Anda di halaman 1dari 23

GANGUAN METABOLISME

PROTEIN (KWASHIORKOR)
Kelompok 9:

1) Dyah Ayu (10115127)


2) Siti Hamidah Rizka (10116116)
3) Tantri Widya Pramesthi (10116120)
4) Titis Anggi Saputri (10116122)
5) Wahyu Hanafi (10116135)
6) Yuyun Nikmatus Sholichah (10116148)
Makan makanan bergizi termasuk protein sangat
dianjurkan agar kebutuhan gizi dalam tubuh
terpenuhi.
PROTEIN
Protein merupakan salah satu makromolekul yang sangat
penting dalam kehidupan ini terutama untuk pertumbuhan.
Protein dalam tubuh akan mengalami proses metabolisme
sehingga dari proses metabolisme inilah protein dapat
dimanfaatkan dalam tubuh. Makan makanan bergizi
termasuk protein sangat dianjurkan agar kebutuhan gizi
dalam tubuh terpenuhi.
Protein merupakan suatu zat makanan yang sangat penting
bagi tubuh, karena zat ini disamping berfungsi sebagai zat
pembangun dan pengatur, Protein adalah sumber asam-
asam amino yangmengandung unsur C, H, O dan N yang
tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat.Molekul protein
mengandung pula posfor,belerang dan ada jenis protein
yang mengandung unsur logam seperti besi dan tembaga .
Menurut (Sediatoema, 1999) :
Kurang kalori protein (KKP) adalah suatu penyakit gangguan
gizi yang dikarenakan adanya defisiensi kalori dan protein dengan
tekanan yang bervariasi pada defisiensi protein maupun energi
Kekurangan kalori protein.

Menurut (Ngastiyah, 1997) :


KKP adalah defisiensi gizi terjadi pada anak yang kurang
mendapat masukan makanan yang cukup bergizi, atau asupan
kalori dan protein kurang dalam waktu yang cukup lama.
 Penyakit Kurang Kalori Protein pada dasarnya terjadi
karena defisiensi energi dan defisiensi protein, disertai
susunan hidangan yang tidak seimbang. Penyakit KKP
terutama menyerang anak-anak yang sedang dalam
masa pertumbuhan, dan dapat pula menyerang orang
dewasa yang biasanya kekurangan makan secara
menyeluruh.

 Penyakit Kurang Energi Protein merupakan bentuk


malnutrisi yang terdapat terutama pada anak-anak di
bawah umur 5 tahun dan kebanyakan di negara-negara
sedang berkembang.
 Penyakit kekurangan protein atau
mungkin lebih tepat disebut dengan
penyakit kurang gizi disebabkan
kekurangan konsumsi protein atau
kekurangan gizi pada anak-anak yang
dapat menyebabkan terganggunya
pertumbuhan badan pada anak.

 Pada orang dewasa kekurangan


protein mempunyai gejala yang kurang
spesifik, akan tetapi pada keadaan yang
telah sangat parah dapat berdampak
buruk seperti busung lapar.
Perbedaan Maramus dan Kwashiokor
Ada dua bentuk KKP yaitu sering kita ketahui yaitu marasmus
dan kwashiorkor. Baik marasmus maupun kwashiorkor
keduanya disebabkan oleh kekurangan protein.

Akan tetapi pada marasmus di samping kekurangan protein


terjadi juga kekurangan energi. Sedangkan pada kwashiorkor
yang kurang hanya protein, sementara kalori
cukup.Marasmus terjadi pada anak usia yang sangat muda
yaitu pada bulan pertama setelah lahir, sedangkan
kwashiorkor umumnya ditemukan pada usia 6 bulan sampai 4
tahun.
Kwashiorkor
Kata “kwarshiorkor” berasal dari bahasa Ghana-Afrika yang
berati “anak yang kekurangan kasih sayang ibu”. Istilah ini
pertama kali diperkenalkan oleh Cicely D. Williams pada
rangkaian saintifik internasional melalui artikelnya Lancet
1935.Beliau pada tahun 1933 melukiskan suatu sindrom
tersebut berhubungan dengan defisiensi dari suatu
nutrien. Akhirnya baru diketahui defisiensi protein menjadi
penyebabnya.

Kwashiorkor adalah suatu bentuk malnutrisi energi protein


yang ditimbulkan oleh defisiensi protein yang berat. Ini
ditandai dengan hambatan pertumbuhan, perubahan pada
pigmen rambut dan kulit, edema, pembesaran perut,
imunodefisiensi, dan perubahan patologik pada hati
termasuk infiltrasi lemak, nekrosis dan fibrosis.
Ciri-Ciri Kwashiorkor :

 Adanya oedema pada kaki, tumit dan bagian tubuh


lain seperti bengkak karena ada cairan tertumpuk.
 Gangguan pertumbuhan badan. Berat dan panjang
badan anak tidak dapat mencapai berat dan panjang
yang semestinya sesuai dengan umurnya.
 Perubahan aspek kejiwaan, yaitu anak kelihatan
memelas, cengeng, lemah dan tidak ada selera
makan.
 Otot tubuh terlihat lemah dan tidak berkembang
dengan baik walaupun masih tampak adanya lapisan
lemak di bawah kulit.
Penyebab Kwashiorkor
Penyebab secara umum:
1.Intake protein yang buruk.
2. Infeksi suatu penyakit.
3. Masalah penyapihan.
Contoh penyebab:
 Adanya pemberian makanan yang buruk yang mungkin diberikan oleh
ibu karena alasan: miskin, kurang pengetahuan, dan adanya pendapat
yang salah tentang makanan.
 Adanya infeksi, misalnya: Diare akan mengganggu penyerapan
makanan.
 Infeksi pernapasan (termasuk TBC dan batuk rejan) yang menambah
kebutuhan tubuh akan protein dan dapat mempengaruhi nafsu makan.
 Kekurangan ASI.
Gejala dan Tanda-Tanda Kwashiorkor
Gejala Kwashiorkor (Guyton,1997):
1. Pertumbuhan yang terganggu. Selain berat badan juga tinggi badan kurang dibandingkan
anak sehat
2. Perubahan mental.
3. Pada sebagian besar penderita ditemukan edema baik yang ringan maupun yang berat.
4. Gejala gastrointestinal, anoreksia kadang-kadang demikian hebatnya
5. Perubahan rambut sering dijumpai, baik mengenai bangunnya (texture), maupun
warnanya. Sangat khas untuk penderita kwashiorkor adalah rambut kepala yang mudah
dicabut.
6. Kulit penderita biasanya kering dengan menunjukkan garis-garis kulit yang lebih mendalam
dan lebar.
7. Pembesaran hati merupakan gejala yang juga sering ditemukan
8. Anemia ringan selalu ditemukan pada penderita demikian
9. Kelainan kimia darah
10. Hasil autopsi penderita kwashiorkor yang berat menunjukkan hampir semua organ
mengalami perubahan, seperti degenerasi otot jantung, osteoporosis tulang dan
sebagainya.
Pencegahannya
Pencegahan kwashiorkor dapat dilakukan dengan memberikan makanan
yang bergizi seimbang yaitu makanan yang mengandung karbohidrat
(seperti nasi, kentang, jagung), makanan yang mengandung protein
(telur, ikan ,daging, tahu, tempe, dll), makanan yang mengandung
vitamin dan mineral seperti sayur-sayuran dan buah-buahan. Serta
dilakukan penyuluhan terkait pentingnya pemenuhan kebutuhan gizi
1. Pemberian air susu ibu (ASI) sampai umur 2 tahunmerupakan sumber
energi yang paling baik untuk bayi.
2. Ditambah dengan pemberian makanan tambahan yangbergizi pada
umur 6 tahun ke atas.
3. Pencegahan penyakit infeksi, dengan meningkatkankebersihan
lingkungan dan kebersihan perorangan.
4. Penyuluhan/pendidikan gizi tentang pemberian makananyang adekuat
merupakan usaha pencegahan jangka panjang.
5. Pemantauan (surveillance) yang teratur pada anak balita didaerah
yang endemis kurang gizi, dengan cara penimbanganberat badan tiap
bulan.6. Pemberian imunisasi.
Metabolisme Protein pada Penderita Kwashiorkor

Metabolisme Protein pada Penderita Kwashiorkor Ada tiga kemungkinan


mekanisme pengubahan protein , yaitu (Poejdiadi, 1994):
1) Sel-sel mati, lalu komponennya mengalami proses penguraian atau katabolisme
dan dibentuk sel-sel baru
2) Masing-masing protein mengalami proses penguraian dan terjadi sintesis protein
baru, tanpa ada sel yang mati
3) Protein dikeluarkan dari dalam sel diganti dengan sinteis protein baru

Protein dalam Pada penderita makanan pencernaan Kwashiorkor, asupan Asam


Amino protein dari makanan absorbsi kurang sehingga A. A dalam darah menyebabkan
neraca protein negatif A.A. dl HATI A. A. dl Hati A.A. Dalam darah (ektrasel) (intra sel)
(keluaran>masukan) sehingga asam amino A. A. ektra sel Senyawa N lain PROTEIN dalam
darah, hati dan intrasel mengalami defisiensi yang A. A. intra sel Sik. A. Sitrat A. Keto NH3
menyebabkan proses metabolisme selanjutnya terganggu. SPROTEI A. Keto Asam lemak urea.
Pengobatan
1) Segera dilakukan pengobatan jika sudah terdapat
gejala.
2) Sesudah pengobatan dimulai, penderita dapat
kehilangan berat badannya selama beberapa minggu
karena menghilangnya edem. Enzim serum dan usus
kembali ke normal, penyerapan lemak dan usus
kembali membaik.
3) Diet berkalori tinggi dan protein tinggi tidak
diberikan terlalu cepat karena hati dapat menjadi
besar, abdomen menjadi sangat kembung dan anak
membaiknya lebih lamabat.
Marasmus
 Marasmus adalah salah satu bentuk kekurangan gizi yang buruk
paling sering ditemui pada balita penyebabnya antara lain karena
masukan makanan yang sangat kurang, infeksi, pembawaan lahir,
prematuritas, penyakit pada masa neonatus serta kesehatan
lingkungan.
 Marasmus sering dijumpai pada anak berusia 0 - 2 tahun dengan
gambaran sbb: berat badan kurang dari 60% berat badan sesuai
dengan usianya, suhu tubuh bisa rendah karena lapisan penahan
panas hilang, dinding perut hipotonus dan kulitnya melonggar
hingga hanya tampak bagai tulang terbungkus kulit, tulang rusuk
tampak lebih jelas atau tulang rusuk terlihat menonjol, anak menjadi
berwajah lonjong dan tampak lebih tua (old man face)), Otot-otot
melemah, atropi, bentuk kulit berkeriput bersamaan dengan
hilangnya lemak subkutan, perut cekung sering disertai diare kronik
(terus menerus) atau susah buang air kecil.
Penyebab Marasmus:
 Kelaparan Kronis
 Kekurangan Vitamin
 Asupan Makanan yang Kurang Seimbang
 Infeksi
 Prematuritas
Gejala Marasmus
 Diare Kronis
yakni diare yang dialami selama lebih dari 2 minggu
dan ini merupakan ciri utama dari marasmus.
 Sakit Kepala
 Penurunan Berat Badan Drastis
 Cepat Lelah
 Perut Buncit
 Muntah Terus-menerus
 Dehidrasi
 Kulit Kering
Pengobatan Marasmus
1. Atasi/cegah hipoglikemia Periksa kadar gula darah bila
ada hipotermia (suhu aksila < 35°C, atau suhu rektal
35,5°C). Bila kadar gula darah di bawah 50 mg/dl, maka
berikan: 50 ml bolus glukosa 10% atau larutan sukrosa (1
sendok teh gula dalam 5 sendok makan air) secara oral
atau sonde/pipa nasogastrik.
2. Atasi/cegah hipotermia Bila suhu rektal < 35,5°C,
hangatkan anak dengan pakaian atau selimut, atau
letakkan dekat lampu atau pemanas. Suhu diperiksa
sampai mencapai > 36,5°C.
3. Atasi/cegah dehidrasi Jika anak masih menyusui, teruskan
ASI dan berikan setiap setengah jam sekali.
4. Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit Pada semua KEP
berat terjadi gangguan keseimbangan elektrolit
diantaranya: Kelebihan natrium tubuh, walaupun kadar
natrium plasma rendah.
Cara Mencegah Marasmus
1. Memberikan ASI eksklusif (hanya ASI) sampai anak berumur 6
bulan.
2. Anak diberikan makanan yang bervariasi, seimbang antara
kandungan protein, lemak, vitamin dan mineralnya. Perbandingan
komposisinya: untuk lemak minimal 10% dari total kalori yang
dibutuhkan, sementara protein 12% dan sisanya karbohidrat.
3. Rajin menimbang dan mengukur tinggi anak dengan mengikuti
program Posyandu
4. Jika anak dirawat di rumah sakit karena gizinya buruk, bisa
ditanyakan kepada petugas pola dan jenis makanan yang harus
diberikan setelah pulang dari rumah sakit.
5. Jika anak telah menderita karena kekurangan gizi, maka segera
berikan kalori yang tinggi dalam bentuk karbohidrat, lemak, dan
gula. Sedangkan untuk proteinnya bisa diberikan setelah sumber-
sumber kalori lainnya sudah terlihat mampu meningkatkan energi
anak.
TRIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai