisan epitel yang
meliputi konjungtiva sedangkan
mekanisme pertahanan sekundernya
adalah sistem imun yang berasal dari
perdarahan konjungtiva, lisozim dan
imunoglobulin yang terdapat pada
lapisan air mata, mekanisme
pembersihan oleh lakrimasi dan
berkedip. Adanya gangguan atau
kerusakan pada mekanisme pertahanan
ini dapat menyebabkan infeksi pada
konjungtiva
D. Gejala Klinis
Gejala-gejala yang timbul pada
konjungtivitis bakteri biasanya dijumpai
injeksi konjungtiva baik segmental
ataupun menyeluruh. Selain itu sekret
pada kongjungtivitis bakteri biasanya
lebih purulen daripada konjungtivitis
jenis lain, dan pada kasus yang ringan
sering dijumpai edema pada kelopak
mata.
Ketajaman penglihatan biasanya tidak
mengalami gangguan pada
konjungtivitis bakteri namun mungkin
sedikit kabur karena adanya sekret dan
debris pada lapisan air mata, sedangkan
reaksi pupil masih normal.
Gejala yang paling khas adalah kelopak
mata yang saling melekat pada pagi hari
sewaktu bangun tidur.
E. Diagnosis
Pada saat anamnesis yang
perlu ditanyakan meliputi usia, karena
mungkin
saja penyakit berhubungan dengan
mekanisme pertahanan tubuh pada

pasien yang lebih tua.


Pada pasien yang aktif secara seksual,
perlu dipertimbangkan penyakit menular
seksual dan riwayat penyakit pada
pasangan seksual. Perlu
juga ditanyakan durasi lamanya
penyakit, riwayat penyakit yang sama
sebelumnya, riwayat penyakit sistemik,
obat-obatan, penggunaan obat-obat
kemoterapi, riwayat pekerjaan yang
mungkin ada hubungannya dengan
penyakit, riwayat alergi dan alergi
terhadap obat-obatan, dan riwayat
penggunaan lensa-kontak.
F. Komplikasi
Blefaritis marginal kronik sering
menyertai konjungtivitis bateri, kecuali
pada pasien yang sangat muda yang
bukan sasaran blefaritis. Parut di
konjungtiva paling sering terjadi dan
dapat merusak kelenjar lakrimal
aksesorius dan menghilangkan duktulus
kelenjar lakrimal. Hal ini dapat
mengurangi komponen akueosa dalam
film air mata prakornea secara drastic
dan juga komponen mukosa karena
kehilangan sebagian sel goblet.
Luka parut juga dapat mengubah bentuk
palpebra superior dan menyebabkan
trikiasis dan entropion sehingga bulu
mata dapat menggesek kornea dan
menyebabkan ulserasi, infeksi dan parut
pada kornea
G. Penatalaksanaan
Terapi spesifik
konjungtivitis bakteri tergantung pada
temuan agen mikrobiologiknya. Terapi
dapat dimulai dengan antimikroba
topikal spectrum luas. Pada setiap

konjungtivitis purulen yang dicurigai


disebabkan oleh diplokokus gram-negatif
harus segera dimulai terapi topical dan
sistemik .
Pada konjungtivitis purulen dan
mukopurulen, sakus konjungtivalis harus
dibilas dengan larutan saline untuk
menghilangkan sekret konjungtiva .

KONJUNGTIVITIS VIRUS
A. Definisi
Konjungtivitis viral adalah
penyakit umum yang dapat disebabkan
oleh berbagai jenis virus, dan berkisar
antara penyakit berat yang dapat
menimbulkan cacat hingga infeksi ringan
yang dapat sembuh sendiri dan dapat
berlangsung lebih lama daripada
konjungtivitis bakteri
B. Etiologi dan Faktor Resiko
Konjungtivitis viral dapat disebabkan
berbagai jenis virus, tetapi adenovirus
adalah virus yang paling banyak
menyebabkan penyakit ini, dan
herpes simplex virus yang paling
membahayakan. Selain itu penyakit ini
juga dapat disebabkan oleh:
- virus Varicella zoster,
- picornavirus
- (enterovirus 70, Coxsackie A24),
- poxvirus, dan
human immunodeficiency virus
Penyakit ini sering terjadi pada orang
yang sering kontak dengan penderita
dan dapat menular melalu di droplet
pernafasan, kontak dengan
benda-benda yang menyebarkan virus

(fomites)
dan berada di kolam renang yang
terkontaminasi .

C. Patofisiologi
Mekanisme terjadinya
konjungtivitis virus ini berbeda-beda
pada setiap jenis konjungtivitis ataupun
mikroorganisme penyebabnya.
Mikroorganisme yang dapat
menyebabkan penyakit ini dijelaskan
pada etiologi.
D. Gejala Klinis
Gejala klinis pada
konjungtivitis virus berbeda-beda sesuai
dengan etiologinya.
Pada keratokonjungtivitis epidemik yang
disebabkan oleh adenovirus biasanya
dijumpai:
-

demam dan mata seperti


kelilipan,

mata berair berat dan kadang


dijumpai pseudomembran.

Selain itu dijumpai infiltrate


subepitel kornea atau keratitis
setelah terjadi konjungtivitis dan
bertahan selama lebih dari 2
bulan.

Pada konjungtivitis ini biasanya pasien


juga mengeluhkan gejala pada saluran
pernafasan atas dan gejala infeksi umum
lainnya seperti sakit kepala dan demam.
Pada konjungtivitis herpetic yang
disebabkan oleh virus herpes simpleks

(HSV) yang biasanya mengenai anak


kecil dijumpai :
- injeksi unilateral,
- iritasi,
- sekret mukoid,
- nyeri,
- fotofobia ringan dan
- sering disertai keratitis herpes.
Konjungtivitis hemoragika akut yang
biasanya disebabkan oleh enterovirus
dan coxsackie virus memiliki gejala
klinis:
nyeri,
- fotofobia,
- sensasi benda asing,
- hipersekresi airmata,
- kemerahan,
- edema palpebra dan
- perdarahan subkonjungtiva dan
- kadang-kadang dapat terjadi
kimosis
E. Diagnosis
Diagnosis pada konjungtivitis
virus bervariasi tergantung etiologinya,
karena itu diagnosisnya difokuskan pada
gejala-gejala yang membedakan tipetipe
menurut penyebabnya.
Dibutuhkan informasi mengenai, durasi
dan
gejala-gejala sistemik maupun ocular,
keparahan dan frekuensi gejala,
faktorfaktor resiko dan keadaan
lingkungan sekitar untuk menetapkan
diagnosis konjungtivitis virus.
Pada anamnesis penting juga untuk
ditanyakan onset, dan juga apakah
hanya sebelah mata atau kedua mata
yang terinfeksi.
Konjungtivitis virus sulit untuk dibedakan
dengan konjungtivitis bakteri

berdasarkan gejala klinisnya dan untuk


itu harus dilakukan pemeriksaan
lanjutan, tetapi pemeriksaan lanjutan
jarang dilakukan karena menghabiskan
waktu dan biaya.
F. Komplikasi
Konjungtivitis virus bisa
berkembang menjadi kronis, seperti
blefarokonjungtivitis. Komplikasi
lainnya bisa berupa timbulnya
pseudomembran, dan timbul parut linear
halus atau parut datar, dan
keterlibatan kornea serta timbul vesikel
pada kulit
G. Penatalaksanaan
Konjungtivitis virus yang terjadi
pada anak di atas 1 tahun atau pada
orang dewasa umumnya sembuh sendiri
dan mungkin tidak diperlukan terapi,
namun antivirus topikal atau sistemik
harus diberikan untuk mencegah
terkenanya kornea.
Pasien konjungtivitis juga diberikan
instruksi
hygiene untuk meminimalkan
penyebaran infeksi.
KONJUNGTIVITIS ALERGI
A. Definisi
Konjungtivitis alergi adalah
bentuk alergi pada mata yang paing
sering dan disebabkan oleh reaksi
inflamasi pada konjungtiva yang
diperantarai oleh sistem imun.
Reaksi hipersensitivitas yang paling
sering

terlibat pada alergi di konjungtiva adalah


reaksi hipersensitivitas tipe 1.
B. Etiologi dan Faktor Resiko
Konjungtivitis alergi
dibedakan atas lima subkategori, yaitu
konjungtivitis alergi musiman dan
konjungtivitis alergi tumbuh-tumbuhan
yang biasanya dikelompokkan dalam
satu grup, keratokonjungtivitis vernal,
keratokonjungtivitis atopik dan
konjungtivitis papilar raksasa .
Etiologi dan faktor resiko pada
konjungtivitis alergi berbeda-beda sesuai
dengan subkategorinya. Misalnya
konjungtivitis alergi musiman dan
tumbuh tumbuhan biasanya disebabkan
oleh alergi tepung sari, rumput, bulu
hewan,
dan disertai dengan rinitis alergi serta
timbul pada waktu-waktu tertentu.
Vernal konjungtivitis sering disertai
dengan riwayat asma, eksema dan
rhinitis alergi musiman. Konjungtivitis
atopik terjadi pada pasien dengan
riwayat dermatitis atopic, sedangkan
konjungtivitis papilar rak pada pengguna
lensakontak
atau mata buatan dari plastic.
C. Gejala Klinis
Gejala klinis konjungtivitis alergi
berbeda-beda sesuai dengan
subkategorinya.
Pada konjungtivitis alergi musiman dan
alergi tumbuh-tumbuhan
keluhan utama adalah:
gatal,
- kemerahan,

air mata,
injeksi ringan konjungtiva, dan
sering ditemukan kemosis berat.

Pasien dengan keratokonjungtivitis


vernal sering mengeluhkan:
mata sangat gatal dengan
kotoran mata yang berserat,
konjungtiva tampak putih susu
dan
- banyak papila halus di konjungtiva
tarsalis inferior.
Keratokonjungtivitis atopic:
-

Sensasi terbakar,
pengeluaran sekret mukoid,
merah, dan
Fotofobia
Ditemukan jupa tepian palpebra
yang eritematosa dan
konjungtiva tampak putih susu.
Pada kasus yang berat ketajaman
penglihatan menurun, sedangkan

pada konjungtiviitis papilar raksasa


dijumpai tanda dan gejala yang mirip
konjungtivitis vernal
D. Diagnosis
Diperlukan riwayat alergi baik
pada pasien maupun keluarga pasien
serta observasi pada gejala klinis untuk
menegakkan diagnosis konjungtivitis
alergi.
Gejala yang paling penting untuk
mendiagnosis penyakit ini adalah:
- rasa gatalpada mata,
- mungkin saja disertai mata berair,
- kemerahan dan fotofobia
E. Komplikasi
Komplikasi pada penyakit ini

yang paling sering adalah ulkus pada


kornea dan infeksi sekunder.
F. Penatalaksanaan
Penyakit ini dapat diterapi dengan
tetesan vasokonstriktor-antihistamin
topikal dan kompres dingin untuk
mengatasi gatal-gatal dan steroid topical
jangka pendek untuk meredakan gejala
lainnya.
KONJUNGTIVITIS JAMUR
Konjungtivitis jamur paling sering
disebabkan oleh Candida albicans dan
merupakan infeksi yang jarang terjadi.
Penyakit ini ditandai dengan adanya
bercak putih dan dapat timbul pada
pasien diabetes dan pasien dengan
keadaan sistem imun yang terganggu.
Penyebabnya :
- Candida sp,
- Sporothrix schenckii,
- Rhinosporidium serberi, dan
- Coccidioides immitis walaupun
jarang
KONJUNGTIVITIS PARASIT
Konjungtivitis parasit dapat
disebabkan oleh infeksi :
- Thelazia californiensis,
- Loa loa,
- Ascaris lumbricoides,
- Trichinella spiralis,
- Schistosoma haematobium,
- Taenia solium dan
- Pthirus pubis walaupun jarang
KONJUNGTIVITIS KIMIA ATAU
IRITATIF
Konjungtivitis kimia-iritatif adalah

konjungtivitis yang terjadi oleh


pemajanan substansi iritan yang masuk
ke sakus konjungtivalis.
Substansisubstansi iritan yang masuk ke
sakus konjungtivalis dan dapat
menyebabkan
konjungtivitis, seperti:
asam,
- alkali,
- asap dan angin,
dapat
-

menimbulkan gejalagejala berupa:


nyeri,
pelebaran pembuluh darah,
fotofobia, dan
blefarospasme.

Selain itu penyakit ini dapat juga


disebabkan oleh pemberian obat topical
jangka panjang seperti:
- dipivefrin,
- miotik,
- neomycin, dan
- obat-obat lain dengan bahan
pengawet yang toksik atau
menimbulkan iritasi.
Konjungtivitis ini dapat diatasi dengan
penghentian substansi penyebab dan
pemakaian tetesan ringan.
KONJUNGTIVIITIS LAIN
Selain disebabkan oleh bakteri, virus,
alergi, jamur dan parasit, konjungtivitis
juga dapat disebabkan oleh penyakit
sistemik dan penyakit autoimun seperti:
penyakit tiroid,
- gout dan
- karsinoid.
Terapi pada konjungtivitis yang
disebabkan oleh penyakit sistemik
tersebut diarahkan pada pengendalian
penyakit utama atau penyebabnya.

Konjungtivitis juga bisa terjadi sebagai


komplikasi dari acne rosacea dan
dermatitis herpetiformis ataupun
masalah kulit lainnya pada daerah
wajah.
Hematoma Subkonjungtiva

Kelainan dimana pembuluh darah rapuh


(umur, hipertensi, arteriosclerosis,
konjungtivitis hemoragik, anemia,
pemakaian antikoagulan dan batuk
rejan)
Dapat juga terjadi akibat trauma
langsung atau tidak langsung yang
terkadang menutupi perrforasi jaringan
bola mata yang terjadi. Contoh Padma
fraktura kranii mengakibatkan
hematoma kacamata karena berbentuk
seperti kacamatan yang bewarna biru
pada kedua mata.
Gambaran klinis
Bila karena trauma tumpul perlu
dipastikan tidak ada robekan di bawah
jaringan konjungtiva atau sclera
Warna merah dapat berubah menjadi
hitam.
Pemeriksaan penunjang
Funduskopi (apabila kena trauma
tumpul)
Pengobatan
Biasanya tidak perlu pengobatan karena
akan diserap dengan spontan dalam
waktu 1-3 minggu namun bisa diberikan
kompres hangat

TRIKIASIS

TRIKIASIS
Definisi
Trikiasis adalah suatu kelainan
dimana bulu mata mengarah ke dalam bola
mata yang dapat menggosok kornea atau
konjungtiva yang dapat menyebabkan iritasi.

Trikiasis harus dibedakan daripada entropion,


dimana

pada

entropion

terjadi

pelipatan

palpebra ke arah dalam. Kemungkinan dimana


terjadinya entropion dan trikiasis bersamaan
dapat terjadi, dan dibutuhkan terapi untuk
keduanya.
Etiologi dan Patofisiologi
Setiap orang dapat terjadi trikiasis,
namun umumnya lebih sering terjadi pada
orang dewasa. Trikiasis dapat disebabkan oleh
infeksi pada mata, peradangan pada palpebra,
kondisi autoimun, dan trauma. Proses penuaan
juga merupakan penyebab umum terjadinya
trikiasis,

karena

kulit

yang

kehilangan

elastisitas.
Beberapa kondisi yang dapat meningkatkan
resiko terjadinya trikiasis sebagai berikut

Idiopatik
Blefaritis kronik : Margo palpebra
meradang,

menebal,

berkrusta,

erythem dengan secret ringan dan

telangiektasis pembuluh darah


Sikatriks : Dapat diakibatkan oleh

luka palpebra oleh trauma.


Epiblepharon, penyakit kongenital
yang

terjadi

dimana

jaringan

longgar di sekitar mata membentuk


lipatan yang abnormal kulit dan
otot pretarsal, menyebabkan bulu

mata mengarah ke dalam.


Trachoma, suatu konjunctivitis
folikular kronik yang berkembang

hingga terbentuknya jaringan parut.


Pada kasus yang berat, trikiasis
dapat terjadi akibat jaringan parut

yang berat.
Penyakit-penyakit

lainnya

yang

dapat mengenai kulit dan membran


mukosa seperti Steven Johnson
Syndrome

dan

cicatrical

pemphigoid.
Selain
diatas,

dari

pentingnya

kelainan

dari

membedakan

bulu

menyebabkan

penyakit-penyakit
mata

tipe-tipe

yang

trikiasis,

dapat
dimana

penatalaksanaannya dapat berbeda tergantung


dari

penyebabnya.

Pembagian

trikiasis

berdasarkan kelainan bulu mata yaitu sebagai


berikut:
-

Acquired

metaplastic

eyelashes. Biasanya disebabkan


peradangan

kelopak

mata

seperti meibomitis atau trauma


akibat

pembedahan,

dimana

epitel

kelenjar

meibom

mengalami
metaplastik

perubahan
menjadi

folikel

rambut. Hal ini menyebabkan


pertumbuhan bulu mata lebih
posterior

daripada

normal

dimana dapat mengarah ke


-

belakang.
Congenital

metaplastic

eyelashes. Kelainan kongenital


dimana

kelenjar

meibom

menjadi

multipoten

berkembang menjadi folikelfolikel rambut. Barisan kedua


dari bulu mata tumbuh dari
permukaan kelenjar meibom.
Bulu

mata

tersebut

yang

tumbuh

mengarah

secara

vertikel, dan pada anak-anak


dapat ditoleransi dikarenakan
oleh adanya tear film yang
bagus dan sedikit mengurangi
-

sensasi kornea.
Misdirected

eyelashes12.

Pertumbuhan bulu mata yang


normal, namun

akibat

dari

sedikit jaringan parut pada


margin

kelopak

mata

menyebabkan perubahan arah


-

dari bulu mata ke dalam.


Marginal
entropion.
Pembalikan

dari

margin

kelopak mata akibat dari proses


parut dari lamela posterior
kelopak mata.
Gambaran Klinik
Pasien dapat mengeluhkan sensasi
benda asing, iritasi pada permukaan bola mata
yang kronik, lesi pada kelopak mata, gatal,
nyeri pada mata, fotofobia, dan mata bengkak.

Abrasi kornea sampai dapat terjadi ulkus


kornea, injeksi konjungtiva, keluarnya cairan
mucus, dan pandangan menjadi kabur dapat
menyertai penyakit ini.
Diagnosis Banding
Trikiasis dapat didiagnosis banding
dengan entropion. Entropion adalah pelipatan
kelopak mata ke arah dalam yang dapat
disebabkan

oleh

involusi,

sikatrik,

atau

congenital. Gangguan ini selalu mengenai


kelopak mata bawah dan merupakan akibat
gabungan

kelumpuhan

otot-otot

retractor

kelopak mata , mikrasi ke atas muskulus


orbikularis preseptal, dan melipatnya tarsus ke
atas.
Penatalaksanaan
Jika hanya sedikit bulu mata yang
terlibat,

trikiasis

dapat

diterapi

dengan

mechanical epilation, yaitu membuang bulu


mata yang tumbuh ke dalam dengan forcep
pada slit lamp. Karena pertumbuhan kembali
dapat terjadi, epilasi berulang diperlukan
setelah 3-8 minggu.
Electrolysis dapat digunakan untuk
menatalaksana trikiasis. Akan tetapi tingkat
rekurensinya tinggi, selain itu bulu mata
normal yang berdekatan dapat menjadi rusak
dan jaringan parut pada jaringan margin
palpebra dapat menyebabkan trikiasis lebih
lanjut.

Radiosurgery dapat memperbaiki


bulu

mata

yang

abnormal

dengan

menggunakan ujung jarum yang dimasukkan


dari

ujung

silia

ke

basis

silia.

Sinyal

radiosurgery dikirimkan kurang lebih selama 1


detik dengan tenaga yang lemah untuk
menghancurkan folikel rambut. Ketika ujung
jarum dipindahkan, maka bulu mata dapat
diangkat dengan mudah.
Trikiasis

segmental

dapat

diperbaiki dengan cryotherapy. Cryotherapy


hanya membutuhkan anestesia lokal infiltratif.
Folikel dari bulu mata sangat sensitif terhadap
dingin dan dapat dihancurkan pada suhu -20o
C. Area yang terlibat dibekukan kurang lebih
selama 25 detik dan kemudian dibiarkan
mencair. Kemudian dibekukan kembali selama
20 detik (double freeze-thaw technique). Bulu
mata yang abnormal dapat diangkat dengan
forcep.
Penggunaan Argon Laser pada
trikiasis tidak se-efektif seperti menggunakan
cryotherapy, tetapi dapat sangat berguna ketika
hanya sedikit dari bulu mata yang tersebar
membutuhkan ablasi atau ketika stimulasi dari
area peradangan yang lebih besar tidak
dibutuhkan. Beberapa pigmen dibutuhkan pada
dasar bulu mata untuk menyerap energi laser
dan mengablasi bulu mata, menyebabkan
teknik ini sensitif terhadap warna rambut.
Ablasi

menggunakan

argon

laser

membutuhkan sinar dengan lebar 200_m untuk


kelopak mata bawah, dan 250 _m untuk
kelopak mata atas, untuk kedalaman yang sama
dengan electrolysis15.
Komplikasi
Apabila tidak ditangani dengan
segera trikiasis dapat menyebabkan komplikasi
seperti iritasi pada permukaan bola mata yang
kronik, abrasi kornea, terjadi ulkus kornea,
perforasi, sampai terjadinya infeksi bola mata.
Komplikasi lebih lanjut dapat menyebabkan
kebutaan.
Prognosis
Prognosis umumnya baik. Tindak
lanjut

perawatan

terhadap

berkala

komplikasi,

dan

perhatian

kekambuhan,

atau

komplikasi kornea dapat meningkatkankan


prognosis jangka panjang.

SINDROMA MATA KERING

DEFINISI
Sindroma Mata Kering (SMK) adalah
kumpulan gejala akibat gangguan pada
air mata dan permukaan okuler yang
menyebabkan ketidaknyamanan pada
mata,
gangguan
penglihatan,
dan
ketidakstabilan TF (Transfer Faktor). SMK
biasanya menunjukkan keluhan yang
samar-samar dan bila tidak diobati atau
dihentikan dapat berlangsung terusmenerus kronis menimbulkan kerusakan
yang
irreversibel
terutama
pada
permukaan ocular.
EPIDEMIOLOGI
Di

Indonesia,

Kepulauan

Riau,

menunjukkan prevalensi 27,5% pada


penduduk berusia di atas 21 tahun
dengan faktor risiko utama umur, rokok,
dan pterigium. Di Rumah Sakit Haji
Adam Malik Medan, Chaironika (2011)
menemukan 76,8% prevalensi SMK pada
wanita yang telah menopause.
KLASIFIKASI
Klasifikasi
Sindroma
Mata
Kering
Sindroma Mata Kering (SMK) dapat
dikategorikan menjadi episodik dan
kronik. SMK episodik yaitu mata kering
yang dialami akibat lingkungan atau
pekerjaan, dan bersifat sementara. SMK
kronik yaitu mata kering yang dipicu
Universitas
Universitas
Sumatera
Sumatera Utara oleh sesuatu dan
bersifat menetap. SMK episodik dapat
berlanjut ke mata kering kronik. SMK
dapat dikategorikan menjadi aquoeus
deficient dan evaporative dry eye.
Aqueous tear deficient dry eye adalah
kelompok mata kering yang disebabkan
karena kurangnya produksi air mata
walaupun evaporasinya tetap berjalan
normal. Evaporative dry eye adalah
kelompok mata kering yang disebabkan
karena penguapan berlebihan air mata
walaupun tidak terjadi gangguan pada
proses produksinya. Banyak sekali
etiologi yang dapat mencetuskan kedua
hal ini, baik yang bersifat autoimun,
obat, maupun lingkungan. Klasifikasi ini
cukup membingungkan sebab sindrom
mata
kering
sering
merupakan
gabungan antara keduanya.
PATOFISIOLOGI
1. Kelainan lapisan aqueous
Kurangnya produksi lapisan
aqueous gangguan interaksi
neuro
humoral
permukaan
okuler

terinterupsinya
impuls saraf sekretmotorik ke

kelenjar
lakrimal
yang
berakibat terjadinya inflamasi
dan
mensupresi
sekresi
aqueous menyebabkan jejas
permukaan okuler gejala
tidak nyaman dan iritasi okuler.
2. Kelainan musin
Gangguan
produksi
musin
mengakibatkan penyebaran air
mata yang tidak merata pada
permukaan mata. Gangguan
disebabkan oleh hilangnya sel
goblet konjungtiva.
3. Kelainan lipid
Kekurangan lapisan lipid pada
anatomi
air
mata
menyebabkan evaporasi yang
berlebihan.

FAKTOR RESIKO
Berikut ini adalah penjelasan beberapa
faktor risiko penyebab SMK:
1. Usia
Berkurangnya androgen seiring
pertambahan usia menyebabkan
atropi
kelenjar
lakrimal
dan
kelenjar
Meibom
dengan
gambaran histopatologi infiltrasi
limfosit, fibrosis, dan atropi asinar.
Adanya penurunan volume air
mata dan kurangnya protein pada
air mata orang tua.
2. Jenis kelamin
Hampir
semua
penelitian
epidemiologi sindrom mata kering
menunjukkan
prevalensi
SMK
yang lebih tinggi pada wanita,
terutama
wanita
yang
menopause.
Hormon
seks
mempengaruhi sekresi air mata,
disfungsi meibom, dan sel goblet
konjungtiva.
3. Pengguna lensa kontak
Sekitar 43-50% pengguna lensa
kontak mengalami mata kering.

Pemakaian
lensa
kontak
memisahkan PTF menjadi dua
bagian sehingga tidak ada musin
di pre lens dan tidak ada lapisan
lipid di post lens sehingga SMK
sering dialami.
4. Merokok
Pekerja
yang
merokok
lebih
banyak
mengalami
gangguan
oftalmikus
dibandingkan
yang
tidak
merokok.
Asap
rokok
menyebabkan kerusakan oksidatif
pada protein-protein permukaan
ocular.
5. Ruangan ber-AC
SMK lebih banyak dialami oleh
penduduk yang tinggal di tempat
yang tinggi karena suhu yang
rendah, kelembaban yang rendah,
dan angin yang kencang. Oleh
karena itu, SMK dapat dipicu pada
ruangan yang ber-AC.
GEJALA KLINIS
1. Mata terasa
2. Mata lelah
3. Mata terasa terbakar
4. Mata terasa perih
5. Mata terasa gatal
6. Mata merah
7. Mata berair
8. Penglihatan
kabur
sesaat
(kembali dengan berkedip)
9. Fotofobia (sensitif terhadap
cahaya)
10.Seperti
ada
benda
asing
(berpasir)
PENATALAKSANAAN
1. Pemberian air mata buatan
Diberikan sebanyak 1-2 tetes
pada dewasa maupun anakanak apabila terjadi defisiensi
komponen air. Air mata buatan
ini berfungsi sebagai pelumas
pada permukaan mata.
2. Salep/gel
Sebagai
pelumas
jangka

panjang, terutama saat tidur.


3. Kacamata pelembab bilik
Apabila
penyebabnya
lingkungan yang terlalu panas
atau
dingin.
Usahakan
memakai
kacamata
hitam
yang
menutupi
daerah
samping
mata,
sehingga
penguapan air mata dapat
dihindari.
4. Agen anti inflamasi
Siklosporin A topical: diberikan
1 tetes pada setiap mata per
12 jam
5. Topical/sistemik tetrasiklin
Obatnya: Doxycycline 100 mg,
Minoxycline 100 mg
6. Lensa kontak
Diberikan pada pasien dengan
defisiensi
mucus
dengan
derajat berat
7. Bedah
-puctal plug
-tarsorrhaphy

MIOPIA

A.

Pengertian Miopi
1.
Miopia adalah suatu keadaan
mata yang mempunyai kekuatan
pembiasan sinar yang berlebihan
atau kerusakan refraksi mata
sehingga sinar sejajar yang
datang dibiaskan di depan retina
( bintik kuning ) dimana sistem
akomodasi berkurang.
2.
Miopia adalah suatu keadaan
mata yang mempunyai kekuatan
pembiasan sinar yang berlebihan
sehingga sinar sejajar yang
datang dibiaskan di depan retina.
3.
Miopia adalah suatu keadaan
dimana panjang bola mata
anteroposterior dapat terlalu
besar atau kekuatan pembiasan
media refraksi terlalu kuat.
4.
Miopi adalah keadaan pada
mata dimana cahaya/benda yang

jauh letaknya jatuh/difokuskan


didepan retina/selpaut jala/bintik
kuning
B.
Etiologi
Pertengahan tahun 1900 SM,
para dokter ahli mata dan ahli
pemeriksa mata (ahli kacamata)
percaya bahwa miopia menjadi
hereditas utama. Di antara penelitipeneliti dan para professional peduli
mata, mereka mengatakan bahwa
miopia sekarang telah menjadi
sebuah kombinasi genetik dan
merupakan salah satu faktor
lingkungan.
Ada 2 mekanisme dasar yang
dipercaya menjadi penyebab myopia
yaitu:
1.
Hilangnya bentuk mata ( juga
diketahui sebagai hilangnya pola
mata ), terjadi ketika kualitas
gambar dalam retina berkurang.
2.
Berkurangnya titik fokus mata,
terjadi ketika titik fokus cahaya
berada di depan atau di
belakang retina
Myopia Terjadi karena bola mata
tumbuh terlalu panjang saat bayi.
Dikatakan pula, semakin dini mata
seseorang terkena sinar terang
secara langsung, maka semakin
besar kemungkinan mengalami
miopi. Ini karena organ mata sedang
berkembang dengan cepat pada
tahun-tahun awal
kehidupan.akibatnya para penderita
miopi umumnya merasa bayangan
benda yang dilihatnya jatuh tidak
tepat pada retina matanya,
melainkan didepannya (Curtin,
2002).
C.
Jenis-Jenis Miopi
1.
Menurut bentuk miopi

a.

Myopia Axial
terjadinya myopia akibat
panjang sumbu bola mata
(diameter Antero-posterior),
dengan kelengkungan
kornea dan lensa normal,
refraktif power normal dan
tipe mata ini lebih besar
dari normal.
b.
Myopia Kurvatura
terjadinya myopia
diakibatkan oleh perubahan
dari kelengkungan kornea
atau perubahan
kelengkungan dari pada
lensa seperti yang terjadi
pada katarak intumesen
dimana lensa menjadi lebih
cembung sehingga
pembiasan lebih kuat,
dimana ukuran bola mata
normal.
c.
Perubahan Index Refraksi
Perubahan indeks refraksi
atau myopia refraktif,
bertambahnya indeks bias
media penglihatan seperti
yang terjadi pada penderita
Diabetes Melitussehingga
pembiasan lebih kuat.
2.
Menurut derajat myopia
a. Miopia ringan, dimana
myopia kecil dari pada 1-3
dioptri
b. Miopia sedang, dimana
myopia lebih diantara 3-6
dioptri
c. Myopia berat atau tinggi,
dimana myopia lebih besar dari
6 dioptri
3.
Menurut perjalanan myopia
a. Myopia stasioner, myopia
yang menetap setelah
dewasa

b.

Myopia progresif, myopia


yang bertambah terus pada
usia dewasa akibat
bertambahnya panjangnya
bola mata
c. Myopia maligna, myopia
yang berjalan progresif,
yang dapat mengakibatkan
ablasi retina dan kebutaan
d. Myopia degenertif atau
myopia maligna biasanya
bila myopia lebih dari 6
dioptri disertai kelainan
pada fundus okuli dan pada
panjangnya bola mata
sampai terbentuk stafiloma
postikum yang terletak
pada bagian temporal papil
disertai dengan atrofi
karioretina.
D. Patofisiologi miopi
Terjadinya elongasi sumbu
yang berlebihan pada myopia
patologi masih belum diketahui.
Sama halnya terhadap hubungan
antara elongasi dan komplikasi
penyakit ini, seperti degenerasi
chorioretina, ablasio retina dan
glaucoma. Columbre dan rekannya,
tentang penilaian perkembangan
mata anak ayam yang di dalam
pertumbuhan normalnya, tekanan
intraokular meluas ke rongga mata
dimana sklera berfungsi sebagai
penahannya. Jika kekuatan yang
berlawanan ini merupakan penentu
pertumbuhan ocular post natal pada
mata manusia, dan tidak ada bukti
yang menentangnya maka dapat
pula disimpulkan dua mekanisme
patogenesa terhadap elongasi
berlebihan pada myopia.
E.
Manifestasi Klinik
Penglihatan kabur atau mata

berkedip ketika mata mencoba


melihat suatu objek dengan jarak
jauh ( anak-anak sering tidak dapat
membaca tulisan di papan tulis
tetapi mereka dapat dengan mudah
membaca tulisan dalam sebuah
buku.
Penglihatan untuk jauh
kabur, sedangkan untuk dekat jelas.
Jika derajat miopianya terlalu tinggi,
sehingga letak pungtum remotum
kedua mata terlalu dekat, maka
kedua mata selalu harus melihat
dalam posisi kovergensi, dan hal ini
mungkin menimbulkan keluhan
(astenovergen) . Mungkin juga posisi
konvergensi itu menetap, sehingga
terjadi strabismus konvergen
(estropia). Apabila terdapat myopia
pada satu mata jauh lebih tinggi dari
mata yang lain dapat terjadi
ambliopia pada mata yang
myopianya lebih tinggi. Mata
ambliopia akan bergulir ke temporal
yang disebut strabismus divergen
(eksotropia). (Illyas,2005).
Pasien dengan myopia akan
memberikan keluhan sakit kepala,
sering disertai dengan juling dan
celah kelopak yang sempit.
Seseorang penderita myopia
mempunyai kebiasaan
mengerinyitkan matanya untuk
mencegah aberasi sferis atau untuk
mendapatkan efek pinhole (lubang
kecil). Pasien myopia mempunyai
pungtum remotum (titik terjauh yang
masih dilihat jelas) yang dekat
sehingga mata selalu dalam atau
berkedudukan konvergensi yang
akan menimbulkan keluhan
astenopia konvergensi.bila
kedudukan mata ini menetap, maka
penderita akan terlihat juling

kedalam atau esoptropia (Sidarta,


2005).
Gejala-gejala myopia juga terdiri
dari:
1.
Gejala subjektif :
a.
Kabur bila melihat jauh
b.
Membaca atau melihat
benda kecil harus dari jarak
dekat
c.
Lekas lelah bila membaca (
karena konvergensi yang tidak
sesuai dengan akomodasi )
d.
Astenovergens
2.
Gejala objektif :
a.
Myopia simpleks :
Pada segmen anterior
ditemukan bilik mata yang
dalam dan pupil yang
relative lebar. Kadangkadang ditemukan bola
mata yang agak menonjol.
Pada segmen posterior
biasanya terdapat
gambaran yang normal atau
dapat disertai kresen
myopia ( myopic cresent )
yang ringan di sekitar papil
saraf optik.
b.
Myopia patologik :
1)
Gambaran pada
segmen anterior serupa
dengan myopia simpleks.
2)
Gambaran yang
ditemukan pada segmen
posterior berupa kelainankelainan pada:
3)
Badan kaca : dapat
ditemukan kekeruhan
berupa pendarahan
atau degenarasi yang
terlihat sebagai
floaters, atau bendabenda yang

4)

5)

6)

F.

mengapung dalam
badan kaca. Kadangkadang ditemukan
ablasi badan kaca
yang dianggap belum
jelas hubungannya
dengan keadaan
myopia.
Papil saraf optic :
terlihat pigmentasi
peripapil, kresen
myopia, papil terlihat
lebih pucat yang
meluas terutama ke
bagian temporal.
Kresen myopia dapat
ke seluruh lingkaran
papil sehingga seluruh
papil dikelilingi oleh
daerah koroid yang
atrofi dan pigmentasi
yang tidak teratur
Makula: Berupa
pigmentasi di daerah
retina, kadang-kadang
ditemukan pendarahan
subretina pada daerah
macula.
Retina bagian perifer:
Berupa degenersi kista
retina bagian perifer
Seluruh lapisan fundus
yang tersebar luas
berupa penipisan
koroid dan retina.
Akibat penipisan ini
maka bayangan koroid
tampak lebih jelas dan
disebut sebagai fundus
tigroid. (Illyas,2005).

Pencegahan
1.
Tidak membaca dalam
keadaan gelap
2.
Tidak menonton TV dalam

jarak yang terlalu dekat


3.
Jangan membaca terlalu dekat
G. Pengobatan
1.
Penatalaksanaan
Nonfarmakologi
a.
Kacamata, kontak lensa,
dan operasi refraksi adalah
beberapa pilihan untuk
mengobati gejala-gejala
visual pada pada
penderita myopia. Dalam
ilmu keratotology kontak
lensa yang digunakan
adalah adalah kontak
lensa yang keras atau
kaku untuk pemerataan
kornea yang berfungsi
untuk mengurangi miopia.
b.
Latihan pergerakan mata
dan teknik relaksasi
Para pelaksana dan
penganjur terapi alternatif
ini sering
merekomendasikan latihan
pergerakan mata dan
teknik relaksasi seperti
cara menahan
(pencegahan). Akan tetapi,
kemanjuran dari latihan ini
dibantah oleh para ahli
pengetahuan dan para
praktisi peduli mata. Pada
tahun 2005, dilakukan
peninjauan ilmiah pada
beberapa subjek. Dari
peninjauan tersebut
disimpulkan bahwa tidak
ada bukti-bukti (fakta)
ilmiah yang menyatakan
bahwa latihan pergerakan
mata adalah pengobatan
myopia yang efektif.
c.
Terapi dengan
menggunakan laser

dengan bantuan
keratomilesis (LASIK) atau
operasi lasik mata, yang
telah populer dan banyak
digunakan para ahli bedah
untuk mengobati miopia.
Dalam prosedurnya
dilakukan pergantian
ukuran kornea mata dan
dirubahnya tingkat miopia
dengan menggunakan
sebuah laser. Selain lasik
digunakan juga terapi lain
yaitu Photorefractive
Keratotomy (PRK) untuk
jangka pendek, tetapi ini
menggunakan konsep
yang sama yaitu dengan
pergantian kembali kornea
mata tetapi menggunakan
prosedur yang berbeda.
Selain itu ada juga
pengobatan yang
dilakukan tanpa operasi
yaitu orthokeratologi dan
pemotongan jaringan
kornea mata. Orang-orang
dengan miopia rendah
akan lebih baik bila
menggunakan teknik ini.
Orthokeratologi
menggunakan kontak
lensa secara berangsurangsur dan pergantian
sementara lekukan kornea.
Pemotongan jaringan
kornea mata
menggunakan bahanbahan plastik yang
ditanamkan ke dalam
kornea mata untuk
mengganti kornea yang
rusak.

2.

Corpus Alienum di Mata

Penatalaksanaan Farmakologi
Obat yang digunakan untuk
penderita miopia adalah obat
tetes mata untuk mensterilisasi
kotoran yang masuk ke dalam
mata. Obat-obat tradisionalpun
banyak digunakan ada penderita
myopia

Definisi
Corpus alienum adalah benda asing, merupakan
salah satu penyebab terjadinya cedera mata, sering
mengenai sclera, kornea, dan konjungtiva.

Benda yang masuk ke dalam bola mata


dibagi dalam beberapa kelompok, yaitu4 :
1) Benda logam, seperti emas, perak,
platina, timah, besi tembaga
2) Benda bukan logam, seperti batu, kaca,
bahan pakaian
3) Benda inert, adalah benda yang terbuat
dari

bahan-bahan

yang

tidak

menimbulkan reaksi jaringan mata, jika


terjadi reaksinya hanya ringan dan tidak
mengganggu fungsi mata. Contoh :
emas, platina, batu, kaca, dan porselin
4) Benda reaktif, terdiri dari benda-benda
yang

dapat

menimbulkan

reaksi

jaringan mata sehingga mengganggu


fungsi mata. Contoh : timah hitam,
seng, nikel, alumunium, tembaga
Beratnya kerusakan pada organ-organ di dalam
bola mata tergantung dari4 :

a.
b.
c.
d.

Besarnya corpus alienum,


Kecepatan masuknya,
Ada atau tidaknya proses infeksi,
Jenis bendanya.

Patofisiologi

Benda asing di kornea secara umum masuk


ke kategori trauma mata ringan. Benda asing
dapat bersarang (menetap) di epitel kornea atau
stroma bila benda asing tersebut diproyeksikan
ke arah mata dengan kekuatan yang besar.4
Benda asing dapat merangsang timbulnya
reaksi

inflamasi,

mengakibatkan

dilatasi

pembuluh darah dan kemudian menyebabkan


udem pada kelopak mata, konjungtiva dan
kornea. Sel darah putih juga dilepaskan,
mengakibatkan reaksi pada kamera okuli
anterior dan terdapat infiltrate kornea. Jika
tidak

dihilangkan,

benda

asing

dapat

menyebabkan infeksi dan nekrosis jaringan.4


Penyebab

Penyebab cedera mata pada pemukaan mata


adalah4 :
a. Percikan kaca, besi, keramik
b. Partikel yang terbawa angin
c. Ranting pohon
d. Dan sebagainya
Gambaran Klinik

Gejala yang ditimbulkan berupa nyeri,


sensasi benda asing, fotofobia, mata merah dan
mata berair banyak. Dalam pemeriksaan
oftalmologi, ditemukan visus normal atau
menurun, adanya injeksi konjungtiva atau
injeksi silar, terdapat benda asing pada bola
mata, fluorescein (+)3,4.
Tatalaksana
Mengambil corpus alienum tersebut dari
mata

EPISKLERITIS

Definisi : Reaksi radang jaringan ikat vaskular


yang terletak antara konjungtiva dan permukaan
sklera, umumnya satu bola mata

Episkleritis adalah suatu kondisi yang relatif


umum yang dapat mempengaruhi pada satu atau
kedua mata. Episcleritis terjadi pada perempuan
lebih banyak daripada laki-laki dan paling sering
terjadi antara usia 40 dan 50 tahun.
Ada dua jenis episkleritis.

Episcleritis simple. Ini adalah jenis yang


paling

umum

dari

episkleritis.

Peradangan biasanya ringan dan terjadi


dengan cepat. Hanya berlangsung selama
sekitar tujuh sampai 10 hari dan akan
hilang sepenuhnya setelah dua sampai
tiga minggu. Pasien dapat mengalami
serangan dari kondisi tersebut, biasanya
setiap

satu

sampai

tiga

bulan.

Penyebabnya seringkali tidak diketahui.


Episkleritis nodular. Hal ini sering lebih
menyakitkan daripada episkleritis simple
dan berlangsung lebih lama. Peradangan
biasanya terbatas pada satu bagian mata
saja dan mungkin terdapat suatu daerah
penonjolan

atau

benjolan

pada

permukaan mata. Ini sering berkaitan


dengan

kondisi

kesehatan,

seperti

rheumatoid arthritis, colitis dan lupus.

Etiologi : umumnya tidak diketahui penyebabnya,


tapi radang episklera mungkin disebabkan oleh
reaksi hipersensitivitas terhadap penyakit sistemik
seperti, tuberkulosis, Reumatoid artritis, lues, SLE,
sifilis, herpes zooster dll

Epidemiologi : umumnya penderita merupakan


perempuan usia pertengahan dengan penyakit
bawaan reumatik

Gejala :
- mata merah karena pelebaran pembuluh
darah
- rasa sakit yang ringan
- mengganjal
- keluhan silau
Khas : bentuk radang pada episkleritis berupa
tonjolan setempat, batas tegas dan warna merah
ungu dibawah konjungtiva yang sakit jika
ditekan pada episkleritis yang luas, gambaran klinis
mirip dengan konjungtivitis. bedanya ada lah pada
episkleritis tidak terdapat hiperemi konjungtiva
tarsal, tidak ada sekret serta nyeri saat penekanan
ringan bola mata
Patogenesis :
Degradasi enzim dari serat kolagen dan
invasi dari sel-sel radang meliputi sel T
dan makrofag pada sklera memegang
peranan penting terjadinya skleritis.
Inflamasi dari sklera bisa berkembang
menjadi iskemia dan nekrosis yang akan
menyebabkan penipisan pada sklera dan
perforasi dari bola mata.Inflamasi yang
mempengaruhi sclera berhubungan
eratdengan penyakit imun sistemik dan
penyakit kolagen pada vaskular.
disregulasi pada penyakit auto imun
secara umum merupakan faktor
predisposisi dari skleritis. Proses
inflamasi bisa disebabkan oleh kompleks
imun yang berhubungan dengan
kerusakan vaskular (reaksi
hipersensitivitas tipe I II dan respon
kronik granulomatous (reaksi
hipersensitivitas tipe IV). Interaksi
tersebut adalah bagian darisistem imun

aktif dimana dapat menyebabkan


kerusakan sklera akibat deposisi
kompleks imun pada pembuluh di
episklera dan sklera yang menyebabkan
perforasi kapiler dan venula post kapiler
dan respon imun sel perantara
Terapi :
- pembuluh darah yang melebar akan
mengecil bila diberi fenil efrin 2,5%
topical
- pengobatan yang diberikan pada
episkleritis adalah vasokonstriktor
- pada keadaan yang berat diberi
kortikosteroid tetes mata, sistemik atau
salisilat

Komplikasi : penyulit yang dapat timbul adalah


terjadinya peradangan yang lebih dalam pada
sklera yang disebut sebagai Skleritis

Prognosis :
- kadang - kadang merupakan kelainan
berulang yang ringan, episkleritis dapat
sembuh sempurna atau bersifat residif yang
dapat menyerang tempat yang sama atau
berbeda
- dengan pengobatan yang adekuat,
episkleritis dapat sembuh dalam 1 minggu,
sedangkan episkleritis nodular
penyembuhan lebih lama, sampai beberapa
minggu

Anda mungkin juga menyukai