2) Siti Hamidah Rizka (10116116) 3) Tantri Widya Pramesthi (10116120) 4) Titis Anggi Saputri (10116122) 5) Wahyu Hanafi (10116135) 6) Yuyun Nikmatus Sholichah (10116148) Makan makanan bergizi termasuk protein sangat dianjurkan agar kebutuhan gizi dalam tubuh terpenuhi. PROTEIN Protein merupakan salah satu makromolekul yang sangat penting dalam kehidupan ini terutama untuk pertumbuhan. Protein dalam tubuh akan mengalami proses metabolisme sehingga dari proses metabolisme inilah protein dapat dimanfaatkan dalam tubuh. Makan makanan bergizi termasuk protein sangat dianjurkan agar kebutuhan gizi dalam tubuh terpenuhi. Protein merupakan suatu zat makanan yang sangat penting bagi tubuh, karena zat ini disamping berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur, Protein adalah sumber asam- asam amino yangmengandung unsur C, H, O dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat.Molekul protein mengandung pula posfor,belerang dan ada jenis protein yang mengandung unsur logam seperti besi dan tembaga . Menurut (Sediatoema, 1999) : Kurang kalori protein (KKP) adalah suatu penyakit gangguan gizi yang dikarenakan adanya defisiensi kalori dan protein dengan tekanan yang bervariasi pada defisiensi protein maupun energi Kekurangan kalori protein.
Menurut (Ngastiyah, 1997) :
KKP adalah defisiensi gizi terjadi pada anak yang kurang mendapat masukan makanan yang cukup bergizi, atau asupan kalori dan protein kurang dalam waktu yang cukup lama. Penyakit Kurang Kalori Protein pada dasarnya terjadi karena defisiensi energi dan defisiensi protein, disertai susunan hidangan yang tidak seimbang. Penyakit KKP terutama menyerang anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan, dan dapat pula menyerang orang dewasa yang biasanya kekurangan makan secara menyeluruh.
Penyakit Kurang Energi Protein merupakan bentuk
malnutrisi yang terdapat terutama pada anak-anak di bawah umur 5 tahun dan kebanyakan di negara-negara sedang berkembang. Penyakit kekurangan protein atau mungkin lebih tepat disebut dengan penyakit kurang gizi disebabkan kekurangan konsumsi protein atau kekurangan gizi pada anak-anak yang dapat menyebabkan terganggunya pertumbuhan badan pada anak.
Pada orang dewasa kekurangan
protein mempunyai gejala yang kurang spesifik, akan tetapi pada keadaan yang telah sangat parah dapat berdampak buruk seperti busung lapar. Perbedaan Maramus dan Kwashiokor Ada dua bentuk KKP yaitu sering kita ketahui yaitu marasmus dan kwashiorkor. Baik marasmus maupun kwashiorkor keduanya disebabkan oleh kekurangan protein.
Akan tetapi pada marasmus di samping kekurangan protein
terjadi juga kekurangan energi. Sedangkan pada kwashiorkor yang kurang hanya protein, sementara kalori cukup.Marasmus terjadi pada anak usia yang sangat muda yaitu pada bulan pertama setelah lahir, sedangkan kwashiorkor umumnya ditemukan pada usia 6 bulan sampai 4 tahun. Kwashiorkor Kata “kwarshiorkor” berasal dari bahasa Ghana-Afrika yang berati “anak yang kekurangan kasih sayang ibu”. Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Cicely D. Williams pada rangkaian saintifik internasional melalui artikelnya Lancet 1935.Beliau pada tahun 1933 melukiskan suatu sindrom tersebut berhubungan dengan defisiensi dari suatu nutrien. Akhirnya baru diketahui defisiensi protein menjadi penyebabnya.
Kwashiorkor adalah suatu bentuk malnutrisi energi protein
yang ditimbulkan oleh defisiensi protein yang berat. Ini ditandai dengan hambatan pertumbuhan, perubahan pada pigmen rambut dan kulit, edema, pembesaran perut, imunodefisiensi, dan perubahan patologik pada hati termasuk infiltrasi lemak, nekrosis dan fibrosis. Ciri-Ciri Kwashiorkor :
Adanya oedema pada kaki, tumit dan bagian tubuh
lain seperti bengkak karena ada cairan tertumpuk. Gangguan pertumbuhan badan. Berat dan panjang badan anak tidak dapat mencapai berat dan panjang yang semestinya sesuai dengan umurnya. Perubahan aspek kejiwaan, yaitu anak kelihatan memelas, cengeng, lemah dan tidak ada selera makan. Otot tubuh terlihat lemah dan tidak berkembang dengan baik walaupun masih tampak adanya lapisan lemak di bawah kulit. Penyebab Kwashiorkor Penyebab secara umum: 1.Intake protein yang buruk. 2. Infeksi suatu penyakit. 3. Masalah penyapihan. Contoh penyebab: Adanya pemberian makanan yang buruk yang mungkin diberikan oleh ibu karena alasan: miskin, kurang pengetahuan, dan adanya pendapat yang salah tentang makanan. Adanya infeksi, misalnya: Diare akan mengganggu penyerapan makanan. Infeksi pernapasan (termasuk TBC dan batuk rejan) yang menambah kebutuhan tubuh akan protein dan dapat mempengaruhi nafsu makan. Kekurangan ASI. Gejala dan Tanda-Tanda Kwashiorkor Gejala Kwashiorkor (Guyton,1997): 1. Pertumbuhan yang terganggu. Selain berat badan juga tinggi badan kurang dibandingkan anak sehat 2. Perubahan mental. 3. Pada sebagian besar penderita ditemukan edema baik yang ringan maupun yang berat. 4. Gejala gastrointestinal, anoreksia kadang-kadang demikian hebatnya 5. Perubahan rambut sering dijumpai, baik mengenai bangunnya (texture), maupun warnanya. Sangat khas untuk penderita kwashiorkor adalah rambut kepala yang mudah dicabut. 6. Kulit penderita biasanya kering dengan menunjukkan garis-garis kulit yang lebih mendalam dan lebar. 7. Pembesaran hati merupakan gejala yang juga sering ditemukan 8. Anemia ringan selalu ditemukan pada penderita demikian 9. Kelainan kimia darah 10. Hasil autopsi penderita kwashiorkor yang berat menunjukkan hampir semua organ mengalami perubahan, seperti degenerasi otot jantung, osteoporosis tulang dan sebagainya. Pencegahannya Pencegahan kwashiorkor dapat dilakukan dengan memberikan makanan yang bergizi seimbang yaitu makanan yang mengandung karbohidrat (seperti nasi, kentang, jagung), makanan yang mengandung protein (telur, ikan ,daging, tahu, tempe, dll), makanan yang mengandung vitamin dan mineral seperti sayur-sayuran dan buah-buahan. Serta dilakukan penyuluhan terkait pentingnya pemenuhan kebutuhan gizi 1. Pemberian air susu ibu (ASI) sampai umur 2 tahunmerupakan sumber energi yang paling baik untuk bayi. 2. Ditambah dengan pemberian makanan tambahan yangbergizi pada umur 6 tahun ke atas. 3. Pencegahan penyakit infeksi, dengan meningkatkankebersihan lingkungan dan kebersihan perorangan. 4. Penyuluhan/pendidikan gizi tentang pemberian makananyang adekuat merupakan usaha pencegahan jangka panjang. 5. Pemantauan (surveillance) yang teratur pada anak balita didaerah yang endemis kurang gizi, dengan cara penimbanganberat badan tiap bulan.6. Pemberian imunisasi. Metabolisme Protein pada Penderita Kwashiorkor
Metabolisme Protein pada Penderita Kwashiorkor Ada tiga kemungkinan
mekanisme pengubahan protein , yaitu (Poejdiadi, 1994): 1) Sel-sel mati, lalu komponennya mengalami proses penguraian atau katabolisme dan dibentuk sel-sel baru 2) Masing-masing protein mengalami proses penguraian dan terjadi sintesis protein baru, tanpa ada sel yang mati 3) Protein dikeluarkan dari dalam sel diganti dengan sinteis protein baru
Protein dalam Pada penderita makanan pencernaan Kwashiorkor, asupan Asam
Amino protein dari makanan absorbsi kurang sehingga A. A dalam darah menyebabkan neraca protein negatif A.A. dl HATI A. A. dl Hati A.A. Dalam darah (ektrasel) (intra sel) (keluaran>masukan) sehingga asam amino A. A. ektra sel Senyawa N lain PROTEIN dalam darah, hati dan intrasel mengalami defisiensi yang A. A. intra sel Sik. A. Sitrat A. Keto NH3 menyebabkan proses metabolisme selanjutnya terganggu. SPROTEI A. Keto Asam lemak urea. Pengobatan 1) Segera dilakukan pengobatan jika sudah terdapat gejala. 2) Sesudah pengobatan dimulai, penderita dapat kehilangan berat badannya selama beberapa minggu karena menghilangnya edem. Enzim serum dan usus kembali ke normal, penyerapan lemak dan usus kembali membaik. 3) Diet berkalori tinggi dan protein tinggi tidak diberikan terlalu cepat karena hati dapat menjadi besar, abdomen menjadi sangat kembung dan anak membaiknya lebih lamabat. Marasmus Marasmus adalah salah satu bentuk kekurangan gizi yang buruk paling sering ditemui pada balita penyebabnya antara lain karena masukan makanan yang sangat kurang, infeksi, pembawaan lahir, prematuritas, penyakit pada masa neonatus serta kesehatan lingkungan. Marasmus sering dijumpai pada anak berusia 0 - 2 tahun dengan gambaran sbb: berat badan kurang dari 60% berat badan sesuai dengan usianya, suhu tubuh bisa rendah karena lapisan penahan panas hilang, dinding perut hipotonus dan kulitnya melonggar hingga hanya tampak bagai tulang terbungkus kulit, tulang rusuk tampak lebih jelas atau tulang rusuk terlihat menonjol, anak menjadi berwajah lonjong dan tampak lebih tua (old man face)), Otot-otot melemah, atropi, bentuk kulit berkeriput bersamaan dengan hilangnya lemak subkutan, perut cekung sering disertai diare kronik (terus menerus) atau susah buang air kecil. Penyebab Marasmus: Kelaparan Kronis Kekurangan Vitamin Asupan Makanan yang Kurang Seimbang Infeksi Prematuritas Gejala Marasmus Diare Kronis yakni diare yang dialami selama lebih dari 2 minggu dan ini merupakan ciri utama dari marasmus. Sakit Kepala Penurunan Berat Badan Drastis Cepat Lelah Perut Buncit Muntah Terus-menerus Dehidrasi Kulit Kering Pengobatan Marasmus 1. Atasi/cegah hipoglikemia Periksa kadar gula darah bila ada hipotermia (suhu aksila < 35°C, atau suhu rektal 35,5°C). Bila kadar gula darah di bawah 50 mg/dl, maka berikan: 50 ml bolus glukosa 10% atau larutan sukrosa (1 sendok teh gula dalam 5 sendok makan air) secara oral atau sonde/pipa nasogastrik. 2. Atasi/cegah hipotermia Bila suhu rektal < 35,5°C, hangatkan anak dengan pakaian atau selimut, atau letakkan dekat lampu atau pemanas. Suhu diperiksa sampai mencapai > 36,5°C. 3. Atasi/cegah dehidrasi Jika anak masih menyusui, teruskan ASI dan berikan setiap setengah jam sekali. 4. Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit Pada semua KEP berat terjadi gangguan keseimbangan elektrolit diantaranya: Kelebihan natrium tubuh, walaupun kadar natrium plasma rendah. Cara Mencegah Marasmus 1. Memberikan ASI eksklusif (hanya ASI) sampai anak berumur 6 bulan. 2. Anak diberikan makanan yang bervariasi, seimbang antara kandungan protein, lemak, vitamin dan mineralnya. Perbandingan komposisinya: untuk lemak minimal 10% dari total kalori yang dibutuhkan, sementara protein 12% dan sisanya karbohidrat. 3. Rajin menimbang dan mengukur tinggi anak dengan mengikuti program Posyandu 4. Jika anak dirawat di rumah sakit karena gizinya buruk, bisa ditanyakan kepada petugas pola dan jenis makanan yang harus diberikan setelah pulang dari rumah sakit. 5. Jika anak telah menderita karena kekurangan gizi, maka segera berikan kalori yang tinggi dalam bentuk karbohidrat, lemak, dan gula. Sedangkan untuk proteinnya bisa diberikan setelah sumber- sumber kalori lainnya sudah terlihat mampu meningkatkan energi anak. TRIMAKASIH