Anda di halaman 1dari 2

Istilah kwashiorkor berasal dari bahasa salah satu suku di Afrika yang berarti "kekurangan

kasih sayang ibu". Kwashiorkor adalah salah satu bentuk malnutrisi protein berat yang
disebabkan oleh intake protein yang inadekuat dengan intake karbohidrat yang normal atau
tinggi. Dibedakan dengan Marasmus yang disebabkan oleh intake dengan kualitas yang
normal namun kurang dalam jumlah.Jika marasmus umumnya terjadi pada bayi dibawah 12
bulan, kwashiorkor bisanya terjadi pada anak usia 1-3 tahun. Pertumbuhannya terhambat,
jaringan otot lunak dan kendor. Namun jaringan lemak dibawah kulit masih ada dibanding
bayi marasmus.  Beberapa tanda khusus dari kwashiorkor adalah:

 Selalu ada oedema (bengkak), terutama pada kaki dan tungkai bawah. Sifatnya
“pitting oedema”. Bayi tampak gemuk, muka membulat (moon face), karena oedema.
Cairan oedema sekitar 5-20% dari jumlah berat badan yang diperhitungkan dari
penurunan berat badan ketika tidak oedema lagi (pada masa penyembuhan).
 Rambut berubah menjadi warna kemerahan atau abu-abu, menipis dan mudah rontok,
apabila rambut keriting menjadi lurus.
 Kulit tampak pucat dan biasanya disertai anemia.
 Terjadi dispigmentasi dikarenakan habisnya cadangan energi atau protein. Pada kulit
yang terdapat dispigmentasi akan tampak pucat. Sering terjadi dermatitis (radang pada
kulit). Kulit mudah luka karena tidak adanya tryptophan dan nicotinamide, meskipun
kekurangan zinc bisa juga menjadi penyebab dermatitis. Pada kasus kwashiorkor
tingkat berat kulit akan mengeras seperti keripik terutama pada persendian utama.
Bibir retak-retak, lidah pun menjadi lunak dan gampang luka.
 Pada kwashiorkor, pengaruh terhadap sistem neurologi dijumpai adanya tremor
seperti Parkinson yang berpengaruh terhadap jaringan (cabang) syaraf tunggal
maupun syaraf kelompok pada otot. Seperti otot mata sering terjadi terus berkedip,
atau pada pita suara yang menghasilkan suara getar serak/cengeng.
 Perubahan mental juga terjadi misalnya bayi menjadi cengeng, apatis, hilangnya nafsu
makan dan sukar diberi makan/disulang. Gejala anemia dan defisiensi mikronutrien
juga sering dijumpai pada kasus ini.

Etiologi
Penyebab terjadinya kwashiorkor adalah inadekuatnya intake protein yang berlangsung
kronis. Faktor yang dapat menyebabkan kwashiorkor antara lain.

1. Pola makan

Protein (dan asam amino) adalah zat yang sangat dibutuhkan anak untuk tumbuh dan
berkembang. Meskipun intake makanan mengandung kalori yang cukup, tidak semua
makanan mengandung protein/ asam amino yang memadai. Bayi yang masih menyusui
umumnya mendapatkan protein dari ASI yang diberikan ibunya, namun bagi yang tidak
memperoleh ASI protein adri sumber-sumber lain (susu, telur, keju, tahu dan lain-lain)
sangatlah dibutuhkan. Kurangnya pengetahuan ibu mengenai keseimbangan nutrisi anak
berperan penting terhadap terjadi kwashiorkhor, terutama pada masa peralihan ASI ke
makanan pengganti ASI.

2. Faktor sosial

Hidup di negara dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, keadaan sosial dan politik
tidak stabil  ataupun adanya pantangan untuk menggunakan makanan tertentu dan sudah
berlansung turun-turun dapat menjadi hal yang menyebabkan terjadinya kwashiorkor.

3. Faktor ekonomi

Kemiskinan keluarga/ penghasilan yang rendah yang tidak dapat memenuhi kebutuhan
berakibat pada keseimbangan nutrisi anak tidak terpenuhi, saat dimana ibunya pun tidak
dapat mencukupi kebutuhan proteinnya.

4. Faktor infeksi dan penyakit lain

Telah lama diketahui bahwa adanya interaksi sinergis antara MEP dan infeksi. Infeksi derajat
apapun dapat memperburuk keadaan gizi. Dan sebaliknya MEP, walaupun dalam derajat
ringan akan menurunkan imunitas tubuh terhadap infeksi.

Epidemiologi

Kasus ini sering dijumpai di daerah miskin, persediaan makanan yang terbatas, dan tingkat
pendidikan yang rendah. Penyakit ini menjadi masalah di negara-negara miskin dan
berkembang di Afrika, Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Asia Selatan. Di negara maju
sepeti Amerika Serikat kwashiorkor merupakan kasus yang langka.

Berdasarkan SUSENAS (2002), 26% balita di Indonesia menderita gizi kurang dan 8% balita
menderita gizi buruk (marasmus, kwashiorkor, marasmus-kwashiorkor)

Anda mungkin juga menyukai