Anda di halaman 1dari 27

PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI WANITA USIA

SUBUR TERHADAP PENGETAHUAN ALAT KONTRASEPSI

Makalah
Dosen pembimbing : Martina Ekacahyaningtyas, S.Kep, Ns., M.kep

Disusun Oleh :
Kelompok Ners 12
1. Bachtiar Habib Aulia (SN201098)
2. Fathonah Eka Pratiwi (SN201126)
3. Ilham Wiratama (SN201141)
4. Khoirul Ulfa (SN201154)
5. Niken Ayuk Putri Utami (SN201178)
6. Muhammad Alfauzi Prananda (SN201249)
7. Yudhi Prabowo (SN201236)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS PROGRAM PROFESI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan Reproduksi adalah suatu keadaan sehat mental, fisik dan

kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan

sistem dan fungsi serta proses reproduksi dan bukan hanya kondisi yang

bebas dari penyakit dan kecacatan serta dibentuk berdasarkan perkawinan

yang sah, mampu memenuhi kebutuhan spiritual dan material yang layak,

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, spiritual yang memiliki

hubungan yang serasi, selaras dan seimbang antara anggota keluarga dan

antara keluarga dengan masyarakat dan lingkungan (BKKBN,2011).

Kesehatan reproduksi adalah kemampuan seseorang untuk dapat

memanfaatkan alat reproduksi dengan mengukur kesuburannya dapat

menjalani kehamilannya dan persalinan serta aman mendapatkan bayi

tanpa resiko apapun (Well Health Mother Baby) dan selanjutnya

mengembalikan kesehatan dalam batas normal (IBG. Manuaba, 2012).

Ruang lingkup kesehatan reproduksi mencakup keseluruhan

kehidupan manusia sejak lahir sampai mati (life cycle approach) agar di

peroleh sasaran yang pasti dan komponen pelayanan yang jelas serta

dilaksanakan secara terpadu dan berkualitas dengan memperhatikan hak

reproduksi perorangan dan bertumpu pada program pelayanan yang

tersedia. Ruang lingkup kesehatan reproduksi salah satunya adalah wanita

usia subur. Pada wanita usia subur yang harus diperhatikan yaitu
pemeliharaan kehamilan dan pertolongan persalinan yang aman,

pencegahan kecacatan dan kematian pada ibu dan bayi, menggunakan

kontrasepsi untuk mengatur jarak kelahiran dan jumlah kehamilan,

pencegahan terhadap PMS atau HIV/AIDS, pelayanan kesehatan

reproduksi yang berkualitas, pencegahan penanggulangan masalah aborsi,

deteksi dini kanker payudara dan leher rahim, pencegahan dan manajemen

infertilitas (Prijatni & Sri, 2016).

Indonesia merupakan sebuah negara berkembang dengan jumlah

penduduk sebanyak 252.124.458 jiwa dengan luas wilayah 1.913.378,68

km2 dan kepadatan penduduk sebesar 131,76 jiwa/km2 (Depkes RI,

2014). Masalah yang terdapat di Indonesia adalah laju pertumbuhan

penduduk yang relatif masih tinggi. Perkiraan penduduk pertengahan

(2013) sebesar 248,8 juta jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar

1,48%. Laju pertumbuhan ditentukan oleh kelahiran dan kematian dengan

adanya perbaikan pelayanan kesehatan menyebabkan tingkat kematian

rendah, sedangkan tingkat kelahiran tetap tinggi hal ini penyebab utama

ledakan penduduk. Menekan jumlah penduduk dengan menggalakan

program Keluarga Berencana (KB) (BPS, 2013).

Keluarga berencana (KB) menurut UU No. 10 tahun 1992 tentang

perkembangan kependudukan dan pembangunan Keluarga Sejahtera

adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui

pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan

ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan


sejahtera (Mulyani, 2013). Berdasarkan hasil survey Sosial Ekonomi

Nasional tahun 2003 presentase KB aktif terhadap PUS adalah 54,5%

meningkat menjadi 57,9% pada tahun 2006. Beberapa factor yang

menyebabkan rendahnya cakupan program KB tersebut diantaranya adalah

pengadaan alat kontrasepsi yang masih kurang, jumlah petugas pemerintah

di tiap daerah tidak sama. Fakta lainnya adalah bahwa hingga saat ini

ketersediaan alat kontrasepsi, khususnya dengan harga terjangkau bagi

PUS keluarga miskin baik di perkotaan maupun di daerah pedesaan, masih

sulit direalisasikan (BKKBN, 2014).

Gerakan KB Nasional selama ini telah berhasil mendorong

peningkatan peran serta masyarakat dalam membangun keluarga kecil

yang makin mandiri. Keberhasilan ini mutlak harus diperhatikan bahkan

terus ditingkatkan karena pencapaian tersebut belum merata. Sementara itu

kegiatan keluarga masih kurangnya dalam pengunaan metode kontrasepsi

jangka panjang (MKJP) bila dilihat dari cara pemakaian alat kontrasepsi

dapat dikatakan bahwa 85,21% akseptor KB memilih suntikan sebagai alat

kontrasepsi, 70,02% memilih Pil, 11,9% memilih Implant, 9,7% memilih

IUD, MOW 2,9% , POW 0,1%, kondom 2,3%. Pada umumnya

masyarakat memilih metode NON MKJP. Sehingga metode KB MKJP

seperti Intra Uterine Devices (IUD), Implant, Medis Operatif Pria (MOP)

dan Medis Operatif Wanita (MOW) kurang diamati (BKKBN, 2013).

PUS yang menjadi peserta KB adalah Pasangan Usia Subur yang

suami/istrinya sedang memakai atau menggunakan salah satu alat atau cara
kontrasepsi modern pada tahun pelaksanaan pendataan keluarga. Faktor

yang mempengaruhi kebutuhan Ber-KB pada PUS Terjadinya unmet need

(kesenjangan antara wanita usia reproduksi dengan prilaku penggunaan

kontrasepsi) pada pasangan usia subur merupakan salah sikap dan perilaku

dari pasangan tersebut dalam menggunakan alat kontrasepsi (BKKBN,

2013). Keluarga berencana merupakan salah usaha dalam menekan

lonjakan angka kelahiran di indonesia. Tingkat pertumbuhan penduduk

yang tinggi disebabkan pula dan penyebaran penduduk yang kurang

merata antar pulau. Dan diperkuat oleh peryataan saifudin (2013). “KB

merupakan upaya pelayanan kesehatan peventif yang paling dasar dan

utama, alasan utama diperlukan keluarga berencanauntuk mencegah

mortalitas dan morbilitas pasangan usia subur (PUS).

Masyarakat banyak yang sudah mengetahui mengenai keluarga

berencana, mereka hanya bisa mengartikan, dan mengetahui jenis- jenis

keluarga berencana. Mungkin hanya beberapa orang saja yang mampu

menjelaskan mengenai pengertian, jenis- jenis alat kontrasepsi, efek

samping, kontraindikasi, kelebihan , dan kekurangan alat kontrasepsi. Hal

ini serupa dengan pendapat BKKBN (2011) “Tingkat pengetahuan

masyarakat akan kontrasepsi sudah tinggi, namun baru sebatas mampu

menyebut jenis alat dan obat kontrasepsi, tetapi belum dapat menyebutkan

efek samping, kontraindikasi, kelebihan dan kekurangan, padahal

informasi ini penting dipahami sebelum memutuskan mengunakan alat

kontrasepsi tertentu BKKBN (2011).


B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas muncul rumusan masalah “apakah
penyuluhan kesehatan reproduksi wanita usia subur dapat meningkatkan
pengetahuan tentang alat kontrasepsi?”

C. Tujuan Kegiatan
1. Tujuan Umum

Setelah mendapatkan penyuluhan kesehatan selama 45 menit,

diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan wanita usia subur

terhadap alat kontrasepsi.

2. Tujuan Khusus

Setelah mendapatkan penyuluhan kesehatan diharapkan :

a. Dapat menjelaskan tentang pengertian KB

b. Dapat menjelaskan tentang manfaat KB

c. Dapat menjelaskan tentang jenis-jenis, cara kerja, efektivitas,

keuntungan, indikasi, kontraindikasi, efek samping, cara dan waktu

pemberian/pemasangan dari masing-masing alat kontrasepsi.

D. Manfaat Kegiatan
1. Untuk WUS
Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi pengetahuan untuk menetapkan
alat kontrasepsi yang akan dipakai dikemudian hari.
2. Untuk Perawat
Kegiatan ini diharapkan dapat menjadikan alat promosi kesehatan
tentang KB
BAB II
TARGET DAN LUARAN

A. Target
Target dalam kegiatan ini yaitu wanita usia subur yang berusia 25-
35 tahun dengan organ reproduksi berfungsi dengan baik, baik dengan
status belum kawin, kawin maupun janda. Karena puncak kesuburan
wanita ada pada rentang usia 25-35 tahun. Pada usia ini wanita memiliki
kesempatan 95% untuk hamil. Sedangkan saat usia memasuki 40 tahun
kesempatan hamil berkurang menjadi 40%. Setelah usia 40 tahun ke atas
wanita hanya punya 10% kesempatan untuk hamil (BKKBN, 2011).

B. Luaran
Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi pengetahuan untuk
menetapkan alat kontrasepsi yang akan dipakai dikemudian hari. Selain itu
diharapkan dapat membatasi jumlah penduduk dan menjamin ketersediaan
sumber daya alam sehingga menjaga kualitas hidup.
BAB III

METODOLOGI PELAKSANAAN

A. Lokasi dan Waktu Kegiatan


1. Lokasi
Karena terkendala pandemi saat ini, maka pelaksanaan penyuluhan
kesehatan ini dilakukan di rumah masing-masing
2. Waktu Kegiatan
Untuk waktu penyuluhan kesehatan ini dilaksanakan pada hari Jumat,
22 Januari 2021 pukul 09.00 WIB
B. Metode, Alat dan Bahan
1. Metode
a. Ceramah
Metode ini digunakan sebagai pengantar untuk menjelaskan
mengenai KB dan alat kontrasepsi.
b. Diskusi/tanya jawab
Metode ini digunakan baik pada saat dilangsungkannya
penyuluhan atau pada saat diakhirinya penyuluhan yang
memungkinkan peserta mengemukakan hal-hal yang belum
dimengerti.
2. Alat dan Bahan
a. Leaflet
b. Link meeting room
c. Daftar hadir

C. Tahapan Kegiatan
1. Tahap orientasi/ persiapan
Tahapan ini perawat akan memperkenalakan diri dan berkenalan

kepada semua peserta, selain itu perawat akan menjelaskan maksud

dan tujuan dilakukannya kegiatan ini.

2. Tahap kerja
Pada tahap ini perawat akan memulai melakukan penyuluhan

kesehatan dengan menampilkan/ share screen leaflet sebagai media

penyuluhan kesehatan.

3. Tahap terminasi
Pada tahap terakhir ini, perawat akan mengevaluasi kegiatan

penyuluhan yang sudah dilaksanakan dan akan memberikan reward

kepada peserta.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
B. Pembahasan
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. (2013). Profil angka kelahiran. http://bps.go.id


BKKBN. (2011). Program keluarga berencana. BKKBN: Jakarta
BKKBN. (2013). Karakteristik PUS MUPAR. BKKBN: Jakarta
BKKBN. (2014). Grafik perkembangan pencapaian peserta KB. BKKBN: Jakarta
Departemen Kesehatan RI. (2014). Profil Kesehatan Reproduksi Indonesia.
Jakarta
Gustikawati, D.A. 2014. Faktor Pendukung dan Penghambat Istri PUS dalam
Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant di Puskesmas 1 Denpasar Utara.
Publikasi Penelitian. Denpasar: Jurusan Kesehatan Masyarakat Universitas
Udaya.
Manuaba. (2012). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. EGC: Jakarta
Mulyani. (2016). Pelayanan Keluarga Berencana. Fatmaraya: Yogyakarta
Prijatni, Ida & Sri, Rahayu. (2016). Kesehatan Reproduksi dan Keluarga
Berencana. Pusdik SDM Kesehatan: Jakarta
Sulistyawati, A. 2013. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta: Salemba Medika.
LAMPIRAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN KESEHATAN
REPRODUKSI WANITA USIA SUBUR TERHADAP
PENGETAHUAN ALAT KONTRASEPSI

Dosen pembimbing : Martina Ekacahyaningtyas, S.Kep, Ns., M.kep

Disusun Oleh :
Kelompok Ners 12
1. Bachtiar Habib Aulia (SN201098)
2. Fathonah Eka Pratiwi (SN201126)
3. Ilham Wiratama (SN201141)
4. Khoirul Ulfa (SN201154)
5. Niken Ayuk Putri Utami (SN201178)
6. Muhammad Alfauzi Prananda (SN201249)
7. Yudhi Prabowo (SN201236)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS PROGRAM PROFESI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2021
SATUAN ACARA PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI
WANITA USIA SUBUR TERHADAP PENGETAHUAN ALAT
KONTRASEPSI

A. PENDAHULUAN
Kesehatan reproduksi adalah kemampuan seseorang untuk dapat

memanfaatkan alat reproduksi dengan mengukur kesuburannya dapat

menjalani kehamilannya dan persalinan serta aman mendapatkan bayi

tanpa resiko apapun (Well Health Mother Baby) dan selanjutnya

mengembalikan kesehatan dalam batas normal (IBG. Manuaba, 2012).

Ruang lingkup kesehatan reproduksi mencakup keseluruhan

kehidupan manusia sejak lahir sampai mati (life cycle approach) agar di

peroleh sasaran yang pasti dan komponen pelayanan yang jelas serta

dilaksanakan secara terpadu dan berkualitas dengan memperhatikan hak

reproduksi perorangan dan bertumpu pada program pelayanan yang

tersedia. Ruang lingkup kesehatan reproduksi salah satunya adalah wanita

usia subur. Pada wanita usia subur yang harus diperhatikan yaitu

pemeliharaan kehamilan dan pertolongan persalinan yang aman,

pencegahan kecacatan dan kematian pada ibu dan bayi, menggunakan

kontrasepsi untuk mengatur jarak kelahiran dan jumlah kehamilan,

pencegahan terhadap PMS atau HIV/AIDS, pelayanan kesehatan

reproduksi yang berkualitas, pencegahan penanggulangan masalah aborsi,

deteksi dini kanker payudara dan leher rahim, pencegahan dan manajemen

infertilitas (Prijatni & Sri, 2016).


Gerakan KB Nasional selama ini telah berhasil mendorong

peningkatan peran serta masyarakat dalam membangun keluarga kecil

yang makin mandiri. Keberhasilan ini mutlak harus diperhatikan bahkan

terus ditingkatkan karena pencapaian tersebut belum merata. Faktor yang

mempengaruhi kebutuhan Ber-KB pada PUS Terjadinya unmet need

(kesenjangan antara wanita usia reproduksi dengan prilaku penggunaan

kontrasepsi) pada pasangan usia subur merupakan salah sikap dan perilaku

dari pasangan tersebut dalam menggunakan alat kontrasepsi (BKKBN,

2013).

Masyarakat banyak yang sudah mengetahui mengenai keluarga

berencana, mereka hanya bisa mengartikan, dan mengetahui jenis- jenis

keluarga berencana. Mungkin hanya beberapa orang saja yang mampu

menjelaskan mengenai pengertian, jenis- jenis alat kontrasepsi, efek

samping, kontraindikasi, kelebihan , dan kekurangan alat kontrasepsi

(BKKBN, 2011).

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Setelah mendapatkan penyuluhan kesehatan selama 45 menit,

diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan wanita usia subur

terhadap alat kontrasepsi.

2. Tujuan Khusus

Setelah mendapatkan penyuluhan kesehatan diharapkan :


a. Dapat menjelaskan tentang pengertian KB

b. Dapat menjelaskan tentang manfaat KB

c. Dapat menjelaskan tentang jenis-jenis, cara kerja, efektivitas,

keuntungan, indikasi, kontraindikasi, efek samping alat kontrasepsi

C. RANCANGAN KEGIATAN

1. Topik

Penyuluhan kesehatan tentang alat kontrasepsi pada wanita usia subur

2. Metode Pelaksanaan

a. Ceramah

Metode ini digunakan sebagai pengantar untuk menjelaskan

mengenai KB dan alat kontrasepsi.

b. Diskusi/tanya jawab

Metode ini digunakan baik pada saat dilangsungkannya

penyuluhan atau pada saat diakhirinya penyuluhan yang

memungkinkan peserta mengemukakan hal-hal yang belum

dimengerti.

3. Sasaran

Wanita usia subur usia 25-35 tahun

4. Waktu dan Tempat

a. Waktu : Jumat, 22 Januari 2021

b. Tempat : rumah masing-masing dengan menggunakan meeting

room
5. Jumlah Peserta

Jumlah peserta yang mengikuti kegiatan penyuluhan ini sebanyak 3-5

orang

6. Media dan Alat Bantu

a. Media : leaflet

b. Alat bantu : google meet/zoom

7. Setting Tempat

Online

8. Susunan Acara

No Tahap Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta

1. Pembukaan 5 1. Memberikan salam 1. Menjawab salam

Menit 2. Memperkenalkan diri 2. Mengenal petugas


3. Menjelaskan maksud penyuluhan
dan tujuan 3. Mengemukakan
4. Melakukan kontrak pendapat sesuai apa
waktu yang diketahui
4. Menyimak dengan
seksama
2. Isi 25 1. Menjelaskan Audien mendengarkan

Menit pengertian KB dan menyimak


penjelasan
2. Menjelaskan
manfaat KB

3. Menjelaskan
tentang jenis-jenis, cara
kerja, efektivitas,
keuntungan, indikasi,
kontraindikasi, efek
samping alat kontasepsi
3. Penutupan 15 1. Memberikan 1. Bertanya mengenai

Menit kesempatan untuk tanya materi yang belum


jawab mengenai materi jelas dan
yang sudah disampaikan mendengarkan
2. Mengevaluasi peserta jawaban yang
3. Menyimpulkan materi diberikan
4. Menutup pertemuan & 2. Menjawab
salam pertanyaan sebagai
evaluasi
3. Peserta menyimak
dan mendengarkan
4. Menjawab salam

9. Pembagian Tugas

No PERAN TUGAS
.
1. Leader a. Memberi salam, membuka dan menutup acara
b. Membaca tujuan dan peraturan penyuluhan
sebelum kegiatan dimulai
c. Mampu memimpin jalannya penyuluhan
d. Menetralisir apabila ada masalah saat penyuluhan
2. Co Leader a. Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader
tentang aktivitas audience
b. Mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang
3. Fasilitator a. Memfasilitasi audience yang kurang aktif
b. Berperan sebagai role bagi klien selama kegiatan
4. Observer a. Mengawasi jalannya kegiatan mulai dari kegiatan,
proses, hingga penutupan.

D. KRITERIA EVALUASI

1. Evaluasi Struktur
a. Kesiapan panitia

b. Kesiapan media dan tempat

c. Peserta yang hadir minimal 100%

d. Pengorganisasian dilakukan 1 hari sebelumnya

2. Evaluasi Proses

a. Kegiatan dilaksanakan sesuai dengan waktunya

b. Peserta antusias terhadap materi penyuluhan

c. Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara

benar

d. Suasana penyuluhan tertib

e. Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan.

3. Evaluasi Hasil

a. 100% Peserta mampu menjelaskan pengertian KB

b. 100% Peserta mampu menjelaskan manfaat KB

c. 100% Peserta mampu menyebutkan jenis-jenis, cara kerja,

efektivitas, keuntungan, indikasi, kontraindikasi, efek samping

E. LAMPIRAN MATERI
1. Pengertian Keluarga Berencana (KB)
a. Keluarga berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan

kesehatan preventif yang utama bagi wanita. Keluarga Berencana

menurut WHO (World Health Organization) adalah tindakan yang

membantu pasangan suami istri untuk menghindari kelahiran yang

tidak diinginkan, mengatur jarak kelahiran, dan menentukan jumlah

anak dalam keluarga. Tujuan program KB adalah membentuk

keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi

(Sulistyawati, 2013).

b. Program keluarga berencana memberikan kesempatan untuk

mengatur jarak kelahiran atau mengurangi jumlah kelahiran dengan

menggunakan metode kontrasepsi hormonal atau non hormonal.

Upaya ini dapat bersifat sementara ataupun permanen, meskipun

masing-masing jenis kontrasepsi memiliki tingkat efektifitas yang

berbeda dan hampir sama (Gustikawati, 2014).

2. Tujuan KB

a. Tujuan umum

1) Membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan social

ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan kelahiran

anak, agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang

dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.


2) Mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera yang menjadu

dasar bagi terwujudnya masyarakat yang sejahtera melalui

pengendalian kelahiran dan pertumbuhan penduduk Indonesia

b. Tujuan khusus

1) Pengaturan kelahiran

2) Pendewasaan usia perkawinan.

3) Peningkatan ketahanan dan kesejahteraan keluarga.

4) Mencegah kehamilan karena alasan pribadi

5) Menjarangkan kehamilan

6) Membatasai jumlah anak

3. Manfaat KB

Dengan mengikuti program KB sesuai anjuran pemerintah, para

akseptor akan mendapatkan tiga manfaat utama optimal, baik untuk

ibu, anak dan keluarga, antara lain:

a. Manfaat Untuk Ibu:

1) Mencegah kehamilan yang tidak diinginkan

2) Mencegah setidaknya 1 dari 4 kematian ibu

3) Menjaga kesehatan ibu

4) Merencanakan kehamilan lebih terprogram

b. Manfaat Untuk Anak:

1) Mengurangi risiko kematian bayi

2) Meningkatkan kesehatan bayi

3) Mencegah bayi kekurangan gizi


4) Tumbuh kembang bayi lebih terjamin

5) Kebutuhan ASI eksklusif selama 6 bulan relatif dapat terpenuhi

6) Mendapatkan kualitas kasih sayang yang lebih maksimal

c. Manfaat Untuk Keluarga:

1) Meningkatkan kesejahteraan keluarga

2) Harmonisasi keluarga lebih terjaga

4. Jenis-jenis KB

Jenis- jenis KB menurut Sulistyawati, 2013.:

a. Metode Konstrasepsi Sederhana

1) Sengama perputus

 Cara penggunaan : mengeluarkan penis dari vagina ketika

akan ejakulasi.

 Keuntungan : tanpa biaya

 Kelemahan : memerlukan penguasaan diri yang kuat,

kemungkinan ada sedikit cairan yang mengandung

spermatozoa tertumpah dan masuk ke vagina sehingga

dapat mengakibatkan kehamilan.

2) Metode kalender

 Cara penggunaan : menghitung masa subur wanita dan

menghindari melakukan hubungan seksual di masa subur.

 Keuntungan : tanpa biaya

 Kelemahan : pasangan sulit untuk bisa mentaati.


b. Metode kontrasepsi dengan alat / obat

1) Kondom

Kondom adalah sarung untuk alat kelamin pria yang terbuat dari

karet tipis yang digunakan untuk menampung sperma agar tidak

masuk kedalam vagina.

 Cara penggunaan : disarungkan pada penis, dari ujung hingga


pangkal, pada saat akan melakukan hubungan seksual.
 Keuntungan : murah, mudah didapat, dapat digunakan
sewaktu-waktu, dapat mencegah penularan penyakit kelamin.
 Kerugian :selalu harus memakai kondom baru, mengganggu
kenyamanan dalam melakukan hubungan seksual, dapat
sobek jika menggunakannya tergesa-gesa.
 Efek samping : alergi terhadap kondom (jarang terjadi), lecet-
lecet pada kemaluan pria akibat pemakaian yang tergesa-gesa
/ kurang pelicin.
2) Pil KB

Pil atau tablet yang berisi zat yang berguna untuk mencegah

lepasnya sel telur dari indung telur.

 Cara penggunaan : diminum setiap hari, tidak boleh lupa.


Pil dengan kemasan 21 tablet diminum pada hari ke 5 haid.
Pil dengan kemasan 28 tablet diminum pada hari pertama
haid.
 Keuntungan : mudah penggunaannya, mengurangi rasa sakit
pada waktu haid, mengurangi risiko kanker ovarium, cocok
untuk PUS muda.
 Kerugian : memerlukan displin tinggi, kembalinya
kesuburan agak lambat, tidak dianjurkan untuk wanita
diatas usia 30 tahun.
 Kontra indikasi : penyakit jantung, varises, darah tinggi,
perdarahan pervaginam, migrain.
 Efek samping : perdarahan, perubahan BB, kloasma,
pusing.
3) Suntikan KB

Suntik KB adalah obat suntik yang berisi zat yang dapat

mencegah lepasnya sel telur dari indung telur, mengentalnya

lendir mulut rahim sehingga sperma tidak dapat masuk ke dalam

rahim dan menipiskan selaput lendir rahim sehingga calon janin

tak dapat tertanam dalam rahim.

 Cara penggunaan : Depo provera disuntikkan tiap 3 bulan


sekali. Noristrat disuntikkan setiap 2 bulan selama 4 kali
suntikan pertama, selanjutnya tiap 3 bulan.
 Keuntungan : praktis dan efektif, aman dan cocok
digunakan bagi ibu yang sedang menyusui anaknya, karena
tidak mempengaruhi produksi air susu ibu (ASI)
 Efek samping : terlambat haid, terjadi bercak perdarahan di
luar haid, keputihan, jerawat, perubahan berat badan, dan
lain-lain
 Kontra indikasi : Hamil, keluarnya darah dari rahim yang
tidak normal, keganasan penyakit jantung, hati, tekanan
darah tinggi, kencing manis dan penderita penyakit paru-
paru berat.
4) Susuk KB

Susuk KB adalah 6 kapsul kecil, ramping berisi obat yang

dipasang dibawah kulit lengan atas bagian dalam untuk dipakai

selama 5 tahun.
 Cara penggunaan : Dengan memasukkan susuk KB di
bawah kulit lengan wanita bagian atas oleh dokter dan bidan
terlatih
 Keuntungan : praktis, tidak menekan produksi ASI, tidak
ada faktor lupa, dapat digunakan pada wanita yang tidak
cocok dengan hormon estrogen.
 Kekurangan : lebih mahal, harus dipasang dan diangkat oleh
petugas kesehatan yang terlatih.
 Efek samping : gangguan haid, mual, muntah timbul
jerawat, BB bertambah.
 Kontra indikasi : wanita hamil, perdarahan pervaginam,
penyakit jantung, darah tinggi, kencing manis.
5) IUD / Spiral

IUD adalah alat kontrasepsi yang ditempatkan dalam rahim


wanita yang terbuat dari plastik khusus yang diberi benang pada
ujungnya sebagai kontrol.

 Cara penggunaan : IUD dipasang pada rongga rahim wanita


oleh dokter atau bidan terlatih.
 Keuntungan : praktis, ekonomis, aman dan mudah
dikontrol.
 Efek samping : adanya rasa nyeri dan mulas beberapa saat
setelah pemasangan, ada bercak – bercak perdarahan dll.
 Kontra indikasi : wanita hamil, peradangan leher rahim,
kanker rahim.
6) Vasektomi

Operasi kecil untuk menghalangi transport sperma di saluran air

mani.

 Cara penggunaannya : dengan operasi.


 Keuntungan : efektif, proses operasi cepat, tidak perlu
dirawat di RS.
 Kelemahan : harus dengan tindakan pembedahan, tidak
dapat dilakukan pada orang yang masih ingin mempunyai
anak lagi.
 Efek samping : ada kemungkinan komplikasi seperti
perdarahan dan infeksi.
 Kontra indikasi : penderita DM tidak terkontrol
7) Tubektomi

Operasi kecil untuk menghalangi transport sperma di saluran

ovarium.

 Cara penggunaannya : dengan operasi


 Keuntungan : efektif, angka kegagalan sterilisasi rendah,
komplikasi terbilang kecil, biaya murah.
 Kelemahan : harus dengan tindakan pembedahan, tidak
dapat dilakukan pada orang yang masih ingin mempunyai
anak lagi.
 Kontra indikasi : penyakit jantung, paru-paru, hernia
umbilikalis, hernia inguinalis atau labialis.

Anda mungkin juga menyukai