SKRIPSI
DISUSUN OLEH
Ulfi Asmaroh
S16186
PEMBAHASAN
lebih dari 60 tahun. Lansia diklasifikasikan lagi menjadi lanjut usia tua
usia, yang dimaksud dengan lanjut usia (lansia) adalah seseorang yang
orang (15,6), dan dalam penelitian ini tidak ada lansia yang berusia
lebih dari 90 tahun. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
(Ira, Wiyono, & Ariani, 2019). Berdasarkan data demografi dengan
usia lebih dari 80 tahun berjumlah 4 orang. Penelitian ini juga sejalan
penyebab.
5.1.2. Karakteristik Lansia Berdasarkan Jenis Kelamin
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Sulistyarini &
banyak yaitu 55% (11 orang) dan laki-laki sebanyak 45% (9 orang).
Sulit tidur lebih sering dijumpai pada perempuan dan lanjut usia.
ini, sulit tidur atau insomnia merupakan gejala yang lazim dialami oleh
tidak terkontrol.
5.1.3. Karakteristik Lansia Berdasarkan Ketaatan Ibadah (Shalat 5
Waktu)
1033 ]. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Safriana
religiusitas yang berupa sholat 5 waktu pada lanjut usia berada pada
kewajiban manusia dan tanda cinta seorang hamba pada Rabbnya dan
tersebut
atas kehadiran Tuhan Yang Maha Pemurah dan Maha Pengasih di alam
kesadaran kita. Sehingga dengan begitu lansia tidak akan merasa hidup
atas sesuatu yang terjadi pada kita. Selain itu pelaksanaan dzikir
dengan sikap rendah hati dan suara lemah lembut akan memberikan
2019). Hal ini sejalan dengan hasil observasi yang dilakukan oleh
sebagai doa personal dan melakukan doa setelah sholat juga selalu
pondok
11. Lansia dikatakan mengalami gangguan tidur jika nilai Pittsburg Sleep
dengan jumlah kualitas tidur dengan kategori baik yakni 4 orang. Jumlah
(Subandi, 2017). Penelitian yang dilakukan oleh (Ira, Wiyono, & Ariani,
orang (4,8%).
intervensi. Hal ini dipicu salah satunya adalah tingkat stress yang dialami
lansia. Untuk mengatasi gangguan pola tidur lansia, salah satu intevensi
lansia.
orang (26,1%). Nilai rata-rata pada kualitas tidur lansia lebih rendah 2,55
dari nilai rata-rata kualitas tidur lansia sebelum diberikan intervensi terapi
psikoreligius (dzikir).
Hidayati, 2018) dengan hasil bahwa rata-rata skor gejala depresi sebelum
terapi religiusitas adalah 15,9 dengan standar deviasi 1,79, skor terendah
adalah 12 dan tertinggi 19. Rata-rata skor gejala depresi sesudah terapi
religiusitas adalah 12,6 dengan standar deviasi 2,28, skor terendah adalah
6 dan tertinggi 16. Sehingga pada penilitian ini nilai rata-rata kecemasan
dengan jumlah kualitas tidur baik pada lansia mengalami peningkatan dan
nilai mean mengalami penurunan yang artinya nilai dari Pittsburg Sleep
Quality Index (PSQI) rendah. Selain pola tidur terapi psikoreligius juga
tidur lansia didapatkan hasil dari uji statistik menggunakan uji komparasi
dengan wilxocon menunjukkan bahwa ρ value < α yaitu ρ value = 0,000 <
α = 0,05, jadi hipotesa null (H0) ditolak dan Ha dapat diterima. Sehingga
kurang dari 0,05 atau (p <a), H1 diterima yang berarti ada pengaruh terapi
uji wilcoxon test sebelum dan setelah terapi zikir diperoleh nilai signifikan
dan sesudah dilakukan terapi zikir. Hal ini berarti hipotesis diterima yakni
Gau Mabaji Kab. Gowa. (Elliya, Maulana, & Hidayati, 2018) dalam
Pelayanan Sosial Tresna Werdha Natar Lampung Selatan Dari hasil uji
9,975 > 0,021 dan p-value= 0,000, maka dapat disimpulkan ada pengaruh
terapi religiusitas terhadap gejala depresi pada Lansia Beragama Islam di
2017.
mengatasi gangguan pola tidur yang dalam penelitian ini lansia yang
lansia. Hal ini dibuktikan melalui uji komparasi dengan wilxocon yang
menunjukkan bahwa ρ value < α yaitu ρ value = 0,000 < α = 0,05, Selain
BAB VI
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
(73,9%).
6.1.4 Hasil uji wilcoxon menunjukkan bahwa ρ value < α yaitu ρ value =
6.2. Saran
yang ada di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Sibela dan sebagai terapi
kualitas tidur.
6.2.4 Bagi Peneliti Selanjutnya
lainnya yang dapat meningkatkan kualitas tidur lansia dan penelitian ini