Anda di halaman 1dari 13

SAP (Satuan Acara Penyuluhan EKSIM/ Dermatitis Atopik)

Pada Masyarakat Br Dinas Lalanglinggah, Selemadeg Barat, Tabanan

Hari/Tanggal : Rabu 30 November 2016


Waktu : 30 menit
Tempat : Balai Banjar Desa Pekraman Lalanglinggah
Sasaran : Masyarakat Br Dinas Lalanglinggah
Topik Kegiatan : Eksim
Sub Topik : 1. Pengertian Eksim
2. Penyebab Eksim
3. Tanda dan Gejala Eksim
4. Klasifikasi Eksim
5. Cara perawatan Eksim di rumah
6. Pencegahan Eksim berulang

A. LATAR BELAKANG
Ada banyak sekali penyakit yang menyerang kulit manusia, salah satunya adalah
dermatitis. Dermatitis merupakan sebuah kelainan kulit dengan gejala subyektif rasa
gatal. Penyakit ini biasanya ditandai dengan ruam yang polimorfi dan umumnya berbatas
dengan tegas. Kulit tampak meradang dan iritasi. Peradangan ini bisa terjadi dimana saja
namun yang paling sering terkena adalah tangan dan kaki.
Penyakit dermatitis ini memang tidak pandang bulu, semua orang baik tua maupun
muda berpeluang terkena penyakit ini. Gejala eksim akan mulai muncul pada masa
anak anak terutama saat mereka berumur diatas 2 tahun. Pada beberapa kasus, eksim
akan menghilang dengan bertambahnya usia, namun tidak sedikit pula yang akan
menderita seumur hidupnya. Dengan pengobatan yang tepat, penyakit ini dapat
dikendalikan dengan baik sehingga mengurangi angka kekambuhan.
Eksim atau Dermatitis adalah istilah kedokteran untuk kelainan kulit yang mana kulit
tampak meradang dan iritasi. Peradangan ini bisa terjadi dimana saja namun yang paling
sering terkena adalah tangan dan kaki. Jenis eksim yang paling sering dijumpai adalah
eksim atopik atau dermatitis atopik. Dengan pengobatan yang tepat, penyakit ini dapat
dikendalikan dengan baik sehingga mengurangi angka kekambuhan. Akan tetapi bila
eksim tidak diobati akan mengakibatkan terjadinya borok dan bisa menjalar ke setiap
kulit yang belum terinfeksi. Gejala sederhananya ditandai dengan timbulnya warna
kemerahan pada kulit (Reindra, 2011).
Kejadian dari beberapa studi menyatakan 75 sampai 80 % dari klien dermatitis atopik
mengenai perorangan atau keluarga yang mempunyai riwayat gangguan alergi.
Dermatitis atopik merupakan keadaan yang biasa mengganggu mempengaruhi 0,5 1 %
penduduk seluruh dunia.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum :
Setelah diberikan pendidikan kesehatan selama 30 menit diharapkan masyarakat dapat
mengerti dan memahami tentang penyakit Eksim.

2. Tujuan Khusus :
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan, keluarga dapat :
1) Mengerti tentang pengertian Eksim
2) Mampu menyebutkan penyebab Eksim
3) Mengerti tentang tanda dan gejala Eksim
4) Mengetahui klasifikasi Eksim
5) Mampu menyebutkan cara perawatan Eksim di rumah
6) Mampu menyebutkan pencegahan Eksim berulang
C. TEMPAT
Pendidikan kesehatan akan dilaksanakan di Balai Banjar Desa Pekraman Lalanglinggah.

D. WAKTU
Kegiatan akan berlangsung tanggal 30 November 2016 selama 30 menit yaitu pukul
14.00 WITA sampai dengan pukul 14.30 WITA

E. PESERTA PENDIDIKAN KESEHATAN


Masyarakat Banjar Dinas Lalanglinggah

F. PENYELENGGARA PENDIDIKAN KESEHATAN


Penyelenggara pendidikan kesehatan Eksim adalah mahasiswa semester satu Stikes Wira
Medika PPNI Bali.

G. METODE PELAKSANAAN
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
H. STRATEGI PELAKSANAAN
No. Kegiatan Waktu
1. Tahap Persiapan : 3 menit
1) Menyiapkan materi pendidikan kesehatan
2) Menyiapkan alat/media pendidikan kesehatan
2. Pendahuluan : 2 menit
1) Memberi Salam
2) Perkenalan
3) Mengingatkan kontrak
4) Menjelaskan maksud dan tujuan
3. Pemberian materi: 15 menit
1) Pengertian Eksim
2) Penyebab Eksim
3) Tanda dan Gejala Eksim
4) Komplikasi Eksim
5) Mengontrol Eksim
6) Pencegahan Eksim
4. Diskusi dan Tanya jawab 5 menit
5. Penutup : 5 menit
1) Menyimpulkan seluruh materi
2) Mengevaluasi keluarga
3) Mengakhiri kontrak
4) Memberi salam penutup
Total 30 menit

I. MEDIA DAN ALAT


1. Power point
2. LCD

J. SETTING TEMPAT

Keterangan gambar:
1
1. Penyuluh
2. Peserta
2 2 2 2

2 2 2 2

K. PENGORGANISASIAN
2 2 2 2
Penyuluh :Dek Ayu Rini Martini
Moderator :I Made Arumbawa
Observer :Ni Wayan Surya Astuti
Sarana prasarana:I Wayan Arumbawa
Ayu Citra PramitaDewi
Peserta :Masyarakat Banjar Dinas Lalanglinggah
L. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktural :
a. Rencana kegiatan dipersiapkan 3 hari sebelum kegiatan
b. Media dan alat sudah dipersiapkan 2 hari sebelum kegiatan
2. Evaluasi Proses :
Pendidikan kesehatan berjalan lancar sesuai dengan waktu yang telah disusun. Peserta
pendidikan kesehatan dapat aktif dalam mengikuti pendidikan kesehatan dan peserta
mengikuti acara pendidikan kesehatan dari awal sampai selesai.
3. Evaluasi Hasil :
a. Mengungkapkan kembali tentang pengertian Eksim.
b. Mampu menyebutkan 2 dari 3 penyebab Eksim.
c. Mampu menyebutkan 3 dari 4 tanda dan gejala Eksim.
d. Mampu menyebutkan klasifikasi Eksim.
e. Mampu menyebutkan 2 dari 3 cara perawatan Eksim di rumah.
f. Mampu menyebutkan 2 dari 3 cara pencegahan Eksim berulang.

M. LAMPIRAN
1. Materi

Lampiran 1: Materi

MATERI PENDIDIKAN KESEHATAN EKSIM

1. PENGERTIAN EKSIM
Dermatitis atopik (DA) adalah peradangan kulit kronis residif disertai gatal yang
umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak, sering berhubungan dengan
peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi pada penderita atau keluarganya
(medical student, 2011).
Eksim atau Dermatitis adalah istilah kedokteran untuk kelainan kulit yang mana kulit
tampak meradang dan iritasi. Peradangan ini bisa terjadi dimana saja namun yang paling
sering terkena adalah tangan dan kaki. Jenis eksim yang paling sering dijumpai adalah
eksim atopik atau dermatitis atopic (Reindra, 2011).
Eksim atau sering disebut eksema, atau dermatitis adalah peradangan hebat yang
menyebabkan pembentukan lepuh atau gelembung kecil (vesikel) pada kulit hingga
akhirnya pecah dan mengeluarkan cairan. Istilah eksim juga digunakan untuk sekelompok
kondisi yang menyebabkan perubahan pola pada kulit dan menimbulkan perubahan
spesifik di bagian permukaan. Istilah ini diambil dari Bahasa Yunani yang berarti
'mendidih atau mengalir keluar (Djuanda S, Sularsito,2005).
2. PENYEBAB EKSIM
Penyebab dari eksim sebenarnya belum diketahui dengan pasti, namun beberapa ahli
mencurigai eksim berhubungan dengan aktifitas daya pertahanan tubuh (imun) yang
berlebihan. Hal ini menyebabkan tubuh mengalami reaksi berlebihan terhadap bakteri
atau iritan yang sebenarnya tidak berbahaya pada kulit. Oleh karena itu, eksim banyak
ditemukan pada keluarga dengan riwayat penyakit alergi.
Tiap tiap orang mempunyai pencetus eksim yang berbeda beda. Ada orang yang setelah
memegang sabun atau deterjen akan merasakan gatal yang luar biasa, ada pula yang
disebabkan oleh bahan atau alat rumah tangga yang lain. Gejala yang timbul pun
bervariasi, ada yang gatalnya ringan tetapi rasa panas yang dominan, ada pula yang
sebaliknya. Infeksi saluran nafas bagian atas atau flu juga bisa menjadi pencetus
timbulnya eksim. Stress yang dialami penderita akan membuat gejala menjadi lebih
buruk.
Meskipun penyembuhan eksim sangat sulit dilakukan, namun pada banyak kasus, pasien
dapat mengurangi terjadinya kekambuhan dengan melakukan pengobatan yang tepat dan
menghindari iritan/alergen yang menyebabkan eksim. Perlu diingat, penyakit ini tidak
menular dan tidak akan menyebar dari satu orang ke orang yang lain.
Gaya hidup ikut berperan penting dalam menyuburkan jamur Eksim pada kulit. Faktor
luar yang menjadi pemicu utama berjangkitnya penyakit kulit seperti eksim ini adalah
alam tropis Indonesia yang sangat panas dan lembab. Ini menyuburkan semua penyakit
kulit, karena badan kita lebih sering mengeluarkan keringat. Kegemukan, stres, penyakit
menahun seperti TBC atau Diabetes Mellitus, dan status sosial ekonomi yang rendah juga
dapat menjadi pemicu datangnya penyakit eksim (Reindra, 2011).

Penyebab Eksim :
a. FaktorGenetik
Dermatitis Atopik adalah penyakit dalam keluarga dimana pengaruh maternal sangat
besar. Walaupun banyak gen yang nampaknya terkait dengan penyakit alergi, tetapi
yang paling menarik adalah peran Kromosom 5 q31 33 karena mengandung gen
penyandi IL3, IL4, IL13 dan GM CSF (granulocyte macrophage colony stimulating
factor) yang diproduksi oleh sel Th2. Pada ekspresi DA, ekspresi gen IL-4 juga
memainkan peranan penting. Predisposisi DA dipengaruhi perbedaan genetik aktifitas
transkripsi gen IL-4. Dilaporkan adanya keterkaitan antara polimorfisme spesifik gen
kimase sel mas dengan DA tetapi tidak dengan asma bronchial ataupun rinitif alergik.
Serine protease yang diproduksi sel mas kulit mempunyai efek terhadap organ
spesifik dan berkontribusi pada resiko genetik DA.
b. Respons imun pada kulit
Salah satu faktor yang berperan pada DA adalah faktor imunologik. Di dalam
kompartemen dermo-epidermal dapat berlangsung respon imun yang melibatkan sel
Langerhans (SL) epidermis, limfosit, eosinofil dan sel mas. Bila suatu antigen (bisa
berupa alergen hirup, alergen makanan, autoantigen ataupun super antigen) terpajan
ke kulit individu dengan kecenderungan atopi, maka antigen tersebut akan mengalami
proses : ditangkap IgE yang ada pada permukaan sel mas atau IgE yang ada di
membran SL epidermis. Bila antigen ditangkap IgE sel mas (melalui reseptor FcRI),
IgE akan mengadakan cross linking dengan FcRI, menyebabkan degranulasi sel mas
dan akan keluar histamin dan faktor kemotaktik lainnya. Reaksi ini disebut reaksi
hipersensitif tipe cepat (immediate type hypersensitivity). Pada pemeriksaan
histopatologi akan nampak sebukan sel eosinofil. Selanjutnya antigen juga ditangkap
IgE, sel Langerhans (melalui reseptor FcRI, FcRII dan IgE-binding protein),
kemudian diproses untuk selanjutnya dengan bekerjasama dengan MHC II akan
dipresentasikan ke nodus limfa perifer (sel Tnaive) yang mengakibatkan reaksi
berkesinambungan terhadap sel T di kulit, akan terjadi diferensiasi sel T pada tahap
awal aktivasi yang menentukan perkembangan sel T ke arah TH1 atau TH2. Sel TH1
akan mengeluarkan sitokin IFN-, TNF, IL-2 dan IL-17, sedangkan sel TH2
memproduksi IL-4, IL-5 dan IL-13. Meskipun infiltrasi fase akut DA didominasi oleh
sel TH2 namun kemudian sel TH1 ikut berpartisipasi. Jejas yang terjadi mirip dengan
respons alergi tipe IV tetapi dengan perantara IgE sehingga respons ini disebut IgE
mediated-delayed type hypersensitivity. Pada pemeriksaan histopatologi nampak
sebukan sel netrofil. Selain dengan SL dan sel mas, IgE juga berafinitas tinggi dengan
FcRI yang terdapat pada sel basofil dan terjadi pengeluaran histamin secara spontan
oleh sel basofil. Garukan kronis dapat menginduksi terlepasnya TNF dan sitokin pro
inflamasi epidermis lainnya yang akan mempercepat timbulnya peradangan kulit DA.
Kadang-kadang terjadi aktivasi penyakit tanpa rangsangan dari luar sehingga timbul
dugaan adanya autoimunitas pada DA. Pada lesi kronik terjadi perubahan pola sitokin.
IFN- yang merupakan sitokin Th1 akan diproduksi lebih banyak sedangkan kadar IL-
5 dan IL-13 masih tetap tinggi. Lesi kronik berhubungan dengan hiperplasia
epidermis. IFN dan GM-CSF mampu menginduksi sel basal untuk berproliferasi
menghasilkan pertumbuhan keratinosit epidermis. Perkembangan sel T menjadi sel
TH2 dipacu oleh IL-10 dan prostaglandin (P6) E2. IL-4 dan IL-13 akan menginduksi
peningkatan kadar IgE yang diproduksi oleh sel B.
Perubahan sistemik pada DA adalah sebagai berikut :
- Sintesis IgE meningkat.
- IgE spesifik terhadap alergen ganda meningkat.
- Ekspresi CD23 pada sel B dan monosit meningkat.
- Respons hipersensitivitas lambat terganggu
- Eosinofilia
- Sekresi IL-4, IL-5 dan IL-13 oleh sel TH2 meningkat
- Sekresi IFN- oleh sel TH1 menurun
- Kadar reseptor IL-2 yang dapat larut meningkat.
- Kadar CAMP-Phosphodiesterase monosit meningkat disertai peningkatan IL-13
dan PGE2
- Sawar kulit
Umumnya penderita DA mengalami kekeringan kulit. Hal ini diduga terjadi akibat
kadar lipid epidermis yang menurun, trans epidermal water loss meningkat, skin
capacitance (kemampuan stratum korneum meningkat air) menurun. Kekeringan
kulit ini mengakibatkan ambang rangsang gatal menjadi relatif rendah dan
menimbulkan sensasi untuk menggaruk. Garukan ini menyebabkan kerusakan
sawar kulit sehingga memudahkan mikroorganisme dan bahan iritan/alergen lain
untuk melalui kulit dengan segala akibat-akibatnya.
c. Faktor lingkungan
Peran lingkungan terhadap tercetusnya DA tidak dapat dianggap remeh. Alergi
makanan lebih sering terjadi pada anak usia <5 tahun. Jenis makanan yang
menyebabkan alergi pada bayi dan anak kecil umumnya susu dan telur, sedangkan
pada dewasa sea food dan kacang-kacangan. Tungau debu rumah (TDR) serta serbuk
sari merupakan alergen hirup yang berkaitan erat dengan asma bronkiale pada atopi
dapat menjadi faktor pencetus DA. 95% penderita DA mempunyai IgE spesifik
terhadap TDR. Derajat sensitisasi terhadap aeroalergen berhubungan langsung dengan
tingkat keparahan DA. Suhu dan kelembaban udara juga merupakan faktor pencetus
DA, suhu udara yang terlampau panas/dingin, keringat dan perubahan udara tiba-tiba
dapat menjadi masalah bagi penderita DA. Hubungan psikis dan penyakit DA dapat
timbal balik. Penyakit yang kronik residif dapat mengakibatkan gangguan emosi.
Sebaliknya stres akan merangsang pengeluaran substansi tertentu melalui jalur
imunoendokrinologi yang menimbulkan rasa gatal. Kerusakan sawar kulit akan
mengakibatkan lebih mudahnya mikroorganisme dan bahan iritan (seperti sabun,
detergen, antiseptik, pemutih, pengawet) memasuki kulit.

3. TANDA DAN GEJALA EKSIM


Gejala yang utama adalah rasa gatal. Terkadang rasa gatal sudah muncul sebelum ada
tanda kemerahan pada kulit. Gejala kemerahan biasanya akan muncul pada wajah, lutut,
tangan dan kaki, namun tidak menutup kemungkinan kemerahan muncul di daerah lain.
Daerah yang terkena akan terasa sangat kering, menebal atau keropeng. Pada orang kulit
putih, daerah ini pada mulanya akan berwarna merah muda lalu berubah menjadi cokelat.
Sementara itu pada orang dengan kulit lebih gelap, eksim akan mempengaruhi pigmen
kulit sehingga daerah eksim akan tampak lebih terang atau lebih gelap.
Gejala atau tanda-tanda penyakit eksim adalah :

Gejala yang utama adalah rasa gatal.


Daerah yang terkena akan terasa sangat kering, menebal atau keropeng.

Rasa panas dan dingin yang berlebihan pada bagian kulit yang terkena eksim.
Akan tampak lepuhan-lepuhan kecil dan kulit bersisik yang keras disertai
pembengkakan.

Daerah-daerah yang sering terjangkit penyakit eksim adalah : pada sela-sela jari tangan
atau kaki, dan daerah-daerah lipatan tubuh, seperti sela paha, belakang lutut, pergelangan
tangan, dan daerah sekitar leher. Penyakit eksim sering terjadi secara berulang-ulang atau
kambuh, oleh karena itu harus diperhatikan untuk menghindari hal-hal atau bahan-bahan
yang dapat menimbulkan alegi (alergen).

4. KLASIFIKASI EKSIM
Eksim dapat dibedakan menjadi 2 yaitu eksim kering dan eksim basah. Eksim kering
akan tampak pada kulitnya kering, bersisik, kemerah-merahan, kadang-kadang bengkak,
dan terasa gatal. Sedangkan pada eksim basah kulitnya akan tampak merah, bengkak,
melepuh, dan basah, timbul bintil-bintil yang mengandung air atau nanah yang
menimbulkan rasa gatal.

5. CARA PERAWATAN EKSIM DI RUMAH


Tujuan utama dari pengobatan adalah menghilangkan rasa gatal untuk mencegah
terjadinya infeksi. Ketika kulit terasa sangat kering dan gatal, lotion dan krim pelembab
sangat dianjurkan untuk membuat kulit menjadi lebih lembab. Tindakan ini biasanya
dilakukan saat kulit masih sedikit basah, seperti saat habis mandi sehingga lotion yang
dioleskan akan mempertahankan kelembaban kulit. Kompres dingin juga diduga dapat
mengurangi rasa gatal yang terjadi.

Pengobatan
a. Pengobatan topical
Hidrasi kulit
Dengan melembabkan kulit, diharapkan sawar kulit menjadi lebih baik dan
penderita tidak menggaruk dan lebih impermeabel terhadap
mikroorganisme/bahan iritan. Berbagai jenis pelembab dapat dipakai antara lain
krim hidrofilik urea 10%, pelembab yang mengandung asam laktat dengan
konsentrasi kurang dari 5%. Pemakaian pelembab beberapa kali sehari, setelah
mandi.
Kortikosteroid topical
Walau steroid topikal sering diberi pada pengobatan DA, tetapi harus berhati-hati
karena efek sampingnya yang cukup banyak. Kortikosteroid potensi rendah diberi
pada bayi, daerah intertriginosa dan daerah genitalia. Kortikosteroid potensi
menengah dapat diberi pada anak dan dewasa. Bila aktifitas penyakit telah
terkontrol. kortikosteroid diaplikasikan intermiten, umumnya dua kali seminggu.
Imunomodulator topical
A. Takrolimus
Bekerja sebagai penghambat calcineurin, sediaan dalam bentuk salap 0,03%
untuk anak usia 2 15 tahun dan dewasa 0,03% dan 0,1%. Pada pengobatan
jangka panjang tidak ditemukan efek samping kecuali rasa terbakar setempat.
B. Pimekrolimus
Yaitu suatu senyawa askomisin yaitu suatu imunomodulator golongan
makrolaktam. Kerjanya sangat mirip siklosporin dan takrolimus. Sediaan yang
dipakai adalah konsentrasi 1%, aman pada anak dan dapat dipakai pada kulit
sensitif 2 kali sehari.
Preparat
Mempunyai efek anti pruritus dan anti inflamasi pada kulit. Sediaan dalam bentuk
salap hidrofilik misalnya mengandung liquor carbonat detergent 5% - 10% atau
crude coaltar 1% - 5%.
Antihistamin
Antihistamin topikal tidak dianjurkan pada DA karena berpotensi kuat
menimbulkan sensitisasi pada kulit. Pemakaian krim doxepin 5% dalam jangka
pendek (1 minggu) dapat mengurangi gatal tanpa sensitisasi, tapi pemakaian pada
area luas akan menimbulkan efek samping sedatif.

b. Pengobatan sistemik
Kortikosteroid
Hanya dipakai untuk mengendalikan DA eksaserbasi akut. Digunakan dalam
waktu singkat, dosis rendah, diberi selang-seling. Dosis diturunkan secara
tapering. Pemakaian jangka panjang akan menimbulkan efek samping dan bila
tiba-tiba dihentikan akan timbul rebound phenomen.
Antihistamin
Diberi untuk mengurangi rasa gatal. Dalam memilih anti histamin harus
diperhatikan berbagai hal seperti penyakit-penyakit sistemik, aktifitas penderita
dll. Anti histamin yang mempunyai efek sedatif sebaiknya tidak diberikan pada
penderita dengan aktifitas disiang hari (seperti supir) . Pada kasus sulit dapat
diberi doxepin hidroklorid 10-75 mg/oral/2 x sehari yang mempunyai efek anti
depresan dan blokade reseptor histamin H1 dan H2.
Anti infeksi
Pemberian anti biotika berkaitan dengan ditemukannya peningkatan koloni S.
aureus pada kulit penderita DA. Dapat diberi eritromisin, asitromisin atau
kaltromisin. Bila ada infeksi virus dapat diberi asiklovir 3 x 400 mg/hari selama
10 hari atau 4 x 200 mg/hari untuk 10 hari.
Interferon
IFN bekerja menekan respons IgE dan menurunkan fungsi dan proliferasi sel
TH1. Pengobatan IFN rekombinan menghasilkan perbaikan klinis karena dapat
menurunkan jumlah eosinofil total dalam sirkulasi.
Siklosporin
Adalah suatu imunosupresif kuat terutama bekerja pada sel T akan terikat dengan
calcineurin menjadi suatu kompleks yang akan menghambat calcineurin sehingga
transkripsi sitokin ditekan. Dosis 5 mg/kg BB/oral, diberi dalam waktu singkat,
bila obat dihentikan umumnya penyakit kambuh kembali. Efek sampingnya
adalah peningkatan kreatinin dalam serum dan bisa terjadi penurunan fungsi ginjal
dan hipertensi. Terapi sinar (phototherapy) Dipakai untuk DA yang berat. Terapi
menggunakan ultra violet atau kombinasi ultra violet A dan ultra violet B. Terpai
kombinasi lebih baik daripada ultra violet B saja. Ultra violet A bekerja pada SL
dan eosinofil sedangkan ultra violet B mempunyai efek imunosupresif dengan
cara memblokade fungsi SL dan mengubah produksi sitoksin keratinosit.
Probiotik
Pemberian probiotik perinatal akan menurunkan resiko DA pada anak di usia 2
tahun pertama.
Chinese herbal medications
Chinese herbal medications mengurangi penyakit dan pruritus secara signifikan
tetapi hanya bersifat temporer.
Cara perawatan eksim di rumah :
Mengoleskan Salep atau krim yang diberikan oleh puskesmas atau dokter untuk
mengurangi proses inflamasi atau peradangan.
Kompres dingin juga diduga dapat mengurangi rasa gatal yang terjadi.
Gunakan lotion dan krim pelembab untuk mempertahankan kelembaban kulit.

6. PENCEGAHAN EKSIM BERULANG


Hal-hal yang harus diperhatikan oleh para penderita penyakit eksim adalah :
a. Dan yang paling penting jangan menggaruk. Menggaruk eksim hanya akan
memperburuk keadaan, karena kulit akan terinfeksi oleh bakteri-bakteri yang ada
di dalam kuku, dan bila lukanya sudah mengering maka warna kulit akan tampak
berbeda. Sebaiknya guntinglah kuku pada orang yang mempunyai penyakit eksim
agar luka tidak terinfeksi oleh kuman
b. Hindari faktor pencetus seperti makanan yang menyebabkan alergi, debu,
deterjen, kain wol, suhu dingin atau panas, dll.
c. Hindari mengusap daerah yang terkena eksim dengan handuk
d. Hindari kontak dengan sabun pada daerah yang eksim

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Dermatitis Atopic (Eksim). (online) (http//www.


Dermatitis_Atopik_Eksim.html) akses 12 Juli 2013

Archilla, F.R. 2012. Kenali Penyakit Gatal Pada Kulit. (online) (http//www. kenali-penyakit-
gatal-pada-kulit.html) akses 12 juli 2013
Medical student. 2011. Dermatitis atopik. (online) (http//www. dermatitis-atopik.html) akses
12 Juli 2013

Reindra. 2011. Eksim : Penyakit Kulit Yang Menyeraang Semua Usia. (online) (http//www.
EKSIM (Dermatitis) Penyakit Kulit yang Menyerang Semua Usia _ Marchei's
Journey.html) akses 12 Juli 2013

Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
& Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica
Ester, Yasmin asih, Jakarta : EGC..

Sudoyo, Aru W. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 5. Jakarta : Interna Publishing

Djuanda S, Sularsito. (2005). SA. Dermatitis In: Djuanda A, ed Ilmu penyakit kulit dan
kelamin. Edisi III. Jakarta: FK UI: 126-31

Anda mungkin juga menyukai