Anda di halaman 1dari 27

Epidemiologi Gizi : Gizi Buruk

Posted on November 15, 2011 by crabykyumin


Standard
Gizi buruk merupakan kata yang cukup terkenal di masyarakat, terutama masyarakat
Indonesiayang masih merupakan negara dengan balita yang banyak mengalami gizi buruk. -.banyak orang tau apa itu gizi buruk tetapi tidak tau apa arti sebenarnya dan bagaimana
dampaknya bagi kehidupan bangsa terutama. oleh karena itu, untuk lebih memperdalam
mengenai gizi buruk saya membuat suatu penjelasan tentang gizi buruk, cekidot.
Gizi Buruk: suatu kondisi di mana seseorang dinyatakan kekurangan nutrisi, atau dengan
ungkapan lain status nutrisinya berada di bawah standar rata-rata. Nutrisi yang dimaksud bisa
berupa protein, karbohidrat dan kalori. Di Indonesia, kasus KEP (Kurang Energi Protein) adalah
salah satu masalah gizi utama yang banyak dijumpai pada balita.
Penyebab terjadinya gizi buruk
Orang akan menderita gizi buruk jika tidak mampu untuk mendapat manfaat dari makanan yang
mereka konsumsi, contohnya pada penderita diare, nutrisi berlebih, ataupun karena pola makan
yang tidak seimbang sehingga tidak mendapat cukup kalori dan protein untuk pertumbuhan
tubuh.
Beberapa orang dapat menderita gizi buruk karena mengalami penyakit atau kondisi tertentu
yang menyebabkan tubuh tidak mampu untuk mencerna ataupun menyerap makanan secara
sempurna. Contohnya pada penderita penyakit seliak yang mengalami gangguan pada saluran
pencernaan yang dipicu oleh sejenis protein yang banyak terdapat pada tepung yaitu gluten.
Penyakit seliak ini mempengaruhi kemampuan tubuh untuk menyerap nutrisi sehingga terjadi
defisiensi.
Kemudian ada juga penyakit cystic fibrosis yang mempengaruhi pankreas, yang fungsinya
adalah untuk memproduksi enzim yang dibutuhkan untuk mencerna makanan. Demikian juga
penderita intoleransi laktosa yang susah untuk mencerna susu dan produk olahannya.
Penyebab secara langsung antara lain:
1. Penyapihan yang terlalu dini
2. Kurangnya sumber energi dan protein dalam makanan TBC
3. Anak yang asupan gizinya terganggu karena penyakit bawaan seperti jantung atau
metabolisme lainnya.
4. Pola makan yang tidak seimbang kandungan nutrisinya
5. Terdapat masalah pada sistem pencernaan
6. Adanya kondisi medis tertentu
Penyebab secara tidak langsung antara lain:
1. Daya beli keluarga rendah/ ekonomi lemah

2. Lingkungan rumah yang kurang baik


3. Pengetahuan gizi kurang
4. Perilaku kesehatan dan gizi keluarga kurang
Gejala-gejala Gizi Buruk
Gizi buruk dapat mempengaruhi kesehatan tubuh baik fisik dan mental. Semakin berat kondisi
gizi buruk yang diderita (semakin banyak nutrisi yang kurang) akan memperbesar resiko
terjadinya masalah kesehatan secara fisik.
Pada gizi buruk yang berat dapat terjadi kasus seperti marasmus (lemah otot) akibat defisiensi
protein dan energi, kretinisme dan kerusakan otak akibat defisiensi yodium, kebutaan dan resiko
terkena penyakit infeksi yang meningkat akibat defisensi vitamin A, sulit untuk berkonsentrasi
akibat defisiensi zat besi.
Gejala Umum Dari Gizi Buruk Adalah

Kelelahan dan kekurangan energy


Pusing
Sistem kekebalan tubuh yang rendah (yang mengakibatkan tubuh kesulitan untuk
melawan infeksi)
Kulit yang kering dan bersisik
Gusi bengkak dan berdarah
Gigi yang membusuk
Sulit untuk berkonsentrasi dan mempunyai reaksi yang lambat
Berat badan kurang
Pertumbuhan yang lambat
Kelemahan pada otot
Perut kembung
Tulang yang mudah patah
Terdapat masalah pada fungsi organ tubuh

Tanda tanda Gizi buruk secara umum

Berat Badan di bawah normal


Rambut pirang. Kering kusam
Pertumbuhan otak terhambat
Badan nya lemas
Matanya Cekung
Perut buncit
Tidak nafsu makan
Rabun Senja

Dampak gizi buruk pada anak terutama balita


1. Pertumbuhan badan dan perkembangan mental anak sampai dewasa terhambat.
2. Kekurangan Vitamin A dapat menyebabkan Rabun Senja
3. Daya tahan tubuh Lemah

4.
5.
6.
7.
8.

Mudah terkena penyakit ispa, diare, dan yang lebih sering terjadi.
Zat antibody tidak sempurna
Jika terinfeksi sukar sembuh serta mudah berkomplikasi
Rentan terhadap penyakit TBC
Bisa menyebabkan kematian bila tidak dirawat secara intensif.

Indikasi Gizi Buruk


Untuk KEP ringan dan sedang, gejala klinis yang bisa dijumpai pada anak adalah berupa kondisi
badan yang tampak kurus.
Sedangkan gejala klinis KEP berat/gizi buruk secara garis besar bisa dibedakan menjadi tiga tipe:
1. kwashiorkor
2. marasmus
3. marasmus-kwashiorkor.
1. Kwashiorkor adalah penyakit yang disebabkan oleh kekurangan protein dan sering timbul
pada usia 1-3 tahun karena pada usia ini kebutuhan protein tinggi. Meski penyebab utama
kwashiorkor adalah kekurangan protein, tetapi karena bahan makanan yang dikonsumsi kurang
menggandung nutrient lain serta konsumsi daerah setempat yang berlainan, akan terdapat
perbedaan gambaran kwashiorkor di berbagai negara.
a. Ciri ciri kwashiorkor :
edema (pembengkakan), umumnya seluruh tubuh (terutama punggung kaki dan wajah)
membulat dan lembab
pandangan mata sayu
rambut tipis kemerahan seperti warna rambut jagung dan mudah dicabut tanpa rasa sakit dan
mudah rontok
terjadi perubahan status mental menjadi apatis dan rewel
terjadi pembesaran hati
otot mengecil (hipotrofi), lebih nyata bila diperiksa pada posisi berdiri atau duduk
terdapat kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna menjadi
coklat kehitaman lalu terkelupas (crazy pavement dermatosis)
sering disertai penyakit infeksi yang umumnya akut
anemia dan diare
2. Marasmus adalah kekurangan energi pada makanan yang menyebabkan cadangan protein
tubuh terpakai sehingga anak menjadi kurus dan emosional. Sering terjadi pada bayi yang
tidak cukup mendapatkan ASI serta tidak diberi makanan penggantinya, atau terjadi pada bayi
yang sering diare.
a. ciri ciri marasmus :
badan nampak sangat kurus seolah-olah tulang hanya terbungkus kulit
wajah seperti orang tua
mudah menangis/cengeng dan rewel
kulit menjadi keriput
jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada (baggy pant/pakai celana longgar

perut cekung, dan iga gambang


seringdisertai penyakit infeksi (umumnya kronis berulang)
diare kronik atau konstipasi (susah buang air)
3. Ciri ciri marasmus-kwashiorkor
Memiliki ciri gabungan dari beberapa gejala klinis kwashiorkor dan marasmus disertai edema
yang tidak mencolok.
Mengenal Kwashiorkor
Istilah kwashiorkor berasal dari bahasa salah satu suku di Afrika yang berarti
"kekurangan kasih sayang ibu". Kwashiorkor adalah salah satu bentuk malnutrisi
protein berat yang disebabkan oleh intake protein yang inadekuat dengan intake
karbohidrat yang normal atau tinggi. Dibedakan dengan Marasmus yang disebabkan
oleh intake dengan kualitas yang normal namun kurang dalam jumlah.Jika
marasmus umumnya terjadi pada bayi dibawah 12 bulan, kwashiorkor bisanya
terjadi pada anak usia 1-3 tahun. Pertumbuhannya terhambat, jaringan otot lunak
dan kendor. Namun jaringan lemak dibawah kulit masih ada dibanding bayi
marasmus. Beberapa tanda khusus dari kwashiorkor adalah:

Selalu ada oedema (bengkak), terutama pada kaki dan tungkai bawah.
Sifatnya pitting oedema. Bayi tampak gemuk, muka membulat (moon
face), karena oedema. Cairan oedema sekitar 5-20% dari jumlah berat badan
yang diperhitungkan dari penurunan berat badan ketika tidak oedema lagi
(pada masa penyembuhan).
Rambut berubah menjadi warna kemerahan atau abu-abu, menipis dan
mudah rontok, apabila rambut keriting menjadi lurus.
Kulit tampak pucat dan biasanya disertai anemia.
Terjadi dispigmentasi dikarenakan habisnya cadangan energi atau protein.
Pada kulit yang terdapat dispigmentasi akan tampak pucat. Sering terjadi
dermatitis (radang pada kulit). Kulit mudah luka karena tidak adanya
tryptophan dan nicotinamide, meskipun kekurangan zinc bisa juga menjadi
penyebab dermatitis. Pada kasus kwashiorkor tingkat berat kulit akan
mengeras seperti keripik terutama pada persendian utama. Bibir retak-retak,
lidah pun menjadi lunak dan gampang luka.
Pada kwashiorkor, pengaruh terhadap sistem neurologi dijumpai adanya
tremor seperti Parkinson yang berpengaruh terhadap jaringan (cabang)
syaraf tunggal maupun syaraf kelompok pada otot. Seperti otot mata sering
terjadi terus berkedip, atau pada pita suara yang menghasilkan suara getar
serak/cengeng.
Perubahan mental juga terjadi misalnya bayi menjadi cengeng, apatis,
hilangnya nafsu makan dan sukar diberi makan/disulang. Gejala anemia dan
defisiensi mikronutrien juga sering dijumpai pada kasus ini.

Etiologi
Penyebab

terjadinya

kwashiorkor

adalah

inadekuatnya

intake

protein

yang

berlangsung kronis. Faktor yang dapat menyebabkan kwashiorkor antara lain.


1. Pola makan
Protein (dan asam amino) adalah zat yang sangat dibutuhkan anak untuk tumbuh
dan berkembang. Meskipun intake makanan mengandung kalori yang cukup, tidak
semua makanan mengandung protein/ asam amino yang memadai. Bayi yang
masih menyusui umumnya mendapatkan protein dari ASI yang diberikan ibunya,
namun bagi yang tidak memperoleh ASI protein adri sumber-sumber lain (susu,
telur, keju, tahu dan lain-lain) sangatlah dibutuhkan. Kurangnya pengetahuan ibu
mengenai

keseimbangan

nutrisi

anak

berperan

penting

terhadap

terjadi

kwashiorkhor, terutama pada masa peralihan ASI ke makanan pengganti ASI.


2. Faktor sosial
Hidup di negara dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, keadaan sosial
dan politik tidak stabil ataupun adanya pantangan untuk menggunakan makanan

tertentu dan sudah berlansung turun-turun dapat menjadi hal yang menyebabkan
terjadinya kwashiorkor.
3. Faktor ekonomi
Kemiskinan keluarga/ penghasilan yang rendah yang tidak dapat memenuhi
kebutuhan berakibat pada keseimbangan nutrisi anak tidak terpenuhi, saat dimana
ibunya pun tidak dapat mencukupi kebutuhan proteinnya.
4. Faktor infeksi dan penyakit lain
Telah lama diketahui bahwa adanya interaksi sinergis antara MEP dan infeksi. Infeksi
derajat apapun dapat memperburuk keadaan gizi. Dan sebaliknya MEP, walaupun
dalam derajat ringan akan menurunkan imunitas tubuh terhadap infeksi.
Epidemiologi

Kasus ini sering dijumpai di daerah miskin, persediaan makanan yang terbatas, dan
tingkat pendidikan yang rendah. Penyakit ini menjadi masalah di negara-negara
miskin dan berkembang di Afrika, Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Asia
Selatan. Di negara maju sepeti Amerika Serikat kwashiorkor merupakan kasus yang
langka.
Berdasarkan SUSENAS (2002), 26% balita di Indonesia menderita gizi kurang dan
8% balita menderita gizi buruk (marasmus, kwashiorkor, marasmus-kwashiorkor)
sumber:
wikipedia
belibis-a17.com

GIZI BURUK
TIPE KWASHIORKOR
PENDAHULUAN
Definisi kwashiorkor adalah satu bentuk malnutrisi yang disebabkan oleh defisiensi
protein yang berat bisa dengan konsumsi energi dan kalori tubuh yang tidak mencukupi
kebutuhan. Kwashiorkor atau busung lapar adalah salah satu bentuk sindroma dari
gangguan yang dikenali sebagai Malnutrisi Energi Protein (MEP) Dengan beberapa
karakteristik berupa edema dan kegagalan pertumbuhan,depigmentasi,hyperkeratosis.
Penyakit ini merupakan bentuk malnutrisi paling banyak didapatkan di dunia ini, pada
dewasa ini,terutama sekali pada wilayah-wilayah yang masih terkebelakangan bidang
industrinya.(1)
Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Cicely D. Williams pada rangkaian
saintifik internasional melalui artikelnya Lancet 1935 (1,9). Beliau pada tahun 1933
melukiskan suatu sindrom tersebut berhubungan dengan defisiensi dari nutrien apa.
Akhirnya baru diketahui defisiensi protein menjadi penyebabnya (1).
Walaupun sebab utama penyakit ini ialah defisiensi protein, tetapi karena biasanya bahan
makanan yang dimakan itu juga kurang mengandung nutrien lainnya, maka defisiensi
protein disertai defisiensi kalori sehingga sering penderita menunjukkan baik gejala
kwashiorkor maupun marasmus (1).
ETIOLOGI
Kwashiorkor paling seringnya terjadi pada usia antara 1-4 tahun ,namun dapat pula
terjadi pada bayi .Kwashiorkor yang mungkin terjadi pada orang dewasa adalah sebagai
komplikasi dari parasit atau infeksi lain.
Banyak hal yang menjadi penyebab kwashiorkor, namun faktor paling mayor adalah
menyusui, yaitu ketika ASI digantikan oleh asupan yang tidak adekuat atau tidak
seimbang. Setelah usia 1 tahun atau lebih ,kwashiorkor dapat muncul bahkan ketika
kekurangan bahan pangan bukanlah menjadi masalahnya, tetapi kebiasaan adat atau
ketidak tahuan (kurang nya edukasi) yang menyebabkan penyimpangan keseimbangan
nutrisi yang baik.
Walaupun kekurangan kalori dan bahan-bahan makanan yang lain memepersulit polapola klinik dan kimiawinya, gejala-gejala utama malnutrisi protein disebabkan oleh
kekurangan pemasukan protein yang mempunyai nilai biologik yang baik.Bisa juga
terdapat gangguan penyerapan protein,misalnya yang dijumpai pada keadaan diare
kronik,kehilangan protein secara tidak normal pada proteinuria (nefrosis),
infeksi,perdarahan atau luka-luka bakar serta kegagalan melakukan sintesis protein,
seperti yanga didapatkan pula pada penyakit hati yang kronis.

INSIDENS DAN EPIDEMIOLOGI


Kwashiorkor dijumpai terutama pada golongan umur tertentu yaitu bayi pada masa
menyusui dan pada anak prasekolah, 1 hingga 3 tahun yang merupakan golongan umur
yang relatif memerlukan lebih banyak protein untuk tumbuh sebaik-baiknya. Sindrom
demikian kemudian dilaporkan oleh berbagai negeri terutama negeri yang sedang
berkembang seperti Afrika, Asia, Amerika Tengah, Amerika Selatan, dan bagian-bagian
termiskin di Eropa (1,2). Penyakit ini banyak terdapat anak dari golongan penduduk yang
berpenghasilan rendah. Ini dapat dimengerti karena protein yang bermutu baik terutama
pada bahan makanan yang berasal dari hewan seperti protein, susu, keju, telur, daging,
dan ikan (3). Bahan makanan tersebut cukup mahal , sehingga tidak terjangkau oleh
mereka yang berpenghasilan rendah. Akan tetapi faktor ekonomi bukan merupakan satusatunya penyebab penyakit ini. Ada berbagai protein nabati yang bernilai cukup baik,
misalnya kacang kedele, kacang hijau, dan sebagainya, akan tetapi karena tidak diketahui
atau tidak disadari, bahan makanan tersebut tidak digunakan sebagaimana mestinya.
Pengetahuan yang kurang tentang nilai bahan makanan, cara pemeliharaan anak,
disamping ketakhyulan merupakan faktor tambahan dari timbulnya penyakit kwashiorkor.
Keadaan higiene yang buruk, sehingga mereka mudah dihinggapi infeksi dan infestasi
parasit dan timbulnya diare mempercepat atau merupakan trigger mechanisme dari
penyakit ini.
PATOGENESIS
Pada kwashiorkor yang klasik, terjadi edema dan perlemakan hati disebabkan
gangguan metabolik dan perubahan sel. Kelainan ini merupakan gejala yang menyolok.
Pada penderita defisiensi protein, tidak terjadi katabolisme jaringan yang berlebihan,
karena persediaan energi dapat dipenuhi oleh jumlah kalori yang cukup dalam dietnya.
Namun, kekurangan protein dalam dietnya akan menimbulkan kekurangan berbagai asam
amino esensial yang dibutuhkan untuk sintesis.
Oleh karena dalam diet terdapat cukup karbohidrat, maka produksi insulin akan
meningkat dan sebagian asam amino dalam serum yang jumlahnya sudah kurang tersebut
akan disalurkan ke otot. Berkurangnya asam amino dalam serum merupakan
penyebabnya kurang pembentukan albumin oleh hepar, sehingga kemudian timbul
edema.
Perlemakan hati disebabkan gangguan pembentukan lipoproteinbeta sehingga transportasi
lemak dari hati ke depot lemak juga terganggu dan akibatnya terjadi akumulasi lemak
dalam hepar.
MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi dini pada kwashiorkor cukup samar-samar mencakup letargi,apati, dan
iritabilitas. Manifestasi lanjut yang berkembang dapat berupa pertumbuhan yang tidak
memadai, kurangnya stamina, hilangnya jaringan otot, menjadi lebih peka terhadap
serangan infeksi dan edema. Nafsu makan berkurang ,jaringan bawah kulit mengendor
dan lembek serta ketegangan otot menghilang. Pembesaran hati dapat terjadi secra dini

atau kalau sudah lanjut, infiltrasi lemak lazim ditemukan. Edema biasanya terjadi secara
dini,kegagalan mencapai penambahan BB ini dapat terselubungi oleh edema yang
terjadi ,yang kerap kali telah terdapat pada organ-organ dalam,sebelum ia dapat terlihat
pada muka dan anggota gerak.
1. Wujud Umum
Secara umumnya penderita kwashiorkor tampak pucat, kurus, atrofi pada ekstremitas,
adanya edema pedis dan pretibial serta asites. Muka penderita ada tanda moon face dari
akibat terjadinya edema.
2. Retardasi Pertumbuhan
Gejala penting ialah pertumbuhan yang terganggu. Selain berat badan, tinggi badan juga
kurang dibandingkan dengan anak sehat.
3. Perubahan Mental
Biasanya penderita cengeng, hilang nafsu makan dan rewel. Pada stadium lanjut bisa
menjadi apatis. Kesadarannya juga bisa menurun, dan anak menjadi pasif.
4. Edema
Pada sebagian besar penderita ditemukan edema baik ringan maupun berat. Edemanya
bersifat pitting. Edema terjadi bisa disebabkan hipoalbuminemia, gangguan dinding
kapiler, dan hormonal akibat dari gangguan eliminasi ADH.
5. Kelainan Rambut
Perubahan rambut sering dijumpai, baik mengenai bangunnya (texture), maupun
warnanya. Sangat khas untuk penderita kwashiorkor ialah rambut kepala yang mudah
tercabut tanpa rasa sakit. Pada penderita kwashiorkor lanjut, rambut akan tampak kusam,
halus, kering, jarang dan berubah warna menjadi putih. Sering bulu mata menjadi
panjang.
6. Kelainan Kulit
Kulit penderita biasanya kering dengan menunjukkan garis-garis kulit yang lebih
mendalam dan lebar. Sering ditemukan hiperpigmentasi dan persisikan kulit. Pada
sebagian besar penderita dtemukan perubahan kulit yang khas untuk penyakit
kwashiorkor, yaitu crazy pavement dermatosis yang merupakan bercak-bercak putih atau
merah muda dengan tepi hitam ditemukan pada bagian tubuh yang sering mendapat
tekanan (4,5). Terutama bila tekanan itu terus-menerus dan disertai kelembapan oleh
keringat atau ekskreta, seperti pada bokong, fosa politea, lutut, buku kaki, paha, lipat
paha, dan sebagainya. Perubahan kulit demikian dimulai dengan bercak-bercak kecil
merah yang dalam waktu singkat bertambah dan berpadu untuk menjadi hitam. Pada

suatu saat mengelupas dan memperlihatkan bagian-bagian yang tidak mengandung


pigmen, dibatasi oleh tepi yang masih hitam oleh hiperpigmentasi.
7. Kelainan Gigi dan Tulang
Pada tulang penderita kwashiorkor didapatkan dekalsifikasi, osteoporosis, dan hambatan
pertumbuhan. Sering juga ditemukan caries pada gigi penderita.
8. Kelainan Hati
Pada biopsi hati ditemukan perlemakan, bisa juga ditemukan biopsi hati yang hampir
semua sela hati mengandung vakuol lemak besar. Sering juga ditemukan tanda fibrosis,
nekrosis, da infiltrasi sel mononukleus. Perlemakan hati terjadi akibat defisiensi faktor
lipotropik.
9. Kelainan Darah dan Sumsum Tulang
Anemia ringan selalu ditemukan pada penderita kwashiorkor. Bila disertai penyakit lain,
terutama infestasi parasit ( ankilostomiasis, amoebiasis) maka dapat dijumpai anemia
berat. Anemia juga terjadi disebabkan kurangnya nutrien yang penting untuk
pembentukan darah seperti Ferum, vitamin B kompleks (B12, folat, B6). Kelainan dari
pembentukan darah dari hipoplasia atau aplasia sumsum tulang disebabkan defisiensi
protein dan infeksi menahun. Defisiensi protein juga menyebabkan gangguan
pembentukan sistem kekebalan tubuh. Akibatnya terjadi defek umunitas seluler, dan
gangguan sistem komplimen.
10. Kelainan Pankreas dan Kelenjar Lain
Di pankreas dan kebanyakan kelenjar lain seperti parotis, lakrimal, saliva dan usus halus
terjadi perlemakan.
11. Kelainan Jantung
Bisa terjadi miodegenerasi jantung dan gangguan fungsi jantung disebabkan hipokalemi
dan hipmagnesemia.
12. Kelainan Gastrointestinal
Gejala gastrointestinal merupakan gejala yang penting. Anoreksia kadang-kadang
demikian hebatnya, sehingga segala pemberian makanan ditolak dan makanan hanya
dapat diberikan dengan sonde lambung. Diare terdapat pada sebagian besar penderita. Hal
ini terjadi karena 3 masalah utama yaitu berupa infeksi atau infestasi usus, intoleransi
laktosa, dan malabsorbsi lemak. Intoleransi laktosa disebabkan defisiensi laktase.
Malabsorbsi lemak terjadi akibat defisiensi garam empedu, konyugasi hati, defisiensi
lipase pankreas, dan atrofi villi mukosa usus halus.

Dermatitis juga lazim ditemukan.Penggelapan kulit terjadi pada tempat-tempat yang


mengalami iritasi,namun tidak pada daerah-daerah yang terkena sinar
matahari.. Rambutnya biasanya jarang dan halu-halus serta kehilangan elastisitasnya.
Pada anak-anak yang berambut gelap dapat terlihat jalur-jalur rambut berwarna merah
atau abu-abu.Otot-otonya tampak lemah dan atrofi,tetapi sesekali dapat ditemukan lemak
dibawah kulit yang berlebihan.
DIAGNOSIS
Untuk menegakkan diagnosis kwashiorkor ini bias kita lihat melalui pemeriksaan fisis
dan pemeriksaan laboratorium. Dari pemeriksaan fisis yang pertama adalah inspeksi,
dapat kita lihat fisik penderita secara umum seperti yang telah dijelaskan diatas antara
lain edema dan kurus, pucat,moon face, kelainan kulit misalnya hiperpigmentasi, crazy
pavement dermatosis. Pada palpasi ditemukan hepatomegali.
Sementara untuk pemeriksaan laboratorium ada beberapa hal yang penting
diperhatikan berupa :
tes darah (Hb, glukosa, protein serum, albumin)
kadar enzim pencernaan
biopsi hati
pem. tinja & urin
perubahan yang paling khas adalah penurunan konsentrasi albumin dalam serum.
Ketonuria lazim ditemukan pada tingkat awal karena kekurangan makanan,tetapi sering
kemudian hilang pada keadaan penyakit lebih lanjut.
Kadar glukosa darah yang rendah,pengeluaran hidrosiprolin melalui urin,kadar asam
amino dalam plasma dapat menurun,jika dibandingkan dengan asam-asam amino yang
tidak essensial dan dapat pula ditemukan aminoasiduria meningkat.
Kerap kali juga ditemukan kekurangan kalium dan magnesium.Terdapat juga
penurunan aktifitas enzim-enzim dari pancreas dan xantin oksidase,tetapi kadarnya akan
kembali menjadi normal segera setelah pongobatan dimulai.
DIAGNOSIS BANDING
Diagnosa banding untuk sindroma kwashiorkor, antara lain ialah :
1. Defisiensi asam lemak bebas dan karboksilase multiple;
2.sindroma imunodefisiensi,
3.cyctic fibrosis,
4.histiositosis sel Langerhans.
PENGOBATAN
1.DIIETIK
- Makanan TKTP = 1 setengah x kebutuhan normal
Kebutuhan normal
0-3 tahun : 150 175 kcal/kg/hari, diberikan bertahap
Mg I : Fase stabilisasi (75% - 80% kebutuhan normal)
Protein : 1 - 1,5 gram/kgBB/hari

Mg II : Fase transisi ( 150% dari kebutuhan normal)


Protein : 2 - 3 gram/kgBB/hari
Mg III : Fase rehabilitasi ( 150 200% kebutuhan normal)
Protein : 4 - 6garm/kgBB/hari
2.PENAMBAHAN SUPLEMENTASI VITAMIN
Vitamin A 1 tahun : 200.000 SI (1 kali dalam 6 bulan)
Vitamin D + B kompleks + C
3 .MINERAL
- Jumlah cairan : 130 200 ml/kg/BB/hari (per oral / NGT)
- Kalau edem dikurangi
- Porsi kecil tetapi sering

PROGNOSIS
Penanganan yang cepat dan tepat pada kasus-kasus gizi seperti kwashiorkor,
umumnya dapat memberikan prognosis yang cukup baik. Penanganan pada stadium yang
lanjut,walaupun dapat meningkatkan kesehatan anak secara umum, namun ada
kemungkinannya untuk memperoleh gangguan fisik permanen dan gangguan intelektual.
Sedangkan bila penanganan terlambat atau tidak memperoleh penanganan sama sekali,
dapat berakibat fatal.
KOMPLIKASI
Shock
Koma
Cacat permanen
PENCEGAHAN
Pencegahannya dapat berupa diet adekuat dengan jumlah-jumlah yang tepat dari
karbohidrat, lemak (minimal 10% dari total kalori), dan protein (12 % dari total kalori).
Sentiasa mengamalkan konsumsi diet yang seimbang dengan cukup karbohidrat, cukup
lemak dan protein bisa mencegah terjadinya kwashiorkor. Protein terutamanya harus
disediakan dalam makanan. Untuk mendapatkan sumber protein yang bernilai tinggi bisa
didapatkan dari protein hewan seperti susu, keju, daging, telur dan ikan. Bisa juga
mendapatkan protein dari protein nabati seperti kacang ijo dan kacang kedelei (1)

MARASMUS
GIZI BURUK TIPE MARASMUS

PENDAHULUAN
Malnutrisi dapat akibat dari masukan makanan yang tidak sesuai atau tidak cukup akibat dari
penyerapan makanan yang tidak cukup, kebiasaan diet jelek, mengikuti mode makanan dan

faktor-faktor emosi dapat membatasi masukan.


Marasmus adalah salah satu bentuk gizi buruk yang sering ditemui pada Balita. Penyebabnya
multifaktorial antara lain masukan makanan yang kurang, faktor penyakit dan faktor lingkungan
serta ketidaktahuan untuk memilih makanan yang bergizi dan keadaan ekonomi yang tidak
menguntungkan.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis; untuk menentukan penyebab perlu
anamnesis makanan dan penyakit lain. Pencegahan terhadap marasmus ditujukan kepada
penyebab dan memerlukan pelayanan kesehatan dan penyuluhan yang baik. Pengobatan
marasmus ialah pemberian diet tinggi kalori dan tinggi protein dan penatalaksanaan di rumah
sakit yang dibagi atas: tahap awal, tahap penyesuaian dan rehabilitasi.
Marasmus adalah permasalahan gizi serius yang terjadi di negara-negara berkembang. Menurut
data WHO sekitar 49% dari 10,4 juta kematian di negara berkembang pada anak-anak dibawah
usia 5 tahun berkaitan dengan defisiensi energi dan protein sekaligus.

DEFINISI
Marasmus merupakan keadaan dimana seorang anak mengalami defisiensi energi dan protein.
Umumnya kondisi ini dialami masyarakat yang menderita kelaparan.
Gizi buruk tipe marasmus adalah suatu keadaan dimana pemberian makanan tidak cukup atau
higiene jelek disebabkan oleh defisiensi karbohidrat.
EPIDEMIOLOGI
Pada umumnya masyarakat indonesia telah mampu mengkonsumsi makanan yang cukup secara
kuantitatif. Namun dari segi kualitatif masih cukup banyak yang belum mampu mencukupi
kebutuhan gizi minimum.
Departemen Kesehatan juga telah melakukan pemetaan, dan hasilnya menunjukan bahwa
penderita gizi kurang ditemukan di 72% kabupatendi Indonesia. Indikasinya 2 4 dari 10 balita di
Indonesia menderita gizi kurang.
Sesuai dengan survai di lapangan, insiden gizi buruk dan gizi kurang pada anak balita yang
dirawat mondok di rumah sakit masih tinggi. Rani di RSU Dr. Pirngadi Medan mendapat 935
(38%) penderita malnutrisi dari 2453 anak balita yang dirawat. Mereka terdiri dari 67% gizi kurang
dan 33% gizi buruk.
Penderita gizi buruk yang paling banyak dijumpai ialah tipe marasmus. Arif di RS. Dr. Sutomo
Surabaya mendapatkan 47% dan Barus di RS Dr. Pirngadi Medan sebanyak 42%. Hal ini dapat
dipahami karena marasmus sering berhubungan dengan keadaan kepadatan penduduk dan
higiene yang kurang di daerah perkotaan yang sedang membangun dan serta terjadinya krisis
ekonomi di ludonesia.

ETIOLOGI
Marasmus ialah suatu bentuk kurang kalori-protein yang berat. Keadaan ini merupakan hasil
akhir dari interaksi antara kekurangan makanan dan penyakit infeksi. Selain faktor lingkungan,
ada beberapa faktor lain pada diri anak sendiri yang dibawa sejak lahir, diduga berpengaruh
terhadap terjadinya marasmus
Secara garis besar sebab-sebab marasmus ialah sebagai berikut:
Pemasukan kalori yang tidak cukup
Marasmus terjadi akibat masukan kalori yang sedikit, pemberian makanan yang tidak sesuai
dengan yang dianjurkan akibat dari ketidaktahuan orang tua si anak; misalnya pemakaian secara
luas susu kaleng yang terlalu encer.
Kebiasaan makan yang tidak tepat. Seperti mereka yang mempunyai hubungan orang tua anak
terganggu.
Kelainan metabolik
Misalnya: renal asidosis, idiopathic hypercalcemia, galactosemia, lactose intolerance.
Malformasi kongenital
Misalnya: penyakit jantung bawaan, penyakit Hirschprung, deformitas palatum, palatoschizis,
micrognathia, stenosis pilorus, hiatus hernia, hidrosefalus, cystic fibrosis pancreas.
PATOGENESA
Pada keadaan ini yang mencolok adalah pertumbuhan yang kurang atau terhenti disertai atrofi
otot dan menghilangnya lemak dibawah kulit. Pada mulanya keadaan tersebut adalah proses
fisiologis untuk kelangsungan hidup jaringan, ubuh memerlukan energi yang tidak dapat dipenuhi
oleh makanan yang masuk, sehingga harus didapat dari tubuh sendiri, sehingga cadangan
protein digunakan juga untuk memenuhi kebutuhan gizi tersebut.
GEJALA KLINIS
Pertumbuhan berkurang atau terhenti
Konsipasi atau diare
wajahnya tampak tua
Mata tampak besar dan dalam
Lemak pipi menghilang
Apatis
KOMPLIKASI
Defisiensi Vitamin A
Dermatosis

Kecacingan
diare kronis
tuberkulosis
PENGOBATAN
Pengobatan rutin yang dilakukan di rumah sakit berupa 10 langkah penting yaitu:
1. Atasi/cegah hipoglikemia
2. Atasi/cegah hipotermia
3. Atasi/cegah dehidrasi
4. Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit
5. Obati/cegah infeksi
6. Mulai pemberian makanan
7. Fasilitasi tumbuh-kejar (catch up growth)
8. Koreksi defisiensi nutrien mikro
9. Lakukan stimulasi sensorik dan dukungan emosi/mental
10. Siapkan dan rencanakan tindak lanjut setelah sembuh

2.1 Pengertian
Kwashiorkor merupakan kekurangan protein murni pada stadium berat.
Istilah kwashiorkor sendiri pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Cecily Williams
tahun 1933. Dr. Williams ini pertama kali menemukan penyakit ini di Ghana,
Afrika. Nama kwashiorkor diberikan sesuai dengan bahasa Ghana yang
artinya penyakit yang diperoleh anak pertama, bila anak kedua sedang di
tunggu kelahirannya. Ini dikarenakan saat menunggu kelahiran anak kedua
pada masyarakat Ghana tersebut, mereka sampai melupakan anak pertama
mereka, sehingga anak pertama tersebut kurang diperhatikan sampai mereka
akhirnya

kekurangan

asupan

nutrisi

terutama

protein

yang

akhirnya

mengakibatkan anak tersebut terkena kwashiorkor.

2.2 Epidemiologi
Menurut perkiraan Reutlinger dan Hydn saat ini diperkirakan di dunia
terdapat kurang lebih 1 milyar penduduk dunia kekurangan energy dan 500
juta diantaranya kekurangan protein. Kwasiorkor dilaporkan oleh berbagai
negeri terutama negeri yang sedang berkembang seperti Afrika, Asia,
Amerika Tengah, Amerika Selatan, dan bagian-bagian termiskin di Eropa.

Menurut Susenas dan survey yang telah dilakukan secara nasional


pada tahun 1989, prevalensi gizi buruk (KEP) pada balita 37,5% menurun
pada tahun 2000 menjadi 24,7%. Pada Susenas 2001, balita dengan gizi baik
adalah 64,14%, bergizi sedang 21,51% dan 9,35% bergizi buruk.
Menurut prevalensi jenis kelamin, ditemukan bahwa presentase KEP
lebih banyak terjadi pada balita laki-laki dibanding perempuan.
Kwashiorkor sering dijumpai pada anak usia 1-3 tahun, yang anak
tersebut mengalami keterlambatan untuk disapih dari ASI sehingga komposisi
gizi yang anak terima tidak seimbang/kurang terutama pada kebutuhan
proteinnya.
Penyakit ini banyak terdapat anak dari golongan penduduk yang
berpenghasilan rendah. Ini dapat dimengerti karena protein yang bermutu
baik terutama pada bahan makanan yang berasal dari hewan seperti protein,
susu, keju, telur, daging, dan ikan. Bahan makanan tersebut cukup mahal ,
sehingga tidak terjangkau oleh mereka yang berpenghasilan rendah. Akan
tetapi faktor ekonomi bukan merupakan satu-satunya penyebab penyakit ini.
Ada berbagai protein nabati yang bernilai cukup baik, misalnya kacang
kedele, kacang hijau, dan sebagainya, akan tetapi karena tidak diketahui atau
tidak disadari, bahan makanan tersebut tidak digunakan sebagaimana
mestinya. Pengetahuan yang kurang tentang nilai bahan makanan, cara
pemeliharaan anak, disamping ketakhyulan merupakan faktor tambahan dari
timbulnya penyakit kwashiorkor. Keadaan higiene yang buruk, sehingga
mereka mudah dihinggapi infeksi dan infestasi parasit dan timbulnya diare
mempercepat atau merupakan trigger mechanisme dari penyakit ini.
2.3 Etiologi
Penyebab terjadinya kwashiorkor adalah inadekuatnya intake protein yang
berlangsung kronis. Namun ada penyebab lain yang dapat menyebabkan
anak menderita kwashiorkor. Penyebab secara langsung dapat berupa infeksi
dan asupan makanan yang tidak seimbang. Penyebab tak langsung seperti
tidak cukupnya penyediaan makanan rumah tangga, pola asuh, sanitasi,
pelayanan kesehatan dasar, dan pendidikan yang rendah. Penyebab pokok
dapat berupa kurangnya pemberdayaan perempuan dan keluarga, kurangnya
pemanfaatan sumber daya masyarakat, pengangguran, inflasi, kurang

pangan dan kemiskinan, sedangkan krisis ekonomi, politik, dan social menjadi
akar masalah gizi (UNICEF, 1998).
2.3.1 Pola makan
Protein (dan asam amino) adalah zat yang sangat dibutuhkan anak untuk
pertunbuhan dan perkembangannya, selain itu protein juga berfungsi sebagai
sumber energi jika karbohidrat dan lemak tidak lagi mencukupi dalam
penyediaan energi. Pada anak kebutuhan protein tinggi, karena pembentukan
jaringan terjadi secara besar-besaran pada usia ini. Kebutuhan protein dan
kalori pada setiap tahapan umur berbeda, namun secara umum dapat
disimpulkan bahwa kebutuhan protein dan energy akan meningkat bersama
bertambahnya usia (tabel 2.1)
Meskipun intake makanan mengandung kalori yang cukup, tidak semua
makanan mengandung protein/ asam amino yang memadai. Bayi yang masih
menyusui umumnya mendapatkan protein dari ASI yang diberikan ibunya,
namun bagi yang tidak memperoleh ASI protein dari sumber-sumber lain
(susu, telur, keju, tahu dan lain-lain) sangatlah dibutuhkan. Anak dengan
kelahiran prematuritas memiliki resiko kwashiorkor karena reflex menghisap
ASI yang kurang dari puting susu ibu.
Kurangnya

pengetahuan

ibu

mengenai

keseimbangan

nutrisi

anak

berperan penting terhadap terjadi kwashiorkhor, terutama pada masa


peralihan ASI ke makanan pengganti ASI.
Tabel 2.1 Daftar kebutuhan energy dan kalori berdasarkan umur
Umur
Energi (Kkal)
Protein (gr)
0-6 bulan
550
10
7-12 bulan

650

16

1-3 tahun

1000

25

4-6 tahun

1550

39

2.3.2 Sosial
Hidup di negara dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi,
keadaan sosial dan politik tidak stabil, ataupun adanya pantangan untuk
menggunakan makanan tertentu dan sudah berlansung turun-turun dapat
menjadi hal yang menyebabkan terjadinya kwashiorkor.

2.3.3 Ekonomi
Kemiskinan

keluarga/

penghasilan

yang

rendah

yang

tidak

dapat

memenuhi kebutuhan berakibat pada keseimbangan nutrisi anak tidak


terpenuhi, saat dimana ibunya pun tidak dapat mencukupi kebutuhan
proteinnya.
2..3.4 Infeksi dan penyakit
Infeksi berkaitan dengan sanitasi lingkungan tempat tinggal yang kurang.
Adanya interaksi sinergis antara MEP dan infeksi. Infeksi derajat apapun
dapat memperburuk keadaan gizi. Dan sebaliknya MEP, walaupun dalam
derajat ringan akan menurunkan imunitas tubuh terhadap infeksi.
2.3.5 Pendidikan
Diyakini bahwa factor pendidikan orangtua juga berpengaruh pada
status gizi anak. Orangtua dengan pendidikan yang tinggi akan memberikan
respon yang lebih rasional disbanding mereka yang berpendidikan rendah.
Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka semakin mudah seseorang
dalam menerima serta mengembangkan pengetahuan dan teknologi yang
dapat meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan keluarganya (Hapsari,
2001).
Ayah yang memiliki pendidikan tinggi akan meningkatkan status ekonomi
rumah tangga, dan ibu yang memiliki pendidikan tinggi juga akan lebih
memahami kebutuhan perkembangan anak.
2.3.6 Pekerjaan
Ibu yang memiliki pekerjaan diluar rumah kebanyakan membuat anak
kekurangan perhatian dan pemantauan status gizinya. Hal ini berkaitan
dengan jatah pemberian ASI pada bayi. Ibu dengan pekerjaan pagi sampai
sore membuat bayi tidak mendapatkan ASI, pemberian susu pengganti ASI
dan makanan tambahan yang tidak dilakukan juga akanmemperburuk status
gizi bayinya.
2.3.7 Jumlah Keluarga
Keluarga dengan anggota yang besar mempunyai resiko kelaparan 4 kali
lebih besar dibandingkan dengan keluarga beranggotakan kecil, dan beresiko
juga mengalami kurang gizi sebanyak 5 kali lebih besar di banding keluarga
kecil (Berg, 1986).
2.3.8

Umur

Anak-anak dengan usia lebih dari 2 tahun memiliki resiko lebih besar
pada status gizinya, hal ini disebabkan karena paparan lingkungan yang lebih
sering karena anak mulai aktif menyebabkan anak mudah sakit sehingga
kebutuhan proteinnya lebih besar untuk pembentukan imunitas.
Pemberian ASI pada anak usia 1-2 tahun juga dinilai kurang baik jika
tidak ditambah dengan pemberian makanan tambahan, hal ini karena
kebutuhan protein pada usia terseut meningkat tajam.
2.3.9

Jenis kelamin
Laki-laki memiliki kebutuhan protein yang lebih tinggi di banding
perempuan, hal ini karena fisiologi laki-laki yang tampil lebih aktif dan kuat
dibanding perempuan.
Usia
10-12 tahun

Tabel 2.2 Kebutuhan Protein Berdasar Jenis Kelamin


Pria
Wanita
50g
50g

13-15 tahun

60g

57g

16-18 tahun

65g

55g

2.3.10 Keracunan
Keracunan aflaktoksin yaitu berupa zat yang disekreksikan jamur dapat
memicu terjadinya kwashiorkor karena aflaktosin ini akan merusak hati yang
merupakan pensintesa protein. Jika hati rusak maka protein akan terproduksi
kurang dan memicu kwashiorkor pada anak.

2.4 Tanda dan Gejala Klinis

Tanda atau gejala yang dapat dilihat pada anak dengan Malnutrisi protein
berat-Kwashiorkor, antara lain:
1.

Pertumbuhan linear terhenti


Biasanya anak akan terlihat lebih pendek dari normal. Namun biasanya jika
terjadi edema, maka ciri-ciri ini menjadi terkaburkan.

2.

Edema gerenal (muka sembab, punggung kaki, perut yang membuncit).


Edema ini terjadi karena akumulasi cairan di jaringan yang mengakibatkan
pembengkakan. Hal ini karena protein yang berfungsi untuk menjaga
keseimbangan cairan tidak ada, sehingga cairan akan keluar dari jalurnya dan
menumpuk di jaringan. Biasanya kondisi ini terjadi pada kwashiorkor pada
derajat tertentu. Pembengkakan berawal pada kaki yang dipengaruhi oleh
gaya gravitasi, tekanan hidrostatik dan onkontik (Sadewa, 2008) dan
kemudian menyebar ke tangan dan wajah (moonface). Edema dapat
diperiksa

dengan

cara

menekan

area

misal

kaki

denngan

ditekan

menggunakan ibu jari selama 3 detik maka pada area tekan akan
membentuk cekungan yang membutuhkan waktu lebih lama beberapa
detik/menit

untuk

kembali

ke

keadaan

semula.

Lamanya

proses

pengembalian ini terjadi karena penurunan tekanan onkotik intravascular.


3.

Diare yang tidak membaik.

Anak dengan kwashiorkor mempunyai pertahanan tunuh yang meburuk


sehingga memudahkan terkena infeksi, dan infeksi yang paing sering adalah
pada saluran cerna yang mengakibatkan diare.
4.

Dermatitis, perubahan pigmen kulit (deskuamasi dan vitiligo).


Berupa

bintik-bintik/belang

hiperpigmentasi

bilateral

pada

kulit

yang

mengelupas mirip luka bakar yang biasanya terjadi pada pantat dan paha.
Luka ini akan sulit sembuh karena tidak adanya protein untuk regenerasi sel.
5.

Perubahan warna rambut menjadi kemerahan, mudah dicabut, kusam, dan


lurus (Rambut jagung).
Rambut berwarna selang-seling (flag sign) ini karena protein yang menyuplai
rambut tidak ada. Kuku, kulit dan kuku membutuhkan banyak protein yang
mengandung sulfur untuk pemeliharaan dan regenerasinya.

6.

Penurunan masa dan pengecilan otot


Protein kolagen merupakan protein utama otot dan jaringan ikat. Tanda ini
akan terlihat saat anak diperiksa dalam posisi berdiri atau duduk. Adanya
pengecilan otot menyebabkan lengan atas penderita kurus sehingga ukuran
LILAnya kurang dari 14cm.

7.

Perubahan mental seperti lethargia, iritabilitas dan apatis dapat terjadi.


Anak dengan kwashiorkor lebih mudah tersinggung saat diganggu, suka
merengek, ia cenderung tidak aktif dan tidak tampak gembira. Keinginan
makannya pun menjadi menurun (anoreksia).

8.

Perubahan lain yang dapat terjadi adala perlemakan hati, gangguan fungsi
ginjal, dan anemia.
Anemia dapat terlihat dari perubahan warna kulit anak yang menjadi pucat.
Anemia terjadi karena kurangnya protein untuk mensintesis sel darah
terutama sel darah merah.
Hepatomegali dapat terjadi akibat konsumsi protein yang rendah dan terlalu
banyak makan makanan yang mengandung karbohidrat. Hal ini terjadi karena
kerja hati akan menjadi berat untuk memetabolisme karbohidrat namun
protein sebagai pemelihara dan regenerasi selnya kurang, sehingga hati
mengalami infeksi dan terjadi hepatomegali. Saat di palpasi maka akan
teraba permukaan hati.

9.

Pandangan mata anak sayu (xeroftalmia/keratomalasia)

Keadaan permukaan anak halus dari keseluruhan kornea, jika kondisinya


buruk maka kornea akan berubah berwarna putih. Ini diakibatkan oleh
kurangnya protein dalam tubuh.
2.5 Patofisiologi
Kwashiorkor disebabkan karena kurangnya asupan protein dan kalori
yang berat. Kwarshiokor ini bisa disebabkan karena malabsorbsi, kegagalan
sintesa protein dan kalori atau karena faktor ekonomi. Ketiga faktor tersebut
akan menyebabkan masukan nutrisi pada anak berkurang. Nutrisi yang
kurang inilah yang mengakibatkan asupan nutrisi protein dan kalori yang
terkandung dalam makanan berkurang juga. Berkurangnya kalori ini akan
menyebabkan

tubuh

mengambil

cadangan

lemak

di

kulit

untuk

menggantikan kalori yang dibutuhkan sehingga lama-kelamaan cadangan


lemak pun akan hilang. Lemak yang hilang membuat bantalan kulit hilang
sehingga kulit terlihat keriput dan kehilangan elastisitasnya.
Kurangnya protein akan menyebabkan regenerasi dalam tubuh juga
mengalami kekacauan, sel yang tak teregenerasi mengakibatkan daya tahan
tubuh turun, sehingga mengkondisikan tubuh pada posisi yang lemah dan
rentan terhadap infeksi dan serangan penyakit. Infeksi ini dapat menyerang
saluran pencernaan sehingga dapat mengakibatkan anak menjadi tidak nafsu
makan yang malah akan memperburuk status gizinya. Protein yang menurun
juga akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tubuhnya.
2.6 Komplikasi Dan Prognosis
Anak dengan kwashiorkor akan lebih mudah untuk terkena infeksi
dikarenakan lemahnya sistem imun, dalam penelitian didapatkan bahwa anak
dengan kwashiorkor meningkatkan resiko kematian dan kesakitan pada anak
rentan biologis. Resiko kematian penderita kwashiorkor 55%, kematian ini
terjadi karena disertai dengan beberapa kasus infeksi seperti tuberculosis,
radang paru dan infeksi saluran cerna (Nelson, 2007). Tinggi maksimal dan
kempuan potensial untuk tumbuh tidak akan pernah dapat dicapai oleh anak
dengan riwayat kwashiorkor. Bukti secara statistik mengemukakan bahwa
kwashiorkor yang terjadi pada awal kehidupan (bayi dan anak-anak) dapat
menurunkan IQ secara permanen. Komplikasi lain yang dapat terjadi adalah

anemia, luka yang tak sembuh, cacat pada fisik, syok, perawakan pendek,
dan kerusakan hati.
Prognosis dari kwashiorkor adalah baik, akan tetapi dalam beberapa
kasusyang tidak diobati dan diabaikan akan menjadi buruk dan serius.
Kebanyakan kematian pada anak dengan kwashiorkor terjadi setelah 3 hari ia
dirawat di rumah sakit, ini terjadi karena keterlambatan keluarga membawa
anak ke rumah sakit. Biasanya keluarga membawa anak ke rumah sakit saat
kondisi

anak

sudah

parah

dan

telah

terjadi

komplikasi,

sehingga

mengakibatkan prospek pengobatan yang dilakukan rendah.


Kwashiorkor sangat bergantung pada pengobatan dan keefisienan
penanganan. Semakin dini penanganan bisa memberikan hasil yang baik.
Penanganan yang terlambat (late stages) mungkin dapat mengakibatkan
gangguan fisik yang permanen pada anak.
2.7 Pencegahan
Pencegahannya dapat berupa diet adekuat dengan jumlah-jumlah yang
tepat dari karbohidrat, lemak (minimal 10% dari total kalori), dan protein (12
% dari total kalori). Sentiasa mengamalkan konsumsi diet yang seimbang
dengan cukup karbohidrat, cukup lemak dan protein bisa mencegah
terjadinya

kwashiorkor.

Protein

terutamanya

harus

disediakan

dalam

makanan. Untuk mendapatkan sumber protein yang bernilai tinggi bisa


didapatkan dari protein hewan seperti susu, keju, daging, telur dan ikan. Bisa
juga mendapatkan protein dari protein nabati seperti kacang ijo dan kacang
kedelei.
2.8 Pengobatan
Anak dengan kwashiorkor memiliki kecenderungan mengalami
dehidrasi. Sehingga penanganan awal bisa dilakukan dengan pemberian
cairan pada anak. Pemberian cairan dapat dilakukan secara peroral, NGT,
maupun infuse ringer laktat. Pemberian antibiotic juga penting mengingat
pertahanan tubuh anak yang rendah, sehingga dapat diberikan antibiotic
selama 10hari.
Bila dehidrasi telah tertangani maka selanjutnya pemberian nutrisi
yang diawali dengan susu enver dengan kekentalan yang di tingkatkan
sedikit demi sedikit. Pemberian makan berenergi tinggi dapat diberikan bila

keadaan pencernaan membaik, sperti susu skim, minyak, gula. Pemberian


makanan ini harus juga diperhitungkan ketepatan waktunya. Karena jika
pemberian terlalu awal atau lambat akan menyebabkan hati membesar,
perut kembung dan penyembuhan lambat.
Pelaksanaan pengobatan dapat dibagi menjadi 3 tahap, yaitu:
a.

Tahap Awal (1-2hari)


Merupakan tahap kritis (penyelamatan jiwa). Pelaksanaan dengan
mengoreksi keadaan dehidrasi dan asidosis dengan pemberian cairan i.v.
Pemberian cairan yang dimaksud berupa ringer laktat 5%, awalnya berikan
60ml/KgBB pada 4-8 jam pertama, kemudian 140ml dan sisanya 16-20 jam
berikutnya.

b.

Tahap Penyesuaian (1-2 minggu)


Pada tahap ini kemampuan pasien disesuaikan untuk menerima
makanan sehingga ia akan mampu menerima terapi diet tinggi energy dan
tinggi protein. Pemberiaan terapi ini sesuai dengan berat badan pasien saat
masuk ke rumah sakit. Jika berat badan pasien kurang dari 7 bulan, maka
pemberian makana dilakukan seperti pada bayi, berupa makanan formula
yang dimodifikasi seperti susu rendah laktosa, makanan lumat dan lembek.
Jika pasien berat badannya diatas 7 kg, maka diberikan makanan cair,
kemudian lunak dan biasa.
Pemberian makanan dimulai dengan energy 50Kkal/KgBB/hari, cairan
200ml/KgBB/hari, glukosa 5%, berikan makanan dalam porsi kecil namun
sering. Biasanya dokter juga akan meresepkan antibiotic untuk mengobati
infeksi yang terjadi.

c.

Tahap Penyembuhan
Jika nafsu makan pasien membaik, maka pemberian makanan di
tingkatkan setiap 1-2 hari. Hal ini terus dilakukan sampai anak mampu
mengkonsumsi 150-200Kkal/Kg/hari dan 2-5g protein/KgBB/hari.

d.

Tahap Lanjutan
Tahap ini dilakukan saat pasien akan pulang. Pasien harus dibiasakan
makan makanan yang bukan program diet TETP. Untuk menjaga kondisi gizi
anak saat di rumah maka perlu dilakukan penyuluhan dan pemberian
informasi kepada orangtua mengenai penyediaan makanan sesuai dengan
kebutuhan anak. Perlu diperhatikan oleh perawat, dalam penyampaian

informasi ini sebaiknya perawat melihat latar belakang ekonomi keluarga dan
pemilihan menu makanan yang dianjurkan kepada keluarga agar keluarga
tidak terbebani dan dapat diterapkan oleh keluarga sesuai dengan daya
belinya.
Tabel 2.3 Daftar nilai protein dalam makanan (gram/100gram)
Bahan Makanan
Nilai Protein
Kacang kedelai
34,9
Kacang merah

29,1

Kacang tanah

25,3

Tempe kedelai murni

18,3

Tahu

7,8

Telur ayam

12,0

Jagung kuning

9,2

Mie kering

7,9

Kentang

2,0

Gaplek

1,5

Singkong

1,2

Daun singkong

6,8

Bayam

3,5

Kangkung

3,0

Wortel

1,2

Tomat masak

1,0

Selama pasien di rumah sakit, perawat dapat memberikan


suplemen tambahan pada pasien:
a. Glukosa secara i.v jika pasien mengalami hipoglikemia
b. KCl sesuai kebutuhan, bila terjadi hipokalemia
c.

Magnesium berupa magnesium sulfat 50% diberikan i.m bila terjadi


hipomagnesimia

d. Vitamin A 200.000 SI secara oral atau 100.000 SI secara i.m bila terjadi
xeroftalmia pada anak.
e. Zat besi dan asam folat bila terjadi anemia pada kwashiorkor berat.

3.

4.

. Kadar Albumin

:Albumin merupakan salah satu kompenen dari protein.

Kadar albumin normal adalah 4-5,2g/dl. Namun pada anak kwashiorkor ringan
kadar albumin hanya 2,7-3,4g/dl dan pada kwashiorkor berat 2,1g/dl.
. Tes Imun

:Jumlah limfosit kurang dari 1500sel/mm menandakan

penurunan generasi sel T yang sensitive terhadap malnutrisi.


Tes Kreatinin (Cr)

:Normal kreatinin 20-35g/dl/24jam, penurunan Cr

sebanyak 60% menandakan terjadi penurunan berat badan.


Tes Hemoglobin

: Nilai normal pada bayi adalah 9-14 u/L dan pada anak

6-12 bulan 11,5-15 u/L. Bila didapatkan hemoglobin menurun maka anak
mengalami anemia akibat penurunan protein sehingga terjadi

gangguan

pembentukan sel darah.


BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kwashiorkor merupakan kekurangan protein murni pada stadium
berat. Istilah kwashiorkor sendiri pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Cecily
Williams tahun 1933. Dr. Williams ini pertama kali menemukan penyakit ini di
Ghana, Afrika.
Faktor penyebabnya dapat berupa ekonomi, pola makan, social,
pendidikan, umur, jenis kelamin, pekerjaan orangtua dan lain-lain. Semua
factor ini oleh UNICEF di bagi menjadi factor langsung, tak langsung, pokok
dan akar masalah.
Ciri anak yang mengalami kwashiorkor adalah ada edema pada kaki,
tangan dan wajah; anak menjadi pendiam, kurang bahagia, dan rewel; anak
mengalami diare; terdapat dermatitis; rambut anak kusam, lurus, kemerahan
dan mudah di cabut;berat badan anak kurang.
Pencegahannya dapat berupa pemvariasian makanan dalam rumah,
tidak harus mahal namun mencukupi kandungan gizinya missal tempe, tahu,
telur ayam, kacang hijau dan lain-lain.
5.2 Saran
Diharapkan kepada mahasiswa, khususnya mahasiswa keperawatan
agar dapat mengerti, memahami dan dapat menjelaskan tentang penyakit
kwasiorkor

yang

pada

akhirnya

mampu

melakukan

segala

bentuk

pencegahan demi menekan angka insidensi penyakit kwashiorkor ini. Selain


itu, mahasiswa juga diharapkan lebih banyak menggali kembali informasi
tentang hal yang terkait dengan itu untuk mengetahui dan memperoleh
informasi yang lebih dalam lagi.

DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Carpenito. 2000. Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis Ed. 6. Jakarta:
EGC.
Craft-Rosernberg, Martha dan Smith, Kelly. 2010. Nanda Diagnosa Keperawatan
Definisi dan klasifikasi. Yogyakarta: Digna Pustaka.
Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Soetjiningsih. 1998. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC
Supariasa, I Dewa Nyoman. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC
Tangkilisan, Helena Aneke. 2001. A Case Of Kwashiorkor In Child With Congenital
Hipothyroidism.

Peadiatrica

Indonesiana

Manado
Diposkan 5th June 2012 oleh bayutirta hadi p
0
Add a comment

Mar
26

2001;41:305-307:

Universitas

Anda mungkin juga menyukai