Anda di halaman 1dari 8

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

World Health Organization (WHO) dalam Millennium Development Goals

(MDGs) mempunyai target menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) (UNDP,

2008). Di Indonesia AKI ditargetkan menurun dari tahun 1990 sebesar 390

menjadi 102 (73,8%) per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Indonesia

tidak berhasil menurunkan AKI sesuai target MDGs, saat ini AKI di Indonesia

masih berada pada angka 228 (41,5%) per 100.000 kelahiran hidup (BKKBN,

2012; UNDP, 2008). Indonesia berada pada peringkat ke tujuh di antara negara-

negara ASEAN (UNICEF, 2012 ).

AKI di Indonesia dikarenakan penyebab langsung dan tidak langsung.

Faktor penyebab langsung terbanyak masih didominasi Perdarahan sebesar 32%,

sedangkan penyebab tidak langsung meliputi “tiga terlambat dan 4 terlalu”. Empat

terlalu antara lain terlalu muda (usia kurang dari 20 tahun), terlalu tua (usia lebih

dari 35 tahun), terlalu sering (jarak antar kelahiran kurang dari 2 tahun), atau

terlalu banyak (jumlah anak kurang dari 3 tahun lebih dari 2). Sedangkan 3

terlambat antara lain terlambat mengenali tanda bahaya dalam memutuskan

dirujuk ke fasilitas kesehatan, terlambat mencapai fasilitas kesehatan, serta

terlambat mendapatkan pelayanan di fasilitas kesehatan ((Riskesdas, 2010.,

Kemenkes RI, 2013).

Upaya preventif, promotif maupun kuratif yang dilakukan pemerintah untuk

menurunkan AKI diantaranya program Rumah Sakit Sayang Ibu, Program Upaya

1
2

Percepatan Penurunan AKI (Depkes RI, 2012). Upaya upaya tersebut merupakan

bagian dari upaya kesehatan berkelanjutan atau continuum of care mulai dari hulu

sampai ke hilir yaitu sejak preconception care, antenatal care, postnatal care.

(Depkes RI, 2014).

Preconception care adalah program yang dicanangkan oleh WHO pada tahun

2012 di Geneva yang bertujuan untuk menurunkan angka kematian ibu, bayi dan

kecacatan. Program ini dilaksanakan oleh semua negara di dunia. Utamanya

negara berpenghasilan rendah dan menengah yang biasa disebut Low and Middle

Income Country (LMICs) salah satunya Indonesia. Negara yang telah berhasil

melaksanakan program ini adalah Italia, Belanda, Amerika Serikat untuk negara

maju dan Bangladesh, Filiphina, Sri Lanka untuk negara berpenghasilan

menengah-rendah. (WHO, 2013).

Preconception care memiliki potensi untuk memberikan dampak positif 208

juta kehamilan di seluruh dunia setiap tahun (Dean et al., 2013). Preconception

care berguna untuk mengidentifikasi hal-hal yang berkaitan dengan masalah

kesehatan, kebiasaan gaya hidup, atau masalah sosial yang kurang baik yang

mungkin mempengaruhi kehamilan (Ricci, 2009). Pasangan pengantin merupakan

bagian dari sasaran program preconception care. Masa sebelum konsepsi bagi

pasangan pengantin sangat penting untuk diperhatikan dalam rangka

mempersiapkan kehamilan yang sehat.

Pelaksanaan preconception care di Indonesia belum maksimal yaitu baru

sebatas tindakan vaksinasi tetanus toxoid (TT). Salahsatu daerah yang telah

melaksanakan program preconception care berdasarkan studi literatur adalah di


3

Kecamatan Ujung Tanah Makassar. Pelaksanaan preconception care meliputi

akses pelayanan kesehatan wanita prakonsepsi diantaranya pengukuran

antropometri untuk menilai status gizi kemudian dilanjutkan dengan konsultasi

gizi, Pemeriksaan Hb, karena wanita pada masa prakonsepsi yang akan memasuki

masa kehamilan akan berbahaya jika mengalami anemia. Pemeriksaan reproduksi

untuk mendeteksi adanya kanker, pemeriksaan tekanan darah dan suntik TT untuk

untuk melindungi tubuh wanita dan calon bayi (Shaleh et al., 2014).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di 3 puskesmas

di wilayah Kabupaten Sukoharjo menunjukkan bahwa intervensi preconception

care yang dilakukan oleh bidan maupun perawat kepada calon pasangan

pengantin baru belum berjalan secara terpadu, program yang telah ada yaitu

imunisasi TT dan tes kehamilan. Berdasarkan observasi dan wawancara yang

dilakukan peneliti diketahui bahwa fasilitas untuk pemberian pendidikan

kesehatan belum ada baik berupa booklet, leaflet. Berdasarkan hal tersebut

peneliti akan melakukan pembuatan alat edukasi promosi kesehatan tentang

preconception care pada pasangan pengantin.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, peneliti merumuskan rumusan

penelitian bagaimana pembuatan dan validasi alat edukasi promosi kesehatan

tentang preconception care pada pasangan pengantin?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Melakukan pembuatan dan validasi alat edukasi promosi kesehatan tentang


4

preconception care pada pasangan pengantin dan petugas kesehatan

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui konten dari alat edukasi promosi kesehatan tentang

preconception care pada pasangan pengantin dan petugas kesehatan

b. Melakukan validasi alat edukasi pada expert dan petugas kesehatan

c. Melakukan evaluasi dan perbaikan berdasarkan validasi dan masukan dari

expert dan petugas kesehatan

d. Melakukan ujicoba alat edukasi promosi kesehatan melalui uji keterbacaan

(readability test) tentang preconception care kepada pasangan pengantin

D. Manfaat Penelitian

1. Ilmu Keperawatan

a. Menambah pemahaman keilmuan tentang lingkup keperawatan

maternitas yaitu pada masa prakonsepsi

2. Petugas Kesehatan

Memberikan media pendidikan kesehatan berupa booklet prekonsepsi bagi

petugas kesehatan (bidan dan perawat) dalam melakukan promosi kesehatan

preconception care pada calon pengantin

3. Bagi peneliti

Menjadi data dasar bagi penelitian selanjutnya tentang preconception


5

E. Keaslian Penelitian

Sejauh studi literatur yang penulis lakukan menemukan studi literature yang

membahas tentang pembuatan alat promosi kesehatan tentang preconception care,

maupun preconception care secara umum yaitu:

1. Sekartika et al. (2013) dalam penelitiannya yang berjudul Validasi

Implementasi Pelayanan Terpadu pada Wanita Periode Prakonsepsi di

Kecamatan Ujung Tanah Kota Makassar menyatakan bahwa dari hasil

penelitian kesesuaian implementasi pelayanan wanita prakonsepsi di KUA

di Kecamatan Ujung Tanah, yaitu sebanyak 18 orang (51, 4%) mendapatkan

kursus calon pengantin (suscatin) dengan materi gizi dan kesehatan

reproduksi.

Kesamaan dengan penelitian ini adalah tema yaitu terkait dengan periode

prakonsepsi yang mana merupakan periode yang penting dalam siklus hidup

manusia akan tetapi belum mendapatkan perhatian yang serius dari

pemerintah. Perbedaannya pada metode yang digunakan yaitu metode

penelitian kualitatif dan kuantitatif (mix methods).

2. Whitworth & Dowswell (2009) dalam penelitiannya yang berjudul Routine

pre-pregnancy health promotion for improving pregnancy outcomes

(Review). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisa

efektivitas promosi kesehatan preconception care rutin untuk meningkatkan

keluaran kehamilan jika dibandingkan dengan tanpa promosi kesehatan

preconception care. Penelitian ini menggunakan metode systematic review

yang hasilnya bahwa ada beberapa bukti intervensi promosi kesehatan


6

dikaitkan dengan perubahan perilaku ibu yang positif. Peneliti juga

menjelaskan bahwa ada hanya sedikit penelitian tentang dampak promosi

kesehatan preconception care pada hasil kehamilan. Kesimpulan dan

rekomendasi dari penelitian ini adalah bahwa dibutuhkan penelitian yang

lebih banyak tentang pelaksanaan promosi kesehatan preconception care

secara rutin wanita untuk usia subur, baik dalam populasi umum atau antara

kehamilan. Kesamaan dengan penelitian ini adalah variable yang diteliti

yaitu tentang preconception care dan promosi kesehatan. Perbedannya pada

metode yang digunakan yaitu systematic review.

3. Mackert et al. (2012) dalam penelitiannya yang berjudul Using Twitter for

Prenatal Health Promotion: Encouraging a Multivitamin Habit Among

College-Aged Females menyatakan penelitian ini berusaha untuk

menyelidiki penggunaan media sosial sebagai alat untuk promosi kesehatan.

Penelitian ini menggunakan twitter sebagai alat untuk promosi kesehatan

pada remaja terkait perilaku minum multivitamin terutama pada kehamilan

yang tidak dinginkan, karena angka kehamilan yang tidak diinginkan di AS

tinggi yang berdampak pada tinggi angka cacat lahir. Kesamaan dengan

penelitian penulis adalah menggunakan alat promosi kesehatan untuk

meningkatkan perilaku kesehatan reproduksi khususnya pada persiapan

kehamilan pada calon pengantin.

4. Klein et al. (2014) dalam penelitiannya yang berjudul Comprehensive

Smoke-Free Policies: A Tool for Improving Preconception Health?

Penelitian ini bertujuan untuk menilai dampak kebijakan bebas asap rokok
7

terhadap perilaku merokok pada masa prakonsepsi pada perempuan

berpenghasilan rendah di Ohio. Hasil penelitian ini merekomendasikan

bahwa kebijakan tentang merokok dan perubahan lingkungan sangat

berhubungan dengan penurunan perilaku merokok pada wanita

berpenghasilan rendah hal ini mungkin akan berdampak pada meningkatnya

kesehatan prekonsepsi pada populasi yang beresiko untuk merokok.

Kesamaan penelitian ini adalah tentang isu merokok yang menjadi bahasan

dalam buku panduan. Perbedaannya adalah metode yang digunakan yaitu

kuantitatif dengan pendekatan cross sectional.

5. Shannon et al. (2014) dalam penelitiannya Preconception Healthcare

Delivery at a Population Level:Construction of Public Health Models of

Preconception Care. Penelitian ini menggunakan metode review literature.

Hasil penelitian ini adalah model perawatan kesehatan masyarakat:

perawatan primer, rumah sakit berbasis interconception care, klinik khusus

preconception care, komunitas penjangkauan.

Lima belas evaluasi program preconception care diidentifikasi. Program ini

memberikan dampak yang signifikan terhadap penggunaan narkoba,

suplementasi asam folat, optimasi diabetes, dan hiperphenilalaminemia.

Kunjungan prakonsepsi yang ideal memerlukan skrining risiko, pendidikan,

dan intervensi. Kesamaan dengan penelitian penulis adalah faktor resiko

yang dimasukkan dalam buku panduan yaitu tentang penggunaan narkoba,

suplementasi asam folat, diabetes. Selain itu tahapan dalam kunjungan

prakonsepsi yang ideal meliputi skrining resiko, pendidikan, intervensi pada


8

buku panduan penulis ditambahkan adanya pemeriksaan fisik. Perbedaannya

pada metodologi yang digunakan yaitu review literature.

6. Agricola et al. (2014) dalam penelitian yang berjudul A cohort study of a

tailored web intervention for preconception care. Tujuan penelitian ini

adalah untuk menilai apakah intervensi berbasis web dapat mempengaruhi

perubahan pengetahuan dan perilaku yang terkait dengan risiko untuk hasil

kehamilan yang merugikan. Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa

intervensi berbasis web dapat meningkatkan kesehatan prakonsepsi pada

wanita yang merencanakan kehamilan. Sebuah intervensi prakonsepsi

berbasis web dapat diintegrasikan intervensi prakonsepsi klasik oleh para

profesional kesehatan. Selain itu terjadi perubahan perilaku dalam hal

penurunan konsumsi alcohol dan peningkatan konsumsi asam folat pada

wanita yang merencanakan kehamilan. Kesamaan penelitian adalah item

yang diteliti sedangkan perbedannya pada metode yaitu kuantitatif dengan

pendekatan cohort study.

Anda mungkin juga menyukai