Makalah ini disusun untuk menyelesaikan Tugas Mata Kuliah Ilmu Kesehatan Anak
yang dibina oleh: Nurul Aini S.Kep.,Ners.,M.Kep
Disusun oleh:
H.Ahmad
201010420311107
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Malnutrisi masih tetap menjadi masalah kesehatan utama di dunia saat ini terutama
pada anak dibawah usia 5 tahun, namun kekurangan makanan tidak selalu menjadi
penyebab primer malnutrisi. Di banyak Negara berkembang dan Negara miskin, diare
merupakan faktor mayor. Faktor tambahan adalah pemberian susu botol (pada kondisi
sanitasi yang buruk), pengetahuan yang tidak memadai mengenai praktik asuhan anak
yang baik, orang tua yang buta huruf, faktor ekonomi dan politik, dan kekurangan
makanan. Bentuk malnutrisi paling ekstrem atau MPE adalah kwashiorkor dan marasmus
(Wong 2008).
Di era globalisasi dimana terjadi perubahan gaya hidup dan pola makan, Indonesia
menghadapi permasalahan gizi ganda. Di satu pihak masalah gizi kurang yang pada
umumnya disebabkan oleh kemiskinan, kurangnya persediaan pangan, kurang baiknya
kualitas lingkungan, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi. Selain itu masalah
gizi lebih yang disebabkan oleh kemajuan ekonomi pada lapisan masyarakat tertentu
disertai dengan kurangnya pengetahuan tentang gizi.
Penanganan gizi buruk sangat terkait dengan strategi sebuah bangsa dalam
menciptakan sumber daya manusia yang sehat, cerdas, dan produktif. Upaya peningkatan
sumber daya manusia yang berkualitas dimulai dengan cara penanganan pertumbuhan
anak sebagai bagian dari keluarga dengan asupan gizi dan perawatan yang baik. Dengan
lingkungan keluarga yang sehat, maka hadirnya infeksi menular ataupun penyakit
masyarakat lainnya dapat dihindari. Di tingkat masyarakat faktor-faktor seperti
lingkungan yang higienis, ketahanan pangan keluarga, pola asuh terhadap anak dan
pelayanan kesehatan primer sangat menentukan dalam membentuk anak yang tahan gizi
buruk.
Kwashiorkor sering dijumpai di daerah miskin, persediaan makanan yang terbatas,
dan tingkat pendidikan yang rendah. Penyakit ini menjadi masalah di negara-negara
miskin dan berkembang di Afrika, Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Asia Selatan.
Di negara maju sepeti Amerika Serikat kwashiorkor merupakan kasus yang langka.
Berdasarkan SUSENAS (2002), 26% balita di Indonesia menderita gizi kurang dan 8%
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kwashiorkor.
Kata kwarshiorkor berasal dari bahasa Ghana-Afrika yang berati anak yang
kekurangan kasih sayang ibu. Kwashiorkor adalah gambaran yang termasuk kegagalan
untuk bertumbuh , edema, apatis, anoreksia, muntah, dan diare, perubah pada kulit,
rambut dan membrane mukosa (Prinsip Perawatan Pediatrik)
Kwashiorkor adalah defisiensi primer protein dengan pasokan kalori yang adekuat,
kata Kwashiorkor berarti pemyakitpenyakit yang diderita anak yang lebih besar ketika
adiknya lahir dan tepat sekali menggambarkan sindrom yang terjadi pada anak pertama,
biasanya pada usia 1 sampai 4 tahun, ketika disapih dari ASI begitu anak kedua lahir
(Wong 2008).
Kwashiorkor merupakan suatu bentuk gangguan gizi dengan penyebab utama
penyakit ini adalah defisiensi protein. Hal ini terutama karena kekurangan zat protein,
keadaan ini digambarkan dengan adanya gagal tumbuh, edema, apatis, anoreksia,
muntah, dan diare, perubahan pada kulit rambut, dan membrane mukosa. Kwashiorkor
hamper tidak ditemukan pada bayi yang diberi ASI, tetap lazim terjadi pada bayi yang
telah disapih dengan makanan tinggi karbohidrat dan rendah protein, terutama terjadi
antara umur 4 bulan dan 2 tahun, kadang-kadang lebih lambat (Sodikin 2011)
Kwashiorkor adalah salah satu bentuk malnutrisi protein berat yang disebabkan oleh
intake protein yang inadekuat dengan intake karbohidrat yang normal atau tinggi. Tanda
yang khas adalah adanya edema (bengkak) pada seluruh tubuh sehingga tampak gemuk,
wajah anak membulat dan sembab (moon face) terutama pada bagian wajah, bengkak
terutama pada punggung kaki dan bila ditekan akan meninggalkan bekas seperti lubang,
otot mengecil dan menyebabkan lengan atas kurus sehingga ukuran LIngkar Lengan Atas
LILA-nya kurang dari 14 cm, timbulnya ruam berwarna merah muda yang meluas dan
berubah warna menjadi coklat kehitaman dan terkelupas, tidak bernafsu makan atau
kurang, rambutnya menipis berwarna merah seperti rambut jagung dan mudah dicabut
tanpa menimbulkan rasa sakit, sering disertai infeksi, anemia dan diare, anak menjadi
rewel dan apatis perut yang membesar juga sering ditemukan akibat dari timbunan cairan
pada rongga perut salah salah gejala kemungkinan menderita "busung lapar".
Kwashiorkor adalah suatu keadaan di mana tubuh kekurangan protein dalam jumlah
besar. Selain itu, penderita juga mengalami kekurangan kalori. Nama kwashiorkor
berasal dari suatu daerah di Afrika, artinya penyakit anak yang terlantar atau disisihkan
karena ibunya mengandung alergi dan tidak lagi memberikan air susu ibu padanya.
Tanpa mengganti air susu ibu dan dapat tambahan pangan yang seimbang anak
(umumnya berumur kurang lebih 18 bulan) kurang mendapat protein. Jenis penyakit ini
sering dijumpai pada bayi dan anak usia 6 bulan sampai 5 tahun pada keluarga
berpenghasilan rendah, dan umumnya kurang sekali pendidikannya. Kurang protein
pangan adalah penyebab utama kwashiorkor sedang zat pangan pemberi tenaga mungin
cukup diperolehnya atau bahkan berlebihan.
2.2 Etiologi
1. Pola makan
Protein (asam amino) adalah zat yang sangat dibutuhkan anak untuk tumbuh dan
berkembang. Meskipun intake makanan mengandung kalori yang cukup, tidak semua
makanan mengandung protein/ asam amino yang memadai. Bayi yang masih menyusui
umumnya mendapatkan protein dari ASI yang diberikan ibunya, namun bagi yang tidak
memperoleh ASI protein dari sumber-sumber lain (susu, telur, keju, tahu dan lain-lain)
sangatlah dibutuhkan. Kurangnya pengetahuan ibu mengenai keseimbangan nutrisi anak
berperan penting terhadap terjadi kwashiorkor, terutama pada masa peralihan ASI ke
makanan pengganti ASI.
2. Faktor sosial
Hidup di negara dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, keadaan sosial dan
politik tidak stabil ataupun adanya pantangan untuk menggunakan makanan tertentu dan
sudah berlansung turun-turun dapat menjadi hal yang menyebabkan terjadinya
kwashiorkor.
3. Faktor ekonomi
Kemiskinan keluarga/ penghasilan yang rendah yang tidak dapat memenuhi
kebutuhan berakibat pada keseimbangan nutrisi anak
MARASMUS
Anak tampak sangat kurus, tinggal
KWASHIORKOR
Edema di seluruh tubuh,
Cengeng, rewel.
Perut cekung.
Kulit keriput
GAMBARAN KLINIS
MARASMUS
KWASHIORKOR
++++
++
Kehilangan otot
++++
Kehilangan lemak
++++
Edema
-----
++++
Gangguan psikologis
++
++++
Anoreksia
++++
Hepatomegali
--
++
++
++++
Diare
+++
+++
--
++
Perubahan rambut
++
+++
Gambaran Laboratorium
Anemia
++++
rendah
Homeostasis
natrium
yang +
++++
terganggu
Defisiensi kalium tubuh total
++
++++
Waktu protrombin
NORMAL
MEMANJANG
Sitem imun
DITEKAN
DITEKAN
3. Mineral
Jumlah cairan : 130 200 ml/kg/BB/hari (per oral / NGT)
Kalau edema berkurang berikan Porsi kecil tapi sering.
7. Koma
8. Cacat
2.8 Asuhan Keperawatan Kwashiorkor
1. Pengkajian yang meliputi :
I. DATA IDENTITAS
Nama Bayi :
Jenis Kelamin :
Nama Ayah :
Nama Ibu :
Diagnosis :
Agama :
Suku :
Pendidikan Ayah :
Pendidikan Ibu :
Alamat :
II. PENGKAJIAN FISIK
A. Reflek
Keterangan
Jenis Reflek
Kuat
Lemah
Moro
Menggenggam
Menghisap
Babinski
B. Aktivitas
1.
2.
2.
3.
4.
5.
Tidak
Ada
D. Mata
Bersih ( ) Sekresi ( ) Jelaskan !
Tidak ada gangguan pada penglihatan anak. Sclera berwarna putih, konjungtiva
hiperanemis, pupil miosis.
E. Telinga, Hidung, Tenggorokan (THT)
1.
2.
F. Abdomen
1.
2.
Lingkar perut = cm
3.
G. Toraks.
1.
Simetris ( ) Asimetris ( )
2.
H. Paru-Paru
1.
2.
3.
I. Jantung
Bunyi normal ( ) sinus rhytm ( )
Frekuensi : kali/menit
Murmur ( ) PMI : kanan ( ) kiri ( )
Waktu pengisisan kapiler: <3
J. Ekstremitas
1.
2.
Keterangan nadi
Kuat
Lemah
Tidak ada
perifer
Brachial kanan
Brachial kiri
Femoral kanan
Femoral kiri
3.
4.
K. Umbilicus
1. Normal ( ) Abnormal ( ) jelaskan!
2. Inflamasi ( ) Drainase ( )
L. Genetalia
Perempuan : normal ( ) laki-laki : normal ( ) jelaskan
M. Anus
Permanen ( ) imperforate ( )
N. Spina
Normal ( ) Abnormal ( ) jelaskan!
O. Kulit
1.
2.
3.
Kemerahan (rash) ( )
4.
Tanda lahir:
P. Suhu
1.
2.
Suhu aksila: oC
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kwashiorkor adalah keadaan kurang gizi tingkat berat yang disebabkan oleh
rendahnya tingkat konsumsi protein dalam makanan sehari-hari dan terjadi dalam waktu
yang cukup lama. Penyebab gizi buruk terdiri dari penyebab langsung dan tidak
langsung. Penyebab langsung, yaitu kurangnya asupan gizi dari makanan, akibat
terjadinya penyakit yang mengakibatkan infeksi. Sedangkan penyebab tidak langsungnya
yaitu ketahanan pangan keluarga yang kurang memadai, pola pengasuhan anak kurang
memadai, pelayanan kesehatan dan lingkungan kurang memadai.
3.2 Saran
Ketidakseriusan pemerintah terlihat jelas ketika penanganan kasus gizi buruk
terlambat. Seharusnya penanganan pelayanan kesehatan dilakukan disaat penderita gizi
buruk belum mencapai tahap membahayakan. Setelah kasus gizi buruk merebak barulah
pemerintah melakukan tindakan (serius). Keseriusan pemerintah tidak ada artinya apabila
tidak didukung masyarakat itu sendiri. Sebab, perilaku masyarakat yang sudah
membudaya selama ini adalah,anak-anak yang menderita penyakit kurang mendapatkan
perhatian orang tua. Anak-anak itu hanya diberi makan seadanya, tanpa peduli akan
kadar gizi dalam makanan yang diberikan. Maka dari itu tim kesehatan beserta jajaran
pemerintahan yang tersebar diseluruh dunia khususnya di Indonesia harus lebih
bekerjasama dan lebih sensitive lagi melihat keadaan sekitar, lebih spesifiknya lebih peka
terhadap keadaan gizi anak para generasi penerus bangsanya. Karena di Negara yang
kuat terdapat generasi penerus bangsa yang sehat dan berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA
Sodikin. 2011. Asuhan Keperawatan Anak Gangguan Sistem Gastrointestinal dan
Hepatobilier. Jakarta : Salemba Medika
Wong. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC
Merenstein, Gerald B. 2001. Buku Pegangan Pediatri. Jakarta : Widya Medika.
http://asuhankeperawatankesehatan.blogspot.com/2012/10/gizi-buruk.html. Diakses
pada tanggal 4 Maret 2013.
Malnutrisi Energi Protein-MEP-Kwashiorkor [on-line]. Tersedia
(http://idmgarut.wordpress.com/2009/02/03/malnutrisi-energi-protein-mep-kwashiorkor/).
Diakses pada tanggal 4 Maret 2013.