PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas hasil penelitian data yang telah dikumpulkan,
didapatkan, adapun pembahasan dari analisis data univariat dan data bivariat
1. Usia
Karakteristik usia pasien dengan kualitas hidup lansia ini relevan dengan
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Nadya & Susanti and 1 2019) yang
menyebutkan usia pasien dengan disimpulkan bahwa umur lansia berada pada
kategori lanjut usia (elderly) sebanyak 56 (54,6%). Penelitian relevan lainnya juga
menyebutkan bahwa rentang usia paling banyak adalah lansia yang berusia antara
60-70 yaitu sebanyak 36 lansia (69,2%) dan paling sedikit yaitu berusia >80 tahun
Lansia yang berusia 60-70 tahun memiliki kemungkinan untuk berkualitas hidup
baik lebih besar daripada lansia dengan usia 70 tahun lebih , dimana nilai p <
0.05. Semakin tua umur berarti kualitas hidupnya semakin buruk. Hal ini
perubahan dalam cara hidup seperti kesepian, hidup sendiri, perubahan ekonomi
2. Jenis Kelamin
Menurut (Hoesny et al. 2019) Terdapat hubungan yang tidak signifikan secara
statistik antara jenis kelamin dengan kualitas hidup pada lansia. Peneliti seperti
lebih buruk dibandingkan laki-laki. Hal ini bisa dikarenakan perbedaan status
sehat Surya Group ini mayoritas masih bekerja mandiri dan dari segi ekonomi
jenis kelamin dengan kualitas hidup. Berdasarkan data dari Meneg Pemberdayaan
ganda, karena statusnya sebagai perempuan dan sebagai penduduk lansia Sebagai
perempuan diskriminasi disebabkan oleh struktur sosial dan budaya masyarakat
sebenarnya sudah terjadi sejak usia muda. Hal ini sebagai akibat dari perbedaan
yang sifatnya kodrati maupun sebagai akibat dari perbedaan gender. Karena
3. Fungsi Keluarga
keluarga didapatkan bahwa sebagian besar fungsi Keluarga tidak sehat sebanyak
(45.9%).
responden yang diteliti, persentase yang paling banyak untuk fungsi keluarga
keluarga yang paling sedikit yaitu kategori tidak sehat sebanyak 9 responden
(17,3%). Hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya bahwa sebagian besar status
pernikahan lansia yang memiliki fungsi keluarga yang sehat sebanyak 25 orang
dari 39 orang lansia yang menikah (Desiana, 2008). Lansia yang memiliki status
lain, selain itu lansia juga memiliki resiko aktif dalam kegiatan posyandu
Kualitas Hidup Lansia didapatkan bahwa kualitas hidup baik yaitu sebanyak 48
61 responden (56.%).
Dari hasil penelitian (Sarjana and Maret 2011) bahwa kualitas hidup pada
usia awal lansia lebih baik kualitas hidupnya. Seiring berjalannya waktu dengan
pertambahan usia maka akan ada perubahan dalam cara hidup seperti merasa
kesepian dan sadar akan kematian, hidup sendiri, perubahan dalam hal ekonomi,
hidupnya (Nugroho, 2009). Hasil penelitian ini sejalan dengan teori faktor kualitas
hidup menurut Rapley (2006, dalam Rohmah, 2012) bahwa faktor yang
bertambahnya usia, setiap manusia akan menjadi tua. Menua berarti mengalami
kualitas hidup, Lansia yang berusia 60-70 tahun memiliki kemungkinan untuk
berkualitas hidup baik lebih besar daripada lansia dengan usia 70 tahun lebih.
Semakin tua umur berarti kualitas hidupnya semakin buruk. Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian Pradono (2007) bahwa umur lansia berhubungan dengan
kualitas hidup. Penelitian di Kediri Jawa Timur juga menyatakan bahwa factor
umur berhubungan dengan kualitas hidup lansia (Sutikno, 2007). Penelitian ini
sejalan dengan penelitian Suardana (2014) yang menyatakan bahwa jenis kelamin
umum, fungsi fisik, kesehatan sosial dan nilai kesehatan umum yang lebih baik.
yaitu lebih dari 70 tahun untuk laki-laki dan lebih dari 80 tahun untuk wanita.
Dari hasil penelitian ini juga didapatkan bahwa jenis kelamin wanita lebih banyak
tentang berbagai hal khususnya yang berkaitan dengan kualitas hidup lansia. Oleh
karena itu, pengetahuan tentang segala hal yang berkaitan dengan kualitas hidup
lansia dapat diketahui tanpa melalui pendidikan formal. Pendidikan formal tidak
lagi menjadi factor yang utama terkair kualitas hidup lansia. Sebuah penelitian di
Seorang lansia yang hidup sendiri dalam hal ini status perkawinan mempunyai
kualitas hiudp yang berbeda dari seorang lansia yang keluarga nya masih utuh.
Kehilangan pasangan hidup yang terjadi pada lanjut usia umumnya lebih banyak
disebabkan oleh kematian. Kehilangan pasangan hidup karena kematian
merupakan peristiwa yang dapat menimbulkan stress bagi lanjut usia. Penyebab
stress ini dikarenakan banyaknya kegiatan yang sebelumnya dapat dibagi atau
tentang masa depan anak, masalah ekonomi rumah tangga maupun tentang
hubungan social.
baik (27.5%) dan 20 orang responden dengan kualitas hidup buruk (18.3%)
didapatkan 18 orang responden yang kualitas hidup nya baik (16.5%) dan 41
(0,05) Berdasarkan hasil analisis menggunakan uji chi-square dapat kan nilai
Fungsi Keluarga dengan Kualitas HIdup Lansia di Kelurahan Pintu Padang II.
kualitas hidup lansia dengan hasil p-value 0,000 < (0,05) (Anita, 2013). Keluarga
hidup lansia dipengaruhi oleh beberapa factor yang menyebabkan seorang lansia
untuk tetap bisa berguna di masa tuanya, yakni kemampuan menyesuaikan diri dan
penghargaan dan perlakuan yang wajar dari lingkungan para lansia (Kuntjoro,
2011).
untuk mencapai masyarakat sejahtera yang dihuni oleh individu (anggota keluarga)
yang bahagia dan sejahtera. Fungsi keluarga perlu diamati sebagai tugas atau
kewajiban yang harus diperankan oleh keluarga sebagai tugas atau kewajiban yang
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian lain yang menunjukkan bahwa lansia
yang tinggal bersama keluarga memiliki kualitas hidup yang lebih baik daripada
lanjut usia yang tinggal di panti werdha. Lanjut usia yang tinggal bersama keluarga
kasih sayang, kebersamaan, interaksi atau komunikasi yang baik, serta menerima
bantuan dari anggota keluarga yang merupakan fungsi dari keluarga (Mahareza,
2008).
Oktowaty, Setiawati & Arisanti (2018) tentang hubungan fungsi keluarga dengan
dilakukan oleh Putri & Permana (2011) menyebutkan bahwa dari 84 responden
yang baik. Diperoleh nilai p-value sebesar 0,000 yang berarti terdapat hubungan
yang signifikan antara fungsi keluarga dengan kualitas hidup lansia di kelurahan
Wirobrajan, Yogyakarta.
mempengaruhi kualitas hidup seseorang antara lain fungsi fisik, psikologis, dan
interaksi sosial. Interaksi sosial dalam keluarga dapat berjalan dengan baik apabila
fungsi pokok kemitraan dan kebersamaan. Lansia yang memiliki keterlibatan sosial
yang besar akan merasa lebih semangat, memiliki kepuasan dan penyesuaian yang
lebih tinggi serta memiliki kesehatan mental yang lebih positif dari pada lansia
yang kurang terlibat secara sosial. Selain itu lansia yang memiliki interaksi sosial
terbatas juga akan merasa kesepian yang akan berpengaruh pada kualitas hidupnya
(Sanjaya, 2012). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Samper,
Pinontoan & Katuuk (2017) tentang hubungan interaksi sosial dengan kualitas
hidup lansia di BPLU senja cerah Provinsi Sulawesi Utara menunjukkan bahwa
responden kualitas hidup cukup dan 16 responden kualitas hidup tinggi, sedangkan
dari 12 responden dengan interaksi sosial cukup memiliki kualitas hidup yang
Hasilnya diperoleh nilai p-value = 0,004 < α 0,05 dengan demikian H0 diterima
yang artinya ada hubungan antara interaksi sosial dengan kualitas hidup lansia
Keluarga mempunyai peranan penting untuk meningkatkan dan memelihara
kesehatan dari setiap anggotanya. Apabila fungsi keluarga sehat maka akan
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Anita, Induniasih &
Hutasoit (2013) tentang fungsi keluarga baik meningkatkan kualitas hidup lansia