4.
5.
6.
7.
8.
Mudah terkena penyakit ispa, diare, dan yang lebih sering terjadi.
Zat antibody tidak sempurna
Jika terinfeksi sukar sembuh serta mudah berkomplikasi
Rentan terhadap penyakit TBC
Bisa menyebabkan kematian bila tidak dirawat secara intensif.
Selalu ada oedema (bengkak), terutama pada kaki dan tungkai bawah.
Sifatnya pitting oedema. Bayi tampak gemuk, muka membulat (moon
face), karena oedema. Cairan oedema sekitar 5-20% dari jumlah berat badan
yang diperhitungkan dari penurunan berat badan ketika tidak oedema lagi
(pada masa penyembuhan).
Rambut berubah menjadi warna kemerahan atau abu-abu, menipis dan
mudah rontok, apabila rambut keriting menjadi lurus.
Kulit tampak pucat dan biasanya disertai anemia.
Terjadi dispigmentasi dikarenakan habisnya cadangan energi atau protein.
Pada kulit yang terdapat dispigmentasi akan tampak pucat. Sering terjadi
dermatitis (radang pada kulit). Kulit mudah luka karena tidak adanya
tryptophan dan nicotinamide, meskipun kekurangan zinc bisa juga menjadi
penyebab dermatitis. Pada kasus kwashiorkor tingkat berat kulit akan
mengeras seperti keripik terutama pada persendian utama. Bibir retak-retak,
lidah pun menjadi lunak dan gampang luka.
Pada kwashiorkor, pengaruh terhadap sistem neurologi dijumpai adanya
tremor seperti Parkinson yang berpengaruh terhadap jaringan (cabang)
syaraf tunggal maupun syaraf kelompok pada otot. Seperti otot mata sering
terjadi terus berkedip, atau pada pita suara yang menghasilkan suara getar
serak/cengeng.
Perubahan mental juga terjadi misalnya bayi menjadi cengeng, apatis,
hilangnya nafsu makan dan sukar diberi makan/disulang. Gejala anemia dan
defisiensi mikronutrien juga sering dijumpai pada kasus ini.
Etiologi
Penyebab
terjadinya
kwashiorkor
adalah
inadekuatnya
intake
protein
yang
keseimbangan
nutrisi
anak
berperan
penting
terhadap
terjadi
tertentu dan sudah berlansung turun-turun dapat menjadi hal yang menyebabkan
terjadinya kwashiorkor.
3. Faktor ekonomi
Kemiskinan keluarga/ penghasilan yang rendah yang tidak dapat memenuhi
kebutuhan berakibat pada keseimbangan nutrisi anak tidak terpenuhi, saat dimana
ibunya pun tidak dapat mencukupi kebutuhan proteinnya.
4. Faktor infeksi dan penyakit lain
Telah lama diketahui bahwa adanya interaksi sinergis antara MEP dan infeksi. Infeksi
derajat apapun dapat memperburuk keadaan gizi. Dan sebaliknya MEP, walaupun
dalam derajat ringan akan menurunkan imunitas tubuh terhadap infeksi.
Epidemiologi
Kasus ini sering dijumpai di daerah miskin, persediaan makanan yang terbatas, dan
tingkat pendidikan yang rendah. Penyakit ini menjadi masalah di negara-negara
miskin dan berkembang di Afrika, Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Asia
Selatan. Di negara maju sepeti Amerika Serikat kwashiorkor merupakan kasus yang
langka.
Berdasarkan SUSENAS (2002), 26% balita di Indonesia menderita gizi kurang dan
8% balita menderita gizi buruk (marasmus, kwashiorkor, marasmus-kwashiorkor)
sumber:
wikipedia
belibis-a17.com
GIZI BURUK
TIPE KWASHIORKOR
PENDAHULUAN
Definisi kwashiorkor adalah satu bentuk malnutrisi yang disebabkan oleh defisiensi
protein yang berat bisa dengan konsumsi energi dan kalori tubuh yang tidak mencukupi
kebutuhan. Kwashiorkor atau busung lapar adalah salah satu bentuk sindroma dari
gangguan yang dikenali sebagai Malnutrisi Energi Protein (MEP) Dengan beberapa
karakteristik berupa edema dan kegagalan pertumbuhan,depigmentasi,hyperkeratosis.
Penyakit ini merupakan bentuk malnutrisi paling banyak didapatkan di dunia ini, pada
dewasa ini,terutama sekali pada wilayah-wilayah yang masih terkebelakangan bidang
industrinya.(1)
Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Cicely D. Williams pada rangkaian
saintifik internasional melalui artikelnya Lancet 1935 (1,9). Beliau pada tahun 1933
melukiskan suatu sindrom tersebut berhubungan dengan defisiensi dari nutrien apa.
Akhirnya baru diketahui defisiensi protein menjadi penyebabnya (1).
Walaupun sebab utama penyakit ini ialah defisiensi protein, tetapi karena biasanya bahan
makanan yang dimakan itu juga kurang mengandung nutrien lainnya, maka defisiensi
protein disertai defisiensi kalori sehingga sering penderita menunjukkan baik gejala
kwashiorkor maupun marasmus (1).
ETIOLOGI
Kwashiorkor paling seringnya terjadi pada usia antara 1-4 tahun ,namun dapat pula
terjadi pada bayi .Kwashiorkor yang mungkin terjadi pada orang dewasa adalah sebagai
komplikasi dari parasit atau infeksi lain.
Banyak hal yang menjadi penyebab kwashiorkor, namun faktor paling mayor adalah
menyusui, yaitu ketika ASI digantikan oleh asupan yang tidak adekuat atau tidak
seimbang. Setelah usia 1 tahun atau lebih ,kwashiorkor dapat muncul bahkan ketika
kekurangan bahan pangan bukanlah menjadi masalahnya, tetapi kebiasaan adat atau
ketidak tahuan (kurang nya edukasi) yang menyebabkan penyimpangan keseimbangan
nutrisi yang baik.
Walaupun kekurangan kalori dan bahan-bahan makanan yang lain memepersulit polapola klinik dan kimiawinya, gejala-gejala utama malnutrisi protein disebabkan oleh
kekurangan pemasukan protein yang mempunyai nilai biologik yang baik.Bisa juga
terdapat gangguan penyerapan protein,misalnya yang dijumpai pada keadaan diare
kronik,kehilangan protein secara tidak normal pada proteinuria (nefrosis),
infeksi,perdarahan atau luka-luka bakar serta kegagalan melakukan sintesis protein,
seperti yanga didapatkan pula pada penyakit hati yang kronis.
atau kalau sudah lanjut, infiltrasi lemak lazim ditemukan. Edema biasanya terjadi secara
dini,kegagalan mencapai penambahan BB ini dapat terselubungi oleh edema yang
terjadi ,yang kerap kali telah terdapat pada organ-organ dalam,sebelum ia dapat terlihat
pada muka dan anggota gerak.
1. Wujud Umum
Secara umumnya penderita kwashiorkor tampak pucat, kurus, atrofi pada ekstremitas,
adanya edema pedis dan pretibial serta asites. Muka penderita ada tanda moon face dari
akibat terjadinya edema.
2. Retardasi Pertumbuhan
Gejala penting ialah pertumbuhan yang terganggu. Selain berat badan, tinggi badan juga
kurang dibandingkan dengan anak sehat.
3. Perubahan Mental
Biasanya penderita cengeng, hilang nafsu makan dan rewel. Pada stadium lanjut bisa
menjadi apatis. Kesadarannya juga bisa menurun, dan anak menjadi pasif.
4. Edema
Pada sebagian besar penderita ditemukan edema baik ringan maupun berat. Edemanya
bersifat pitting. Edema terjadi bisa disebabkan hipoalbuminemia, gangguan dinding
kapiler, dan hormonal akibat dari gangguan eliminasi ADH.
5. Kelainan Rambut
Perubahan rambut sering dijumpai, baik mengenai bangunnya (texture), maupun
warnanya. Sangat khas untuk penderita kwashiorkor ialah rambut kepala yang mudah
tercabut tanpa rasa sakit. Pada penderita kwashiorkor lanjut, rambut akan tampak kusam,
halus, kering, jarang dan berubah warna menjadi putih. Sering bulu mata menjadi
panjang.
6. Kelainan Kulit
Kulit penderita biasanya kering dengan menunjukkan garis-garis kulit yang lebih
mendalam dan lebar. Sering ditemukan hiperpigmentasi dan persisikan kulit. Pada
sebagian besar penderita dtemukan perubahan kulit yang khas untuk penyakit
kwashiorkor, yaitu crazy pavement dermatosis yang merupakan bercak-bercak putih atau
merah muda dengan tepi hitam ditemukan pada bagian tubuh yang sering mendapat
tekanan (4,5). Terutama bila tekanan itu terus-menerus dan disertai kelembapan oleh
keringat atau ekskreta, seperti pada bokong, fosa politea, lutut, buku kaki, paha, lipat
paha, dan sebagainya. Perubahan kulit demikian dimulai dengan bercak-bercak kecil
merah yang dalam waktu singkat bertambah dan berpadu untuk menjadi hitam. Pada
PROGNOSIS
Penanganan yang cepat dan tepat pada kasus-kasus gizi seperti kwashiorkor,
umumnya dapat memberikan prognosis yang cukup baik. Penanganan pada stadium yang
lanjut,walaupun dapat meningkatkan kesehatan anak secara umum, namun ada
kemungkinannya untuk memperoleh gangguan fisik permanen dan gangguan intelektual.
Sedangkan bila penanganan terlambat atau tidak memperoleh penanganan sama sekali,
dapat berakibat fatal.
KOMPLIKASI
Shock
Koma
Cacat permanen
PENCEGAHAN
Pencegahannya dapat berupa diet adekuat dengan jumlah-jumlah yang tepat dari
karbohidrat, lemak (minimal 10% dari total kalori), dan protein (12 % dari total kalori).
Sentiasa mengamalkan konsumsi diet yang seimbang dengan cukup karbohidrat, cukup
lemak dan protein bisa mencegah terjadinya kwashiorkor. Protein terutamanya harus
disediakan dalam makanan. Untuk mendapatkan sumber protein yang bernilai tinggi bisa
didapatkan dari protein hewan seperti susu, keju, daging, telur dan ikan. Bisa juga
mendapatkan protein dari protein nabati seperti kacang ijo dan kacang kedelei (1)
MARASMUS
GIZI BURUK TIPE MARASMUS
PENDAHULUAN
Malnutrisi dapat akibat dari masukan makanan yang tidak sesuai atau tidak cukup akibat dari
penyerapan makanan yang tidak cukup, kebiasaan diet jelek, mengikuti mode makanan dan
DEFINISI
Marasmus merupakan keadaan dimana seorang anak mengalami defisiensi energi dan protein.
Umumnya kondisi ini dialami masyarakat yang menderita kelaparan.
Gizi buruk tipe marasmus adalah suatu keadaan dimana pemberian makanan tidak cukup atau
higiene jelek disebabkan oleh defisiensi karbohidrat.
EPIDEMIOLOGI
Pada umumnya masyarakat indonesia telah mampu mengkonsumsi makanan yang cukup secara
kuantitatif. Namun dari segi kualitatif masih cukup banyak yang belum mampu mencukupi
kebutuhan gizi minimum.
Departemen Kesehatan juga telah melakukan pemetaan, dan hasilnya menunjukan bahwa
penderita gizi kurang ditemukan di 72% kabupatendi Indonesia. Indikasinya 2 4 dari 10 balita di
Indonesia menderita gizi kurang.
Sesuai dengan survai di lapangan, insiden gizi buruk dan gizi kurang pada anak balita yang
dirawat mondok di rumah sakit masih tinggi. Rani di RSU Dr. Pirngadi Medan mendapat 935
(38%) penderita malnutrisi dari 2453 anak balita yang dirawat. Mereka terdiri dari 67% gizi kurang
dan 33% gizi buruk.
Penderita gizi buruk yang paling banyak dijumpai ialah tipe marasmus. Arif di RS. Dr. Sutomo
Surabaya mendapatkan 47% dan Barus di RS Dr. Pirngadi Medan sebanyak 42%. Hal ini dapat
dipahami karena marasmus sering berhubungan dengan keadaan kepadatan penduduk dan
higiene yang kurang di daerah perkotaan yang sedang membangun dan serta terjadinya krisis
ekonomi di ludonesia.
ETIOLOGI
Marasmus ialah suatu bentuk kurang kalori-protein yang berat. Keadaan ini merupakan hasil
akhir dari interaksi antara kekurangan makanan dan penyakit infeksi. Selain faktor lingkungan,
ada beberapa faktor lain pada diri anak sendiri yang dibawa sejak lahir, diduga berpengaruh
terhadap terjadinya marasmus
Secara garis besar sebab-sebab marasmus ialah sebagai berikut:
Pemasukan kalori yang tidak cukup
Marasmus terjadi akibat masukan kalori yang sedikit, pemberian makanan yang tidak sesuai
dengan yang dianjurkan akibat dari ketidaktahuan orang tua si anak; misalnya pemakaian secara
luas susu kaleng yang terlalu encer.
Kebiasaan makan yang tidak tepat. Seperti mereka yang mempunyai hubungan orang tua anak
terganggu.
Kelainan metabolik
Misalnya: renal asidosis, idiopathic hypercalcemia, galactosemia, lactose intolerance.
Malformasi kongenital
Misalnya: penyakit jantung bawaan, penyakit Hirschprung, deformitas palatum, palatoschizis,
micrognathia, stenosis pilorus, hiatus hernia, hidrosefalus, cystic fibrosis pancreas.
PATOGENESA
Pada keadaan ini yang mencolok adalah pertumbuhan yang kurang atau terhenti disertai atrofi
otot dan menghilangnya lemak dibawah kulit. Pada mulanya keadaan tersebut adalah proses
fisiologis untuk kelangsungan hidup jaringan, ubuh memerlukan energi yang tidak dapat dipenuhi
oleh makanan yang masuk, sehingga harus didapat dari tubuh sendiri, sehingga cadangan
protein digunakan juga untuk memenuhi kebutuhan gizi tersebut.
GEJALA KLINIS
Pertumbuhan berkurang atau terhenti
Konsipasi atau diare
wajahnya tampak tua
Mata tampak besar dan dalam
Lemak pipi menghilang
Apatis
KOMPLIKASI
Defisiensi Vitamin A
Dermatosis
Kecacingan
diare kronis
tuberkulosis
PENGOBATAN
Pengobatan rutin yang dilakukan di rumah sakit berupa 10 langkah penting yaitu:
1. Atasi/cegah hipoglikemia
2. Atasi/cegah hipotermia
3. Atasi/cegah dehidrasi
4. Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit
5. Obati/cegah infeksi
6. Mulai pemberian makanan
7. Fasilitasi tumbuh-kejar (catch up growth)
8. Koreksi defisiensi nutrien mikro
9. Lakukan stimulasi sensorik dan dukungan emosi/mental
10. Siapkan dan rencanakan tindak lanjut setelah sembuh
2.1 Pengertian
Kwashiorkor merupakan kekurangan protein murni pada stadium berat.
Istilah kwashiorkor sendiri pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Cecily Williams
tahun 1933. Dr. Williams ini pertama kali menemukan penyakit ini di Ghana,
Afrika. Nama kwashiorkor diberikan sesuai dengan bahasa Ghana yang
artinya penyakit yang diperoleh anak pertama, bila anak kedua sedang di
tunggu kelahirannya. Ini dikarenakan saat menunggu kelahiran anak kedua
pada masyarakat Ghana tersebut, mereka sampai melupakan anak pertama
mereka, sehingga anak pertama tersebut kurang diperhatikan sampai mereka
akhirnya
kekurangan
asupan
nutrisi
terutama
protein
yang
akhirnya
2.2 Epidemiologi
Menurut perkiraan Reutlinger dan Hydn saat ini diperkirakan di dunia
terdapat kurang lebih 1 milyar penduduk dunia kekurangan energy dan 500
juta diantaranya kekurangan protein. Kwasiorkor dilaporkan oleh berbagai
negeri terutama negeri yang sedang berkembang seperti Afrika, Asia,
Amerika Tengah, Amerika Selatan, dan bagian-bagian termiskin di Eropa.
pangan dan kemiskinan, sedangkan krisis ekonomi, politik, dan social menjadi
akar masalah gizi (UNICEF, 1998).
2.3.1 Pola makan
Protein (dan asam amino) adalah zat yang sangat dibutuhkan anak untuk
pertunbuhan dan perkembangannya, selain itu protein juga berfungsi sebagai
sumber energi jika karbohidrat dan lemak tidak lagi mencukupi dalam
penyediaan energi. Pada anak kebutuhan protein tinggi, karena pembentukan
jaringan terjadi secara besar-besaran pada usia ini. Kebutuhan protein dan
kalori pada setiap tahapan umur berbeda, namun secara umum dapat
disimpulkan bahwa kebutuhan protein dan energy akan meningkat bersama
bertambahnya usia (tabel 2.1)
Meskipun intake makanan mengandung kalori yang cukup, tidak semua
makanan mengandung protein/ asam amino yang memadai. Bayi yang masih
menyusui umumnya mendapatkan protein dari ASI yang diberikan ibunya,
namun bagi yang tidak memperoleh ASI protein dari sumber-sumber lain
(susu, telur, keju, tahu dan lain-lain) sangatlah dibutuhkan. Anak dengan
kelahiran prematuritas memiliki resiko kwashiorkor karena reflex menghisap
ASI yang kurang dari puting susu ibu.
Kurangnya
pengetahuan
ibu
mengenai
keseimbangan
nutrisi
anak
650
16
1-3 tahun
1000
25
4-6 tahun
1550
39
2.3.2 Sosial
Hidup di negara dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi,
keadaan sosial dan politik tidak stabil, ataupun adanya pantangan untuk
menggunakan makanan tertentu dan sudah berlansung turun-turun dapat
menjadi hal yang menyebabkan terjadinya kwashiorkor.
2.3.3 Ekonomi
Kemiskinan
keluarga/
penghasilan
yang
rendah
yang
tidak
dapat
Umur
Anak-anak dengan usia lebih dari 2 tahun memiliki resiko lebih besar
pada status gizinya, hal ini disebabkan karena paparan lingkungan yang lebih
sering karena anak mulai aktif menyebabkan anak mudah sakit sehingga
kebutuhan proteinnya lebih besar untuk pembentukan imunitas.
Pemberian ASI pada anak usia 1-2 tahun juga dinilai kurang baik jika
tidak ditambah dengan pemberian makanan tambahan, hal ini karena
kebutuhan protein pada usia terseut meningkat tajam.
2.3.9
Jenis kelamin
Laki-laki memiliki kebutuhan protein yang lebih tinggi di banding
perempuan, hal ini karena fisiologi laki-laki yang tampil lebih aktif dan kuat
dibanding perempuan.
Usia
10-12 tahun
13-15 tahun
60g
57g
16-18 tahun
65g
55g
2.3.10 Keracunan
Keracunan aflaktoksin yaitu berupa zat yang disekreksikan jamur dapat
memicu terjadinya kwashiorkor karena aflaktosin ini akan merusak hati yang
merupakan pensintesa protein. Jika hati rusak maka protein akan terproduksi
kurang dan memicu kwashiorkor pada anak.
Tanda atau gejala yang dapat dilihat pada anak dengan Malnutrisi protein
berat-Kwashiorkor, antara lain:
1.
2.
dengan
cara
menekan
area
misal
kaki
denngan
ditekan
menggunakan ibu jari selama 3 detik maka pada area tekan akan
membentuk cekungan yang membutuhkan waktu lebih lama beberapa
detik/menit
untuk
kembali
ke
keadaan
semula.
Lamanya
proses
bintik-bintik/belang
hiperpigmentasi
bilateral
pada
kulit
yang
mengelupas mirip luka bakar yang biasanya terjadi pada pantat dan paha.
Luka ini akan sulit sembuh karena tidak adanya protein untuk regenerasi sel.
5.
6.
7.
8.
Perubahan lain yang dapat terjadi adala perlemakan hati, gangguan fungsi
ginjal, dan anemia.
Anemia dapat terlihat dari perubahan warna kulit anak yang menjadi pucat.
Anemia terjadi karena kurangnya protein untuk mensintesis sel darah
terutama sel darah merah.
Hepatomegali dapat terjadi akibat konsumsi protein yang rendah dan terlalu
banyak makan makanan yang mengandung karbohidrat. Hal ini terjadi karena
kerja hati akan menjadi berat untuk memetabolisme karbohidrat namun
protein sebagai pemelihara dan regenerasi selnya kurang, sehingga hati
mengalami infeksi dan terjadi hepatomegali. Saat di palpasi maka akan
teraba permukaan hati.
9.
tubuh
mengambil
cadangan
lemak
di
kulit
untuk
anemia, luka yang tak sembuh, cacat pada fisik, syok, perawakan pendek,
dan kerusakan hati.
Prognosis dari kwashiorkor adalah baik, akan tetapi dalam beberapa
kasusyang tidak diobati dan diabaikan akan menjadi buruk dan serius.
Kebanyakan kematian pada anak dengan kwashiorkor terjadi setelah 3 hari ia
dirawat di rumah sakit, ini terjadi karena keterlambatan keluarga membawa
anak ke rumah sakit. Biasanya keluarga membawa anak ke rumah sakit saat
kondisi
anak
sudah
parah
dan
telah
terjadi
komplikasi,
sehingga
kwashiorkor.
Protein
terutamanya
harus
disediakan
dalam
b.
c.
Tahap Penyembuhan
Jika nafsu makan pasien membaik, maka pemberian makanan di
tingkatkan setiap 1-2 hari. Hal ini terus dilakukan sampai anak mampu
mengkonsumsi 150-200Kkal/Kg/hari dan 2-5g protein/KgBB/hari.
d.
Tahap Lanjutan
Tahap ini dilakukan saat pasien akan pulang. Pasien harus dibiasakan
makan makanan yang bukan program diet TETP. Untuk menjaga kondisi gizi
anak saat di rumah maka perlu dilakukan penyuluhan dan pemberian
informasi kepada orangtua mengenai penyediaan makanan sesuai dengan
kebutuhan anak. Perlu diperhatikan oleh perawat, dalam penyampaian
informasi ini sebaiknya perawat melihat latar belakang ekonomi keluarga dan
pemilihan menu makanan yang dianjurkan kepada keluarga agar keluarga
tidak terbebani dan dapat diterapkan oleh keluarga sesuai dengan daya
belinya.
Tabel 2.3 Daftar nilai protein dalam makanan (gram/100gram)
Bahan Makanan
Nilai Protein
Kacang kedelai
34,9
Kacang merah
29,1
Kacang tanah
25,3
18,3
Tahu
7,8
Telur ayam
12,0
Jagung kuning
9,2
Mie kering
7,9
Kentang
2,0
Gaplek
1,5
Singkong
1,2
Daun singkong
6,8
Bayam
3,5
Kangkung
3,0
Wortel
1,2
Tomat masak
1,0
d. Vitamin A 200.000 SI secara oral atau 100.000 SI secara i.m bila terjadi
xeroftalmia pada anak.
e. Zat besi dan asam folat bila terjadi anemia pada kwashiorkor berat.
3.
4.
. Kadar Albumin
Kadar albumin normal adalah 4-5,2g/dl. Namun pada anak kwashiorkor ringan
kadar albumin hanya 2,7-3,4g/dl dan pada kwashiorkor berat 2,1g/dl.
. Tes Imun
: Nilai normal pada bayi adalah 9-14 u/L dan pada anak
6-12 bulan 11,5-15 u/L. Bila didapatkan hemoglobin menurun maka anak
mengalami anemia akibat penurunan protein sehingga terjadi
gangguan
yang
pada
akhirnya
mampu
melakukan
segala
bentuk
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Carpenito. 2000. Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis Ed. 6. Jakarta:
EGC.
Craft-Rosernberg, Martha dan Smith, Kelly. 2010. Nanda Diagnosa Keperawatan
Definisi dan klasifikasi. Yogyakarta: Digna Pustaka.
Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Soetjiningsih. 1998. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC
Supariasa, I Dewa Nyoman. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC
Tangkilisan, Helena Aneke. 2001. A Case Of Kwashiorkor In Child With Congenital
Hipothyroidism.
Peadiatrica
Indonesiana
Manado
Diposkan 5th June 2012 oleh bayutirta hadi p
0
Add a comment
Mar
26
2001;41:305-307:
Universitas