Anda di halaman 1dari 5

2.

1 Skizofrenia

2.1.1 Pengertian

Skizofrenia merupakan gangguan kejiwaan dan kondisi medis yang mempengaruhi

fungsi otak manusia, mempengaruhi fungsi normal kognitif, mempengaruhi emosional dan

tingkah laku (Depkes RI, 2015). Skizofrenia adalah suatu gangguan psikiatrik yang

memiliki tanda dan gejala disorganisasi pola pikir, masalah pada komunikasi dan kognitif,

dan gangguan persepsi terutama halusinasi dan waham (O’Brien, Kennedy dan Ballard,

2014).

Orang yang mengidap skizofrenia tidak akan mampu berkomunikasi secara normal

dengan orang lain, salah satunya adalah karena menganggap bahwa orang lain ingin

mencelakakannya (Sadock & Sadock, 2010). Pasienpasien ini akan sangat kesulitan

berkomunikasi dan berada dalam lingkungan banyak orang. Selain itu mereka pun

mengalami halusinasi dan ilusi sehingga seakan-akan melihat hal yang tak nyata (Amelia

& Anwar, 2013). Skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang menunjukkan gangguan

pada fungsi kognitif, yakni mengenai pembentukan arus dan juga isi pikiran. Selain itu

ditemukan juga gejala pada persepsi, wawasan diri, emosi serta keinginan.

2.1.2 Faktor-Faktor

Faktor-faktor yang dapat memicu gangguan jiwa skizofrenia antara lain (zahnia,

2016): faktor-faktor yang berperan terhadap kejadian skizofrenia antara lain faktor genetik,

biologis, biokimia, psikososial, status sosial ekonomi, stress, serta penyalahgunaan obat.

Faktor-faktor yang berperan terhadap timbulnya skizofrenia adalah sebagai berikut:

a. Umur
Umur 25-35 tahun kemungkinan berisiko lebih besar menderita skizofrenia

dibandingkan umur 17-24 tahun.

b. Jenis kelamin

Kaum pria lebih mudah terkena gangguan jiwa karena kaum pria yang menjadi

penopang utama rumah tangga sehingga lebih besar mengalami tekanan hidup,

sedangkan perempuan lebih sedikit berisiko menderita gangguan jiwa dibandingkan

laki-laki karena perempuan lebih bisa menerima situasi kehidupan dibandingkan dengan

laki-laki. Meskipun beberapa sumber lainnya mengatakan bahwa wanita lebih

mempunyai risiko untuk menderita stress psikologik dan juga wanita relatif lebih rentan

bila dikenai trauma.

c. Pekerjaan

Pada kelompok skizofrenia sering pada orang yang tidak bekerja akan lebih

mudah menjadi stress dan mengakibatkan ketidak berdayaan, karena orang yang bekerja

memiliki rasa optimis terhadap masa depan dan lebih memiliki semangat hidup yang

lebih besar dibandingkan dengan yang tidak bekerja.

d. Status perkawinan

Seorang yang belum menikah kemungkinan berisiko untuk mengalami

gangguan jiwa skizofrenia dibandingkan yang menikah karena status marital perlu

untuk pertukaran ego ideal dan identifikasi perilaku antara suami dan istri menuju

tercapainya kedamaian. Dan perhatian dan kasih sayang adalah fundamental bagi

pencapaian suatu hidup yang berarti dan memuaskan.

e. Konflik keluarga

f. Status ekonomi
Status ekonomi rendah sangat mempengaruhi kehidupan seseorang. Himpitan

ekonomi memicu orang menjadi rentan terjadi berbagai peristiwa yang menyebabkan

gangguan jiwa.

2.1.3 Tanda dan Gejala

a. Gejala Primer

1. Gangguan proses pikir (bentuk, langkah dan isi pikiran), yang paling menonjol

adalah gangguan asosiasi dan terjadi inkoherensi.

2. Gangguan afek emosi; terjadi kedangkalan afek emosi, emosi dan afek serta

ekspresinya tidak mempunyai satu kesatuan, emosi berlebihan, hilangnya

kemampuan untuk mengadakan hubungan emosi yang baik.

3. Gangguan kemauan; terjadi kelemahan kemauan, perilaku negativisme atas

permintaan, merasa pikiran/perbuatannya dipengaruhi oleh orang lain.

4. Gejala psikomotor; stupor atau hiperkinesia, logorea dan neologisme, stereotipi,

katelepsi : mempertahankan posisi tubuh dalam waktu yang lama, echolalia dan

echopraxia.

5. Autisme.

b. Gejala Sekunder

1. Waham

2. Halusinasi

Istilah ini menggambarkan persepsi sensori yang salah yang mungkin meliputi salah

satu dari kelima pancaindra. halusinasi pendengaran dan penglihatan yang paling umum

terjadi, halusinasi penciuman, perabaan, dan pengecapan juga dapat terjadi.


2.1.4 Tindakan

a. Penatalaksaan Non Medis

1. Terapi lingkungan

a) Berikan lingkungan yang aman, terstruktur dan terasa seperti di masyarakat

b) Tingkatkan uji realitas

c) Monitor jumlah stimulus

d) Munculkan kesempatan komunikasi

e) Sediakan aktivitas yang akan mengalihkan klien dari keasyikan dengan halusinasi

dan paranoid atau pemikiran waham

2. Terapi perilaku

a) Fokuskan pada konsekuensi perilaku disfungsional dan cara untuk mengubahnya

b) Ajarkan keterampilan sosial, aktivitas kehidupan sehari-hari dan keterampilan

berkomunikasi

c) Gunakan sistem tanda penghargaan untuk menguatkan perilaku yang diinginkan

dengan memberi penghargaan kepada mereka berupa hakhak khusus

3. Terapi kelompok

a) Fokuskan pada keterampilan kehidupan sehari-hari

b) Ajarkan cara-cara mengelola stressor lingkungan dan interpersonal

c) Bantu klien mengembangkan rasa diri yang positif

d) Beri interaksi yang bersifat mendukung dan bersifat langsung dengan orang lain

4. Terapi keluarga

a) Fokuskan pada peningkatan pengetahuan tentang struktur dan fungsi sistem

keluarga
b) Bantu keluarga untuk bisa bersikap mendukung dan merawat klien tanpa menjadi

terlalu melindungi Anjurkan kejujuran atau ekspersikan perasaan

5. Terapi residensial

a) Fokuskan pada intervensi krisi

b) Atasi perilaku yang terlibat oleh keluarga dan masyarakat sebagai penyimpangan

c) Beri lingkungan yang aman dengan ruang lingkup yang tepat dan batasan yang

realitis mengenai perilaku apa yang dapat diterima

d) Beri kesempatan untuk mengobati klien dan memantau efek obat

e) Lakukan rawat inap untuk mengatasi perilaku kekerasan yang ditijikan pada diri

dan orang lain

6. Terapi rawat jalan/ program pengobatan sehari

a) Fokuskan pada pengelolaan gejala jangka panjang

b) Tingkatkan pengelolaan pengobatan Beri terapi individual, terapi kelompok dan

aktivitas terstruktur atau pelatihan kerja sesuai dengan kebutuhan klien

Anda mungkin juga menyukai