Anda di halaman 1dari 9

JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015

HUBUNGAN STATUS SPIRITUAL DENGAN KUALITAS HIDUP PADA LANSIA

Mira Afnesta Yuzefo1, Febriana Sabrian2, Riri Novayelinda3

Program Studi Ilmu Keperawatan


Universitas Riau
Email: mirayuzero@gmail.com

Abstract

The aim of this research is to identify the correlation of spiritual states and quality of life in the elderly. The research
uses descriptive correlation design with cross sectional approach. The sampling technique is cluster sampling where
respondents selected based on inclusion criteria. The research uses the questionnaires as instrument that have already
been tested for validity and reliability. This research uses univariate analysis with frequency distribution and bivariate
analysis with chi squre test. The results show that the respondents with high spiritual states and have good quality of
life are 32 respondents (33%) and 19 respondents (19,6%) show bad quality of life. The result for respondents who
have low spiritual states and good quality of life are 18 respondents (18,6%) and 28 respondents (28,9%) show bad
quality of life. The result of statistic test with chi square test show p value = 0,02 < α = 0,05. It is concluded that there
is significant correlation between spiritual states and quality of life. Based on the result of this study, it is suggested to
family to care for elderly people and give optimal support elderly to increase quality of life of elderly.

Keywords: elderly, spiritual states, spiritual health, quality of life, WHOQOL-BREF

PENDAHULUAN Peningkatan jumlah penduduk lansia


Lanjut usia (lansia) adalah seseorang ini akan membawa dampak terhadap berbagai
yang usianya 60 tahun keatas. Lansia bukan kehidupan. Dampak utama peningkatan lansia
suatu penyakit, namun merupakan tahap ini adalah peningkatan ketergantungan lansia.
lanjut dari suatu proses kehidupan yang Ketergantungan ini disebabkan oleh
ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh kemunduran fisik, psikis dan sosial lansia
untuk beradaptasi dengan stres lingkungan yang dapat digambarkan melalui empat tahap,
(Efendi & Makhfudli, 2009). Setiap lansia yaitu kelemahan, keterbatasan fungsional,
adalah unik, setiap orang menua dengan cara ketidakmampuan dan keterhambatan yang
yang berbeda-beda (Potter & Perry, 2010). akan dialami bersamaan dengan proses
Jumlah penduduk lansia pada tahun kemunduran akibat proses menua (Maryam,
2012 mencapai 18,55 juta jiwa atau 7,78% Rosidawati, Jubaedi, & Batubara, 2008).
dari total penduduk Indonesia (BPS, 2012). Proses menua harus diiringi dengan
Penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2020 peningkatan kesehatan karena pada usia tua
diprediksi oleh badan kesehatan dunia akan terjadi proses menua yaitu proses yang
mencapai 11,44% atau tercatat 28,8 juta mengubah seorang dewasa sehat menjadi
lansia. Prediksi Badan Perencanaan seorang yang rentan (frail) akan berbagai
Pembangunan Nasional (BAPPENAS) pada penyakit kronis seperti asam urat, hipertensi,
tahun 2025 diperkirakan jumlah lansia akan rematik, hipotensi, diabetes mellitus. Hal ini
meningkat menjadi 36 juta jiwa. dapat terjadi karena berkurangnya sebagian
Berdasarkan data Dinas Kesehatan besar cadangan sistem fisiologis dan
Provinsi Riau, pada tahun 2013 didapatkan meningkatnya kerentanan terhadap berbagai
populasi lansia sejumlah 158.623 orang. penyakit dan kematian secara eksponensial
Jumlah lansia tersebar di wilayah-wilayah (Sudoyo, 2009).
yang ada di Provinsi Riau. Populasi lansia di Dampak dari berbagai penyakit
kota Pekanbaru pada tahun 2011 sebesar tersebut akan mengakibatkan lansia
22.830 orang dan meningkat pada tahun 2012 mengalami gangguan mobilisasi, sehingga
menjadi 56913 orang (Dinkes, 2013). lansia yang mengalami gangguan mobilisasi
1266
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015

tersebut akan membutuhkan bantuan untuk Pekanbaru. Hasil penelitian menunjukkan


melakukan kegiatan sehari-hari/activity daily terdapat hubungan yang signifikan antara
living (ADL). Selain berbagai penyakit kronis, status spiritual lansia dengan gaya hidup
lansia juga mengalami masalah psikososial lansia. Hal ini berarti status spiritual yang
diantaranya adalah ketidakmampuan fisik, sehat akan memiliki gaya hidup yang sehat.
seperti depresi, cemas akan kematian dan Penelitian juga dilakukan oleh Destarina
bunuh diri (Stanley & Beare, 2012). (2014) berjudul gambaran spiritualitas lansia
Permasalahan psikososial pada lansia di panti sosial tresna werdha Khusnul
dapat dinetralisir atau dihilangkan dengan Khotimah Pekanbaru. Kesimpulan dari
kehidupan spiritualitas yang kuat. Spiritualitas penelitian ini adalah gambaran spiritualitas
mengatasi kehilangan yang terjadi sepanjang lansia terbanyak adalah tinggi dengan
hidup dengan harapan (Stanley & Beare, presentase 87,2% dan spiritualitas rendah
2012). Spiritual merupakan dimensi sebanyak 12,8%.
kesejahteraan bagi lansia serta dapat Penelitian Sutikno (2011) tentang
mengurangi stres dan kecemasan, hubungan antara fungsi keluarga dan kualitas
mempertahankan keberadaan diri sendiri dan hidup lansia menunjukkan hasil terdapat
tujuan hidup. Spiritual secara signifikan dapat hubungan positif yang sangat kuat dan secara
membantu lansia dan memberi layanan untuk statistik signifikan antara fungsi keluarga dan
beradaptasi terhadap perubahan yang kualitas hidup lansia. Hal ini didukung oleh
diakibatkan oleh penyakit kronis. Lansia yang penelitian Yuliati (2014) tentang perbedaan
memiliki pemahaman spiritual akan kualitas hidup lansia yang tinggal di
merasakan hubungan yang baik dengan orang komunitas dengan di pelayanan sosial lanjut
lain sehingga dapat menemukan arti dan usia. Dari hasil penelitian tersebut diketahui
tujuan hidup, hal ini dapat membantu lansia bahwa tidak terdapat perbedaan kualitas hidup
mencapai potensi dan peningkatan kualitas lansia yang tinggal di komunitas dengan di
hidupnya (Adegbola, 2006). Pelayanan Sosial Lanjut Usia di Jember.
Kualitas hidup yang baik ditandai Penelitian juga dilakukan oleh Putra (2014)
dengan kondisi fungsional lansia yang berjudul perbandingan kualitas hidup lansia di
optimal, sehingga mereka bisa menikmati Panti Sosial Tresna Werdha dengan di
masa tuanya dengan penuh makna, keluarga. Kesimpulan dari penelitian ini
membahagiakan dan berguna (Sutikno, 2011). adalah lansia yang berada di PSTW Khusnul
Menurut WHO (2004) kualitas hidup terdiri Khotimah Pekanbaru memiliki kualitas hidup
dari empat dimensi yaitu kesehatan fisik, tinggi lebih banyak dibandingkan lansia yang
kesejahteraan psikologis, hubungan sosial dan berada di kelurahan Tuah Karya Kecamatan
hubungan dengan lingkungan. Tampan yaitu berjumlah 16 orang responden
Beberapa penelitian tentang spiritual (53,3%) di PSTW dan 13 orang responden
pada lansia telah dilakukan antara lain oleh (43,3%) di keluarga.
Nurhidayah (2012) dengan judul kebahagiaan Berdasarkan hasil studi pendahuluan
lansia di tinjau dari dukungan sosial dan di Kelurahan Tuah Karya didapatkan populasi
spiritual. Hasil penelitian menunjukkan lansia sejumlah 3.098 orang. Peneliti
terdapat hubungan positif dan nyata antara melakukan studi pendahuluan melalui metode
dukungan sosial dengan kebahagiaan. Namun wawancara pada 10 orang lansia, 6 dari 10
tidak didapatkan hubungan antara spiritual lansia mengatakan bahwa rutin melakukan
dengan kebahagiaan. ibadah shalat lima waktu dan selalu ikut serta
Anggraini, Zulfitri dan Novayelinda dalam mengikuti acara keagamaan dimesjid.
(2013) melakukan penelitian dengan judul Kemudian didapatkan data yaitu 7 dari 10
hubungan antara status spiritual lansia dengan lansia mengatakan ketika sakit ia sadar bahwa
gaya hidup lansia di Kelurahan Meranti itu kesalahannya sendiri bukan karena
Pandak Kecamatan Rumbai dihukum Tuhan. Hasil wawancara mengenai
Pesisir kualitas hidup lansia didapatkan bahwa 6 dari
1267
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015

10 lansia memerlukan bantuan keluarga dalam penelitian cross sectional adalah jenis
beraktivitas sehari-hari seperti makan dan penelitian yang menekankan pada waktu
mandi, karena ketidaknyamanan akibat pengukuran/observasi data variabel
penyakit yang diderita, 7 dari 10 lansia independen dan dependen hanya satu kali,
memiliki hubungan sosial yang baik dengan pada satu saat dan tidak dilakukan follow up.
warga sekitar. Populasi pada penelitian ini adalah lansia
Berdasarkan fenomena dan dari hasil yang bertempat tinggal di Kelurahan Tuah
studi pendahuluan yang dilakukan, peneliti Karya di wilayah kerja Puskesmas Sidomulyo
tertarik untuk meneliti “Hubungan status tahun 2014 sebanyak 3.098 orang.
spiritual dengan kualitas hidup pada lansia”. Teknik pengambilan sampel pada
penelitian ini dilakukan secara Purposive
TUJUAN PENELITIAN Sampling yaitu teknik pengambilan sampel
Tujuan penelitian ini mengidentifikasi dengan pertimbangan tertentu sesuai yang
hubungan status spiritual terhadap kualitas dikehendaki peneliti (Setiadi, 2013). Sampel
hidup pada lansia. yang diteliti sebanyak 97 orang lansia.
Ditetapkan RW 1, RW 3, RW 4, dan RW 5
MANFAAT PENELITIAN sebagai sampel penelitian
1. Bagi Perkembangan Ilmu Instrumen yang digunakan pada
Keperawatan penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner
Hasil penelitian ini diharapkan dapat yang digunakan dalam penelitian ini adalah
memberikan sumbangan pemikiran dan kuesioner kesehatan spiritual oleh Syam dan
digunakan untuk pengembangan kuesioner kualitas hidup oleh World Health
keperawatan komunitas mengenai Organization Quality of Life
hubungan status spiritual dengan kualitas (WHOQOLBREF) yang dimodifikasi dan
hidup lansia. dilakukan uji validitas.
2. Bagi Puskesmas Analisa data pada penelitian ini adalah
Menjadi sumber informasi yang univariat dan bivariat. Analisa univariat
bermanfaat dalam mendukung dilakukan untuk melihat karakteristik
pelaksanaan program-program kesehatan responden meliputi umur, jenis kelamin,
lansia di keluarga dan komunitas. status perkawinan dan tingkat pendidikan.
3. Bagi Masyarakat Analisa bivariat menggunakan chi square
Dapat memberikan informasi bagi untuk melihat adanya hubungan antara
masyarakat khususnya lansia tentang variabel dependent dengan variabel
kualitas hidup serta dapat meningkatkan independent.
kebutuhan spiritual.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dapat digunakan sebagai Penelitian yang telah dilakukan mulai
sumber informasi bahan kepustakaan bulan Maret hingga Mei 2015, didapatkan
dalam pengembangan ilmu pengetahuan hasil sebagai berikut:
di dalam bidang kesehatan serta acuan 1. Analisa Univariat
untuk melakukan penelitian lebih terkait Analisa univariat pada penelitian ini
dengan status spiritual dan kualitas hidup memaparkan mengenai karakteristik
lansia. responden (umur, jenis kelamin,
status perkawinan, tingkat pendidikan) serta
variabel yang diteliti dari 97 responden.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan desain
penelitian analitik dengan pendekatan cross
sectional. Menurut Nursalam (2008),
Total
1268

Total
Karakteristik responden N (%)

1. Umur
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015
- Elderly (60-74 tahun) 87 89,7%
4. Tingkat pendidikan
- Old (75- 90 tahun) 10 10,3%
- Tidak tamat SD 2297 22,7%
100% Berdasarkan tabel 2 diatas, diketahui
- SD 19 19,6% bahwa karakteristik berdasarkan tingkat
Total
2. Jenis kelamin
- SMP 13 13,4% spiritual responden mayoritas tinggi yaitu
- SMA 36 37,1% sebanyak 51 orang atau 52,6%. Karakteristik
- - Laki-laki - tinggi 740 41,2%
7,2%
Perguruan berdasarkan kualitas hidup responden
Perempuan 9757 58,8%
100%
97 100% didapatkan mayoritas baik yaitu sebanyak 50
orang atau 51,5%.
3. Status perkawinan
2. Analisa Bivariat
- Kawin 97 100%
- Tidak kawin 0 0 Analisa bivariat dilakukan untuk
Tabel 1 melihat hubungan antara variabel bebas yaitu
status spiritual dengan variabel terikat yaitu
Distribusi Karakteristik Responden
kualitas hidup lansia, terdapat hubungan
Total 97 100% antara variabel apabila p value < α(0,05).
Penelitian ini menggunakan uji statistik
Tabel 1 menunjukkan dari 97 orang dengan uji Chi-Square.
responden yang diteliti, responden terbanyak
adalah kelompok usia lanjut “elderly” (60-74 Tabel 3
tahun) sebanyak 87 orang atau 89,7%. Hubungan status spiritual dengan kualitas
Responden paling sedikit adalah kelompok hidup pada lansia
usia tua “old” (75-90 tahun) sebanyak 10 Status Kualitas hidup
orang atau 10,3%. Karakteristik berdasarkan spiritual Baik Buruk Total OR P
Tinggi 32 19 51
jenis kelamin responden mayoritas perempuan
33% 19,6% 52,6% 2,62 0,034
yaitu sebanyak 57 orang responden atau Rendah 18 28 46
58,8%. Karakteristik berdasarkan status 18,6% 28,9% 47,4%
perkawinan yang terbanyak adalah kawin Total 50 47 97
yaitu sebanyak 97 orang responden atau 51,5% 48,5 % 100%

100%. Karakteristik berdasarkan tingkat Tabel 3 diatas menggambarkan


pendidikan yang terbanyak adalah SMA yaitu hubungan antara status spiritual dengan
sebanyak 36 orang responden atau 37,1%. kualitas hidup pada lansia. Hasil analisis pada
Tingkat pendidikan paling sedikit adalah 97 responden di kelurahan Tuah Karya
perguruan tinggi sebanyak 7 orang responden menunjukkan bahwa mayoritas responden
atau 7,2%. yang status spiritual tinggi memiliki kualitas
hidup baik yaitu sebanyak 32 responden
Tabel 2 (33%), sedangkan mayoritas responden yang
Deskripsi tingkat spiritual dan kualitas hidup status spiritual rendah memiliki kualitas hidup
responden buruk yaitu sebanyak 28 responden (28,9%).
No. Variabel n (%) Berdasarkan hasil Chi Square
1. Tingkat spiritual
diperoleh nilai p value (0,034) < α (0,05) dan
- Tinggi 51 52,6%
nilai odds ratio = 2,62, maka dapat
- Rendah 46 47,4% disimpulkan ada hubungan yang signifikan
Total 97 100% antara status spiritual dengan kualitas hidup
pada lansia, dimana lansia di kelurahan Tuah
2. Tingkat kualitas Karya yang status spiritual tinggi berpeluang
hidup 50 51,5% 2,62 kali lipat lebih besar memiliki kualitas
- Baik 47 48,5% hidup yang baik. Hal ini kemungkinan
- Buruk dikarenakan terdapat beberapa aspek yang
Total 97 100% sama antara status spiritual dan kualitas hidup.

1269
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015

PEMBAHASAN banyak dijumpai daripada responden


1. Analisa Univariat (Karakteristik lakilaki, sehingga kesempatan responden
Responden) perempuan untuk dilakukan penelitian
a. Umur lebih banyak dibandingkan responden
Hasil penelitian yang dilakukan lakilaki. Dari hasil observasi peneliti,
terhadap 97 orang responden diperoleh lansia laki-laki jarang ditemui karena
sebagian besar responden berada dalam sedang bekerja.
kelompok usia lanjut “elderly” (60-74 Berdasarkan survei Badan Pusat
tahun) sebanyak 87 orang (89,7%) dan Statistik (BPS) tahun 2012, kondisi lansia di
sebagian kecil responden berada dalam Indonesia menunjukkan bahwa populasi
kelompok usia tua “old” (75-90 tahun) lansia perempuan lebih tinggi dibandingkan
sebanyak 10 orang (10,3%). Hal ini sesuai lansia laki-laki. Hal ini menunjukkan UHH
dengan laporan Badan Pusat Statistik perempuan lebih tinggi dibanding lansia laki-
(BPS) Provinsi Riau tahun 2012 laki. Penelitian Nawi et al (2010)
menyatakan bahwa jumlah penduduk yang menyebutkan bahwa lansia berjenis kelamin
berumur 60-74 tahun sebanyak 195.878 perempuan cenderung mempunyai kualitas
jiwa, sedangkan penduduk yang berumur hidup yang lebih buruk.
>75 sebanyak 43.112 jiwa.
Hamid (2009) menjelaskan bahwa c. Status Perkawinan
terdapat tahap perkembangan manusia Status perkawinan pada penelitian ini
yang mempengaruhi status spiritual menunjukkan bahwa 97 orang responden
seseorang. Pada kelompok usia (100%) berstatus nikah. Pasangan hidup
pertengahan dan lansia memiliki lenih memiliki fungsi sebagai supporting dalam
banyak waktu untuk melakukan kegiatan berbagai hal misalnya emosi, problem
keagamaan dan berusaha untuk mengerti solving, keuangan, maupun pengasuhan.
nilai agama yang diyakini oleh generasi Keberadaan pasangan hidup diartikan sebagai
muda. ada atau tidaknya pasangan hidup (karena
Berdasarkan hasil penelitian bercerai, meninggal, maupun tidak pernah
Sutikno (2011) didapatkan faktor usia menikah (Papalia & Feldman, 2009).
berhubungan dengan kualitas hidup, lansia Menurut Anggina (2010) dukungan
yang berusia 60-70 tahun memiliki pasangan merupakan segala bentuk perilaku
kemungkinan untuk berkualitas hidup baik dan sikap positif yang diberikan kepada
lebih besar daripada lansia dengan usia 70 individu yang sakit atau mengalami masalah
tahun lebih. Hal ini dikarenakan terjadinya kesehatan, sehingga dapat memberikan
perubahan akibat proses menua, terdapat kenyamanan fisik dan psikologis. Dukungan
perubahan fisik, perubahan mental, yang diperoleh seseorang akan mempercepat
perubahan psikososial yang mengarah pada pemulihan sakit, meningkatkan kekebalan
kemampuan lansia untuk melakukan tubuh, dapat menurunkan stres dan gangguan
aktivitas sehari-hari dan berpengaruh psikologis (Taylor, Lillis & Lemone, 2005).
terhadap kualitas hidup lansia (Dewi,
2014). d. Tingkat Pendidikan
Pendidikan adalah suatu kegiatan atau
b. Jenis Kelamin proses pembelajaran untuk mengembangkan
Hasil penelitian menggambarkan atau meningkatkan kemampuan tertentu
bahwa sebagian besar responden adalah sehingga sarana pendidikan itu dapat berdiri
perempuan yaitu sebanyak 57 orang sendiri. Selain itu tingkat pendidikan turut
(58,8%) dan sisanya adalah laki-laki yaitu pula menentukan mudah atau tidaknya
sebanyak 40 orang (41,2%). Hal ini seseorang dalam menyerap dan memahami
dikarenakan responden perempuan lebih pengetahuan yang mereka peroleh, pada
umumnya semakin tinggi pendidikan
1270
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015

seseorang makin baik pula pengetahuannya kekuatan dari dalam diri sendiri yaitu siapa
(Notoatmodjo, 2007). dirinya apa yang dapat dilakukannya dan
Penelitian yang dilakukan pada 97 juga sikap yang menyangkut kepercayaan
orang responden diperoleh tingkat pada diri sendiri, hubungan dengan alam
pendidikan yang terbanyak adalah SMA yang harmonis, hubungan dengan orang
yaitu sebanyak 36 orang (37,1%) dan lain dimana hubungan ini terdiri dari
tingkat pendidikan yang sedikit adalah harmonis dan tidak harmonis, dan
perguruan tinggi sebanyak 7 orang (7,2%). hubungan dengan Tuhan yang meliputi
Hal ini membuktikan bahwa seseorang sembahyang dan berdoa, keikutsertaan
yang berpendidikan tinggi dapat dalam kegiatan ibadah (Hamid, 2009).
memahami informasi dengan lebih baik
terhadap penjelasan yang diberikan. Makin f. Gambaran kualitas hidup responden
tinggi pendidikan, maka makin mudah pula Penelitian yang dilakukan pada 97
seseorang mendapatkan pengetahuan orang responden diperoleh kualitas hidup
karena tingkat pendidikan akan responden mayoritas baik yaitu sebanyak 50
mempengaruhi seseorang untuk menerima orang (51,5%) dan yang buruk yaitu sebanyak
ide dan teknologi atau informasi baru 47 orang (48,5%). Kualitas hidup atau Quality
(Meliano, 2007). of life (QOL) merupakan sebuah konsep
dimana yang dapat membedakan ketentuan
e. Gambaran spiritual responden filosofi, politik, dan definisi yang
Penelitian yang dilakukan pada 97 berhubungan dengan kesehatan. Kualitas
orang responden diperoleh bahwa hidup yang berhubungan dengan kesehatan
responden memiliki spiritual tinggi yaitu adalah kualitas hidup yang menggambarkan
sebanyak 51 orang (52,6%), dan responden kualitas hidup individu yang setelah, dan atau
yang memiliki spiritual rendah yaitu sedang mengalami sesuatu penyakit yang
sebanyak 46 orang (47,4%). Hasil mendapatkan suatu pengelolaan (Suhartono,
penelitian ini memiliki kesamaan dengan 2005).
penelitian yang dilakukan Destarina (2014) Kualitas hidup seseorang dengan
dengan judul gambaran spiritualitas lansia penyakit kronis merupakan persepsi
di panti sosial tresna werdha khusnul kesejahteraan seseorang dalam bidang
khotimah pekanbaru dengan hasil psikologis, sosial, fisik dan hubungan
mayoritas lansia yang berada di panti lingkungan (Raudatussalamah & Fitri, 2012).
memiliki status spiritual yang tinggi Lansia dengan penyakit kronis sering
dengan presentase 87,2%. mengalami penurunan kemandirian dalam
Spiritual pada seseorang dapat pemenuhan kebutuhan sehari-hari yang
menjadi faktor penting dalam cara menyebabkan ketakutan, ansietas, kesedihan.
seseorang menghadapi perubahan yang Ketergantungan pada orang lain untuk
diakibatkan oleh penyakit kronis (Potter & mendapatkan perawatan diri secara terus-
Perry, 2009). Spiritual juga penting dalam menerus dapat menimbulkan perasaan tidak
meningkatkan kesehatan dan kualitas berdaya. Sehingga menimbulkan rasa
hidup. Kebutuhan spiritual merupakan kehilangan tujuan dalam hidup yang
kebutuhan untuk mencari arti dan tujuan mempengaruhi kekuatan dari dalam yang
hidup, kebutuhan untuk mencintai dan diperlukan untuk mengahadapi perubahan
dicintai serta rasa keterikatan, dan fungsi yang dialami (Potter & Perry, 2009).
kebutuhan untuk memberi dan
mendapatkan maaf. 2. Analisa Bivariat
Kesehatan spiritual lansia dikatakan Penelitian yang dilakukan pada 97 orang
baik apabila telah memenuhi beberapa responden memperlihatkan bahwa mayoritas
karakteristik spiritual yaitu: hubungan responden memiliki spiritual tinggi sebanyak
dengan diri sendiri yang merupakan 32 responden (33%) dengan kualitas hidup
1271
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015

yang baik, dan 19 responden (19,6%) dengan pengaruh aktivitas fisik terhadap kualitas
kualitas hidup yang buruk. Sedangkan hidup dapat dilihat dari kesehatan fisik
responden yang memiliki spiritual rendah responden.
sebanyak 18 responden (18,6%) dengan Penelitian ini didukung oleh penelitian
kualitas hidup baik, dan 28 responden yang dilakukan oleh Sari (2013). Kualitas
(28,9%) dengan kualitas hidup yang buruk. hidup jika dilihat dari dimensi kesehatan
Hasil uji statistik diperoleh p value (0,034) < fisik merupakan evaluasi dari kepuasan
alpha (0,05) menunjukkan ada hubungan dan kebahagiaan terhadap aspek-aspek
yang signifikan antara status spiritual dengan kesehatan fisik seperti rasa sakit dan
kualitas hidup pada lansia. ketidaknyamanan akibat penyakit,
Agama dan spiritual adalah sumber kebugaran, kualitas tidur, serta
koping bagi lansia ketika ia mengalami ketergantungan obat. Hal tersebut berarti
sedih, kesepian dan kehilangan. Hasil studi semakin puas seseorang terhadap aspek
menunjukkan bahwa pada lansia yang kesehatan fisik, maka semakin baik pula
mencapai usia 70 tahun, maka lansia kualitas hidupnya.
tersebut berada pada level dimana
penyesalan dan tobat berperan dalam
penebusan dosa-dosa. Tobat dan PENUTUP Kesimpulan
pengampunan dapat mengurangi Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
kecemasan yang muncul dari rasa bersalah karakteristik jenis kelamin mayoritas adalah
atau ketidaktaatan dan menumbuhkan perempuan yaitu berjumlah 57 orang (58,8%).
kepercayaan serta kenyamanan pada tahap Mayoritas responden berada pada umur
awal iman. Hal ini memberikan pandangan elderly (60-74 tahun) yaitu sebanyak 87 orang
baru bagi lansia terhadap kehidupan yang (89,7%). Responden menurut tingkat
berhubungan dengan orang lain dan pendidikan terbanyak yaitu SMA sebanyak 36
penerimaan yang positif terhadap kematian orang (37,1%).
(Hefner, 2008). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Penelitian yang dilakukan Sumiati sebanyak 51 orang responden yang memiliki
(2009) yang menjelaskan bahwa menjalani status spiritual tinggi, sebanyak 32 orang
lanjut usia yang bahagia dan sehat hanya responden memiliki kualitas hidup baik dan
dapat dicapai apabila lansia tersebut sisanya 19 orang responden memiliki kualitas
merasa sehat secara fisik, mental/spiritual hidup buruk. Hasil uji Chi-Square status
dan sosial, merasa dibutuhkan, merasa spiritual dengan kualitas hidup diperoleh p
dicintai, mempunyai harga diri serta dapat value 0,034 < 0,05 yang menunjukkan bahwa
berpartisipasi dalam kehidupan. Dengan ada hubungan yang signifikan antara status
terpenuhinya kebutuhan tertinggi yaitu spiritual dengan kualitas hidup pada lansia.
spiritual maka seseorang memiliki
kehidupan yang berkualitas, dengan Saran
demikian sudah selayaknya seorang yang Bagi pengembangan ilmu
lanjut usia diupayakan dapat terpenuhi keperawatan, hasil penelitian dapat menjadi
kebutuhan spiritualnya. suatu bahan masukan dan sumber informasi
Hasil penelitian yang dilakukan oleh bagi ilmu keperawatan khususnya
Konopack dan McAuley (2012) dengan keperawatan komunitas sehingga dapat
judul “Efficacy-mediated effects of mengembangkan keilmuannya terkait aspek
spirituality and physical activity on quality psikologis pada lansia.
of life: A path analysis” kepada 215 Bagi puskesmas diharapkan untuk
responden yang berusia 50 tahun ke atas. terus meningkatkan dan mendukung
Penelitian ini menyatakan bahwa pengaruh programprogram kesehatan lansia, khususnya
spiritualitas terhadap kualitas hidup dapat lansia yang memiliki penyakit kronis.
dilihat dari kesehatan mental, dan Sehingga dapat membantu lansia dalam
1272
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015

mencegah dan mengatasi permasalahan Destarina, V.(2014). Gambaran Spiritualitas


psikososial, meningkatkan derajat kesehatan Lansia di Panti Sosial
lansia dan juga meningkatkan kualitas hidup Tresna Werdha Khusnul
lansia. Khotimah Pekanbaru. Skripsi
Bagi keluarga diharapkan untuk tetap tidak dipublikasikan. PSIK UR
memberikan perhatian, perawatan Universitas Riau.
dan dukungan yang optimal pada lansia
Dewi, S. R. (2014). Buku ajar keperawatan
seperti memberi perawatan ketika lansia sakit
gerontik. Yogyakarta: Deepublish.
dan memberi dukungan kepada lansia agar
dapat mengunjungi posyandu lansia. Dinas Kesehatan Kota. (2012). Data statistik
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan lansia. Pekanbaru: Dinkes kota.
untuk dapat melakukan penelitian lebih Effendi, F., & Makhfudli. (2009).
mendalam tentang aspek psikologis pada Keperawatan Kesehatan Komunitas:
lansia, menambah lokasi penelitian sehingga Teori dan Praktek dalam
diharapkan hasil penelitian dapat dijadikan Keperawatan. Jakarta: Salemba
sebagai acuan teori dimasa yang akan datang. Medika.
Hamid, A. Y. S. (2009). Bunga rampai
1
asuhan keperawatan kesehatan jiwa.
Mira Afnesta Yuzefo: Mahasiswa
Jakarta: EGC.
Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Riau, Indonesia Hefner, L. (2008). Comparing, discussing two
2
spiritual assessment tool.
Ns. Febriana Sabrian, MPH: Dosen Counseling older adults.
Bidang Keilmuan Keperawatan http://www.lorihefner.com/spiritualA
Komunitas Program Studi Ilmu ssessmentTools.pdf
Keperawatan Universitas Riau,
Indonesia Konopack, J. F & McAuley, E. (2012).
3 Efficacy-mediated effects of
Riri Novayelinda, MNg: Dosen Bidang spirituality and physical activity on
Keilmuan Keperawatan Anak Program quality of life: a path analysis.
Studi Ilmu Keperawatan Universitas Health and quality of life outcomes
Riau, Indonesia 10:57
Maryam, R. S., Ekasari, M. F., Rosidawati, J.
A., & Batubara, I. (2008). Mengenal
DAFTAR PUSTAKA usia lanjut dan perawatannya.
Adegbola, M. (2006). Spirituality and quality Jakarta: Penerbit Salemba Medika
of life in chronic illness. Journal of Meliano. (2007). Pendidikan kesehatan dalam
theory construction & keperawatan. Jakarta: Pusposwara.
testing;fall/winter2006, Vol. 10 Issue
2, p42. Nawi, Ng., Hakimi, M., Byass, P., Wilopo, S.,
Wall, S. (2010). Health and quality
Anggraini, I., Zulfitri, R., Novayelinda, R. of life among older rural people in
(2013). Hubungan Status Spiritual purworejo district indonesia. Glob
Lansia dengan Gaya Hidup Lansia. health action v3
Diperoleh tanggal 21 November 2014
dari Nurhidayah, S. (2012). Kebahagiaan lansia
http://repository.unri.ac.id/123456789/5 di tinjau dari dukungan sosial dan
266 spiritual. Diperoleh tanggal
20
Badan Pusat Statistik. (2012).Jumlah November 2014 dari
penduduk di dunia. Jakarta: BPS.
1273
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015

http://www.ejournalunisma.net/ojs/ Sutikno, E. (2011). Hubungan Antara Fungsi


index.php/soul/article Keluarga dan Kualitas Hidup Lansia.
/download/711/635 Diperoleh tanggal 11 Desember 2014
dari http://jki-
Notoatmodjo, S. (2007). Pendidikan dan
ina.com/index.php/jki/article/viewFil
perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka
e/13/12
Cipta.
Papalia, D.E., & Feldman, R.D. (2009). Sumiati, T. (2009). Pemahaman perawat
Human development: perkembangan terhadap pemenuhan
manusia. Vol.2. Jakarta: Salemba kebutuhan spiritual klien pada
Humanika. lansia di RSU Mardi Lestari
Kabupaten Sragen. Diperoleh
Putra, I. P., Agrina., Utami, G. T. (2014). tanggal 22 Juni 2015 dari
Perbandingan kualitas hidup lansia http://undip.ac.id
di panti sosial tresna werdha dengan
Syam, A. (2010). hubungan antara kesehatan
lansia di keluarga. Diperoleh tanggal spiritual dengan kesehatan jiwa
20 November 2014 dari pada lansia muslim di sasana tresna
http://jom.unri.ac.id/index.php/JOM werdha KBRP Jakarta
PSIK/article/download/3465/3361 Timur.
Potter, P. A & Perry, A. G. (2009). Buku ajar Diperoleh tanggal 11 Desember 2014
fundamental keperawatan buku I (Ed dari
7). Jakarta: Salemba Medika. http://lontar.ui.ac.id/opac/themes/libr
i2/detail.jsp?id=20282452=lokal
Potter, P. A & Perry, A. G. (2010).
Fundamental of nursing edisi 7. Taylor, C. R., Lillis, C., LeMone, P. (2005).
Jakarta: Salemba Medika. Fundamental of nursing. (5th).
Philadelphia: Lippincott Williams &
Raudatussalamah & Fitri, A.R. Wilkins.
(2012). Psikologi Kesehatan.
Pekanbaru: AlMujtahadah Press. World Health Organization. (2004). WHO
quality of life BREF. Geneva: World
Sari, N. K. (2013). Status gizi, penyakit Health Organization.
kronis, dan konsumsi obat terhadap
kualitas hidup dimensi kesehatan Yuliati, A., Baroya, N., Ririanty, M. (2014).
fisik lansia. Diunduh pada 26 Juni Perbedaan kualitas hidup lansia
2015 dari yang tinggal di komunitas dengan di
http://eprints.undip.ac.id/42675/1/588 pelayanan sosial lanjut usia.
_Novita_Kurnia_Sari_G2C009007.pdf Diperoleh pada tanggal
20
Setiadi. (2013). Konsep dan praktik penulisan November 2014 dari
riset keperawatan. Yogyakarta: Graha http://jurnal.unej.ac.id/index.php/JP
Ilmu. K/article/view/601/429
Stanley, M., Beare, Patricia. (2012). Buku
Ajar Keperawatan Gerontik. (Edisi
2). Jakarta: EGC.
Sudoyo, A. W. (2009). Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jakarta: Interna
Publishing.
Suhartono, S. (2005). Masalah pengetahuan.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
1274

Anda mungkin juga menyukai