Anda di halaman 1dari 23

DENTAL SITE TEACHING

RAPID SURVEY

Oleh:

Iswara Sardi

NIM : 2041412044

Pembimbing :

Dr. drg. Febrian, MKM

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG
2021

1. Rapid Survey

Survei cepat (Rapid survey) merupakan teknik survei yang cepat dan

mudah untuk mendapatkan informasi dari suatu masalah. Rapid survey

digunakan untuk masalah di lapangan yang perlu jawaban segera namun tetap

mempunyai validitas yang tinggi (WHO,2013). Gagasan metode survei cepat

pertama kali muncul pada tahun 1965. Metode ini digunakan untuk membantu

dinas kesehatan daerah mempelajari status kesehatan masyarakat di wilayah

kerjanya (Serfling & Sherman, 1965).

Rapid survey dilakukan dengan menentukan kebijakan terhadap suatu

program yang segera ingin dilaksanakan. Waktu yang dibutuhkan untuk

melakukan rapid survey adalah 3-4 minggu. Rapid survey dapat terlaksana

dengan baik jika telah terpenuhinya beberapa hal sebagai berikut :

1. Kuesionernya yang singkat (15-20 pertanyaan saja)

2. Respondennya kecil

3. Tujuannya tertentu dan terbatas

4. Terbatasnya jumlah petugas yang diperlukan (limited personal), dengan

kejelasan tugas masing-masing

5. Biaya yang tidak perlu besar (limited cost)

6. Analisisnya tidak mendalam, tidak perlu waktu lama


Dalam melaksanakan suatu rapid survey maka langkah-langkah yang dapat

dilakukan dapat meliputi:

1. Penjabaran secara jelas dan singkat pilihan masalah kesehatan. Masalah

terpilih hendaknya cukup spesifik

2. Penentuan populasi penelitian dan penarikan sampel. Penentuan ini meliputi

populasi sasaran, besar sampel, metode sampel yang akan dilakukan.

3. Mengembangkan cara pengumpulan data. Oleh karena itu perlu dijelaskan

mengenai cara pengumpulan data, alat yang dipergunakan dan data petugas

yang melakukannya .

4. Pengorganisasian dan pelaksanaan survei. Setelah survei dianggap layak

dilakukan dengan uji coba maka disusunlah bagaimana organisasi dan cara

pelaksanaannya sepenuhnya.

5. Analisis dan interpretasi laporan

Data yang terkumpul dalam waktu satu sampai dua hari sudah harus masuk

ke dalam komputer. Akurasi data harus diperhatikan pada saat proses pemasukan

data. Proses analisis data hanya dilakukan jika peneliti yakin bahwa data sudah

bebas dari kesalahan. Hasil survey cepat dapat dilaporkan menurut urutan

pertanyaan pada kuesioner. Tetapi cara pelaporan seperti ini kurang menarik bagi

pengelola program kesehatan, sehingga lebih baik membuat laporan dengan

melaporkan temuan utama terlebih dahulu. Hasil survei cepat dapat dilaporkan

dalam bentuk tabel dan grafik.


1.1 Latar Belakang

Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah salah satu fasilitas pelayanan

publik yang menyediakan jasa pelayanan kesehatan yang tentunya diharapkan dapat

memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat

dalam bentuk program-program pelayanan serta membina masyarakat di wilayah

kerjanya (Wowor dkk, 2016; Warni, 2009). Salah satu program pokok puskesmas

adalah pemberantasan dan pencegahan penyakit menular (P2M). Diantaranya adalah

program pemberantasan penyakit campak yang merupakan penyakit yang sangat

mudah menular yang disebabkan oleh virus dan ditularkan melalui batuk dan bersin,

dengan demam tinggi, bercak kemerahan pada kulit (rash) disertai dengan batuk,

pilek, atau konjungtivitis (Kemenkes RI, 2017). Penyakit campak merupakan salah

satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia dan

merupakan penyakit penyebab kematian tertinggi pada anak dengan memiliki tingkat

penularan yang sangat tinggi, sehingga sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa

(KLB) karena sekitar 90% yang berkontak dengan orang yang mengalami campak

akan terinfeksi. Di Indonesia campak merupakan 10 penyakit terbesar penyebab

kematian pada anak usia 29 hari - 4 tahun (Riskesdas, 2007).

Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan, bahwa

salah satu upaya untuk mencegah penyakit menular yaitu dengan imunisasi (Arianto

dkk, 2018; Halim, 2016; Rahmad, 2013). Imunisasi merupakan suatu cara untuk

meningkatkan sistem kekebalan tubuh dengan memasukkan vaksin sehingga tubuh

dapat membentuk antibodi yang dapat mencegah penyakit (Hafid dkk., 2016).
Imunisasi merupakan salah satu investasi kesehatan yang paling cost-effective

(murah), karena terbukti dapat mencegah dan mengurangi sekitar 2 hingga 3 juta

kematian setiap tahunnya akibat Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi

(PD3I) (World Health Statistics, 2015). Di indonesia, program imunisasi mewajibkan

setiap bayi (usia 0-11 bulan) mendapatkan imunisasi dasar lengkap salah satunya

yaitu imunisasi campak. Indonesia berkomitmen pada lingkup ASEAN dan SEARO

bahwa dalam rangka mencapai target eliminasi campak tahun 2020 diperlukan

cakupan imunisasi campak minimal 95% secara merata diseluruh kota/kabupaten

(Riskesdas, 2007).

Berdasarkan data rutin Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P)

tahun 2015 mengenai Jumlah kasus campak menurut status imunisasinya, dari 8.185

kasus campak yang terjadi sebanyak 54% diantaranya tidak mendapatkan vaksinasi.

Berdasarkan data cakupan imunisasi campak, jumlah kasus, dan frekuensi KLB

campak di Indonesia tahun 2007 - 2015 memperlihatkan bahwa adanya hubungan

dimana semakin tinggi cakupan imunisasi maka semakin rendah kasus campak yang

terjadi begitu juga sebaliknya, sehingga mempertahankan cakupan imunisasi campak

yang tinggi merupakan langkah penting dalam mengendalikan kasus campak

(Pusdatin Kemenkes, 2016). Akan tetapi, berdasarkan data Puskesmas Padang Lua

tahun 2018 menunjukkan bahwa pencapaian program imunisasi campak di wilayah

kerja puskesmas tersebut rendah yaitu 41,71% dari target 93%. Hal ini tentunya

menimbulkan masalah bagi Puskesmas Padang Lua dan diperlukan tindak lanjut

untuk mengatasi permasalahan tersebut.


Kesehatan individu atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yaitu

faktor-faktor di luar perilaku (non perilaku) seperti tersedianya sarana pelayanan

imunisasi dan faktor perilaku. Faktor perilaku ini mempunyai pengaruh yang besar

terhadap status kesehatan individu maupun masyarakat. Orang tua khususnya ibu

adalah faktor yang sangat penting dalam mewariskan status kesehatan bagi bayi

mereka. Lengkap atau tidaknya imunisasi dasar polio bayi sangat tergantung pada

perilaku ibu dalam mengimunisasikan bayinya (Notoatmodjo, 2012). Perilaku

manusia merupakan hasil daripada segala macam pengalaman serta interaksi manusia

dengan lingkungan yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan.

Dengan kata lain, perilaku merupakan respon atau reaksi seorang individu terhadap

stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. (Notoatmodjo, 2012).

Menurut teori Lawrence Green, faktor perilaku ditentukan oleh tiga kelompok

faktor yaitu faktor predisposisi (predisposing factors) mencakup pengetahuan

individu, sikap, kepercayaan, tradisi, norma sosial dan unsur-unsur lain yang terdapat

dalam individu dan masyarakat. Faktor pendukung (enabling factors), tersedianya

pelayanan kesehatan dan kemudahan untuk mencapainya sedangkan faktor

pendorong (reinforcing factors) yaitu sikap dan perilaku petugas kesehatan. Green

menyatakan bahwa pendidikan kesehatan marupakan peranan penting dalam

mengubah dan menguatkan ketiga kelompok faktor itu agar sejalan dengan tujuan

kegiatan sehingga menimbulkan perilaku dalam bentuk tindakan positif dari

masyarakat terhadap program tersebut dan terhadap kesehatan pada umumnya

(Sarwono, 2007).
Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk melakukan rapid

survey sebagai salah satu langkah yang perlu dilakukan untuk memecahkan

permasalahan rendahnya capaian imunisasi campak di Puskesmas Padang Lua.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa penyebab rendahnya persentase cakupan imunisasi campak di

wilayah kerja Puskesmas Padang Lua?

2. Bagaimana caranya memecahkan masalah-masalah yang menyebabkan

kurangnya persentase cakupan imunisasi campak di wilayah kerja

Puskesmas Padang Lua?

1.3 Tujuan Survey

1. Tujuan Umum

Mengetahui faktor penyebab rendahnya cakupan imunisasi campak di wilayah

kerja Puskesmas Padang Lua.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui kendala yang dialami ibu yang memiliki balita untuk

membawa anaknya melakukan imunisasi campak

b. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu yang memiliki balita terhadap

manfaat yang didapat dari imunisasi campak

c. Memberikan alternatif pemecahan masalah untuk meningkatkan

persentase imunisasi campak di wilayah kerja Puskesmas Padang Lua.


1.4 Manfaat Survei

1. Bagi Puskesmas Padang Lua

Survey cepat ini dapat memberikan gambaran terhadap situasi dan

kondisi yang dialami oleh ibu yang memiliki anak balita, dapat memberikan

beberapa alternatif pemecahan masalah, dan membantu meningkatkan

persentase imunisasi campak pada balita di Puskesmas Padang Lua.

2. Bagi Masyarakat

Hasil survey cepat ini dapat meningkatkan pengetahuan ibu yang

memiliki anak balita mengenai pentingnya pemberian imunisasi campak pada

anak, meningkatkan kemauan ibu untuk membawa anaknya melakukan

imunisasi campak.

1.5 Ruang Lingkup Survei

Penelitian ini dilakukan pada ibu yang memiliki balita yang belum imunisasi

campak di wilayah kerja Puskesmas Padang Lua.

1.6 Pelaksanaan Survei

1. Sasaran Survei

Sasaran survei cepat adalah ibu yang memiliki balita yang belum imunisasi

campak di wilayah kerja Puskesmas Padang Lua.

2. Instrumen Survei

Instrumen yang digunakan pada survei cepat ini adalah kuesioner tentang

pengetahuan, sikap, tindakan, dan dukungan tenaga kesehatan dan keluarga


ibu yang memiliki balita yang belum imunisasi campak di wilayah kerja

Puskesmas Padang Lua.

3. Populasi

Populasi merupakan seluruh objek atau subjek penelitian yang memiliki

kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan ditarik kesimpulan (Nursalam, 2003). Populasi dalam penelitian

ini adalah semua Ibu yang memiliki balita belum imunisasi campak di wilayah

kerja Puskesmas Padang Lua, dengan jumlah 56 orang.

1.7 Teknik Sampling

Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili

populasi (Nursalam, 2003). Teknik sampling dalam penelitian ini adalah Consecutive

sampling. Consecutive sampling yaitu pemilihan sample dengan menentukan subjek

yang memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam penelitian sampai kurun waktu

tertentu, sehingga jumlah responden dapat terpenuhi (Nursalam, 2003). Penentu

kriteria sampel sangat membantu penelitian untuk mengurangi bias hasil penelitian,

khususnya jika terdapat variabel-variabel (kontrol atau perancu) yang ternyata

mempunyai pengaruh variabel yang kita teliti. Kriteria sampel dapat dibedakan

menjadi dua yaitu inklusi dan eksklusi (Nursalam, 2003).

a. Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu

populasi target yang terjangkau yang akan diteliti. Pertimbangan ilmiah harus

menjadi pedoman dalam menentukan kriteria inklusi (Nursalam, 2003).

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :


1. Ibu yang memiliki balita diatas 9 bulan yang belum imunisasi campak di

wilayah puskesmas Padang Lua.

2. Ibu yang memiliki balita diatas 9 bulan yang belum imunisasi campak di

wilayah puskesmas Padang Lua yang bersedia menjadi responden.

3. b. Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek

yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab 35

(Nursalam, 2003). Kriteria dalam penelitian ini adalah Ibu yang

memiliki balita diatas 9 bulan yang belum imunisasi campak di wilayah

puskesmas Padang Lua yang pada waktu penelitian tidak bersedia

menjadi responden.

Pada pengambilan sampel penelitian, peneliti menggunakan rumus

untuk menentukan besar sampel dengan menggunakan rumus slovin (Imran,

2017):

n = ____56____
1+56.0.01

n= 36

Keterangan :

n = jumlah sampel

N = jumlah populasi
e = batas toleransi kesalahan (error tolerance) 10%

1.8 Metode

Desain penelitian ini dilakukan dengan pendekatan cross-sectional yaitu suatu

penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan

cara pendekatan, observasional atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat

(point time approach). Rapid survey hanya dilakukan pada satu waktu dan tidak

berkelanjutan. Setiap sampel diberikan kuesioner yang berisi 25 pertanyaan mengenai

pengetahuan, sikap, dukungan petugas kesehatan dan dukungan keluarga ibu yang

memiliki balita yang belum imunisasi campak di wilayah puskesmas Padang Lua.

1.9 Definisi Operasional

1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah segala apa yang diketahui berdasarkan pengalaman yang

didapatkan oleh setiap manusia. Pada dasarnya pengetahuan akan terus

bertambah dan bervariatif sesuai dengan proses pengalaman manusia yang

dialami. Menurut Bruner, proses pengetahuan terbagi menjadi tiga aspek, yaitu

proses mendapatkan informasi, proses tansformasi, dan proses evaluasi.

informasi baru yang didapat merupakan pengganti pengetahuan yang telah

diperoleh sebelumnya atau merupakan penyempurnaan informasi sebelumnya.

Proses transformasi adalah proses memanipulasi pengetahuan agar sesuai

dengan tugas-tugas baru. Proses evaluasi dilakukan dengan memeriksa kembali

apakah cara mengolah informasi telah memadai. Pengetahuan merupakan hasil

mengingat suatu hal, termasuk mengingat kembali kejadian yang pernah dialami
baik secara sengaja maupun tidak disengaja dan ini terjadi setelah orang

melakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu objek tertentu (Mubarak

& Iqbal, 2011).

Pengukuran variabel pengetahuan ibu hamil didasarkan pada skala ordinal.

Skala ordinal dinilai dari 8 buah pertanyaan. Setiap jawaban yang benar akan

diberi skor (1) dan jawaban yang salah diberi skor (0). Jumlah skor maksimal 8,

kemudian skor diakumulasikan menjadi 2 kategori, yaitu:

1 Tinggi 5-9
2 Rendah 0-4
2. Sikap

Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap

suatu stimulus atau objek tertentu (Notoatmodjo, 2010). Setiap orang yang

mempunyai perasaan positif terhadap suatu objek psikologi dikatakan

mempunyai sikap favorable terhadap objek itu, sedangkan individu yang

mempunyai perasaan negatif terhadap suatu objek psikologis dikatakan

mempunyai sikap yang unfavorable terhadao objek sikap tersebut. Jadi, sikap

ibu yang membawa anaknya untuk melaksanakan imunisasi merupakan respon

positif ibu terhadap imunisasi untuk menjadikan anaknya yang sehat dan

terhindar dari penyakit.

Skala ordinal dinilai dari 5 buah pertanyaan. Setiap sikap yang bernilai positif

akan diberi skor (2-3) dan jawaban bernilai negatif diberi skor (0-1). Jumlah

skor maksimal adalah 15, kemudian skor diakumulasikan menjadi 2 kategori,

yaitu :
1 Baik 11-15
2 Sedang 6-10
3 Buruk 0-5

3. Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga adalah bantuan yang bermanfaat secara emosional dan

memberikan pengaruh positif yang berupa informasi, bantuan instrumental,

emosi, maupun penilaian yang diberikan oleh anggota keluarga yang terdiri dari

suami, orang tua, mertua, maupun saudara lainnya, Sehingga mempengaruhi ibu

dalam pemberian imunisasi pada bayi (Budi dkk, 2007).

Pengukuran variabel dukungan keluarga didasarkan pada skala ordinal. Skala

ordinal dinilai dari 4 buah pertanyaan. Setiap tindakan yang bernilai positif akan

diberi skor (1) dan jawaban bernilai negatif diberi skor (0). Jumlah skor

maksimal adalah 4, kemudian skor diakumulasikan menjadi 1 kategori, yaitu :

1 Tinggi 3-4
2 Rendah 0-2

4. Dukungan Petugas Kesehatan

Dukungan petugas kesehatan (petugas imunisasi) merupakan dukungan sosial

dalam bentuk dukungan informatif, di mana perasaan subjek bahwa lingkungan

(petugas imunisasi) memberikan keterangan yang cukup jelas mengenai hal-hal

yang diketahui dalam pemberian imunisasi dasar lengkap pada ibu. Dukungan

sosial merupakan informasi dan umpan balik (feedback) dari orang lain bahwa

individu itu dicintai, diperhatikan, dihargai dalam hubungan komunikasi yang

hebat (Santrock, 2005).


Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam kesehatan

serta memiliki pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan di bidang

kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan

upaya kesehatan (Kepmenkes RI, 2005). Dari uraian di atas, disimpulkan bahwa

dukungan petugas imunisasi adalah dukungan yang diberikan oleh petugas

imunisasi dalam melakukan upaya kesehatan (imunisasi campak) baik itu berupa

penyuluhan, saran, dan tindakan petugas imunisasi dalam memberikan

pelayanan kepada ibu.

Pengukuran variabel dukungan tenaga kesehatan didasarkan pada skala

ordinal. Skala ordinal dinilai dari 5 buah pertanyaan. Setiap tindakan yang

bernilai positif akan diberi skor (1) dan jawaban bernilai negatif diberi skor (0).

Jumlah skor maksimal adalah , kemudian skor diakumulasikan menjadi 1

kategori, yaitu :

1 Tinggi 3-5
2 Rendah 0-2

2. Pengolahan Data dan Analisis Data

2.1 Pengolahan Data

Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengolahan data adalah sebagai berikut

(Notoatmodjo, 2012) :

1. Editing yaitu kegiatan memeriksa kembali data yang telah dikumpulkan apakah

sudah lengkap dan benar.


2. Coding yaitu peneliti memberi kode pada setiap data dan informasi yang sudah

dikumpulkan untuk mempermudah entry data.

3. Entry yaitu memasukkan data yang telah diedit dan diberi pengkodean untuk

diproses ke dalam program statistik komputer.

4. Cleaning yaitu pengecekan kembali kelengkapan data sebelum dilakukan analisis

data.

2.2 Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat. Analisis univariat

berguna untuk meringkas kumpulan data hasil survei sehingga berubah menjadi data

yang berguna. Umumnya bersifat sederhana misalnya menghitung rata-rata,

simpangan baku, dan lainnya. Penyajian hasil analisis yang diperoleh dapat berupa

tabel atau daftar, grafik sederhana, atau diagram yang dapat memberikan informasi.
Daftar Pustaka
Depkes RI. 2015. Kebijakan Program Imunisasi. Jakarta : Depkes RI.

Hadinegoro, S.R., Pusponegoro, H.D., Soedjatmiko, & Oswari, H. 2011. Panduan


Imunisasi Anak : mencegah lebih baik daripada mengobati. Jakarta :
Satgas Imunisasi IDAI

IDAI. Jadwal Imunisasi 2017. Jakarta: IDAI; 2017

Kemenkes RI.2013. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI; 2013.

Kemenkes RI. 2016. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI.

Kemenkes RI. 2020. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI.

Notoatmodjo . 2012. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Sarwono Prawirohardjo.2008.Informasi Pelayanan Kontrasepsi.Jakarta: BBKBN

Sudarti. Khoirunnisa, Endang. 2010. Asuhan Kebidanan Neonatus Bayi dan Anak
Balita. Nuha Medika: Yogyakarta.

Sumatera Barat DKP. Profil Kesehatan 2018: Dinkes Prov. Sumbar;. 2018

Profil Puskesmas Padang Lua. 2018.


Lampiran

KUESIONER PENELITIAN
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN
IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI DAN BALITA DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS PADANG LUA, KABUPATEN AGAM, SUMATERA BARAT
TAHUN 2021

No. Urut :
Kecamatan :
Kelurahan :
1. Nama Responden : :
2. Umur Responden : ….. Tahun
3. Pendidikan :- Tidak sekolah
- Tamat SD
- Tamat SMP
- Tamat SMA
- Perguruan Tinggi

4. Pekerjaan : - Petani
- Wiraswasta
- PNS
- Karyawan / buruh
5. Jumlah anak : …. orang
6. Nama anak balita :
7. Umur anak balita :
8. Tanggal lahir balita :
Tanggal Wawancara
A. Pertanyaan tentang Pengetahuan Mengenai Imunisasi Campak

No Pertanyaan
1 Apakah yang dimaksud imunisasi pada bayi, menurut ibu ?
a. Kegiatan yang dilakukan dalam upaya untuk mencegah suatu penyakit
b. Upaya untuk menyembuhkan penyakit

2
Menurut ibu, apa dampak yang diakibatkan apabila bayi tidak diberikan
imunisasi?
a. Tidak ada dampaknya
b. Bayi dapat terkena penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
c. Bayi menjadi sering rewel
3 Menurut ibu, apa penyebab penyakit campak?
a. Virus
b. Bakteri
c. Tidak tahu
4 Menurut Ibu, apakah campak menular?
a. Ya
b. Tidak
c. Tidak tahu
5 Menurut ibu, bagaimana campak menular?
a. Pernapasan
b. Kontak kulit
c. Tidak tahu
6 Menurut Ibu, apakah campak bisa dicegah?
a. Bisa
b. Tidak bisa
c. Tidak tahu
7 Menurut Ibu, bagaimana mencegah campak?
a. Imunisasi
b. Membersihkan lingkungan
c. Tidak tahu
8 Menurut Ibu, pada usia berapa sebaiknya imunisasi campak diberikan?
a. 9-11 bulan
b. 1 tahun
c. Tidak tahu
9 Menurut Ibu, berapa kali imunisasi campak diberikan?
a. 1 kali
b. ≥ 2 kali
c. Tidak tahu

B. Pertanyaan tentang Sikap mengenai Imunisasi Campak

No Pernyataan SS S TS STS

1 Walaupun setelah diimunisasi demam, saya


tetap memberikan imunisasi selanjutnya kepada
anak saya.

2 Saya tidak memberikan imunisasi secara


lengkap pada bayi saya, karena menurut saya
bayi tetap sehat-sehat saja.

3 Saya memberikan imunisasi pada bayi sesuai


dengan jadwal yang ditentukan

4 Saya tidak memberikan imunisasi Campak


pada anak saya karena anak saya akan
menangis jika disuntik

5 Ketika saya tidak sempat mengimunisasikan


bayi di posyandu, saya akan membawa bayi ke
bidan/puskesmas untuk diimunisasi.

C. Pertanyaan tentang Dukungan Tenaga Kesehatan mengenai Imunisasi Campak


No Pernyataan Ya Tidak

1. Apakah Ibu pernah mendapat penyuluhan tentang


manfaat imunisasi dasar lengkap dari petugas kesehatan

2. Apakah petugas kesehatan pernah mengunjungi rumah Ibu


untuk memberi penjelasan tentang imunisasi dasar lengkap

3. Apakah penyuluhan imunisasi membahas mengenai manfaat


imunisasi Campak dan dampak jika tidak mendapat
Campak?

4. Apabila Ibu tidak datang untuk mengimunisasikan


bayinya, apakah Bidan/ Kader Posyandu mendatangi rumah
Ibu

5. Apakah petugas kesehatan (bidan/kader) selalu


mengingatkan jadwal dan manfaat pemberian imunisasi
dasar lengkap ?

D. Pertanyaan tentang Dukungan Keluarga mengenai Imunisasi Campak

No Pernyataan Ya Tidak

1. Apakah dalam melakukan pemberian imunisasi dasar


lengkap ibu mendapat anjuran dari keluarga (suami,
orangtua, mertua, saudara lainya) ?

2. Apakah dalam melakukan pemberian imunisasi dasar


lengkap ibu mendapat larangan dari keluarga ?

3. Apakah anggota keluarga yang membawa bayi ibu


untuk imunisasi ketika ibu sibuk?

4. Apakah ada anggota keluarga yang mengingatkan


tentang jadwal pemberian imunisasi ?
ABSEN DST RAPID SURVEY
DEPARTEMEN IKGM
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS ANDALAS
Hari/ tanggal : Rabu, 27 Oktober 2021
Jam : 10.00- 12.00 WIB
Pembimbing : Dr. drg. Febrian, MKM
Nama Presentan : Iswara Sardi 2041412044
Rindang Paulina 1941412014
Audience:

No Nama Mahasiswa No. Bp


1. Ummul Aulia 1411411016
2. Aulya Dwina 1941412047
3. Haniyah Atsila Nasri 2041412004
4. Anggita Wulansari Sundarini 1941412037
5. Rayhan Daneo 2041412029
6. Kinantya Purti R 2041412050

Solok, 27 Oktober 2021

Dr. drg. Febrian, MKM


Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai