Anda di halaman 1dari 36

TUGAS GIZI DAN DIET

‘PERAN PERAWAT DALAM PENATALAKSAAN MASALAH GIZI’

Dosen Pembimbing

HJ.ERPITA YANTI.SKM.M.MKES

Disusun Oleh

Yolanda pathrecia (19334205)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

JURUSAN KESEHATAN DAN REKREASI

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2020
Kata Pengantar

Puji syukur kehadiran Allah SWT,Yang telah memberikan


rahmat dan hidayahnya, Sehingga saya dapat menyelesaikan tugas
makalah yang diberikan dosen saya,Yaitu ibu hj.erpita
yanti.skm.m.mkes dengan judul “peran perawat dalam penatalaksaan
masalah gizi’’

” dan makalah ini saya siapkan pada tepat waktunya

Tujuan saya menulis makalah ‘’ peran perawat dalam


penatalaksaan gizi” ini Untuk membagi pengetahuan kepada pembaca
tentang . Mendeskripsikan definisi masalah gizi,Mendeskripsikan masalah
gizi di Indonesia, Mendeskripsikan cara mengatasi masalah gizi pada
masyarakat, Peran Perawat Sebagai Penyuluh Gizi, Aplikasi Ilmu Gizi
dalam keperawatan.

Dan saya mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen, ibuk yang
telah memberikan tugas ini saya

Dengan pembelajaran dibidang ini ,saya mohon maaf, jika makalah


saya’’ peran perawat dalam penatalaksanaan gizi” jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik, saran dari pembaca saya nantikan untuk
melengkapi kesempurnaan makalah saya
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………2

DAFTAR ISI……………………...………………………………………….....3

BAB I PENDAHULUAN………….…………………………………………...4

1. Latar belakang
2. Rumusan masalah
3.Tujuan penulisan

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………..……5
A.Masalah-Masalah Gizi……………………..………………..5
1.Definisi Masalah Gizi………………………………………………………
2.Masalah gizi di indonesia………………………………………………….
3.Cara mengatasi masalah gizi pada msyarakat…………………………...
B.Peran Perawat Sebagai Penyuluh Gizi…………….14
5.Peran Perawat…………………………………………………………
6.Peran advokat……………………………………………………….
7.Peran edukator………………….………
8.Peran kolabolator……………….…………
9.Peran coordinator ……………………………………………………….
10.konsultan ……………………………………………………….
11.Peran pembaru ……………………………………………………….
C.Aplikasi Ilmu Gizi dalam keperawatan……….….21
BAB III PENUTUP…………………………………….…………………..
1.kesimpulan………………………………….…………………………….
2.Saran……………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai negara yang sedang berkembang dan sedang membangun,


bangsaIndonesia masih memiliki beberapa ketertinggalan dan kekurangan
jika dibandingkan negara lain yang sudah lebih maju. Di bidang
kesehatan, bangsa Indonesia masih harus berjuang memerangi berbagai
macam penyakit infeksi dan kurang gizi yang saling berinteraksi satu
sama lain menjadikan tingkat kesehatan masyarakat Indonesia tidak
kunjung meningkat secara signifikan.

Tingginya angka kesakitan dan kematian Ibu dan Anak Balita di


Indonesia sangat berkaitan dengan buruknya status gizi. Ironisnya,
dibeberapa daerah lain atau pada sekelompok masyarakat Indonesia
yang lain terutama di kota-kota besar, masalah kesehatan masyarakat
utama justru dipicu dengan adanya kelebihan gizi; meledaknya kejadian
obesitas di beberapa daerah di Indonesia akan mendatangkan masalah
baru yang mempunyai konsekuensi-konsekuensi serius bagi
pembangunan bangsa Indonesia khususnya di bidang kesehatan. Jika ini
dibiarkan terus menerus, makin banyak penduduk yang mengalami
penyakit bahkan meninggal akibat masalah gizi ini.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah Apa saja isu-isu
mengenai masalah-masalah gizi yang terdapat di Indonesia?

C. Tujuan Penelitian
1.Tujuan Umum

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas


mata kuliah gizi dan diet yang diberikan dosen yang bersangkutan serta
memberitahukan dan menjelaskan apa-apa saja isu-isu mengenai masalah
gizi utama di Indonesia. .

2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan definisi masalah gizi.
b. Mendeskripsikan masalah gizi di Indonesia.
c. Mendeskripsikan cara mengatasi masalah gizi pada masyarakat.

d. Peran Perawat Sebagai Penyuluh Gizi

e. Aplikasi Ilmu Gizi dalam keperawatan

BAB II
PEMBAHASAN

A.MASALAH-MASALAH GIZI

1. Definisi masalah gizi


Masalah gizi adalah gangguan kesehatan dan kesejahtraan
seseorang, kelompok orang atau masyarakat sebagai akibat adanya
ketidakseimbangan antara asupan (intake) dengan kebutuhan tubuh akan
makanan dan pengaruh interaksi pennyakit (infeksi). Ketidakseimbangan
ini bisa mengakibatkan gizi kurang maupun gizi lebih.
Saat ini, kondisi gizi dunia menunjukan dua kondisi yang ekstrim.
Mulai dari kelaparan sampai pola makan yang mengikuti gaya hidup yaitu
rendah serat dan tinggi kalori, serta kondisi kurus dan pendek sampai
pada kegemukan. Hal yang sama juga terjadi di Indonesia. Saat sebagian
besar bangsa Indonesia masih menderita kekurangan gizi terutama pada
ibu, bayi dan anak secara bersamaan timbul masalah gizi lain yaitu gizi
leih yang berdampak pada obesitas. Hal ini akan mengahmbat laju
pembangunan, karena status gizi suatu masyarakat berpern penting
terhadap kualitas sumber daya manusia, dan daya saing bangsa.
Kemiskinan menjadi faktor utama penyebab kekuarangan gizi.
Konsumsi makanan yang beragam, bergizi seimbang dan aman
dapat memenuhi kecukupan gizi individu-individu untuk tumbuh dan
berkembang.Gizi pada ibu hamil sangat berpengaruh pada perkembangan
otak janin, sejak dari menggu ke empat pembuahan sampai lahir dan anak
berusia 3 tahun (golden age).

2. Masalah gizi pada masyarakat

a. Kurang Energi Protein (KEP)

Kekurangan energi protein adalah keadan kurang gizi yang


disebabkan rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan
sehari sehingga tidak memenuhi angaka kecukupan gizi. faktor-faktor
penyebab kurang energi protein dibagi menjadi dua, yaitu :

1. Primer
a) Susunan makanan yang salah
b) Penyedia makanan yang kurang baik
c) Kemiskinan
d) Ketidaktahuan tentang nutrisi dan kebiasan makan yang salah

2. Penyebab Sekunder :
a) Gangguan pencernaan (seperti malabsorbsi, gizi tidak baik, kelainan
struktur
saluran).
b) Gangguan psikologis.
            
Kekurangan Energi Protein merupakan masalah gizi utama di
Indonesia. Keadaan ini banyak diderita oleh balita. Anak balita dengan
KEP tingkat berat akan menunjukan tanda klinis kwaskiokhor dan
marasmus. Masalah KEP sebenarnya hampir selalu berhubungan dengan
masalah pangan. Berdasarkan data Susenas, dari 5 juta anak  (27%), 3,6
juta anak (19,2 %) mengalami KEP. KEP disebabkan oleh multifaktor yang
saling terkait sinergis secara klinis maupun lingkungannya. Pencegahan
hendaknya meliputi faktor secara konsisten.

Tindakan yang diperlukan untuk mengatasi KEP :


1. Mengendalikan penyakit-penyakit infeksi, khususnya diare, melalui :
a) Perbaikan sanitasi, personal, lingkungan, terutama makanan dan
peralatan.
b) Pendidikan : dasar, kesehatan, gizi
c) Program imunisasi pencegahan penyakit erat kaitannya dengan
lingkungan
seperti TBC, Malaria, DHF, parasit (cacing).
2. Memperkecil dampak penyakit infeksi terutama diare diwilayah yang
sanitasi
lingkungannya belum baik.
3. Deteksi dini dan menejemen awal / ringan
a) Memonitor tumbang dan status gizi balita secara kontinu
b) Perhatikan khusus faktor resiko tinggi yang akan berpengaruh
terhadap  kelangsungan status gizi (kemiskinan, ketidaktahuan
penyakit
infeksi)
4. Memelihara status gizi
a) Dimulai sejak dalam kandungan, ibu hamil dengan gizi yang baik,
diharapkan
melahirkan  bayi dengan status gizi yang baik pula.
b) Setelah lahir segera diberi ASI ekslusif sampai 4 bulan
c) Pemberian makanan tambahan (pendamping) ASI mulai usia 4 bulan
secara
bertahap 
d) Memperpanjang masa menyusui selama mungkin selama bayi
menghendaki
(maksimal 2 tahun).

b. GAKI (Gangguan Akibat Kekurangan Iodium)


Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) merupakan salah
satu masalah kesehatan masyarakat yang perlu ditanggulangi secara
sungguh-sungguh. Penduduk yang tinggal di daerah kekurangan iodium
akan mengalami GAKI kronis yang menyebabkan pertumbuhan fisik
terganggu dan keterbelakangan mental yang tidak dapat disembuhkan
sehingga menjadi beban masyarakat. GAKI mengakibatkan penurunan
kecerdasan dan produktivitas penduduk sehingga menghambat
pengembangan sumber daya manusia. Gangguan Akibat Kekurangan
Iodium (Iodine Deficiency Disorder) adalah gangguan tubuh yang
disebabkan oleh kekurangan iodium sehingga tubuh tidak dapat
menghasilkan hormon tiroid. Definisi lain, GAKY merupakan suatu
masalah gizi yang disebabkan karena kekurangan Yodium, akibat
kekurangan Yodium ini dapat menimbulkan penyakit salah satu yang
sering kita kenal dan ditemui dimasyarakat adalah Gondok. Dimana akibat
defisiensi iodium ini merupakan suatu spektrum yang luas dan mengenai
semua segmen usia, dari fetus hingga dewasa. Dengan demikian jelaslah
bahwa gondok tidak identik dengan GAKI.
Faktor – Faktor yang berhubungan dengan masalah GAKI antara
lain :
a. Faktor Defisiensi Iodium dan Iodium Excess
Defisiensi iodium merupakan sebab pokok terjadinya masalah
GAKI. Hal ini disebabkan karena kelenjar tiroid melakukan proses
adaptasi fisiologis terhadap kekurangan unsur iodium dalam makanan dan
minuman yang dikonsumsinya

b. Faktor Geografis dan Non Geografis


GAKI sangat erat hubungannya dengan letak geografis suatu
daerah, karena pada umumnya masalah ini sering dijumpai di daerah
pegunungan seperti pegunungan Himalaya, Alpen, Andres dan di
Indonesia gondok sering dijumpai di pegunungan seperti Bukit Barisan Di
Sumatera dan pegunungan Kapur Selatan.
c. Faktor Bahan Pangan Goiterogenik
Kekurangan iodium merupakan penyebab utama terjadinya gondok,
namun tidak dapat dipungkiri bahwa faktor lain juga ikut berperan. Salah
satunya adalah bahan pangan yang bersifat goiterogenik.

Dalam waktu tertentu GAKY dapat menyebabkan berbagai dampak


terhadap
pertumbuhan, dan kelangsungan hidup penderitanya diantaranya :
1. Terhadap Pertumbuhan
a.  Pertumbuhan yang tidak normal.
b. Pada keadaan yang parah terjadi kretinisme
c. Keterlambatan perkembangan jiwa dan kecerdasan
d. Tingkat kecerdasan yang rendah

2. Kelangsungan Hidup
         Wanita hamil didaerah Endemik GAKY akan mengalami
berbagai  gangguan kehamilan antara lain :
a. Abortus
b. Bayi Lahir mati
c. Hipothryroid pada Neonatal
Penyebab tingginya kasus GAKY adalah disebabkan karena beberapa hal
diantaranya :
1. Masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk menggunkan garam
beryodium
2. Masih rendahnya pengetahuan masyarakat akan mamfaat garam
beryodium
3. Garam Non Yodium masih banyak beredar ditengah masyarakat.
4. Adanya perbedaan harga yang relatif besar antara garam yang
beryodium
dengan garam non yodium.
5.Pengawasan mutu garam yodium belum dilaksanakan secara
menyeluruh dan
terus menerus serta belum adanya sangsi tegas bagi produksi garam
non
yodium.
6.Pendistribusian garam beryidium masih belum merata terutama untuk
daerah-
daerah terpencil.

c. Anemia Gizi Besi (AGB)

Anemia gizi besi ini timbul akibat kosongnya cadangan zat besi
tubuh sehingga cadangan zat besi untuk eritropoesis berkurang yang
menyebabkan kadar Hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari normal.
Prevalensi anemia gizi besi di Indonesia cukup tinggi. Menurut data yang
dikeluarkan Depkes RI, pada kelompok usia balita prevalensi anemia gizi
besi pada tahun 2001 adalah 47,0%, kelompok wanita usia subur 26,4%,
sedangkan pada ibu hamil 40,1%.
Mengingat, 1 dari 2 orang di Indonesia beresiko anemia. Lebih
memprihatinkan lagi, prevalensi anemia terjadi bukan hanya pada orang
dewasa, namun juga sudah menyerang anak-anak.Penyebab anemia atau
yang biasa disebut kalangan awam dengan penyakit kurang darah, selain
kekurangan gizi juga adanya penyakit yang merusak sel darah
merah. Selain itu, Prevalensi ibu hamil yang terkena anemia sekitar 40-50
persen, hal ini berarti 5 dari 10 ibu hamil mengalami anemia.    
Anemia gizi besi biasanya ditandai dengan menurunnya kadar Hb
total di bawah nilai normal (hipokromia) dan ukuran sel darah merah lebih
kecil dari normal (mikrositosis). Tanda-tanda ini biasanya akan
menggangu metabolisme energi yang dapat menurunkan produktivitas.
Penyebab anemia gizi besi bisa disebabkan oleh beberapa hal. Seperti
kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, menderita
penyakit ganguan pencernaan sehingga menggangu penyerapan zat besi.
Terjadi luka yang menyebabkan pendarahan besar, persalinan,
menstruasi, atau cacingan serta penyakit kronis seperti kanker, ginjal dan
penyakit. 

Adapun dampak dari Anemia Gizi Besi (AGB) adalah :     


a. Pada Anak-anak berdampak:
1. Menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar.
2. Menghambat pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan
otak.
3. Meningkatkan risiko menderita penyakit infeksi karena daya tahan
tubuh
menurun.
b. Dampak pada Wanita :
1. Anemia akan menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah sakit.
2. Menurunkan produktivitas kerja.
3. Menurunkan kebugaran.
c.  Dampak pada Remaja putri :
1. Menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar.
2. Mengganggu pertumbuhan sehingga tinggi badan tidak mencapai
optimal.
3. Menurunkan kemampuan fisik olahragawati.
4. Mengakibatkan muka pucat.
d.  Dampak pada Ibu hamil :
1. Menimbulkan perdarahan sebelum atau saat persalinan.
2. Meningkatkan risiko melahirkan Bayi dengan Berat Lahir Rendah
atau BBLR (<2,5 kg).
3.Pada anemia berat, bahkan dapat menyebabkan kematian ibu
dan/atau
bayinya.
AGB bisa diderita siapa saja, namun ada masa rentan AGB.
Diantaranya pada masa kehamilan, balita, remaja, masa dewasa muda
dan lansia.. Ibu hamil rentan terhadap AGB disebabkan kandungan zat
besi yang tersimpan tidak sebanding dengan peningkatan volume darah
yang terjadi saat hamil, ditambah dengan penambahan volume darah
yang berasal dari janin. Wanita secara kodrat harus kehilangan darah
setiap bulan akibat menstruasi, karenanya wanita lebih tinggi risikonya
terkena AGB dibandingkan pria. Anak-anak dan remaja juga usia rawan
AGB karena kebutuhan zat besi cukup tinggi diperlukan semasa
pertumbuhan. Jika asupan zat besinya kurang maka risiko AGB menjadi
sangat besar.

d. KVA ( Kurang Vitamin A)

Vitamin A merupakan nutriention essensial, yang hanya dapat


dipenuhi dari luar tubuh, dimana jika asupannya berlebihan bisa
menyebabkan keracunan karena tidak larut dalam air. Keurangan asupan
vitamin A bisa menyebabkan diare yang bisa be3rujung pada kematian
dan pneumonia.

Prevalensi tertinggi terjadi pada balita. Hal ini disebabkan oleh


intake makanan yang mengandung vitamin A kurang atau rendah,
rendahnya konsumsi vitamin A dan pro vitamin A pada ibu hamil sampai
melahirkan sehingga mempengaruhi kadar vitamin A yang terkandung
dalam ASI. Selain itu dapat disebabkan oleh MP-ASI  yang kurang
kandungan vitamin A, gangguan absorbs vitamin A dan pro vitamin A
( penyakit pancreas, diare kronik, KEP ), gangguan konversi pro vitamin A
menjadi vitamin A.
Akibat kekurangan vitamin A :
1. Menurunnya daya tahan tubuh sehingga mudah terserang infeksi
( misalnya sakit batuk, diare dan campak ).
2. Rabun senja ( anak dapat melihat suatu benda , jika ia tiba-tiba
berjalan dari tempat yang terang ke tempat yang gelap ). Rabun senja
dapat berakhir pada kebutaan.

Cara mencegah dan mengatasi kekurangan vitamin A :


1. Setiap hari anak diberi makanan yang mengandung vitamin A, seperti
hati ayam.
2. Setiap hari anak dianjurkan makan sayuran hijau dan buah-buahan
berwarna.
3. Sebaiknya sayuran ditumis menggunakan minyak atau dimasak
dengan santan, sebab vitamin A larut dalam minyak santan
4. Kapsul vitamin A dosis tinggi diberikan pada anak setiap 6 bulan di
Posyandu
Kapsul vitamin  A dosis tinggi diberikan pada ibu segera setelah
melahirkan.

Pemerintah terus berupaya menanggulangi penyakit gizi ini hingga


sejak tahun 2006 telah dapat ditangani, namun karena kekurangan
vitamin A ( KVA ) pada balita dapat menurunkan daya tahan tubuh. Maka,
suplementasi vitamin A tetap harus diberika pada balita. Berikut upayah
yang telah dilakukan pemerintah 1. Penyuluhan agar meningkatakan
konsumsi vitamin A dan pro vitamin A
2. Fortifikasi vitamin A ( susu, MSG, tepung terigu, mie instan ).
3. Distribusi kapsul vitamin A dosis tinggi pada balita 1-5 tahun ( 200.000
IU pada bulan februari dan agustus ), ibu nifas ( 200.000 IU ), anak usia 6-
12 bulan ( 100.000 IU ).

e. Obesitas   

 Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari


penimbunan lemak tubuh yang berlebihan.Setiap orang memerlukan
sejumlah lemak tubuh untuk menyimpan energi, sebagai penyekat panas,
penyerap guncangan dan fungsi lainnya. Perbandingan yang normal
antara lemak tubuh dengan berat badan adalah sekitar 25-30% pada
wanita dan 18-23% pada pria. Wanita dengan lemak tubuh lebih dari 30%
dan pria dengan lemak tubuh lebih dari 25% dianggap mengalami
osbesitas.
Seseorang yang memiliki berat badan 20% Perhatian tidak hanya
ditujukan kepada jumlah lemak yang ditimbun, tetapi juga kepada lokasi
penimbunan lemak tubuh. Secara ilmiah, obesitas terjadi akibat
mengonsumsikalori lebih banyak dari yang diperlukan oleh tubuh.
Obesitas meningkatkan risiko terjadinya sejumlah penyakit menahun
seperti Diabetes tipe 2 (timbul pada masa dewasa),tekanan darah
tinggi (hipertensi), stroke, serangan jantung (infark miokardium), gagal
jantung, kanker kanker tertentu, misalnya kanker prostat dan kanker usus
besar),batu kandung empedu dan batu kandung kemih, Gout dan artritis
gout, serta osteoartritis.lebih tinggi dari nilai tengah kisaran berat
badannya yang normal dianggap mengalami obesitas.Obesitas
digolongkan menjadi 3 kelompok:
a. Obesitas ringan : kelebihan berat badan 20-40%
b. Obesitas sedang : kelebihan berat badan 41-100%
c. Obesitas berat : kelebihan berat badan >100% (Obesitas berat
ditemukan sebanyak 5% dari antara orang-orang yang gemuk).
Anak-anak yang mengalami obesitas dapat berisiko lebih besar
mengidap penyakit jantung, diabetes dan gangguan akibat kelebihan berat
badan lainnya dari yang terpikirkan. Fakta ini diketahui berdasarkan studi
baru tentang dampak obesitas selama masa kanak-kanak dan
perkembangan kesehatan di masa dewasa.Dibanding anak-anak dan
remaja yang berbobot ideal, anak dengan obesitas lebih berisiko
menderita gangguan kesehatan yang memicu penyakit jantung dan
diabetes. Seperti, tekanan darah tinggi, kadar kolesterol tinggi, dan gula
darah tinggi.  
Di Indonesia terdapat 19,1 persen kasus obesitas pada penduduk
berusia di atas 15 tahun. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) Indonesia pada 2010, menunjukkan 27,7 juta jiwa penduduk
Indonesia berusia di atas 18 tahun, mengalamiobesitas. Jumlah ini sama
dengan 11,7 persen dari keseluruhan penduduk Indonesia.

3. Cara Mengatasi Masalah Gizi pada Masyarakat


a. Perbaiki asupan nutrisi

Penanganan bagi para penderita kurang gizi yang paling utama yakni
dengan pemberian nutrisi secara layak dan mencukupi, mulai dari menu
karbohidrat layaknya dalam bentuk nasi dan roti, protein dalam segala
jenis lauk pauk baik dari nabati seperti tahu ataupun dari hewani layaknya
menu olahan telur dan seterusnya, perhatikan pula kandungan asupan
vitamin yang bisa diperoleh dari ragam jenis sayuran atau juga pada
buah-buahan segar, pemberian susu yang kaya akan nutrisi mencukupi
juga layak dijadikan pilihan, yang pasti pemberian asupan nutrisi
mencukupi haruslah dilakukan secara berkala dan kontinyu, hal ini demi
memaksimalkan adaptasi tubuh dalam penyerapan nutrisi secara
maksimal
Perhatikan pula untuk pencegahan maka asupan nutrisi pada kalangan
tertentu semisal ibu hamil dan menyusui haruslah ditingkatkan sesuai
dengan kebutuhan yang mencukupi demi terhindar dari hal yang tak
diinginkan selanjutnya, karena bagaimanapun dua kondisi ini pada
umumnya membuat para wanita utamanya memiliki beban yang memebihi
dari waktu biasanya jadi perlu untuk diberikan perhatian khusus lebih
lanjut.

b. Lakukan pengobatan

Prosedur yang satu ini harus dilakukan secara spesifik apabila memang
ditemukan gejala penyakit yang memang melatarbelakangi munculnya
kekurangan gizi tersebut, semisal pengobatan secara intensif pada diare
lantaran infeksi maupun permasalahan pencernakan lain yang
berhubungan langsung dengan sistem serap nutrisi pada tubuh yang
umumnya terletak pada saluran usus, fokus terapi untuk penyakit pemicu
ini akan semakin dapat memaksimalkan pula penanganan pada gejala
kekurangan gizi secara sekaligus.

c. Minimalisir kebiasaan buruk

Beberapa kebiasaan kurang sehat layaknya salah diet ketat ataupun


merokok harus diminimalisir secara ketat, lantaran kegiatan seperti ini
sama sekali tidak membawa manfaat baik bagi tubuh dan justru sangat
membahayakan, baiknya lakukan kegiatan yang lebih positif dampaknya
bagi tubuh karena jika dibiarkan terus berlanjut tak ayal maka ragam
masalah kesehatan pun akan mengintai di kemudian harinya jadi cobalah
untuk senantiasa bijak dalam memilah gaya hidup anda demi kesehatan
anda sampai hari mendatang.

d. Pemaksimalan keseimbangan ekonomi


Hendaklah untuk yang satu ini pemerintah sebagai pemegang kekuasaan
yang utama dan luas juga ikut andil secara nyata demi menjaga
keseimbangan supaya perbaikan ekonomi juga dapat dirasakan oleh
masyarakat kelas bawah, dan juga kebiasaan untuk menggalakkan empati
pada sesama layak juga untuk dijadikan alternatif demi memperhatikan
sesama kita yang berada pada ujung kemiskinan, bantuan sembako dan
bahan pangan secara tepat sasaran semoga dapat menjadi langkah nyata
yang dapat mengurangi merebaknya wabah kekurangan gizi di kalangan
bawah.

B.PERAN PERAWAT SEBAGAI PENYULUH GIZI

5. Peran Perawat
Merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap
seseorang sesuai dengan kedudukan dan system, dimana dapat
dipengaruhi oleh keadaan social baik dari profesi perawat maupun dari
luar profesi keperawatan yang bersifat konstan.
Pemberi Asuhan Keperawatan
Perawat sebagai pelaku/pemberi asuhan keperawatan, perawat dapat
memberikan pelayanan keperawatan secara langsung dan tidak
langsung kepada klien. Contohnya menggunakan pendekatan proses
keperawatan yang meliputi : melakukan pengkajian dalam upaya
mengumpulkan data dan informasi yang benar, menegakkan diagnosa
keperawatan berdasarkan hasil analisis data, merencanakan intervensi
keperawatan sebagai upaya mengatasi masalah yang muncul dan
membuat langkah/cara pemecahan masalah, melaksanakan tindakan
keperawatan sesuai dengan rencana yang ada dan melakukan
evaluasi berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan
yang telah dilakukan.
6. Peran Advokat
Peran ini dilakukan oleh perawat dalam membantu klien dan
keluarga dalam menginterprestasikan berbagai informasi dari pemberi
pelayanan atau informasi lain khususnya dalam pengambilan
persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien,
juga dapat berperan mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien
yang meliputi hak atas pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi
tentang penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk menentukan nasibnya
sendiri dan hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian (A. Aziz
Alimul Hidayat, 2007). Sebagai contoh, perawat memberikan informasi
tambahan bagi klien yang sedang berusaha untuk memutuskan
tindakan yang terbaik baginya (Potter & Perry, 2005). Contoh dari
peran perawat sebagai pelindung adalah perawat harus
memperhatikan pola makan pada pasien diabetes melitus agar kadar
gula (glukosa) tidak meningkat.
7. Peran Edukator
Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan
tingkat pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang
diberikan,
sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan
pendidikan kesehatan (A. Aziz Alimul,2007).
Sebagai pendidik klien, perawat membantu klien meningkatkan
kesehatannya melalui pemberian pengetahuan yang terkait dengan
keperawatan dan tindakan medik yang diterima sehingga
klien/keluarga dapat menerima tanggung jawab terhadap hal-hal yang
diketahuinya. Sebagai pendidik, perawat juga dapat memberikan
pendidikan kesehatan kepada kelompok keluarga yang beresiko tinggi,
kader kesehatan, dan lain sebagainya.Contohnya perawat
memberikan pendidikan tentang gizi yang baik untuk penderita
diabetes militus kepada pasien diabetes dan keluarganya.
8. Peran Kolaborator
Peran ini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim
kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi dan lain-lain
berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan
termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk
pelayanan selanjutnya. Contohnya perawat bekerja sama dengan ahli
gizi untuk pemenuhan gizi pasien agar sesuai dengan yang
diharapkan.
9. Peran Koordinator
peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan
serta mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan
sehingga pemberian pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai
dengan kebutuhan klien (A. Aziz Alimul Hidayat, 2007). Selain itu
Adanya berbagai tempat kerja, perawat dapat memilih antara peran
sebagai menejer asuhan keperawatan atau sebagai perawat asosiat
yang melaksanakan keputusan menejer (Manthey, 1990). Sebagai
menejer, perawat mengoordinasikan dan mendelegasikan tanggung
jawab asuhan dan mengawasi tenaga kesehatan lainnya (Potter &
Perry, 2005).Contohnya perawat dapat bertukar pendapat dengan ahli
gizi bagaimana cara mengatur gizi yang baik.
10. Konsultan
Sebagai penyuluh, perawat menjelaskan kepada klien konsep
dan data-data tentang kesehatan, mendemonstrasikan prosedur
seperti aktivitas perawatan diri, menilai apakah klien memahami hal-
hal yang dijelaskan dan mengevaluasi kemajuan dalam pembelajaran.
Perawat menggunakan metode pengajaran yang sesuai dengan
kemampuan dan kebutuhan klien serta melibatkan sumber-sumber
yang lain misalnya keluarga dalam pengajaran yang direncanakannya.
Contohnya seorang pasien berkonsultasi dengan perawat, maka
perawat tersebut harus bisa menjawab dan menjelaskan apa yang
ditanyakan oleh pasien tersebut.
11. Peran Pembaru
Perawat dapat berperan sebagai inavator terhadap individu
keluarga dan masyarakat dalam merubah perilaku dan pola hidup yang
berkaitan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan.
Contohnya perawat dapat melakukan perubahan kepada pasien untuk
menjalani pola hidup yang lebih baik lagi misalnya dari memakan
makanan yang bergizi, olahraga yang cukup, dan sebagainya.

C.APLIKASI ILMU GIZI DALAM KEPERAWATAN

A. Ilmu Gizi
 Ilmu gizi adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang
makanan dalam hubungannya dengan kesehatan optimal. Di satu sisi ilmu
gizi berkaitan dengan makanan dan disisi lain berkaitan dengan tubuh
manusia. Zat gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk
melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan
memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan. Zat gizi
dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:
1) Zat gizi makro
Zat gizi makro adalah zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh dalam
jumlah besar untuk menjalankan fungsinya dalam tubuh yang berfungsi
untuk keperluan pertumbuhan sel atau jarunagn, fungsi pemeliharaan
ataupun aktivitas tubuh. Contohnya: karbohidrat, protein, dan lemak.
2) Zat gizi mikro
Zat gizi mikro adalah zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah
sedikit. Contohnya: air, mineral, dan vitamin
B. Untuk Hidup Tubuh Membutuhkan Zat Gizi
Makanan adalah bahan selain obat yang mengandung zat-zat gizi atau
unsure ikatan kimia yang dapat diubah menjadi zat zizi oleh tubuh, yang
berguna bila dimasukkan kedalan tubuh. Bahan makanan:
1) Bahan makanan pokok berfungsi: sumber utama energi dan sumber    
protein.
2) Bahan makanan lauk pauk berfungsi: sumber utama protein.
3)  Bahan makanan sayur dan buah berfungsi: sumber vitamin dan mineral
serta sumber energi.
C. Kebutuhan dan Kecukupan Gizi
Kebutuhan zat gizi menggambarkan banyaknya zat gizi minimal yang
diperlukan oleh setiap manusia agar dapat hidup sehat.
Kecukupan gizi:
 Kualitatif: nilai social, citarasa, ragam, dan jenis.
  Kuantitatif: banyaknya kandungan gizi dalam makanan
Kebutuhan:
 Lima kelompok besar
 45-50 macam zat gizi
-  Energi: 50-60% KH, 12-15% Protein, <30% lemak.
-  10 asam amino esensial
-   3 lemak esensial
-   14 macam vitamin
-   15-19 mineral
-    Serat dan Air
Faktor yang mempengaruhi kebutuhan gizi yaitu:
1) Umur
2)  Faktor fisiologi tubuh
3)  Aktifitas/kegiatan
4)  Jenis kelamin
5)  Ukuran tubuh
6)   suhu/iklim
D. Menilai Status Gizi
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan
dan penggunaan zat-zat gizi. Dibedakan antara status gizi buruk, kurang,
baik, dan lebih.
Cara Menilai Status Gizi:
1) Pengukuran antropometri yaitu ukuran tubuh (seperti: TB, BB, dan LILA
2) Pemeriksaan gejala-gejala klinik
3) Pemeriksaan biokimia darah
Tujuan pengukuran status gizi:
1) Pemantauan status gizi
2) Survey gizi
3)  Skrining

E. Asuhan Gizi Klinik di Rumah Sakit


Tujuan pemberian makanan pada penderita:
1) Mengurangi beban kerja organ, terutama kerja jantung, hati, dan ginjal.
2)  Membantu mempercepat pertumbuhan
3) Sebagai terapi
Jenis makanan di rumah sakit:
1) Enteral: makanan masuk melalui saluran cerna yaitu melalui mulut dan
lambung.
2) Parenteral: makanan melalui pembulu darah yaitu elalui pembulu arteri dan
vena.
Standar makanan di rumah sakit
1) Makanan biasa: diberikan pada pasien yang tidak memerlukan makanan
khusus berhubungan dengan penyakitnya.
2)      Makanan lunak: biberikan kepada penderita sesudah operasi tertentu
dan pada penyakit infeksi dengan kenaikkan suhu badan tidak terlalu
tinggi
3) Makanan saring: diberikan pada penderita sesudah mengalami operasi
tertentu, pada infeksi akut dan kesukaran menelan.
4) Makanan cair: diberikan pada penderita sebelum dan sesudah perasi
tertentu.
F. Nutrisi Pada Stres Metabolisme
Pada penyakit berat atau keadaan tertentu akan mengakibatkan terjadinya
stress metabolisme, stress ini akan berkaitan dengan keadaan
hipermetabolism seperti:
  Trauma: luka bakar
  Imfeksi (termasuk HIV)
  Prosedur terapi
  Penyakit kronik, misalnya kanker
Penilaian stress metabolik
1)  Umum: bila organ metabolism masih berfungsi dengan baik
2)  Khusus: gangguan pada organ metabolik
Nutrien dibutuhkan untuk:
1)  Pertumbuhan sel
2)  Fungsi sel
3)  Sintesis karbohidrat, lemak, protein.
4)  Kontraksi otot
5)  Penyembuhan luka
6)  Daya tahan tubuh/kekebalan
7)  Integritas pencernaan.
G.  Menentukan Status Gizi Ibu Hamil
Kegunaan penentuan status gizi:
1) Pendidikan gizi pada ibu hamil pada saat ini masih berdasarkan kebiasaan
tradisional
2)  Dukungan terhadap ibu hamil yang positif seperti meningkatkan
keselamatan ibu dan bayi.
H. Masalah Gizi di Indonesia
Jenis masalah gizi:
1. Kurang gizi: kurang gizi makro yaitu kekurangan energy dan protein
2. Kelebihan gizi: overweight dan obesitas
Penyebab masalah gizi:
1. Tingkat makro
a.  Kekurangan energy protein berat dengan keadaan status ekonomi
b.  Penurunan protein sama dengan penurunan kelompok di bawah garis
kemiskinan
c.   Ketersediaan pangan
2.   Tingkat mikro
a.   Tingkat keehatan (infeksi)
b.   Sanitasi lingkungan
Program intervensi
a.  Penimbangan balita
b.  Pemanfaatan pekarangan
c.  KIE
d.  PMT
e.  Kapsul dan vitamin A

Masalah-masalah gizi:
1. Anemia gizi
Penyebab: jumlah Fe tidak cukup dalam makanan, absorbs Fe rendah,
kebutuhan naik, kehilangan darah.
Program intervensi: pemberian tablet besi pada ibu hamil, penyuluhan
gizi. Dan fortifikasi makanan
2.  Kekurangan vitamin A
Penyebab: keadaan social ekonomi, ketidaktahuan, akibat infeksi, dan
kekurangaa ASI.
Program intervensi: distribusi kapsul vitamin A pada anak-anak, fortifikasi
makanan.
3.   Gangguan akibat kekurangan iodium (GAKI)
Akibat gaki: pembesaran kelenjer iodium, gangguan pertumbuhan,
gangguan mental dan gangguan neoro motor.
Intervensi: program odisasi garam, program penyumtikan preparat
beriodium dan penyuluhan.
4.  Obesitas
Akibat: PJK, kanker, diabetes mellitus.
Zat gizi yang dibutuhkan:
1. Makronutrien
Hidrat arang, protein lemak, termasuk sam lemak tidak jenuh
2. Mikronutrien
Yodium, besi, selenium, zink, vitamin,dll
I. Kasus klien Diabetes Mellitus dan Intervensi yang Dilakukan Perawat
yang Berkaitan dengan Gizi.
Diabetes melitus adalah gejala-gejala atau sindrom yang disebabkan
oleh ketidakseimbangan antara suplai insulin dengan kebutuhan tubuh.
(M.black 1997).
KEBUTUHAN ZAT GIZI PADA PENDERITA DIABETES
Perencanaan makan hendaknya dengan kandungan zat gizi yang
cukup dan disertai pengurangan total lemak terutama lemak jenuh.
Pengetahuan porsi makanan sedemikian rupa sehingga supan zat gizi
tersebar sepanjang hari. Penurunan berat badan ringan atau sedang (5 –
10 kg), sudah terbukti dapat meningkatkan kontrol diabetes, walaupun
berat badan idaman tidak dicapai. Penurunan berat badan dapat
diusahakan dicapai dengan baik dengan penurunan asupan energi yang
moderat dan peningkatan pengeluaran energi. Dianjurkan pembatasan
kalori sedang
yaitu 250-500 Kkal lebih rendah dari asupan rata-rata sehari.
Kubutuhan Zat Gizi Dapat Diuraikan Dibawah ini:
1. Protein.
Hanya sedikit data ilmiah untuk membuat rekomendasi yang kuat
tentang asupan protein orang dengan diabetes. ADA pada saat ini
menganjurkan mengkonsumsi 10% sampai 20% energi dari protein total.
Menurut konsensus pengelolaan diabetes di Indonesia kebutuhan protein
untuk orang dengan diabetes adalah 10 – 15% energi. Perlu penurunan
asupan protein menjadi 0,8 g/kg perhari atau 10% dari kebutuhan energi
dengan timbulnya nefropati pada orang dewasa dan 65% hendaknya
bernilai biologi tinggi.
2. Total Lemak.
Asupan lemak dianjurkan < 10% energi dari lemak jenuh dan tidak
lebih 10% energi dari lemak tidak jenuh ganda, sedangkan selebihnya
yaitu 60 – 70% total energi dari lemak tidak jenuh tunggak dan
karbohidrat. Distribusi energi dari lemak dan karbohidrat dapat berbeda-
beda  setiap individu berdasarkan pengkajia gizi dan tujuan pengobatan.
Anjuran persentase energi dari lemak tergantung dari hasil pemeriksaan
glukosa, lipid, dan berat badan yang diinginkan.
Untuk individu yang mempunyai kadar lipid normal dan dapat
mempertahankan berat badan yang memadai (dan untuk pertumbuhan
dan perkembangan normal pada anak dan remaja) dapat dianjurkan tidak
lebih dari 30% asupan energi dari lemak total dan < 10% energy dari
lemak jenuh. Dalam hal ini anjuran asupan lemak di Indonesia adalah 20 –
25% energi. Apabila peningkatan LDL merupakan masalah utama, dapat
diikuti anjuran diet dislipidemia tahap II yaitu < 7% energi total dari lemaj
jenuh, tidak lebih dari 30% energi dari lemak total dan kandungan
kolesterol 200 mg/hari. Apabila peningkatan trigliserida dan VLDL
merupakan masalah utama, pendekatan yang mungkin menguntungkan
selain menurunkan berat badan dan peningkatan aktivitas adalah
peningkatan sedang asupan lemak tidak jenuh tunggal 20% energi
dengan < 10% masing energy masing-masing dari lemak jenuh dan tidak
jenuh ganda sedangkan asupan karbohidrat lebih rendah. Perencanaan
makan tinggi lemak tidak jenuh tunggal dapat dilakukan antara lain
dengan penggunaan nuts, alpukat dan minyak zaitun. Namun demikian
pada individu yang kegemukan peningkatan asupan lemak dapat
memperburuk kegemukannya. Pasien dengan kadar trigliserida > 1000
mg/dl mungkin perlu penurunan semua tipe lemak makanan untuk
menurunkan kadar
lemak plasma dalam bentuk kilomikron.
3. Lemak Jenuh dan Kolesterol.
Tujuan utama pengurangan konsumsi lemak jenuh dan kolestrol
adalah untuk
menurunkan resiko penyakit kardiovaskuler. Oleh karena itu < 10%
asupan energi sehari seharusnya dari lemak jenuh dan asupan makanan
kolesterol makanan hendaknya dibatasi tidak lebih dari 300 mg perhari.
Namun demikian rekomendasi ini harus disesuaikan dengan latar
belakang budaya dan etnik.
4. Karbohidrat dan Pemanis.
Rekomendasi tahun 1994 lebih menfokuskan pada jumlah total
karbohidrat dari pada jenisnya. Rekomendasi untuk sukrosa lebih liberal,
menilai kembali fruktosa dan lebih konservatif untuk serat. Buah dan susu
sudah terbukti mempunyai respon glikemik menyerupai roti, nasi dan
kentang. Walaupun berbagai tepung-tepungan mempunyai respon
glikemik yang berbeda,
prioritas hendaknya lebih pada jumlah total karbohidrat yang dikonsumsi
dari pada sumber karbohidrat. Anjuran konsumsi karbohidrat untuk orang
dengan diabetes di Indonesia adalah 60– 70% energi.
5. Sukrosa.
Bukti ilmiah menunjukkan bahwa penggunaan sukrosa sebagai bagian
dari perencanaan makan tidak memperburuk kontrol glukosa darah pada
individu dengan diabetes tipe 1 dan 2. Sukrosa dan makanan yang
mengandung sukrosa harus diperhitungkan sebagai pengganti karbohidrat
makanan lain dan tidak hanya dengan menambahkannya pada
perencanaan makan. Dalam melakukan substitusi ini kandungan zat gizi
dari makanan-makanan manis yang pekat dan kandungan zat gizi
makanan yang mengandung sukrosa harus dipertimbangkan, demikian
juga
adanya zat gizi-zat gizi lain pada makanan tersebut seperti lemak yang
sering dimakan bersama sukrosa. Mengkonsumsi makanan yang
bervariasi memberikan lebih banyak zat gizi dari pada makanan dengan
sukrosa sebagai satu-satunya zat gizi.
6. Pemanis.
a. Fruktosa menaikkan glukosa plasma lebih kecil dari pada sukrosa dan
kebanyakannya karbohidrat jenis tepung-tepungan. Dalam hal ini fruktosa
dapat memberikan keuntungan sebagai bahan pemanis pada diet
diabetes. Namun demikian, karena pengaruh penggunaan dalam jumlah
besar (20% energi) yang potensial merugikan pada kolesterol dan LDL,
fruktosa tidak seluruhnya menguntungkan sebagai bahan pemanis untuk
orang dengan diabetes. Penderita dislipidemia hendaknyamenghindari
mengkonsumsi fruktosa dalam jumlah besar, namun tidak ada alasan
untuk menghindari makanan seperti buah dan sayuran yang mengnadung
fruktosa alami ataupun konsumsi sejumlah sedang makanan yang
mengandung pemanis
fruktosa.
b. Sorbitol, mannitol dan xylitol adalah gula alkohol biasa (polyols) yang
menghasilkanrespon glikemik lebih rendah dari pada sukrosa dan
karbohidrat lain. Penggunaan pemanis tersebut secra berlebihan dapat
mempunyai pengaruh laxatif.
c. Sakarin, aspartam, acesulfame adalah pemanis tak bergizi yang dapat
diterima
sebagai pemanis pada semua penderita DM.
7. Serat.
Rekomendasi asupan serat untuk orang dengan diabetes sama
dengan untuk orang yang tidak diabetes. Dianjurkan mengkonsumsi 20 –
35 g serat makanan dari berbagai sumber bahan makanan. Di Indonesia
anjurannya adalah kira-kira 25 g/hari dengan mengutamakan serat larut.
8. Natrium.
Anjuran asupan untuk orang dengan diabetes sama dengan
penduduk biasa yaitu tidak lebih dari 3000 mg, sedangkan bagi yang
menderita hipertensi ringan sampai sedang, dianjurkan 2400 mg natrium
perhari.

PRINSIP PERENCANAAN MAKAN ORANG DENGAN DIABETES DI


INDONESIA
A. Kebutuhan Kalori.
Kebutuhan kalori sesuai untuk mencapai dan mepertahankan berat
badan ideal komposisi energi adalah 60 – 70% dari karbohidrat, 10 - 15%
dari protein dan 20 – 25% dari lemak.
Ada beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang
dibutuhkan orang dengan diabetes Diantaranya adalah dengan
memperhitungkan berdasarkan kebutuhan kalori basal yang besarnya 25-
30 kalori/kg BB ideal, ditambah dan dikurangi bergantung pada beberapa
factor yaitu jenis kelamin, umur, aktifikasi, kehamilan/laktasi, adanya
komplikasi dan berat badan.
 B. Gula.
Gula dan produk-produk lain dari gula dikurangi, kecuali pada keadaan
tertentu, misalnya pasien dengan diet rendah protein dan yang mendapat
makanan cair, gula boleh diberikan untuk mencukupi kebutuhan kalori,
dalam jumlah terbatas. Penggunaaan gula sedikit dalam bumbu
diperbolehkan sehingga memungkinkan pasien dapat makan makanan
keluarga. Penggunaaan gula untuk minuman dapat diberikan sesuai
petunjuk bila diperlukan.
C. Standard Diet Diabetes Mellitus.
Untuk perencanaan pola makan sehari, pasien diberi petunjuk berapa
kebutuhan bahan makanan setiap kali makan dalam sehari dalam bentuk
Penukar (P). Berdasarkan pola makan pasien tersebut dan daftar bahan
makanan penukar, dapat disuusnmenu makanan sehari-hari.
D. Daftar Makanan Penukar.
Daftar bahan makanan penukar adalah suatu daftar nama bahan
makanan dengan ukuran tertentu dan dikelompokkan berdasarkan
kandungan kalori, protein, lemak dan hidrat arang. Setiap kelompok bahan
makanan dianggap mempunyai nilai gizi yang kurang lebih sama .
Dikelompokkan menjadi 7 kelompok bahan makanan yaitu :
Golongan 1 : bahan makanan sumber karbohidrat.
Golongan 2 : bahan makanan sumber protein hewani.
Golongan 3 : bahan makanan sumber protein nabati.
Golongan 4 : sayuran.
Golongan 5 : buah-buahan
Golongan 6 : Susu
Golongan 7 : Minyak
 Golongan 8 : makanan tanpa kalori.

INTERVENSI OLEH PERAWAT TERHADAP PENYAKIT DM:


1. Ajarkan pasien untuk melakukan mobilisasi  Rasional : dengan mobilisasi
meningkatkan  sirkulasi darah.
2. Ajarkan tentang faktor-faktor yang dapat meningkatkan aliran darah :
Tinggikan kaki sedikit lebih rendah dari jantung ( posisi elevasi pada waktu
istirahat ),  hindari penyilangan kaki, balutan ketat, hindari penggunaan
bantal
Rasional : meningkatkan melancarkan aliran darah balik sehingga tidak
terjadi oedema.
3. Ajarkan tentang modifikasi faktor-faktor resiko berupa
Hindari diet tinggi kolestrol, teknik relaksasi, menghentikan kebiasaan
merokok, dan penggunaan obat vasokontriksi.
Rasional : kolestrol tinggi dapat mempercepat terjadinya arterosklerosis,
merokok dapat menyebabkan terjadinya vasokontriksi pembuluh darah,
relaksasi untuk mengurangi efek dari stres.
4. Kerja sama dengan tim kesehatan lain dalam pemberian vasodilator,
pemeriksaan gula darah secara rutin dan terapi oksigen ( HBO ).
Rasional : pemberian vasodilator akan meningkatkan dilatasi pembuluh
darah sehingga perfusi jaringan dapat diperbaiki, sedangkan pemeriksaan
gula darah secara rutin dapat mengetahui perkembangan dan keadaan
pasien, HBO untuk memperbaiki oksigenasi daerah ulkus/gangren.
5. Berikan  penjelasan yang benar dan mudah dimengerti pasien:.
1. Pola nutrisi dan metabolism
Akibat produksi insulin tidak adekuat atau adanya defisiensi insulin maka
kadar gula darah tidak dapat dipertahankan sehingga menimbulkan
keluhan sering kencing, banyak makan, banyak minum, berat badan
menurun dan mudah lelah. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan
terjadinya gangguan nutrisi dan metabolisme yang dapat mempengaruhi
status kesehatan  penderita.
2. Pola eliminasi
 Adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis osmotik yang
menyebabkan pasien  sering kencing (poliuri) dan pengeluaran glukosa
pada urine ( glukosuria ). Pada eliminasi alvi   relatif tidak ada gangguan.
3.  Pola tidur dan istirahat
Adanya poliuri, nyeri pada kaki yang luka dan situasi rumah sakit yang
ramai akan mempengaruhi waktu tidur dan istirahat penderita, sehingga
pola tidur dan waktu tidur penderita mengalami perubahan.
4. Diet
Diet untuk mengotrol berat badan adalah dasar dalam pelaksanaan
pengontrolan gula darah pada penyakit DM.
5. Pengelolaan Diabetes Mellitus meliputi pelayanan medis, asuhan
keperawatan, asuhan diit, dan penyuluhan gizi. Penyuluhan gizi yang
diberikan mengetahui untuk menyadarkan pendertia agar dapat mematuhi
diit yang harus dijalankan. Meningkatnya frekuensi penyuluhan gizi akan
berakitab bertambahnya informasi yang diperoleh sehingga akan
berpengaruh terhadap kepatuhan diit.
J.   Kecendrungan Masalah Gizi Ke Depan di Indonesia
1) Prevalensi masalah gizi kurang pada balita
2) Prevalensi stunting pada anak sekolah
3) KEK pada wanita hamil
4) Masalah gizi mikro
5) Over nutritions
Program Penanggulangan ke depan
1. Banyak hal yang harus diperkuat untuk melaksanakan program perbaikan
gizi, mulai dari ketersediaan data dan informasi secara peruodik untuk
dapat digunakan dalam perencanaan program yang benar dan efektif.
2. Melakukan penanggulangan program perbaikan gizi dan kesehatan yang
bersifat prefentif untuk jangka panjang, sementara kuratif dapat diberikan
pada kelompok masyarakat yang benar-benar membutuhkan. Bentuk
efektif seperti perbaikan prilaku kesehatan dan gizi tingkat keluarga
dilakukan secara professional mulai dipikirkan, dan tentunya dengan
ketentuan atau criteria yang spesifik lokal.
3. Melakukan strategi program khusus untuk penanggulangan kemiskinan,
baik di daerah perkotaan maupun perkotaan dalam bentuk strategi
pemberdayaan keluarga dan menciptakan kerjasama yang baik dengan
suasta.
4.  Secara bertahap melakukan peningkatan pendidikan, strategi ini
merupakan strategi jangka panjang yang dapat mengangkat Indonesia
dari berbagai masalah gizi dan kesehatan.
K. Fungsi Zat Gizi
a. Karbohidrat
 Sebagai sumber energy
 Member rasa manis pada makanan
 Penghemat protein
 Mengatur metabolism lemak
 Membantu pengeluaran feses
Sumber kabohidarat yaitu: padi-padian, umbu-umbian, kacang-kacangan
kering dan gula. Rata-rata konsumsi energy barasal dari karbohidarat
penduduk Indonesia menurut Biro Pusat Statistik tahun 1990 adalah
sebesar 72%.
b. Protein
 Sebagai pertumbuhan dan pemeliharaan
 Pembentukan ikatan-ikatan esensial tubuh
 Mengatur keseimbangan air
 Memelihara netralitas tubuh
 Pembentukan antibody
 Mengangkut zat-zat gizi
 Sumber energy
Sumber protein nabati: telur, susu, daging, ikan, kerang, dan unggas.
Sumbar protein nabati yaitu: kacang kedelai, hasil olahan tahu dan tempe, dll
c. Lemak
 Sumber energy utama terbesar
 Sumber asam lemak esensial
 Alat angkut vitamin larut lemak
 Menghemat protein
 Member rasa kenyang dan kelezatan
 Sebagai pelumas
 Memelihara suhu tubuh
 Sebagai pelindung tubuh
Lemak dapat berasal dari: minyak goring, ayam, dan daging sapi.
d. Vitamin
 Vitamin larut lemak: A, D, E, K.
 Vitamin A
Vitamin A berfungsi: penglihatan, defirensiasi sel, sebagai pertahanan
tubuh, pencegahan kanker dan penyakit jantung, dan berperan dalam
pembentukan sel darah merah.
Sumbernya: hati, kuning telur, susu, dan mentega.
 Vitamin D
Vitamin D berfungsi: membantu pembentukan dan pemeliharaan tulang.
Sumber vityamin D yaitu dalam bentuk cholechalciferol dalah: minyak hati
ikan. Mentega, kuning telur, ragi, hati, dll.
 Vitamin E
 Vitamin K
Vitamin K berperan dalam proses sintesisprotombin yang diperlukan
dalam pembekuan darah.
Sumber vitamin K: hati, sayuran hijau, kuning telur, minyak kedelai,
kacang- kacangan, kol, buncis dan brokoli.
 Vitamin larut air:
 Vitamin C
Vitamin C berfungsi dalam metabolism dan pencegahan kangker dan
penyakit jantung.
Sumber vitamin C: sayur- sayuran terutama yang sam seperti jeruk,
nanas, rambutan, papaya, dll
 Vitamin B1 (tiamin)
 Sumber utamanya dalam makanan adalah serelia tumbuk atau setengah
giling.
 Vitamin B2 (riboflavin)
Sumbernya: susu, keju, hati, daging, dan sayuran hijau.
 Vitamin B12 (kobalamin)
Vitamin B12 diperoleh dari hasil sintesis bakteri, fungi, dan ganggang.
 Mineral
 Kalsium (Ca)
Sumber: susu dan produk olahannya (keju, s krim), makanan laut,
sardencis, sayuran hijau, sayur, dan jeruk.
 Besi (Fe)
 Sumber: telur, daging merah, ikan, hati, kerang, buah kering, tepung
gandum, roti, sayuran hijau.
 iodium
 sumber: sayur-sayuran,makanan laut,minyak ikan, rumpit laut, kerang,
garam beriodium, kulit kantang.
L. Peran Nutrisi Yang amat Penting di Klinik
1. Memberikan zat gizi yang cukup menurut kebutuhan individu sesuai
dengan jenis penyakit dan kondisi penderitanya sehinnga da makanan
yang disebut diet tinggi dan diet rendah,
2. Tidak memperberat kerja orga- organ tubuh penderita
3. Mempercepat proses penyembuhan
4.  Memberitan rasa optimism.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa masalah gizi
merupakan hal yang komplek di Indonesia. Sampai saat ini ada lima
masalah gizi utama di Indonesia, yaitu Kurang Energi Protein (KEP),
Anemia Gizi Besi (AGB), Kurang Vitamin A (KVA), Gangguan Akibat
Kekurangan Iodium (GAKI) dan Obesitas. Energi dan protein merupakan
zat gizi makro, sedangkan zat besi, vitamin A dan Iodium merupakan zat
gizi mikro. Banyak faktor yang mempengaruhi asupan gizi masyarakat
tersebut. Dari hari ke hari angka dari masalah-masalah di atas terus
meningkat, yang secara otomatis juga meningkatkan angka kematian
penduduk. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya
kekurangan pangan, penyakit infeksi seperti cacingan, lingkungan yang
kurang bersih serta penyebab tidak langsung lainnya seperti pola asuh
orang tua.
 
Saran
Sebaiknya, untuk mengurangi angka kematian akibat masalah-
masalah gizi di atas pemerintah mengadakan program yang lebih efektif
dan berkesinambungan seperti, meningkatkan upaya kesehatan ibu untuk
mengurangi bayi dengan berat lahir rendah, meningkatkan program
perbaikan zat gizi mikro, meningkatkan program gizi berbasis
masyarakat,  dan memperbaiki sektor lain yang treakit erat dengan gizi
(pertanian, air dan sanitasi, perlindungan, pemberdayaan masyarakat dan
isu gender), sehingga sedikit demi sedikit angka-angka akibat masalah
gizi di atas dapat dikurangi.
DAFTAR PUSTAKA

http://gusviaps.blogspot.com/2012/02/pengaplikasian-ilmu-gizi-dalam.html

https://nurse2d.wordpress.com/2016/09/20/peran-perawat-dalam-pemberian-gizi-
dan-diit/

https://www.academia.edu/34470816/MASALAH_GIZI_DI_INDONESIA_LAPO
RAN_ILMU_GIZI_DASAR

Anda mungkin juga menyukai