Anda di halaman 1dari 12

JURNAL FENOMENA KESEHATAN

Artikel Penelitian
Volume 04 Nomor 01 Oktober 2021 Halaman 506-512

HUBUNGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN SPIRITUAL DENGAN


KUALITAS HIDUP LANSIA : LITERATURE REVIEW
RELATIONSHIP FULFILLMENT OF SPIRITUAL NEEDS WITH
QUALITY OF LIFE OF THE ELDERLY : LITERATURE REVIEW
Bestfy Anitasari1, Fitriani2
1
Dosen Ilmu Keperawatan, Stikes Kurnia Jaya Persada
2
Mahasiswa Ilmu Keperawatan, Stikes Kurnia Jaya Persada
hbalquis@gmail.com

ABSTRAK
Kebutuhan spiritual merupakan aspek yang mempengaruhi kualitas hidup lansia.
Penelitian ini untuk mengetahui hubungan pemenuhan kebutuhan spiritual dengan kualitas
hidup lansia. Desain penelitian ini adalah literatur review dan menggunakan analisis tema.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kebutuhan spiritual yang terpenuhi dengan baik akan
meningkatkan kualitas hidup pada lansia. Pemenuhan kebutuhan spiritual dapat dilakukan
dengan membangun hubungan yang baik dengan Tuhan (vertikal) dan hubungan yang baik
dengan sesama manusia dan lingkungan (horizontal). Kesimpulannya bahwa spiritual
merupakan aspek dari kehidupan manusia yang harus mendapatkan perhatian terutama pada
lansia baik dengan kondisi penyakit degeneratif maupun tidak. Sehingga baik keluarga
maupun petugas kesehatan berupaya untuk memenuhinya sehingga kualitas hidup lansia
dapat meningkat.
Kata Kunci: kebutuhan spiritual, kualitas hidup

ABSTRACT
Spiritual needs are aspects that affect the quality of life of the elderly. This study is to determine the
relationship between the fulfillment of spiritual needs with the quality of life of the elderly. The design of this
research is literature review and uses theme analysis. The results of this study indicate that spiritual needs that
are well met will improve the quality of life in the elderly. Fulfillment of spiritual needs can be done by building
a good relationship with God (vertical) and good relationships with fellow humans and the environment
(horizontally). The conclusion is that spirituality is an aspect of human life that must get attention, especially for
the elderly, both with degenerative disease conditions and not. So that both families and health workers try to
fulfill it so that the quality of life of the elderly can increase.
Keywords: spiritual needs, quality of life

PENDAHULUAN meningkat menjadi 1,2 milyar jiwa


(Statistik/BPS, 2017). Munculnya populasi
Lanjut usia atau lansia merupakan tahap
lansia dalam jumlah besar merupakan
akhir dari siklus hidup manusia yang yang
masalah global yang akan membawa
ditandai dengan penurunan kemampuan
dampak terhadap berbagai kehidupan.
tubuh akibat berkurangnya sebagian
Dampak utama peningkatan lansia ini
cadangan sistem fisiologis dimana seorang
adalah peningkatan ketergantungan lansia
dewasa sehat menjadi seorang yang rentan
yang disebabkan oleh kemunduran fisik,
akan penyakit-penyakit kronis. World
psikis dan sosial seperti kecacatan,
Health Organization (WHO)
kelemahan, keterbatasan fungsional,
memperkirakan bahwa pada tahun 2025
ketidakmampuan dan keterhambatan yang
jumlah lansia di seluruh dunia akan
akan dialami bersamaan dengan proses

506 | Jurnal Fenomena Kesehatan, Volume 4 Nomor 2 Oktober 2021


kemunduran akibat proses menua spiritual yang dilakukan individu sehari-
(Yuzefo, 2015). Kemunduran fisik pada hari. Melakukan kegiatan spiritual dapat
lansia ditandai dengan munculnya penyakit meningkatkan spiritualitas pada lansia
kronis, seperti diabetes melitus, penyakit dengan percaya adanya Tuhan.
serebrovaskuler, penyakit jantung koroner, Perkembangan spiritual yang matang akan
osteoartritis, penyakit musculoskeletal, dan membantu lansia untuk menghadapi
penyakit paru (Yenni & Herwana, 2016). kenyataan, berperan aktif dalam
Selain itu, lansia juga dapat mengalami kehidupan, maupun merumuskan arti dan
masalah psikososial seperti depresi, cemas tujuan keberadaannya di dunia atau
akan kematian dan bunuh diri. Seseorang kehidupan. Bagi lansia yang tingkat
dengan keyakinan keagamaan yang kurang spiritualnya tidak baik, akan menunjukkan
mudah untuk mengalami masalah tujuan hidup yang kurang baik, rasa tidak
psikologis seperti stres. Spiritualitas berharga, tidak dicintai, dan rasa takut
merupakan dimensi yang paling penting mati. Sebaliknya, lansia dengan tingkat
bagi kesejahteraan perasaan pada lansia spiritualnya baik, ia tidak takut akan
(Stanley, 2012). kematian dan lebih mampu untuk
Permasalahan fisik, psikis dan sosial menerima kehidupan (Omidvari, 2009;
pada lansia dapat dinetralisir atau Seraji Maryam, 2016). Perubahan spiritual
dihilangkan dengan kehidupan spiritualitas pada lansia ditandai dengan semakin
yang kuat. Beberapa ahli berpendapat matangnya lansia dalam kehidupan
bahwa kesejahteraan spiritual memiliki keagamaan dan kepercayaan yang
dua aspek: aspek vertikal yang berkaitan terintegrasi dalam kehidupan dan terlihat
dengan hubungan dengan dunia dalam pola berfikir dan bertindak sehari-
supranatural atau kepercayaan kepada hari. Perubahan dalam kebutuhan spiritual
pencipta alam semesta, dan aspek merupakan salah satu parameter yang
horizontal yang berkaitan dengan mempengaruhi kualitas hidup lansia
hubungan dengan lingkungan dan lain- (Rukuye, 2019). Kualitas hidup yang baik
lain. Kebutuhan spiritual merupakan ditandai dengan kondisi fungsional lansia
kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh yang optimal. Apabila aspek spiritual
setiap manusia. Masalah yang sering tersebut dapat terpenuhi, diharapkan
terjadi pada pemenuhan kebutuhan kualitas hidup lansia menjadi lebih baik
spiritual adalah distress spiritual yang sehingga mereka bisa menikmati masa
merupkan suatu keadaan ketika individu tuanya dengan penuh makna,
atau kelompok mengalami atau beresiko membahagiakan dan berguna (Yuzefo,
mengalami gangguan dalam kepercayaan 2015).
yang memberikan kekuatan, harapan, dan Hasil penelitian Seraji (2016)
arti kehidupan (Potter, 2011). Penelitian ditemukan ada hubungan antara tingkat
menunjukkan bahwa aspek spiritual yaitu stress dengan pemenuhan kebutuhan
kepercayaan agama dan keyakinan spiritual lansia. Semakin baik pemenuhan
mempengaruhi pemenuhan kebutuhan kebutuhan spiritual, maka tingkat stress
hidup seperti kebutuhan social, mental dan lansia semakin rendah. Pada lansia yang
aspek kehidupan yang lain. Menurut memiliki kebutuhan spiritual kurang
Stanley & Beare (2012), kebutuhan sebagian besar mengalami stress berat
spiritual merupakan dimensi kesejahteraan (70%), selanjutnya pada kebutuhan
bagi lansia serta dapat mengurangi stress spiritual cukup sebagian besar mengalami
dan kecemasan, mempertahankan stress sedang (69%), sedangkan pada
keberadaan diri sendiri dan tujuan hidup tingkat kecukupan spiritual baik sebagian
(Stanley, 2012). besar lansia mengalami stress ringan
Aspek spiritual dapat meningkat (79%). Lansia yang mengalami stres
melalui pengalaman spiritual dan aktivitas psikososial akan berdampak terhadap

507 | Jurnal Fenomena Kesehatan, Volume 4 Nomor 2 Oktober 2021


kualitas hidup mereka (Rukuye, 2019). nasional maupun internasional dengan
Hasil penelitian Balducci (2018) tema yang sudah ditentukan. Pencarian
menemukan bahwa pemenuhan spiritual literatur dalam literature review ini
berhubungan dengan toleransi yang lebih menggunakan empat database dengan
baik terhadap stres fisik dan emosional kriteria kualitas sedang, yaitu Pubmed,
pada lansia termasuk penerimaan terhadap CINAHL, Scient Direct dan Google
adanya penyakit serius dan kondisi isolasi Scholar. Kata kunci (keywords) yang
atau pengucilan dari anggota keluarga. Ini digunakan dalam pencarian literatur yang
juga berhubungan dengan penurunan risiko terkait topik ini ialah “spiritual need” OR
bunuh diri dan depresi pada lansia “spiritual well-being” AND “quality of
(Balducci, 2018). life” OR “life well-being” AND
Menurut Lesson LA, et al (2015) “geriatric”.
jika kebutuhan spiritual care pasien
terpenuhi, maka akan memberikan efek HASIL PENCARIAN DAN SELEKSI
bagi pasien seperti irama jantung pasien STUDI
kembali normal, merasa damai, merasakan
dan mengungkapkan bahwa Tuhan ada dan Berdasarkan hasil pencarian artikel
hadir dalam hidupnya, pasien menerima pada empat database dengan menggunakan
untuk diajak berdoa saat pasien koma, kata kunci Bolean yang disesuaikan
melakukan komunikasi dengan Tuhan, dengan MeSH, peneliti mendapatkan 5000
keinginan untuk bunuh diri terhenti artikel. Hasil pencarian yang sudah
(Leeson LA, 2015). Hal ini sejalan dengan didapatkan kemudian diperiksa untuk
hasil penelitian Balducci (2018), melalui duplikasi, ditemukan terdapat 4793 artikel
intervensi spiritual care pasien akan yang sama sehingga dikeluarkan dan
merasa damai dan sejahtera pada saat tersisa 207 artikel. Peneliti kemudian
mengalami stres dan sedih, merasakan melakukan skrinig berdasarkan judul
akan lebih mudah memahami makna dan terdapat 2017 artikel, kemudian seleksi
tujuan hidupnya pada saat masa-masa sulit yang hanya abstrak didapatkan 200 artikel
dalam hidupnya (Balducci, 2018). dan fulltext sebanyak 7 artikel yang
Literature review ini bertujuan untuk disesuaikan dengan tema literature review.
membahas hubungan antara pemenuhan Assesmen yang dilakukan berdasarkan
kebutuhan spiritual dengan kualitas hidup kelyakan kriteria inklusi dan ekslusi
pada lansia. didapatkan sebanyak 7 artikel yang bisa
diteliti secara literatur review. Terdapat
METODE kriteria inklusi dan eksklusi yang
Literature review merupakan digunakan dalam menyaring literatur yang
rangkuman menyeluruh beberapa studi sesuai dengan topik yang diambil. Adapun
penelitian yang ditentukan berdasarkan kriteria yang ditentukan adalah sumber
tema tertentu. Data yang digunakan dalam literatur yang diambil mulai tahun 2015
penelitian ini adalah data sekunder yang sampai dengan 2020, menggunakan bahasa
diperoleh bukan dari pengamatan inggris, kesesuaian kata kunci penulisan,
langsung, akan tetapi diperoleh dari hasil dan keterkaitan hasil penulisan literatur
penelitian yang telah dilakukan oleh dengan pembahasan yang diangkat. Hasil
peneliti-peneliti terdahulu (Nursalam, penelusuran artikel digambarkan pada
2020). Sumber data sekunder yang didapat tabel di bawah ini.
berupa artikel jurnal bereputasi baik

508 | Jurnal Fenomena Kesehatan, Volume 4 Nomor 2 Oktober 2021


Tabel 1. Hasil Pencarian Studi Berdasarkan Database Penelitian
Sumber Tahun Database N Jenis studi penelitian/Artikel
Bahasa Cross Narative Quasy
Section Analysis Experimen
al t
Bahasa 2015- Science 955 1 0 0
Inggris 2020 Direct
Pubmed 2500 1 0 0
CINAHL 545 0 0 0
Google 1000 5 0 0
Schoolar
Hasil 5000 7 0 0

HASIL questionnaire (SF36), sedangkan pada


Hasil analisa pada artikel penelitian Jafaripoor H et al (2018)
ditemukan bahwa ketujuh artikel menggunakan Older People’s Quality of
menggunakan metode penelitian Life Questionnaire (OPQOL-35). Sesuai
pendekatan cross sectional. Karena hasil analisa pada bagian populasi dan
menggunakan metode cross sectional sampel diperoleh bahwa populasi yang
studi, maka artikel tersebut menggunakan digunakan adalah lansia. Pada jumlah
kuisioner (instrumen penelitian) dalam sampel yang digunakan pada ketujuh
pengambilan artikel. Berdasarkan artikel tersebut antara 100-400 orang
instrumen penelitian yang digunakan lansia dengan kondisi penyakit degeneratif
untuk menilai spiritual disetiap artikel seperti kanker, patah tulang ( (Rukuye,
menggunakan instrumen yang berbeda- 2019; Bai M, 2013; Bornet M-A, 2017;
beda antara lain artikel Ucar M et al (2019) Bernard M, 2017) dan yang tidak dengan
menyebutkan instrumen yang digunakan penyakit degeneratif (Seraji Maryam,
yaitu kuesioner Spiritual Orientation Scale, 2016; Jafaripoor, 2018). Hasil analisa
penelitian Bai J et al (2018), Bernard M et berdasarkan metode pengambilan sampel
al (2017) dan Jafaripoor et al (2018) diperoleh bahwa ada dua artikel yang
menggunakan Functional Assessment of mnggunakan teknik consecutive sampling
Chronic Illness Therapyd Spiritual Well- (Bai M, 2013; Bornet M-A, 2017). Ada
Being Scale, penelitian Seraji M et al juga penelitian yang tidak menuliskan cara
(2016) menggunakan Spiritual Well-Being pengambilan sampelnya (Bernard M,
Scale of Paloutzian dan kualitas hidup 2017). Penelitian Sammut R et al, (2020)
dinilai menggunakan kuisioner oleh World menggunakan metode total sampel
Health Organization Quality of Life (Sammut Roberta, 2020). Metode Cluster
(WHOQOLBREF) yang dimodifikasi yang Random Sapling digunakan oleh Seraji M
ditemukan pada artikel Ucar M, (2019), etal, (2016) dan Jafaripoor H et al (2018).
Bornet MA (2017), Sammut R (2020). Metode simple random sampling
Pada penelitian Bai M et al (2018) digunakan oleh Ucar M, et al (2019).
menggunakan Functional Assessment of Hasil analisa berdasarkan hasil penelitian
Cancer Therapy General (QOL). Pada diperoleh bahwa ketujuh artikel
peelitian Bernard M et al (2017) menyatakan terdapat hubungan antara
menggunakan single-item visual analogue spiritualitas dengan kualitas hidup pada
scale (0-10). Pada penelitian Seraji M lansia. Ringkasan hasil penelitian terdapat
(2016) menggunakan health survey pada tabel di bawah ini:

509 | Jurnal Fenomena Kesehatan, Volume 4 Nomor 2 Oktober 2021


Tabel 2. Hasil Analisa Artikel
Penulis Desain Penelitian, Hasil
(Tahun) Sampel, Variabel,
Instrumen, Analysis
Ucar M et al Desain: deskriptif Terdapat hubungan positif antara
(2019) Sampel : 368 orang lansia spiritual pasien dengan kualitas hidup
berusia di atas 65 tahun pasien lansia dengan penyakit kronis
Variabel: kualitas hidup dengan nilai p<0.05 yang berarti bahwa
dan spiritual jika aspek spiritual meningkat maka
Instrumen: WHO QOL akan meningkatkan kualitas hidup
Instrument Elderly Module pasien
and Spiritual Orientation
Scale.
Analysis: Kolmogorov
Smirnov jika data tidak
berdistribusi normal,
variance analysis,
t-test and Pearson
Correlation test digunakan
jika data berdistribusi
normal.
.
Bai J, et al Desain : cross sectional Terdapat hubungan yang signifikan
(2018) Sampel : 102 orang antara spiritual dengan semua domain
Instrumen : Functional kualitas hidup (fisik, sosial, psikologis
Assessment of dan fungsional) pada lansia kulit hitam
Chronic Illness Therapyd dengan penyakit kanker dengan nilai
Spiritual Well-Being p<0.001. Derajat spiritual yang tinggi
Scale, Brief Pain berhubungan dengan penurunan tingkat
Inventory, Edmonton nyeri (p<0.01), gangguan nyeri
Symptom Assessment (p<0.001), skor gejala (p<0.001). Aspek
Scale, Functional spiritual berhubungan erat dengan
Assessment of Cancer domain sosial (p<0.0001), emosional
Therapy General (QOL) (p<0.002) dan fungsional (p<0.01) jika
Analysis : Pearson dibandingkan dengan aspek fisik
correlation and multiple
linear regression
Bornet MA, et Desain: cross sectional Kualitas hidup yang baik berhubungan
al (2017) Sampel: 227 orang lansia signifikan dengan status kesehatan yang
Variabel: kualitas hidup, baik (p<0.011), kognitif yang baik
status kesehatan, (p<0.029), kenyamanan pelayanan
kenyamana pelayanan, (p<0.003). kualitas hidup yang buruk
penyakit komorbid, berhubungan dengan adanya penyakit
depresi, kebutuhan komorbid (p<0.033), gejala depresi
spiritual (p<0.01) dan tidak terpenuhinya
Instrumen :WHO Quality kebutuhan spiritual (p<0.049). kualitas
of Life Questionnaire hidup sangat dipengaruhi oleh faktor
Analysis:Spearman rank depresi. Semakin depresi seseorang
Correlations dan maka kualitas hidupnya semakin
multivariate linear menurun, begitupun sebaliknya

510 | Jurnal Fenomena Kesehatan, Volume 4 Nomor 2 Oktober 2021


regression
Bernard M, et Desain: cross sectional Terdapat hubungan yang signifikan
al (2017) Sampel :106 pasien antara FACIT-Sp dengan tingkat depresi
Instrumen: Schedule for (p<0.000). Kesejahteraan spiritual dan
Meaning in Life keberartian dalam hidup menjadi faktor
Evaluation (SMILE), the yang mencegah terjadinya distres
Functional Assessment of psikologis pada pasien paliatif.
Chronic Illness Therapy-
Spiritual Well-Being
Scale (FACIT-Sp), the
Idler Index of Religiosity
(IIR), the Hospital Anxiety
and Depression Scale
(HADS), the Schedule
of Attitudes toward
Hastened Death (SAHD).
QOL dinilai menggunakan
single-item visual
analogue scale (0-10).
Analysis: Linear
regressions, Poisson
regressions
Sammut R Desain: cross sectional Kualitas hidup yang paling buruk adalah
(2020) survey domain fisik dan psikologis. Strategi
Sampel: 299 orang lansia koping spiritual berhubungan dengan
dengan kondisi patah kualitas hidup yang lebih baik dengan
tulang paha pengecualian kualitas hidup domain
Variabel : strategi koping fisik. Strategi koping non-agama
spiritual dan kualitas hidup merupakan prediktor kualitas hidup
lansia yang lebih kuat dibandingkan dengan
Instrumenc The strategi koping agama.
WHOQOL-BREF
questionnaire dan the
Spiritual Coping Strategies
Scale
Analysis: Linear
regression dan multiple
regression

Seraji M et al Desain: cross sectional and Terdapat hubungan yang signifikan


(2016) correlational study antara kualitas hidup dengan keyakinan
Sampel :117 lansia (p=0.04) dan kepercayaan agama
Variabel: kesejahteraan (p=0.043)
spiritual dan kualitas hidup
lansia
Instrumen: Spiritual
Well-Being Scale
of Paloutzian dan Ellison
and
health survey

511 | Jurnal Fenomena Kesehatan, Volume 4 Nomor 2 Oktober 2021


questionnaire
(SF36)
Analysis: Pearson
correlation coefficient,
ANOVA, dan t- test dan
SPSS
Software versi 19.
Jafaripoor, H., Desain: cross sectional dan Terdapat hubungan yang signifikan
et al (2018). studi korelasi antara kesejahteraan spiritual dengan
Sampelv 400 orang lansia kualitas hidup (p=0.0001)
Variabel: kesejahteraan
spiritual dan kualitas hidup
Instrumen: Spiritual Well-
Being scale (SWB) dan
Older People’s Quality of
Life Questionnaire
(OPQOL-35)
Analysis: Pearson
correlation test, t-test, and
ANOVA in SPSS V. 16.

PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian Seraji


Data demografi (2016) didapatkan faktor usia berhubungan
Hasil studi literatur diketahui dengan kualitas hidup (Seraji Maryam,
semua artikel yang diteliti menunjukkan 2016). Lansia yang berusia 60-70 tahun
sebagian besar respondennya memiliki memiliki kemungkinan untuk berkualitas
usia 60-74 tahun. Menurut World Health hidup baik lebih besar daripada lansia
Organization (WHO), usia lanjut dibagi dengan usia 70 tahun lebih. Hal ini
menjadi empat kriteria yaitu: usia dikarenakan terjadinya perubahan akibat
pertengahan (middle age) ialah 45-59 proses menua, terdapat perubahan fisik,
tahun, lanjut usia (elderly) ialah 60-74 perubahan mental, perubahan psikososial
tahun, lanjut usia tua (old) ialah 75-90 yang mengarah pada kemampuan lansia
tahun, usia sangat tua (very old) ialah di untuk melakukan aktivitas sehari-hari dan
atas 90 tahun (Stanley, 2012). Mengingat berpengaruh terhadap kualitas hidup
responden dalam setiap literatur yang lansia.
diteliti adalah lansia, jadi memungkinkan Pada studi literatur ini, ditemukan
usia 60-74 tahun atau disebut elderly ini hasil yang berbeda antara laki-laki dan
paling banyak ditemukan karena pada usia perempuan, dimana ada 4 artikel yang
tersebut biasanya lansia masih produktif. menunjukkan lebih banyak perempuan
Hal ini sesuai dengan pendapat Dedeli dibanding laki-laki (Bai M, 2013; Bornet
(2013) bahwa tahap perkembangan M-A, 2017; Bernard M, 2017; Sammut
manusia yang mempengaruhi status Roberta, 2020) dan 3 artikel yang
spiritual seseorang adalah usia (Dedeli Ö, menunjukkan lebih banyak laki-laki
2013). Pada kelompok usia pertengahan dibanding perempuan (Seraji Maryam,
(middle age) dan lansia (elderly) memiliki 2016; Rukuye, 2019; Jafaripoor, 2018).
lebih banyak waktu untuk melakukan Hal ini dapat diasumsikan bahwa dominasi
kegiatan keagamaan dan berusaha untuk perempuan cenderung lebih tinggi
mengerti nilai agama yang diyakini. dibanding dengan laki-laki. Berdasarkan
survei Badan Pusat Statistik (BPS) tahun
2017, kondisi lansia di Indonesia

512 | Jurnal Fenomena Kesehatan, Volume 4 Nomor 2 Oktober 2021


menunjukkan bahwa populasi lansia bentuk perilaku dan sikap positif yang
perempuan lebih tinggi dibandingkan diberikan kepada individu yang sakit atau
lansia laki-laki (Statistik/BPS, 2017). Hal mengalami masalah kesehatan, sehingga
ini menunjukkan umur harapan hidup dapat memberikan kenyamanan fisik dan
perempuan lebih tinggi dibanding lansia psikologis. Dukungan yang diperoleh
laki-laki. Penelitian Sutikno (2011) seseorang akan mempercepat pemulihan
menyebutkan bahwa lansia perempuan sakit, meningkatkan kekebalan tubuh,
cenderung mempunyai kualitas hidup yang dapat menurunkan stres dan gangguan
lebih buruk karena mengalami psikologis sehingga kualitas hidup dapat
menopausemaka produksi hormon meningkat (Widiastuti, 2014).
estrogen sudah tidak diproduksi lagi
(Sutikno, 2011). Berkurangnya hormon Pemenuhan kebutuhan spiritual
ini, akan menyebabkan produksi High Hasil studi literatur diketahui
Density Lipoprotein (HDL) akan menurun sebagian besar artikel menunjukkan
sehingga mudah terjadi kebutuhan spiritualnya meningkat. Hal ini
aterosklerosissebagai faktor penyebab dapat disimpulkan bahwa individu menjadi
hipertensi yang akan mempengaruhi lebih tertarik dan kembali pada agama
kualitas hidup lansia. setelah berusia lanjut dan mereka menjadi
Ditinjau dari pendidikan, hasil lebih religius. Menurut asumsi penulis
literatur menunjukkan sebagian besar bahwa individu ketika usianya memasuki
responden memiliki pendidikan tinggi. usia 60 tahun ke atas mereka cenderung
Pada tingkat pendidikan ini, dapat lebih fokus terhadap pemenuhan
menggambarkan kemampuan responden kebutuhan spiritualnya. Pada usia tersebut,
dalam menerima informasi sebagai sumber lansia menyadari bahwa kehidupan di
pengetahuan terhadap status kesehatannya. dunia ini tidak akan lama lagi sehingga
Tingkat pendidikan rendah diyakini dapat dalam menjalani hidupnya lebih banyak
dihubungkan dengan pengetahuan individu melakukan kegiatan-kegiatan yang
yang kurang tentang kesehatan dan sifatnya keagamaan dengan tujuan untuk
kebutuhan spiritualnya, begitu juga memperoleh pengampunan terhadap
sebaliknya. Menurut Notoatmodjo (2010), kesalahan-kesalahan yang pernah
pendidikan adalah suatu kegiatan atau dilakukan di masa mudanya. Dalam
proses pembelajaran untuk mencapai pemenuhan kebutuhan spiritual
mengembangkan kemampuan tertentu ini, lansia berupaya untuk mencari arti dan
sehingga sarana pendidikan itu dapat tujuan hidup, mencintai dan dicintai serta
berdiri sendiri. Selain itu, tingkat rasa keterikatan, dan pemenuhan
pendidikan turut pula menentukan mudah kebutuhan untuk memberi dan
atau tidaknya seseorang dalam menyerap mendapatkan maaf (Widiastuti, 2014;
dan memahami pengetahuan yang mereka Yuzefo, 2015).
peroleh, pada umumnya semakin tinggi Hasil penelitian Wong (2013)
pendidikan seseorang makin baik pula melaporkan bahwa 7% dari orang-orang
pengetahuannya (Notoatmodjo, 2010). yang berusia 18-24 tahun mengatakan
Pada karakteristik perkawinan, bahwa agama sangat penting dalam
diketahui sebagian besar responden hidupnya, sedangkan pada orang-orang
ditemukan dalam studi literatur dengan yang berusia 50 tahun atau lebih, terdapat
status kawin. Pasangan hidup memiliki 91% yang menyatakan bahwa agama
fungsi sebagai supporting dalam berbagai sangat penting dalam hidupnya (Wong E,
hal misalnya emosi, problem solving, 2013). Menurut Matthew AK (2012)
keuangan, maupun pengasuhan. Menurut bahwa pada waktu seseorang memasuki
Widiastuti (2014) menjelaskan bahwa masa usia lanjut mereka akan mengalami
dukungan pasangan merupakan segala peningkatan dalam pertisipasi sosial dalam

513 | Jurnal Fenomena Kesehatan, Volume 4 Nomor 2 Oktober 2021


bidang keagamaan. Lansia menjadi lebih spiritual adalah dukungan keluarga dalam
tertarik pada agama dan mereka menjadi memelihara lansia walaupun terkadang ada
lebih religius (Matthews AK, 2012). Tanpa juga lansia yang tinggal serumah dengan
adanya kesejahteraan spiritual maka anaknya, akan tetapi lansia kurang
dimensi psikologis, sosial dan fisik tidak mendapat perhatian dari anaknya terutama
akan mencapai derajat kesehatan yang dalam pemenuhan kebutuhan spiritualnya.
maksimal yang brdampak pada tidak Sehingga peran keluarga dalam
tercapainya kualitas hidup yang baik pemenuhan kebutuhan spiritual sangatlah
(Chatterji, 2015) penting dalam kehidupan sehari-hari
Pemenuhan Kebutuhan spiritual lansia, terutama peran keluarga sebagai
terdiri atas 2 aspek yaitu aspek vertikal dan motivator, edukator dan fasilitator
aspek horizontal. Aspek vertikal adalah (Rukuye, 2019). Berdasarkan penelitian
adanya keyakinan akan kekuasaan yang Widanti (2016) diketahui persentase peran
lebih tinggi (Tuhan) dan aspek horizontal keluarga dalam pemenuhan kebutuhan
adalah hubungan dengan manusia dan spiritual pada lansia di Desa Beji
lingkugan sekitar Kebutuhan spiritual ini ditemukan responden yang mendapatkan
jika dihubungkan dengan agama dapat peran keluarga yang tidak baik sebesar
dilakukan dengan meningkatkan kegiatan 24.7%. Hal tersebut ditunjukkan dimana
ibadah atau lebih mendekatkan diri dengan keluarga tidak memberikan pengertian
Sang Pencipta (aspek vertikal). Sedangkan kepada lansia tentang perubahan yang
menjalin hubungan yang baik dengan terjadi pada kehidupan lansia. Keluarga
sesama manusia, menerima kondisi sakit, tidak memberi dorongan kepada lansia
menemukan arti dari kehidupan untuk memahami kekurangan dan
merupakan perwujudan dari aspek kelebihan pada diri lansia, dan keluarga
horizontal spiritual (Sammut Roberta, tidak membantu lansia dalam
2020). Menurut Yeager MA et al (2016) menyelesaiakan masalah yang lansia
bahwa spiritualitas lansia semakin hadapi. Selain itu, lansia yang
terintegritas dalam kehidupan sehari-hari, mendapatkan peran keluarga yang tidak
kehidupan keagamaan lansia semakin baik baik karena keluarga yang tidak mau
serta lansia menyadari bahwa selalu ada mendengarkan keluh kesah yang lansia
Tuhan yang memperhatikan mereka alami. Melihat permasalahan tersebut di
(Yeager KA, 2016). Pada literatur review atas, penulis merekomendasikan agar
dijelaskan bahwa aspek spiritual secara peran keluarga sebagai motivator, edukator
vertikal dilakukan lansia melalui kegiatan dan fasilitator perlu menjadi perhatian bagi
ibadah seperti yang beragama Islam keluarga yang memiliki lansia untuk
melaksanakan shalat, memperbanyak memenuhi kebutuhan spiritualnya. Peran
dzikir dan berdoa. Bahkan beberapa lansia keluarga sebagai motivator dan edukator,
yang beragama Islam dalam memenuhi dapat dilakukan dengan cara memberikan
kebutuhan spiritualnya juga rutin informasi tentang kesehatan pada lansia
mengikuti kegiatan pengajian, melakukan sehingga lansia tahu apa yang harus
puasa sunnah, dan memperbanyak dilakukan dan tidak dilakukan. Sedangkan
membaca kitab suci Al Qur’an. Sedangkan peran keluarga sebagai fasilitator dapat
agama lain, seperti agama kristen akan dilakukan dengan cara membimbing,
lebih banyak melakukan ibadah di gereja, membantu, dan mengalokasikan sumber-
agama hindu ke pura, dan sebagainya. sumber untuk memenuhi kebutuhan lansia.
Pada studi literatur ini, semua Adanya keyakinan dan kepercayaan agama
artikel menunjukkan nilai spiritualitas menjadi sumber dukungan lansia dalam
yang tinggi seperti pada penelitian Rukuye menghadapi tekanan dan permasalahan
et al (2019) bahwa salah satu yang dapat kehidupannya contohnya jika lansia
mempengaruhi pemenuhan kebutuhan

514 | Jurnal Fenomena Kesehatan, Volume 4 Nomor 2 Oktober 2021


mengalami penyakit kronis (Widanti, masa tuanya. Oleh karena itu, penulis
2016). merekomendasikan agar program
Kualitas hidup lansia posyandu lansia atau kegiatan prolanis
Hasil studi literatur yang dilakukan dapat ditingkatkan di setiap wilayah
peneliti diketahui bahwa sebagian besar binaan puskesmas.
lansia memiliki kualitas hidup yang baik.
Lansia yang memiliki kualitas hidup baik Hubungan pemenuhan kebutuhan
dikarenakan adanya rasa sejahtera yang spiritual dengan kualitas hidup lansia
dialami baik dari segi ekonomi maupun Hasil studi literatur yang
spiritual. Hal ini sesui dengan pendapat dilakukan peneliti menunjukkan adanya
Rahimi A, et al (2013), bahwa kualitas hubungan antara kebutuhan spiritual
hidup merupakan sejauh mana lansia dapat dengan kualitas hidup lansia. Hal ini
merasakan dan menikmati terjadinya disimpulkan bahwa semakin baik
segala peristiwa penting dalam kebutuhan spiritual, maka semakin tinggi
kehidupannya sehingga menjadi sejahtera pula kualitas hidup lansia. Begitupun
(Rahimi A, 2013). Dalam hal ini, penulis sebaliknya, semakin kurang kebutuhan
berasumsi bahwa jika lansia dapat spiritual, maka semakin rendah kualitas
mencapai kualitas hidup yang tinggi, maka hidup lansia. Ketika individu memasuki
kehidupan lansia mengarah pada keadaan usia lanjut atau usia di atas 60 tahun, maka
sejahtera. Begitupun sebaliknya, jika lansia ia akan mengalami berbagai perubahan
mencapai kualitas hidup yang rendah, baik fisik, psikologis, dan sosial. Oleh
maka kehidupan lansia mengarah pada karena itu, agama dan spiritual adalah
keadaan tidak sejahtera. sumber koping bagi lansia ketika ia
Pada studi literatur ini, penyebab mengalami dampak perubahan tersebut
kualitas hidup lansia yang buruk seperti perasaan sedih, kesepian dan
berhubungan dengan kondisi penyakit kehilangan.
kronis yang dialami lansia. Dimana, lansia Melihat hasil penelitian tersebut di
dengan penyakit kronis sering mengalami atas, penulis berasumsi bahwa perubahan
penurunan kemandirian dalam pemenuhan fisik, psikologis, dan sosial yang terjadi
kebutuhan sehari-hari yang menyebabkan pada lansia jika tidak diimbangi dengan
ketakutan, ansietas, kesedihan. Selain itu, kebutuhan spiritual yang baik, maka lansia
ketergantungan pada orang lain untuk mudah mengalami stress seperti cemas dan
mendapatkan perawatan diri secara terus- depresi yang berpengaruh terhadap
menerus juga dapat menimbulkan perasaan penurunan kualitas hidup mereka. Dalam
tidak berdaya (Sherman AC, 2015). menjalani lanjut usia yang bahagia dan
Menurut Bai M, et all (2015) dalam sehat hanya dapat dicapai apabila lansia
penelitiannya menjelaskan bahwa jika tersebut merasa sehat secara fisik,
lansia yang mengalami penyakit kronik mental/spiritual dan sosial, merasa
yang dapat menyebabkan mereka kurang dibutuhkan, merasa dicintai, mempunyai
produktif, maka kualitas hidup mereka harga diri serta dapat berpartisipasi dalam
akan menjadi lebih buruk. Adanya kehidupan. Menurut Seraji M (2016),
kemunduran fisik, perubahan mental dan bahwa terpenuhinya kebutuhan tertinggi
psikologis akibat penyakit kronik yang yaitu spiritual, maka seseorang memiliki
dideritanya akan membuat lansia merasa kehidupan yang berkualitas. Dengan
tidak berguna terhadap dirinya sendiri demikian sudah selayaknya seorang yang
maupun bagi keluarganya (Bai M, 2013). lanjut usia diupayakan dapat terpenuhi
Upaya untuk menangani masalah ini, kebutuhan spiritualnya (Seraji Maryam,
dibutuhkan peran perawat dalam 2016).
meningkatkan pelayanan kesehatan bagi
lansia sehingga mereka tetap produktif di

515 | Jurnal Fenomena Kesehatan, Volume 4 Nomor 2 Oktober 2021


KESIMPULAN DAN SARAN Chatterji, S. e. (2015). Health, functioning,
Pemenuhan kebutuhan spiritual and disability in older adults-
berhubungan secara signifakn dengan present status and future
kualitas hidup lansia. Jika kebutuhan implications. The Lancet,
spiritual lansia terpenuhi dengan baik 385((9967)), 563-75.
maka kulaitas hidup juga akan meningkat. doi:10.1016/S0140-
Pemenuhan kebutuhan spiritual melalui 6736(14)61462-8
kegiatan yang dapat mendekatkan diri Dedeli Ö, K. G. (2013). Spirituality and
kepada sang pencipta yaitu dengan Religion in pain and pain
beribadah, berdoa dan membaca kitab management. Health Psychol Res,
suci.Selain itu, kebutuhan spiritual dapat 24(1), 29.
juga dipenuhi dengan menjalin hubungan Jafaripoor, H. e. (2018). The Elders’
yang baik dengan sesama manusia dan Spiritual Well-Being and Their
lingkungan, menemukan arti kedamaian Quality of Life: A Cross-Sectional
dalam hidup. Sehingga bagi keluarga Study. Journal of Client-Centered
maupun petugas kesehatan agar dapat Nursing Care, 145-154.
memastikan bahwa kebutuhan spiritual doi:https://doi.org/10.32598/jccnc.
lansia dapat terpenuhi sehingga dapat 4.3.145
meningkatkan kualitas hidup lansia. Leeson LA, N. A. (2015). Spirituality and
the recovery of quality of life
DAFTAR PUSTAKA following hematopoietic stem cell
transplantation. Health Psychol,
Bai M, L. M. (2013). A systematic review 34, 920–8.
of associations between spiritual well- Matthews AK, T. S. (2012). Correlates of
being and quality of life at the scale and quality of life among African
factor levels in studies among patients American and white cancer
with cancer. J Palliat Med, 18, 286e298. survivors. Cancer Nurs, 35,
355e364.
Balducci, M. (2018). Geriatric Oncology, Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi
Spirituality, and Palliative Care Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Lodovico . Journal of Pain and Rineka Cipta.
Symptom Management, 57(1), 171- Nursalam. (2020). Literature Systemic
175. Review Pada Pendidikan
Bernard M, e. a. (2017). Relationship Kesehatan. Surabaya: Fakultas
Between Spirituality, Meaning in Keperawatan Universitas
Life, Psychological Distress, Wish Airlangga.
for Hastened Death, and Their Omidvari, S. (2009). Spiritual health;
Influence on Quality of Life in concepts and challenges. Quranic
Palliative Care Patients. J Pain Interdisciplinary Studies Journa,
Symptom Manage, 54(4), 514-522. 1(1), 5-17.
doi:doi: 10.1016/j.jpainsy Potter, P. &. (2011). Fundamental
Bornet M-A, R. T. (2017). Factors Keperawatan (Vol. 3). Mosby:
associated with quality of life in Elsevier.
elderly hospitalised patients Rahimi A, A. M. (2013). Exploring
undergoing post acute spirituality in Iranian healthy
rehabilitation: a cross sectional elderly people: A qualitative
analytical study in Switzerland. content analysis. Iran J Nurs
BMJ Open, 7, e018600,1-8. Midwifery Res, 163–70.
doi:10.1136/ Rukuye, U. M. (2019). Correlation
between quality of life and

516 | Jurnal Fenomena Kesehatan, Volume 4 Nomor 2 Oktober 2021


spirituality in Geriatrics. Annals of low-income African Americans
Medical Research, 26(9), 1979-85. with advanced cancer. Cancer
doi:10.5455/annalsmedres.2019.04. Nurs, 39, 303e312.
229 2019. Yenni & Herwana, E. (2016). Prevalensi
Sammut Roberta, A. C. (2020). Spiritual Penyakit Kronis dan Kualitas
coping strategies and quality of life Hidup Pada Lanjut Usia di Jakarta
in older adults who have sustained Selatan. Universa Medicina, 25(4),
a hip fracture: A cross-sectional 164-171.
survey. Nursing Open, 8, 572–581. Yuzefo, M. S. (2015). Hubungan Status
doi:10.1002/nop2.662 Spiritual dengan Kualitas Hidup
Seraji Maryam, S. D. (2016). The Pada Lansia. JOM, 2(2), 1266-
Relationship between Spiritual 1274.
Well-Being and Quality of Life
among the Elderly People Residing
in Zahedan City (South-East of
Iran). Elderly Health Journal, 2(2),
84-88.
Sherman AC, M. T. (2015). A meta-
analytic review of religious or
spiritual involvement and social
health among cancer patients.
Cancer, 121, 3779e3788.
Stanley, M. &. (2012). Buku Ajar
Keperawatan Gerontik (2 ed.).
Jakarta: EGC.
Statistik/BPS, B. P. (2017). Statistik
Penduduk Lansia (on-line).
Jakarta: http://www.bps.go.id.
Dipetik May 30, 2020
Sutikno, E. (2011). Hubungan antara
Fungsi Keluarga dengan Kualitas
Hidup Lansia. Jurnal Kedokteran
Indonesia, 2(1), 73-79.
Widanti, A. (2016). Hubungan Peran
Keluarga dalam Pemenuhan
Kebutuhan Spiritual dengan
Tingkatan Spiritualitas Pada
Lansia. Jurnal STIKES Ngudi
Waluyo Ungaran, 1-10.
Widiastuti. (2014). Dimensi Spiritual
dalam Asuhan Keperawatan.
Jurnal Keperawatan Indonesia,
11(7), 258-263.
Wong E, C. E. (2013). Factors
inflfluencing health related quality
of life in cancer patients with bone
metastases. J Palliat Med, 16,
915e921.
Yeager KA, S. C. (2016). Managing one’s
symptoms: a qualitative study of

517 | Jurnal Fenomena Kesehatan, Volume 4 Nomor 2 Oktober 2021

Anda mungkin juga menyukai