Anda di halaman 1dari 8

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM GIZI YANGBERKAITAN

DENGAN KEJADIAN STUNTING(TUBUH PENDEK)


DI KABUPATENINDRAMAYU TAHUN 2017
Riezka Diana Putri1, Muhamad Fauzi2, Depi Yulyanti3
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Jalan Wirapati – Sindang Kabupaten Indramayu, 45222, Indonesia
E-mail: riezkadianap@gmail.com - 087718881216

ABSTRAK
Stunting (tubuh pendek) adalah balita dengan status gizi yang berdasarkan panjang atau tinggi
badan menurut umurnya bila dibandingkan dengan standar baku WHO MGRS tahun 2005. Berdasarkan
laporan tahunan Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu pada tahun 2016 terdapat 11.173 jiwa kasus
stunting. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengevaluasi proses pelaksanaan program gizi
yang terkait dengan kejadian stunting (Tubuh Pendek)di Kabupaten Indramayu. Metode yang digunakan
yaitu penelitian kualitatif dengan melihat aspek Process yang meliputiPlanning, Organizing, Actuating
dan Controlling (POAC). Hasil penelitian menunjukan bahwa pembuatan perencanaan didasarkan
cakupan, pemantauan dan evaluasi lalu dibuatkan RKA dan DPA. Pengkordinasian dengan lintas sektor
dan lintas program. Pelaksanaan penanganan stunting berupa kegiatan Bulan penimbangan balita,
pemberian Vit.A, Fe, PMT, MP-ASI. Pengawasan diadakan pada saat rapat, dilakukan setiap triwulan, dan
setahun sekali. Simpulan dalam penelitian ini dilihat dari pelaksanaan yang berupa aspek (POAC) masih
kurang maksimal dan belum spesifik. Oleh sebab itu disarankan agar dapat meningkatkan kualitas
pelaksanaan program untuk mendapatkan hasil yang sesuai target dengan pemenuhan SDM, sarana dan
membuat perencanaan yang lebih spresifikasi untuk stunting.

Kata Kunci : Gizi, Stunting, Indramayu

EVALUATION OF THE IMPLEMENTATION OF NUTRITION PROGRAMS RELATED TO


STUNTING (SHORT BODY) IN INDRAMAYU DISTRICT IN 2017

ABSTRACT
Stunting (short body) is a toddler with nutritional status in accordance with standard WHO MGRS
standard in 2005. Based on annual report of District Health Office Indramayu in 2016 there are 11,173
soul stunting case. This study aims to determine and evaluate the implementation of nutrition programs
associated with short bodies in Indramayu District. The method used is a qualitative method by looking at
aspects of the process consisting of Planning, Organizing, Actuation and Control (POAC). The results
showed that the making of arrangement, space and evolution was then made RKA and DPA. Coordinate
with cross-sector and cross-program. Implementation of stunting handling in the form of activity of
balancing month of toddler, giving Vit.A, Fe, PMT, MP-ASI. Supervision is done at the meeting, done
every quarter, and cycling once. Conclusions in the study as the impact of POAC is still less than the
maximum and not specific. It can therefore be used to improve the quality of program implementation to
get results that are in line with the fulfillment of human resources, and make better planning for stunting.

Keywords: Nutrition, stunting, Indramayu

PENDAHULUAN balita yang sudah diukur panjang badan dan


Menurut keputusan Menteri Kesehatan tinggi badan menurut umur (PB/U dan TB/U)
1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang Standar lalu dibandingkan dengan standar baku WHO-
Antropometri Penilaian Status Gizi Anak, MGRS (Multicentre Growth Reference Study)
pengertian stunting adalah Status gizi seorang tahun 2005, apabila nilai z-scorenya kurang

Jurnal Kesehatan Indra Husada Vol 6. No 1Januari-Juni 2018 31


dari -2SD dan -3SD. Faktor Gizi Ibu sebelum Prevalensi stunting di Dunia pada tahun
dan selama kehamilan merupakan penyebab 2000 adalah 199 juta balita (33%),3] Pada
tidaklangsungyang memberikan konstribusi tahun 2015 Kementrian Kesehatan
terhadap pertumbuhan dan perkembangan melaksanakan Pemantauan Status Gizi (PSG)
janin. Ibu hamil dengan gizi kurang akan didapatkansebesar 29% balita Indonesia
menyebabkan janin mengalami Intrauterine termasuk kategori pendek,1]di Jawa Barat
Growth Retardation (IUGR), sehingga bayi ditemukan 35,4% balitastunting,4] berdasarkan
akan lahir dengan kurang gizi, dan mengalami laporan tahunanPenimbangan Balita Dinas
gangguan pertumbuhan dan perkembangan.1] Kesehatan Kabupaten Indramayu pada tahun
Pembangunan kesehatan dalam 2015 penemuan Balita Sangat Pendek
Kebijakan Rencana Pembangunan Jangka sejumlah 5.638 jiwa (7,69%) dan pada tahun
Menengah Nasional-RPJMN periode tahun 2016 sejumlah 11.173 jiwa (9,9%) dapat
2015-2019/Perpres No.2/2015) difokuskan diartikan terdapat peningkatan dalam waktu
pada empat program prioritas didalamnya satu tahun. Dinas kesehatan kabupaten
terdapat penurunan prevalensi balita stunting. Indramayu mengkoordinir 49 puskesmas,
Target penurunan prevalensi stunting adalah diketahui 5 puskesmas Dengan jumlah data
menjadi 28%. Menurut WHO menyatakan stunting tertinggi adalah Puskesmas Gabus
bahwa “prevalensi balita pendek menjadi Wetan dengan persentase sangat pendek
masalah kesehatan masyarakat jika sejumlah 606 balita (27,5%), Babadan 434
1]
prevalensinya 20% atau lebih”. balita (26,2%), Pasekan 490 balita (21,6%),
Peraturan Presiden tentang “Kebijakan Juntinyuat 565 balita (14,7%) dan Kertasmaya
Strategis dan Rencana Aksi Pangan dan Gizi 470 balita (11,0%). 5 puskesmas dengan
(KSRAN-PG) tahun 2016-2019 jumlah data stunting terendah adalah
mengupayakan intervensi gizi spesifik untuk Puskesmas Drunten Wetan dengan persentase
balita pendek difokuskan pada kelompok 1.000 sangat pendek sejumlah 14 balita (0,9%),
Hari Pertama Kehidupan (HPK) yang meliputi Cikedung 22 balita (0,8%), Sukra 26 balita
270 hari selama kehamilan dan 730 hari (0,7%), Kerticala 70 balita (3,2%) dan
pertama setelah bayi yang dilahirkan dengan Sidamulya 102 balita (5,2%).5]
sasaran ibu hamil, ibu menyusui dan anak 0-23 Setelah dilakukannya studi pendahuluan
bulan. Pada masa ini disebut dengan periode dengan mewawancari pemegang program gizi
emas, periode kritis, dan window of Dinas Kesehatan Kab.Indramayu, diketahui
opportuniy.2] upaya yang dilakukan Dinas adalah :
Dampak buruk yang ditimbulkan pada Sosialisasi KMS (Kartu Menuju Sehat) pada
periode tersebut bila tidak ditangani dalam balita baru dan diadakan pengukuran BB/U,
jangka pendek adalah terganggunya pemberian MP-ASI pada kurang gizi,
perkembangan otak, kecerdasan, gangguan sosialisasi BPB (Bulan Penimbangan Balita),
pertumbuhan fisik, dan gangguan metabolisme pemberian Rematri (Remaja putri) upaya
dalam tubuh. Sedangkan dalam jangka panjang penekanan Anemia pada remaja putri, Droping
akibat buruk yang ditimbulkan adalah PMT, Penyuluhan Gizi.5]
menurunnya kognitif dan prestasi belajar, Pelaksanaanprogram akan berhasil
menurunnya kekebalan tubuh sehingga mudah berhasil jika prinsip manajemen yaitu Input
sakit dan risiko tingi untuk munculnya yang meliputi Man, Money, Material dan
penyakit.1] Method (4M) dan Process yang meliputi
Planning, Organizing, Actuating dan

32 Jurnal Kesehatan Indra Husada Vol 6. No 1Januari-Juni 2018


Controlling (POAC) terpenuhi dengan untuk merekam percakapan dan kamera untuk
demikian prosesharus memenuhi segala aspek memotret proses pengumpulan data.Prosedur
yang mempengaruhinya. Sehingga diperlukan pengumpulan data menggunakan data primer
evaluasi mengenai unsur proses yang ada dan data sekunder, yang dimana data primer
dalam program gizi yang telah dilaksanakan diperoleh langsung dari subjek sebagai sumber
untuk upaya perbaikan selanjutnya, informasi, Data sekunder dipeoleh dari pihak
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik lain tidak langsung diperoleh oleh peneliti dan
untuk melakukan penelitian dengan judul subjek penelitiannya, seperti data dokumentasi
”Evaluasi Pelaksanaan Program Gizi yang data laporan yang telah tersedia. Data sekunder
Berkaitan dengan kejadian stunting dalam penelitian ini yaitu dari Dinas Kesehatan
(Tubuhpendek) di Kabupaten Indramayu Kab.Indramayu.7]
Tahun 2017”. Analisis data penelitian kualitatif
dilakukan sebelum memasuki lapangan yang
METODE PENELITIAN dilakukan terhadap data hasil studi
Penelitianinimenggunakan pendahuluan, selama dilapangan dilakukan
metodekualitatifyaitumetodepenelitian yang pada saat pengumpulan data berlangsung dan
berdasarkanpadafilsafatpostpositivismedanmen selesai pengumpulan data pada saat wawancara
ggunakan pendekatanfenomenologi dimana dan selesai dilapangan9]
peneliti melakukan tindakan atau interaksi
berdasarkan pandangan dari partisipan yang HASIL
diteliti.6] Perencanaan
Informan dalam penelitian ini terdiri Berdasarkan hasil wawancara terhadap
informan utama dan informan triangulasi seluruh informan dapat disimpulkan bahwa
dengan krteria informan: bersedia menjadi dalam merencanakan pelaksanaan program gizi
informan, karyawan tetap Dinas Kesehatan membuat perencanaan berupa RKA dan DPA,
Kab.Indramayu, masa kerja karyawanminimal pembuatan perencanaan belum spesifikasi
1 tahun, pengelola program gizi di puskesmas, untuk penanganan stunting. Target penanganan
terlibat program minimal 1 tahun.7]Informan stunting iini ditargetkan dibawah 20%. SDM
dalam penelitian ini berjumlah 4 informan, pelaksana gizi masih kurang dan masih belum
yaitu: 1 (satu) orang petugas kesehatan gizi sesuai dengan kompetensinya. Anggaran sudah
Dinas Kesehatan Kab.Indramayu, 1 (satu) tercukupi dan tercover oleh dana
orang Kepala Puskesmas Drunten Wetan, 1 APBDBOK,dll. Sarana dan prasarana masih
(satu orang petugas kesehatan gizi Puskesmas kurang dan terdapat kerusakan pada sarana.
Cikedung, 1 (satu) orang petugas kesehatan
gizi Puskesmas Pasekan. Pengorganisasian
Tempat penelitian ini dilakukan di Dinas Berdasarkan hasil wawancara terhadap
Kesehatan Kab.Indramayu, Wilayah kerja seluruh informan dapat disimpulkan bahwa
Puskesmas Gabus Wetan dan Puskesmas dalam pengorganisasian dan pengkordinasian
Drunten Wetan pada bulan Agustus 2017. dilakukan antara Dinas Kesehatan, Puskesmas,
Teknik pengumpulan data dapat Petugas PKK, Tenaga Pelaksana Gizi, Bidan
dilakukan dengan observasi (pengamatan), Desa, Kader, dll. Kerjasama antara lintas
interview (wawancara).8]Alat pengumpulan program seperti KIA, Kesling, Promkes, dll.
data diantaranya yaitu: buku catatan untuk Sistem rujuk sudah diterapkan dan bekerjsama
mencatat semua percakapan, alat perekam dengan pihak yang terkait.

Jurnal Kesehatan Indra Husada Vol 6. No 1Januari-Juni 2018 33


cakupan itu rendah kami setiap bulan
Pelaksanaan mengadakan evaluasi dan perencanaan RKA
Berdasarkan hasil wawancara terhadap dan DPA, jika cakupan masih tetap tidak ada
seluruh informan dapat disimpulkan bahwa perubahan kami melakukan pengendalian
pelaksanaan kegiatan dilakukan mengacu pada dengan memberikan asupan PMT dan
RKA dan DPA. Semua kegiatan dilaksanakan makanan tambahan lainnya dan untuk
tetapi tidak sesuai dengan perencanaan waktu selanjutnya dipantau saja untuk selanjutnya ”
pelaksanaan dan tidak maksimal dikarenakan (IU-1).
kurangnya SDM, petugas yang tidak sesuai Pemilihan petugas pemegang program
kompetensinnya, double job, kurangnya sarana gizi sementara hanya berdasarkan surat tugas
prasarana, kurangnya partisipasi masyarakat. dan bersedia untuk bertanggungjawab atas
tugasnya, penugasan tiap puskesmas sudah
Pengawasan menerapkan 1 tenaga gizi 1 puskesmas, dan
Berdasarkan hasil wawancara terhadap diantara 49 puskesmas yang berlatarbelakang
seluruh informan dapat disimpulkan bahwa gizi terdapat 31 puskesmas dan sisanya
pengawasan dilakukan 3 tahap, yaitu sebelum perawat. Dengan latarbelakang petugas yang
pelaksanaan, saat pelaksanaan dan sesudah tidak sesuai dengan bidangnya juga sangat
pelaksanaan. Penilaian program dilakukan berpengaruh terhadap pembuatan perencanaan
setiap triwulan dan satu tahun sekali untuk upaya penurunan stunting karena perencanaan
melakukan monitoring dan evaluasi yang ini hanya bersifat umum bagi keseluruhan
dilakukan tiap program. Kurang maskimalnya permasalahan gizi, tidak fokus dan belum
pemantauan dikarenakan kurangnya SDM, dan diadakannya perencanaan yang spesifikasi
kesibukan masing-masing petugas. Sehingga untuk penanganan stunting. Upaya penurunan
kurang maksimalnya dalam semua jenis aspek stunting seharusnya difokuskan pada 1.000
pelaksanaan. hari pertama kehidupan (HPK) dengan jenis
kegiatan yang lebih spesifik pada periode emas
PEMBAHASAN tersebut, penyuluhan guna menambah
MengevaluasiPengorganisasianPelaksanaan wawasan dan merubah pola pikir masyarakat
Program Gizi yang berkaitan dengan pun lebih ditekankan, sarana, anggaran dan
Stunting pada Balita di Kab.Indramayu sdm disesuaikan dari hasil analalisis kebutuhan
Pembuatan perencanaan ini berawal dari kegiatan guna menurunkan angka kejadian
pemantauan hasil kegiatan yang berupa stunting.
cakupan jika ditemukan cakupan rendah maka
diadakan pengendalian seperti pemberian Mengevaluasi Pengorganisasian
Pemberian Makanan Tambahan (PMT) pada Pelaksanaan Program Gizi yang berkaitan
ibu hamil dan balita, jika cakupan masih dengan Stunting pada Balita di
rendah dan tidak ada perubahan maka Kab.Indramayu
dilakukan evaluasi dan dibuatkannya Pengkordiniran pelaksanaan program
perencanaan yang berupa RKA dan DPA. gizi ini dilaksanakan pada saat lokakarya mini
Pembuatan RKA dan DPA ini oleh pemegang yang dilakukan 2x dalam setahun, dan setiap
program gizi di tiap masing-masing puskesmas akan dilakukannya kegiatan 3hari sebelum
lalu perencanaan diusulkan kepada dinas pelaksanaan dilakukan rapat. Pengordinasian
kesehatan untuk melakukan pengajuan tingkat kecamatanpun dilakukan dalam
perencanaan. pernyataan informan : ” ketika pertemuan PKK dalam setahun sekali yang

34 Jurnal Kesehatan Indra Husada Vol 6. No 1Januari-Juni 2018


dihadiri oleh bapa camat, KB, Kader dan kompetensinnya dikarenakan pengukuran ini
PAUD. akan sangat berpengaruh kepada penilaian
Pengordinasian dan kerjasama pada status gizi seorang balita dan berhubungan
pelaporan sistem rujk, jika terdapat balita yang dengan penanganannya. Tidak terlepas dari
terkena penyakit infeksi maka kader validasi data BPB, validasi akan dilakukan
melaporkan pada bidan desa, bidan desa pun apabila terdapat kesalahan dan diadakan
melaporkan pada petugas puskesmas lalu pengukuran ulang. Maka dari itu diharapkan
dirujuk ke puskesmas jika berlanjut maka tenaga pelaksana dilakukan pelatihan terkait
dirujuk pada rumah sakit. Terdapat satu kasus pengukuran ini. Kegiatan ini terhambat karena
bidan desa tidak mencatat balita yang terkena kurangnya sarana seperti dacin dan rusaknya
infeksi dan penanganan. Hal ini seharusnya sarana dacin, sehingga yang kekurangan dacin
diadakannya puskesmas keliling, dan dapat menunggu gantian dengan posyandu yang lain.
mengintegrasikan dan mengordinasikan Pemberian MP-ASI ini diberikan setelah
penyelenggara UKM dan UKP lintas program bayi yang telah melewati masa ASI Ekslusif
dan lintas sektor dengan manajemen yaitu saat umur balita sudah 6 bulan atau lebih.
puskesmas, pengordinasikan yang berupa WHO (2003) mengeluarkan rekomendasi
pelaksanaan dan pelaporan harus dilakukan tentang pemberian MP-ASI yaitu yang
dengan maksimal dan meningkatkan kerjasama mengandung energi, protein, dan makanan
lintas sektor yang terkait sehingga jika terdapat yang bertekstur lumat seperti bubur. Energi
penemuan balita dengan status gizi kurang yang dibutuhkan oleh bayi sesuai dengan
dapat segera terpantau dan ditindaklanjuti umurnya yakni 200kkal/hari pada umur 6-
8bulan, 300kkal/hari pada umur 9-11 bulan,
Mengevaluasi Pelaksanaan Program Gizi 550kkal/hari pada umur 12-23bulan. Namun
yang berkaitan dengan Stunting pada Balita pada pelaksanaan ini petugas hanya
di Kab.Indramayu menyediakan secara umum saja tida sesuai
dengan perencanaan RKA dan DPA dengan kebutuhan dengan umur, dan
adalah: Lokakarya mini yang dilakukan pada masyarakatpun tidak memperdulikan
setiap bulan, semua petugas kesehatan sebagaimana mestinya, masyarakat
berkumpul untuk memecahkan masalah pada memberikan pola asuh dengan konsumsi yang
bulan sebelumnya. salah seperti balita sudah diberikan makanan
Bulan Penimbangan Balita (BPB) yang yang keras seperti kerupuk, dll. Hal ini
dilakukan 2x dalam setahun pada bulan seharusnya diberikan edukasi lebih dan
Februari dan Agustus, kegiatan ini bersamaan penyediaan MP-ASI sesuai dengan kebutuhan
dengan validasi BPB, Swipping BPB dan umurnya.
pemberian vitamin.A. Kegiatan ini bertujuan Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
untuk memperoleh gambaran data status gizi biasanya diberikan seperti biskuit dan susu,
seluruh balita dengan diadakannya pengukuran tetapi menurut salah satu informan terdapat
pada balita. kegiatan ini upaya pencarian balita keterlambatan dalam menerima PMT karena
stuntingdengan mengukur panjang atau tinggi letak geofrafis, sehingga waktu pelaksanaan
badan menurut umur dan dibandingkan dengan tidak sesuai dengan yang sudah ditentukan dan
standar baku WHO-NCHS 2005. Kegiatan ini menggunakan anggaran desa dengan menu
sudah dilaksanakan tetapi belum maksimal pemberian yang tidak sesuai arahan.
dikarenakan pengukuran pada balita harus Pernyataan informan yang berbeda bahwa
dengan tenaga yang sudah terlatih dan sesuai

Jurnal Kesehatan Indra Husada Vol 6. No 1Januari-Juni 2018 35


masyarakat bosan dengan jenis PMT yang Penilaian program dilakukaan setiap
diberikan, sebagai berikut: triwulan dan setahun sekali pada monitoring
“PMT ataupun lainnya kadang-kadang dan evaluasi. Monev ini dilakukan dengan
kurang karna jauh transportasinya ketika ada seluruh puskesmas dengan membahas semua
droping terlambatnya PMT dari pusat” (IU-1). program dan cakupannya
“PMT mintanya berapa eh dapetnya
cuma berapa tidak sesuai dengan cuknis” (IU- SIMPULAN
3). Gizi yang berkaitan dengan stunting
“bantuannya sih kadang-kadang, (Tubuh Pendek) dapat disimpulkan sebagai
nanyanya dapet susu engga itu mah satu tahun berikut:
sekarang juga masih banyak, Cuma susu 1. Perencanaan program Perencanaan
kemaren dikasih nya emon, orang sini mah program gizi sudah dilakukan oleh Dinas
maunya susu, biskuitmah pada nolak katanya Kesehatan dan Puskesmas Kabupaten
bosen” (IU-4) Indramayu namun perencanaan tersebut
Pemberian tablet Fe pada ibu hamil pada belum spesifikasi untuk penanganan
ibu hamill normal diberikan 90 tablet, dan khusus stunting jika dilihat dari jenis
untuk ibu hamil yang terkena Anemia kegiatan yang sudah direncanakan, dan
tidak fokus pada 1000 Hari Pertama
diberikan 2tabletx90hari. Pernyataan informan
Kehidupan, perencanaan kegiatan
mengatakan bahwa terjadinya stunting di
tersebut hanya untuk gizi umum.
wilayah kerjanya karena pola asuh yang salah,
2. Organisasi Program gizi sudah
pengetahuan orangtua, kesibukan orangtua bekerjasama dengan lintas sektor dan
yang notabennya adala petani dan nelayan, lintas program namun belum maksimal
banyaknya kehamilan tidak diinginkan (KTD) dikarenakan kurangnya SDM dan adanya
sebagai salah satu pemicu ternjadinya KEK, merangkap kerja/double jabatan,
Anemia pada ibu hamil yang berpotensi pengkoordinasian pada puskesmas
terjadinya stunting pada balita. keliling dan puskesmas pembantupun
tidak ada seharusnya diadakan
Mengevaluasi Pengawasan Program Gizi dikarenakan untuk membantu rujukan
yang berkaitan dengan Stunting pada Balita pengidentifikasian masalah gizi guna
di Kab.Indramayu meningkatkan jangkauan dan mutu
Pengawasan pada sebelum pelaksanaan pelayanan bagi masyarakat di wilayah
dilakukan 3 hari sebelum pelaksanaan, dengan kerja puskesmas yang belum terjangkau
oleh pelayanan dalam gedung puskesmas
mengawasi data base, logistik kapsul, sarana
3. Pelaksanaan dilakukan mengacu pada
dan prasarana seperti dacin, mikrotoise,
RKA dan DPA tetapi pelaksanaan
infantometer dan format.
berjalan belum maksimal dikarenakan
Pengawasan saat pelaksanaan melakukan kurangnya sdm, adanyadouble jabatan,
pelatihan pada kader tentang penggunaan alat kurangnya dan rusaknya sarana seperti
ukur, entry data dan penentuan status gizi. dacin, PMT sehingga menghambat saat
Pengawasan setelah pelaksanaan pengentrian pelaksanaan.
yang diserahkan pada puskesmas dan hasil 4. Pengawasan sudah dilakukan pada 3
pengentrian tersebut diberikan kepada dinas tahap yaitu sebelum pelaksanaan,
untuk pengeckan ulang jika terdapat kesalahan sesudah pelaksanaan dan setelah
maka data diberikan ke puskesmas untuk pelaksanaan. Triwulan dan monev yang
mengulangi pengukuran. dilaksanakan setahun sekali, namun

36 Jurnal Kesehatan Indra Husada Vol 6. No 1Januari-Juni 2018


terdapat beberapa puskesmas yang tidak sdm dan pemenuhan sarana prasarana
mempunyai Data Base sehingga untuk kegiatan stunting
pemantauan terhambat, dan pemantauan 2) Pemegang program Dinas Kesehatan
jarang dilakukan secara bersamaan saat melakukan arahan, kordinasi dan
kegiatan dan menganalisis kebutuhan pemantauan yang lebih untuk petugas
pelayanan yang dibutuhkan sesuai yang melaksanakan kegiatan.
dengan penyelesaian masalah stunting 3) Pemegang program Dinas Kesehatan
seperti pemberian zink dan kalsium. melakukan kegiatan sosialisasi yang
lebih untuk pemahaman masyarakat
Melaksanakanadvokasi dan sosialisasi untuk dapat berpartisipasi dan
kebijakan kesehatan untuk regulasi memahami apa yang dikatakan petugas
penanganan stunting. kesehatan.

SARAN Bagi Institusi Pendidikan


Bagi Puskesmas Menjadi sumber informasi dan bahan
Mengajukan perencanaan yang lebih dalam pengetahuan dan wawasan tentang
spesifik berdasarkan analisis masalah stunting pada mahasiswa STIKes Indramayu.
kesehatan masyarakat Pengawasan sudah
dilaksanakan tetapi belum maksimal Bagi Peneliti Lain
dikarenakan masih terdapat kekurangan Menjadi sumber referensi penelitian
didalamnya seperti tidak adanya data base pada lebih lanjut mengenai program gizi dilihat dari
beberapa puskesmas, tidak validnya unsur pengeluaran (output) dan dampak
pengukuran, kurangnya sarana dan kerusakan (outcome) dengan metode yang berbeda
sarana, dll.
1) Petugas Kesehatan gizi Puskesmas DAFTAR PUSTAKA
bekerjasama dengan kesehatan Infodatin pusat data dan informasi kementrian
masyarakat untuk melaksanakan kesehatan RI. 2016. Situasi Balita
penyuluhan dan penjaringan dengan Pendek. Dari Depkes.go.id (diakses hari
rutin. Selasa, 28 Maret 2017, jam 08.30 Wib)
2) Kepala puskesmas membuat komitmen
Kebijakan Strategis dan Rencana Aksi Pangan
untuk memaksimalkan pelaksanaan
dan Gizi (KSRAN-PG 2016-2019). Dari
dengan seringnya dipantau, dan untuk
bkb.pertanian.go.id (diakses hari Selasa,
petugas kesehatan diberlakukannya
pelatihan kader untuk pengukuran, 12 September 2017, jam 20.55 Wib)
pembuatan laporan mapun pendataan. Gizi kurang penyebab stunting. Dari
dinkes.sumselprov.go.id (diaskes hari
Pengecekan dan pemeliharaan pada Selasa, 28 Maret 2017, jam 08.39 Wib)
sarana dan prasarana
Provinsi Jawa Barat Dalam Angka 2016. Dari
pusdalisbang.jabarprov.go.id (diakses
Bagi Dinas Kesehatan
hari Selasa, 28 Maret 2017, jam 09.18
1) Pemegang program Dinas Kesehatan
melaksanakan advokasi terhadap Wib)
pemangku kebijakan kesehatan mengenai Laporan Bulan Penimbangan Balita 2015-2016
pembuatan perencaan yang lebih spesifik Program Gizi Dinas Kesehatan
untuk stunting, dan penambahan jumlah Kabupaten Indramayu

Jurnal Kesehatan Indra Husada Vol 6. No 1Januari-Juni 2018 37


Sugiyono,2014. Metode Penelitian Kuantitatif
Kualitatif Dan R&D. Cetakan ke 20.
Bandung:ALFABETA, CV.
Saryono, 2013. Metodologi Penelitian
Kualitatif dan Kuantitatif. Yogyakarta:
Nuha Medika
Sugiyono.,2006. Metode Penelitian Kuantitatif
Kualitatif dan R&D.
Bandung:ALFABETA CV
Sugiyono,2010. Metode Penelitian Kuantitatif
Kualitatif Dan R&D.
Bandung:ALFABETA, CV.

38 Jurnal Kesehatan Indra Husada Vol 6. No 1Januari-Juni 2018

Anda mungkin juga menyukai