Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Depresi pada lanjut usia menjadi masalah kesehatan mental yang serius meskipun

pemahaman kita tentang penyebab depresi dan perkembangan pengobatan

farmakologis dan psikoterapeutik sudah semakin maju. Gejala-gejala depresi ini

sering berhubungan dengan penyesuaian yang terhambat terhadap kehilangan dalam

kehidupan dan stressor (Friedman 1998, dalam Azizah, 2011). Menurut

Mangoenprasodjo (2004), depresi pada lansia merupakan perpaduan interaksi yang

unik dari berkurangnya interaksi sosial, kesepian, masalah sosial ekonomi, perasaan

rendah diri karena penurunan kemampuan diri, kemandirian, dan penurunan fungsi

tubuh, serta kesedihan ditinggal orang yang dicintai, faktor kepribadian, genetik, dan

faktor biologis penurunan neuron-neuron dan neurotransmiter di otak.

Depresi dapat memperpendek harapan hidup dengan mencetuskan atau

memperburuk kemunduran fisik. Dampak terbesarnya sering terjadi di area–area

tempat kepuasan dan kualitas hidup menurun, menghambat pemenuhan tugas-tugas

perkembangan lansia. Depresi dapat menguras habis emosi dan finansial orang yang

terkena, juga pada keluarga dan sistem pendukung sosial informal dan formal yang

dimilikinya. Depresi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang signifikan,

merupakan gangguan psikiatrik yang paling banyak terjadi pada lansia tetapi

untungnya dapat diobati (Stanley & Beare 2007).

1
2

Individu dengan konsep agama yang positif memiliki kemungkinan yang lebih kecil

untuk mengalami depresi. Selain itu, individu juga akan merasa lebih bahagia dalam

menjalani kesehariannya (Ariyanto, 2010, Psikologi, Agama, dan Kesehatan, ¶ 7,

http://ruangpsikologi.com, diperoleh tanggal 5 februari 2013). Pendekatan

keagamaan (spiritual) sangat dianjurkan pada lansia. Pemikiran-pemikiran dari

ajaran agama apapun mengandung tuntunan bagaimana dalam kehidupan di dunia ini

manusia tidak terbebas dari rasa cemas, tegang, depresi, dan sebagainya. Demikian

pula dapat ditemukan dalam do’a-do’a yang pada intinya memohon pada Tuhan agar

dalam kehidupan ini manusia diberi ketenangan, kesejahteraan dan keselamatan baik

di dunia dan di akhirat (Hawari, 1998 dalam Azizah, 2011).

Spiritual yang sehat tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresikan rasa

syukur, pujian, atau penyembahan terhadap sang pencipta alam dan seisinya (Allah

yang maha kuasa). Secara mudah spiritual yang sehat itu dapat dilihat dari praktik

keagamaan atau kepercayaannya, serta perbuatan baik yang sesuai dengan norma-

norma masyarakat (Notoatmodjo, 2007). Angka bunuh diri yang tinggi menjadi

konsekuensi yang serius dari depresi yang tidak ditangani (Stanley & Beare 2007).

Jumlah lanjut usia di seluruh dunia diperkirakan jumlahnya lebih dari 629 juta jiwa

dan pada tahun 2025 lanjut usia akan mencapai 1,2 milyar. Menurut biro statistik

pada tahun 2005, di Indonesia terdapat 18.283.107 penduduk lanjut usia. Jumlah ini

akan melonjak hingga ± 33 juta orang lanjut usia (12% dari total penduduk) pada

tahun 2020 dengan umur harapan hidup kurang lebih 70 tahun (Nugroho, 2008).

Pada tahun 2010 di Kabupaten Lumajang terdapat 90.732 penduduk lanjut usia
3

(format data Kab Kota/Kab Lumajang, ¶ 1, http://bappeda.jatimprov.go.id, diperoleh

tanggal 5 februari 2013). Sedangkan di Desa Sumbersari terdapat 421 penduduk

lanjut usia pada tahun 2013.

Prevalensi depresi pada lansia berkisar antara 10-15% pada lansia yang di

komunitas, 11-15% pada lansia yang membutuhkan rawat inap, dan sampai 50%

pada residen panti jompo (Flaherty, et al. 2003, dalam Potter & Perry, 2005). Tidak

heran bila masyarakat di negara maju sudah lebih siap menghadapi pertambahan

populasi lanjut usia dengan aneka tantangannya. Namun, saat ini negara berkembang

pun mulai menghadapi masalah yang sama (Nugroho, 2008).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Oda (2012) yang bejudul “Hubungan antara

interaksi sosial dengan tingkat depresi pada lanjut usia di Unit Rehabilitasi Sosial

Wening Wardoyo Ungaran” menunjukkan ada hubungan antara interaksi sosial

dengan tingkat depresi (p value < 0,05) yaitu 0,000 < 0,05, sehingga Ho ditolak

artinya terdapat hubungan antara interaksi sosial dengan tingkat depresi pada lanjut

usia di Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo. Analisis statistik menggunakan uji

kendal tau. Status interaksi sosial didapatkan bahwa sebagian respoden termasuk

kategori sedang sebesar 56 orang (75,7%). Adapun lansia yang mengalami depresi

ringan sebesar 11 orang (14,9%), depresi sedang sebesar 56 orang (75,7%) dan

depresi berat sebanyak 7 orang (9,5%).


4

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 3 februari

2013, 5 dari jumlah lansia, 3 lansia tidak mengalami depresi, 2 lansia mengalami

depresi ringan. Melalui wawancara terhadap ke 5 lanjut usia tersebut diperoleh

infomasi 3 lansia yang tidak mengalami depresi mengatakan bahwa dirinya selalu

menjalankan ibadah dengan baik dan 2 lansia yang mengalami depresi ringan kurang

menjalankan ibadah dengan baik. Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti ingin

melakukan penelitian yang berjudul Hubungan perilaku spiritual dengan tingkat

depresi pada lansia di Desa Sumbersari Kecamatan Rowokangkung Kabupaten

Lumajang

B. Rumusan Masalah

1. Pernyataan masalah

Individu dengan konsep agama yang positif memiliki kemungkinan yang lebih

kecil untuk mengalami depresi. Selain itu, individu juga akan merasa lebih

bahagia dalam menjalani kesehariannya. Pendekatan keagamaan (spiritual)

sangat dianjurkan pada lansia. Pemikiran-pemikiran dari ajaran agama apapun

mengandung tuntunan bagaimana dalam kehidupan di dunia ini manusia tidak

terbebas dari rasa cemas, tegang, depresi, dan sebagainya.

2. Pertanyaan masalah

a. Bagaimanakah perilaku spiritual pada lansia di Desa Sumbersari Kecamatan

Rowokangkung Kabupaten Lumajang?

b. Bagaimanakah tingkat depresi pada lansia di Desa Sumbersari Kecamatan

Rowokangkung Kabupaten Lumajang?


5

c. Adakah hubungan perilaku spiritual dengan tingkat depresi pada lansia di

Desa Sumbersari Kecamatan Rowokangkung Kabupaten Lumajang?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Mengetahui adanya hubungan perilaku spiritual dengan tingkat depresi pada

lansia di Desa Sumbersari Kecamatan Rowokangkung Kabupaten Lumajang

2. Tujuan khusus

a. Mengidentifikasi perilaku spiritual pada lansia di Desa Sumbersari

Kecamatan Rowokangkung Kabupaten Lumajang.

b. Mengidentifikasi tingkat depresi pada lansia di Desa Sumbersari Kecamatan

Rowokangkung Kabupaten Lumajang.

c. Menganalisa hubungan perilaku spiritual dengan tingkat depresi pada lansia

di Desa Sumbersari Kecamatan Rowokangkung Kabupaten Lumajang.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti

Menambah wawasan ilmu pengetahuan khususnya keperawatan gerontik tentang

hubungan perilaku spiritual dengan tingkat depresi pada lansia.

2. Bagi institusi pendidikan

Memberikan pengetahuan baru tentang hubungan perilaku spiritual dengan

tingkat depresi pada lansia, sehingga dapat memberikan ilmu pengetahuan bagi

generasi–generasi perawat masa depan.


6

3. Bagi profesi keperawatan

Sebagai salah salah satu bahan pemikiran dalam melakukan intervensi

keperawatan gerontik di klinik dan intitusi kesehatan.

4. Bagi peneliti yang akan datang

Sebagai bahan pikiran dalam menentukan topik dan permasalahan penelitian

khususnya di bidang keperawatan gerontik dan sebagai referensi tambahan dalam

penyusunan penelitian terkait dengan permasalahan pada lansia.

5. Bagi responden

Hasil penelitian ini dapat memberikan aplikasi tentang hubungan perilaku

spiritual dengan tingkat depresi.

Anda mungkin juga menyukai