Kalaka
Jurusan Keperawatan
JURNAL
RONNA S. KALAKA
NIM : C01420219
Saat ini orang dengan gangguan jiwa erat kaitannya dengan perilaku kekerasan. Hal tersebut
menyebabkan masyarakat memandang negatif dan melakukan penolakan untuk berinteraksi dengan
ODGJ karena stigma yang menyertainya. Oleh karena itu kecerdasan spiritual dan konsep diri
keluarga yang positif sangat diperlukan dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan
jiwa (ODGJ). Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan kecerdasan spiritual dan konsep diri
dengan kesiapan keluarga merawat anggota keluarga yang mengalami masalah gangguan jiwa di Kota
Selatan Kota Gorontalo. Metode penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan
Cross Sectional. Populasi sebanyak 56 orang dengan sampel sebanyak 49 responden yang ditentukan
dengan teknik Puposive Sampling.
Hasil uji statistik chi-square didapatkan P-Value sebesar 0,000 (p< 0,05). Hal ini menunjukkan
bahwa terdapat hubungan kecerdasan spiritual dan konsep diri dengan kesiapan keluarga dalam
merawat anggota keluarga yang mengalami masalah gangguan jiwa di Kota Selatan Kota Gorontalo.
Kesimpulannya adalah ada hubungan kecerdasan spiritual dan konsep diri dengan kesiapan
keluarga dalam merawat anggota keluarga yang mengalami masalah gangguan jiwa. Saran agar lebih
meningkatkan kecerdasan spiritual dan konsep diri yang positif sehingga berdampak pada kesiapan
keluarga dalam merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.
(2005) yang menyatakan Ideal diri harus tujuan dan nilai yang disadari. Gangguan
cukup tinggi supaya mendukung respek identitas diri adalah kekaburan atau
terhadap diri tetapi tidak terlalu tinggi, terlalu ketidakpastian memandang diri sendiri, penuh
menuntut serta samar-samar atau kabur. Ideal dengan keraguan, sukar menetapkan keinginan
diri berperan sebagai pengatur internal dan dan tidak mampu mengambil keputusan
membantu individu mempertahankan (Dalami, 2009).
kemampuannya menghadapi konflik atau 4. Kesiapan Merawat Anggota Keluarga
kondisi yang membuat bingung. Ideal diri yang Mengalami Masalah Gangguan
penting untuk mempertahankan kesehatan dan Jiwa.
keseimbangan mental.
Konsep diri berdasarkan harga diri keluarga Berdasarkan tabel 5 menggambarkan bahwa
yang merawat anggota keluarga ODGJ keluarga memiliki kesiapan merawat anggota
mempunyai harga diri yang tinggi sebesar 34 keluarga yang tinggi berjumlah 34 orang
orang (69,4%) dan 15 orang (30,6%) (69,4%). Hal ini didukung karena Peran
mempunyai harga diri yang rendah. Hal ini keluarga yang baik adalah bagaimana peran
juga tidak sejalan dengan teori yang dijelaskan yang terjadi dalam merawat anggota keluarga
oleh Yusuf, dkk (2015:92) yang menyebutkan yang sakit karena mengalami gangguan jiwa.
bahwa Individu akan merasa harga dirinya Peristiwa hidup situasional yang dihadapi
tinggi bila sering mengalami keberhasilan, keluarga, tidak dapat dihindari akan
sebaliknya individu akan merasa harga dirinya mempengaruhi fungsi peran, misalnya karena
rendah bila sering mengalami kegagalan, tidak gangguan kesehatan anggota keluarga. Saat
dicintai atau tidak diterima di lingkungan. anggota keluarga mengalami gangguan jiwa
Konsep diri berdasarkan peran keluarga yang salah satu atau lebih anggota keluarga
memiliki anggota keluarga penderita ODGJ mengemban peran pemberi asuhan (Friedman,
mempunyai peran diri yang memuaskan 2010).
sebesar 18 orang (36,7%) dan 31 orang Friedman, 2010 mengatakan dalam peran
(63,3%) mempunyai peran yang tidak formal keluarga antara lain sebagai provider
memuaskan. Hal ini tidak sesuai dengan teori atau penyedia, pengatur rumah tangga,
menurut Bahari, (2012) yang menyatakan perawat anggota keluarga baik sehat maupun
bahwa peran yang memuaskan yaitu individu sakit, sosialisasi, memelihara hubungan
mampu menjalankan peran yang berfungsi keluarga paternal dan maternal, peran
dengan baik dilingkungan masyarakat dan terapeutik (memenuhi kebutuhan afektif dari
sekitar, melakukan peran sesuai dengan pasangan), peran sosial. Saat anggota keluarga
harapan, memiliki tanggung jawab. Gangguan mengalami sakit gangguan jiwa maka keluarga
penampilan peran adalah berubahnya atau mendefinisikan gejala, memutuskan alternatif
berhentinya fungsi peran yang disebabkan oleh sumber yang tepat, ia juga memegang kendali
penyakit, proses menua, putus sekolah, dan yang kuat apakah anggota keluarganya akan
putus hubungan kerja (Dalami, Dkk: 2009). mendapatkan layanan pencegahan atau
Teori dari (Bahari, Dkk:2012) dan Dalami pengobatan, serta menjalankan peran informal
(2009) meskipun ada gangguan peran karena yaitu mendorong, merangkul anggota keluarga
memiliki anggota keluarga ODGJ, keluarga yang sakit untuk mencapai keseimbangan
tetap menjalankan perannya dengan baik. dalam keluarga maka keluarga harus
Konsep diri berdasarkan identitas diri keluarga menjalankan peran ekstra saat anggota
yang memiliki anggota keluarga ODGJ keluarga mengalami gangguan jiwa.
mempunyai identitas diri yang positif sebesar Pada penelitian ini didapatkan pula keluarga
16 orang (32,7%) dan 33 orang (67,3%) yang memiliki kesiapan merawat anggota
mempunyai identitas diri yang negatif. keluarga yang rendah sebanyak 15 responden
Menurut (Dalami, 2009) ciri-ciri identitas diri (30,6%). Berdasarkan wawancara pada
yang positif yaitu mengenal diri sebagai responden saat pengumpulan data,
individu yang utuh terpisah dari orang lain, mengungkapkan bahwa kurangnya informasi
mengakui jenis kelamin sendiri, memandang yang diberikan oleh petugas kesehatan tentang
perlu aspek diri sebagai suatu kelarasan, masalah gangguan jiwa yang dialami pasien
menilai diri sesuai dengan penilaian serta penanganan secara benar, membuat
masyarakat, menyadari hubungan masa lalu, keluarga terbebani dalam melakukan peran
sekarang dan yang akan datang, mempunyai mereka sehingga hal tersebut kemudian
mempengaruhi keluarga dalam hal kesiapan hanya pada karakteristik vertikal namun juga
merawat anggota keluarga yang mengalami karakteristik horisontal. Makna perubahan
masalah gangguan jiwa. sikap yang terjadi lebih banyak mengarah
5. Hubungan kecerdasan spiritual kepada perubahan yang positif.
keluarga dalam merawat anggota Pada penelitian ini terdapat 1 responden (2%)
keluarga yang mengalami masalah yang memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi
gangguan jiwa di Kota Selatan Kota tetapi kesiapan merawatnya rendah terhadap
Gorontalo. anggota keluarga yang mengalami masalah
gangguan jiwa. Hasil wawancara dan sesuai
Hasil Uji Chi Square menunjukkan nilai P hasil kuesioner didapatkan bahwa kesiapan
value = 0,000 dimana lebih kecil dari α (0,05), merawat masih kurang dalam perawatan fisik
maka Ho ditolak Ha diterima, sehingga seperti membantu pasien dengan menyuapi,
menunjukan bahwa ada hubungan antara memandikan, merawat luka ataupun ke kamar
kecerdasan spiritual keluarga dalam merawat mandi.
anggota keluarga yang mengalami masalah Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian
gangguan jiwa di Kota Selatan Kota yang dilakukan oleh Anggriyani, (2014)
Gorontalo. dengan hasil penelitian ada hubungan
Pada penelitian ini terdapat 26 responden kecerdasan spiritual dengan care giver perawat
(53,1%) yang memiliki kecerdasan spiritual pada praktik keperawatan di ruang rawat inap
yang tinggi dan kesiapan merawatnya tinggi Rumah Sakit Umum Daerah Nagan Raya.
terhadap anggota keluarga yang mengalami Menurut asumsi peneliti, responden dengan
masalah gangguan jiwa. Pada penelitian kecerdasan spiritual yang tinggi tetapi
keluarga merasa, jika dekat dengan tuhan, kesiapan merawat yang rendah dipengaruhi
mereka meyakini bahwa tuhan dapat oleh faktor jenis kelamin. Hasil penelitian
membantu mereka dalam memberikan didapatkan responden yang kesiapan
kekuatan dan dukungan dalam merawat merawatnya rendah yaitu berjenis kelamin
anggota keluarga yang mengalami masalah laki-laki. Hal ini sejalan dengan teori Utami,
gangguan jiwa. Kecerdasan spiritual (2013) yang menyatakan peran perempuan
merupakan kecerdasan jiwa yang membantu adalah mengurus rumah tangga, seperti
menyembuhkan dan membangun diri manusia memasak, mencuci, membersihkan rumah,
secara utuh. Kecerdasan spiritual adalah melayani suami, dan merawat anggota
landasan yang diperlukan untuk keluarga, sedangkan peran laki- laki adalah
memfungsikan Intellectual Quotient (IQ) dan mencari nafkah sehingga dalam hal ini
Emotional Quotient (EQ) secara efektif. perempuan lebih banyak berperan dalam
Bahkan, SQ merupakan kecerdasan tertinggi merawat keluarganya yang sakit (Utami,
(Zohar & Marshall, 2001). 2013).
Hal ini sejalan dengan penelitian yang Perempuan merupakan caregiver utama dan
dikemukakan oleh Windarwati, (2008) yang paling dominan dibandingkan laki-laki. Pada
menjelaskan bahwa dimensi spiritual peran hormonal, hormon oksitosin
merupakan dimensi penyeimbang dalam memberikan pengaruh dalam distress. Saat
rangka pemenuhan holistik terutama bagi merawat pasien dengan masalah gangguan
keluarga sebagai caregiver di rumah. sehingga jiwa, perempuan akan mengalami stress
kecerdasan spiritual berkontribusi positif karena saat hormon oksitosin harusnya dapat
terhadap teori dasar keperawatan khususnya meningkat namun secara bersamaan caregiver
pada dimensi spiritual. harus menyalurkan perhatiannya terhadap
Menurut asumsi peneliti, hal ini disebabkan pasien (Rafiyah & Suttharangsee, 2011).
karena terjadi perubahan adaptif yang terjadi Pada penelitian ini juga terdapat 8 responden
pada keluarga meliputi sikap semakin sabar, (16,3%) yang memiliki kecerdasan spiritual
pasrah, terbuka kepada orang lain, tegar, yang rendah tetapi kesiapan merawatnya tinggi
rileks, tambah pengetahuan, lebih memahami terhadap anggota keluarga yang mengalami
keterbatasan klien, semakin dekat dengan masalah gangguan jiwa. Hal ini disebabkan
klien, keluarga dan Tuhan. Sedangkan oleh faktor usia responden yang telah masuk
perubahan maladaptif yang terjadi adalah dalam kategori dewasa.
marah. Dari hasil penelitian tersebut tampak Menurut Hartati, (2012) rata-rata usia
bahwa makna perubahan sikap spiritual tidak caregiver yaitu 34,78 tahun, dimana usia
tersebut termasuk dalam usia dewasa. jiwa karena orang dengan gangguan jiwa
Seseorang dapat dikatakan dewasa apabila merupakan anggota keluarga dan tanggung
telah memiliki kekuatan bereproduksi, dan jawab mereka. Keluarga tetap merasa percaya
memiliki kesiapan kognitif, afektif, dan diri, mampu menerima segala kekurangan dan
psikomotor, serta dapat diharapkan kelebihannya, mereka percaya diri terhadap
memainkan peranannya bersama dengan dirinya sendiri, tidak ada perasaan minder dan
individu-individu lain dalam masyarakat. Pada tidak ada perasaan cemas ketika berinteraksi
usia dewasa masing-masing individu sudah dengan masyarakat walaupun mereka
mulai mengabaikan keinginan atau hak-hak memiliki anggota keluarga yang gangguan
pribadinya, kebutuhan atau kepentingan yang jiwa (Hanifah, 2021).
utama adalah keluarga sehingga caregiver Penelitian ini sejalan dengan peneltian lain
lebih banyak ditemukan diusia ini. yang menyebutkan keluarga memiliki konsep
Selain itu, caregiver yang berusia dewasa diri yang positif apabila mampu memperbaiki
dianggap cukup matang dalam pengalaman diri, mampu mengatasi masalah secara
hidup, bijaksana dalam mengambil keputusan, obyektif, merasa bahwa dirinya mampu untuk
mampu berpikir rasional, mampu melakukan hal seperti yang dilakukan oleh
mengendalikan emosi dan semakin toleran orang lain (Solikin, 2016).
terhadap orang lain (Nuraenah, Mustikasari, & Menurut asumsi peneliti, konsep diri
Putri, 2014). responden positif juga dipengaruhi oleh faktor
Penelitian ini juga terdapat 14 responden usia. Dalam penelitian ini mayoritas usia
(28,6%) yang kecerdasan spritualnya rendah responden adalah 26 - 35 tahun, yaitu
dan kesiapan merawatnya juga rendah. sebanyak 44,9% hal ini berarti bahwa
Menurut asumsi peneliti hal ini dipengaruhi responden berada di fase dewasa awal atau
oleh faktor usia. Hasil penelitian ini didukung usia produktif, dimana menurut Notoadmodjo
oleh penelitian lain yang dilakukan oleh Sari (2007), umur merupakan periode terhadap
(2017) yang membuktikan bahwa adanya pola-pola kehidupan yang baru, semakin
hubungan antara usia dengan kesiapan bertambahnya umur akan mencapai usia
merawat dengan nilai p value 0,015. Semakin reproduksi, dan semakin banyak pengalaman
tua usia caregiver maka beban yang dirasakan yang diperoleh dan menjadikan harga diri
akan semakin tinggi, hal ini disebabkan karena seseorang semakin tinggi. Tingginya harga diri
mulai adanya penurunan fisik yang dialami seseorang akan mempengaruhi konsep diri
oleh keluarga yang merawat, sehingga positif yang ada pada dirinya.
kemampuan untuk dapat merawat seseorang Pada penelitian ini 0 responden (0%) atau
juga akan menjadi berkurang. tidak didapatkan responden yang konsep diri
6. Hubungan konsep diri dalam merawat dan kesiapan merawatnya rendah terhadap
anggota keluarga yang mengalami anggota keluarga yang mengalami masalah
masalah gangguan jiwa di Kota Selatan gangguan jiwa.
Kota Gorontalo. Konsep diri sendiri memiliki peranan penting
dalam menetukan perilaku seseorang sebagai
Hasil Uji Chi Square menunjukkan nilai P cermin baginya dalam memandang dirinya
value = 0,000 dimana lebih kecil dari α (0,05), sendiri. Seseorang akan bereaksi terhadap
maka Ho ditolak Ha diterima, sehingga lingkungan sesuai dengan konsep diri yang
menunjukan bahwa ada hubungan antara dimilikinya. Pembentukan konsep diri dapat
konsep diri dalam merawat anggota keluarga memudahkan interaksi sosial sehingga
yang mengalami masalah gangguan jiwa di individu yang bersangkutan dapat
Kota Selatan Kota Gorontalo. mengantisipasi reaksi orang lain (Dalami,
Pada penelitian ini terdapat 29 responden 2009).
(59,2%) yang konsep dirinya positif serta Menurut asumsi peneliti, hal ini terjadi karena
kesiapan merawatnya tinggi terhadap anggota pada dasarnya keluarga yang memiliki anggota
keluarga yang mengalami masalah gangguan keluarga yang mengalami masalah gangguan
jiwa. Hal ini dikarenakan mayoritas keluarga jiwa, sebagian besar memiliki konsep diri
beranggapan bahwa ini ujian dari Tuhan yang positif dan kesiapan merawat yang tinggi.
harus mereka terima, mereka sudah ikhlas Konsep diri yang positif dalam artian keluarga
menerima ujian tersebut dan tetap mau dapat mengidentifikasi kemampuan dan
merawat anggota keluarga dengan gangguan kelemahannya secara jujur dan dalam menilai
suatu masalah individu berpikir secara positif usia yang sudah renta, kesulitan dalam
dan realistic dalam merawat anggota keluarga mengatur gangguan jiwa dan kebingungan
yang mengalami masalah gangguan jiwa. dalam merawat apabila sedang relaps.
Pada penelitian ini terdapat juga 5 responden Hal ini sejalan dengan peneiltian Bahari
(10,2%) yang konsep dirinya negatif tetapi (2017) beban keluarga dalam merawat
kesiapan merawatnya tinggi terhadap anggota gangguan jiwa yaitu beban dalam pemenuhan
keluarga yang mengalami masalah gangguan kebutuhan dasar, biaya perawatan dan
jiwa. Hal ini terjadi karena keluarga yang tidak kebutuhan sehari-hari, kebutuhan pengobatan,
mengharagai diri sendiri, dan merasa rendah dan penanganan saat kambuh, penyediaan
diri karena kurang diterima di masyarakat, tempat tinggal. Wanti (2016) yang
lingkungan tempat tinggal ODGJ yang menyatakan bahwa beban dapat terjadi karena
mendiskriminasi. keluarga tidak memiliki pemahaman akan
Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Solikin kebutuhan pasien, tingkah laku pasien yang
(2016) dimana keluarga dengan gangguan jiwa sulit dimengerti, keluarga sulit membina
keduanya memiliki konsep diri yang positif dialog dengan pasien. Sehingga keluarga
karena lingkungan yang mendukung. Keluarga merasa stress dan kelelahan dengan tanggung
dengan gangguan jiwa akan memiliki harga jawab dalam merawat ODGJ. Kurangnya
diri positif apabila lingkungan menghargai, pengetahuan dapat menyulitkan keluarga
memberikan reward secara langsung, mau dalam mengatasi, menjaga, serta merawat
mendengarkan dan merespon hal-hal yang anggota keluarga yang sedang mengalami
dikeluh kesahkan. Harga diri merupakan kekambuhan (Saragih, 2014).
penilaian individu terhadap dirinya sendiri Dari semua pembahasan dapat disimpulkan
yang dipengaruhi oleh hasil interaksi sosial bahwa konsep diri keluarga terbentuk melalui
dilingkungannya serta dari sikap penerimaan, interaksi dengan orang terdekat serta
penghargaan serta perlakuan orang lain pengalaman yang menyertainya. Konsep diri
terhadap dirinya. setiap keluarga berbeda, tergantung bagaimana
Menurut asumsi peneliti, hasil penelitian ini keluarga tersebut mempersepsikan dirinya
dipengaruhi oleh mayoritas keluarga yang berdasarkan stimulus, stigma, dan pengalaman
merawat anggota keluarga yang mengalami yang dialaminya seperti subjek pada penelitian
masalah gangguan jiwa adalah perempuan, ini. Konsep diri keluarga yang baik
sehingga dapat berpengaruh terhadap menggambarkan bahwa persepsi keluarga
kedekatan hubungan emosional dengan klien. tentang anggota keluarga dengan gangguan
Menurut Beck dan Stuck, (2001), burden jiwa positif. Keluarga memberikan dukungan
merupakan bagian dari situasi caregiving. sosial, rasa empati, penerimaan, dan untuk
Peningkatan burden terjadi pada caregiver tidak putus asa serta terus beusaha untuk
perempuan mungkin disebabkan akibat merawat anggota keluarga dengan gangguan
kedekatan hubungan serta keterlibatan jiwa (Nash, 2005).
emosional yang lebih besar. Perempuan juga
lebih dapat menguasai diri dalam merawat PENUTUP
anggota keluarga yang mengalami gangguan Kesimpulan
jiwa. Perempuan memberikan perawatan yang
lebih termasuk perawatan personal, membantu Berdasarkan hasil penelitian maka
pekerjaan rumah, menyiapkan makanan, peneliti dapat menyimpulkan bahwa :
transportasi dan mengelola keuangan. Secara 1. Kecerdasan spiritual responden tergolong
kultural anak perempuan mempunyai tinggi berjumlah 27 orang (55,1%) dan
tanggung jawab yang lebih besar dalam klien. yang memiliki kecerdasan spiritual yang
Pada penelitian ini terdapat 15 responden rendah sebanyak 22 orang (44,9%).
(30,6%) yang konsep dirinya negatif serta
kesiapan merawatnya rendah terhadap anggota 2. Responden dalam penelitian ini yang
keluarga yang mengalami masalah gangguan memiliki konsep diri yang positif
jiwa. Menurut asumsi peneliti, hal ini berjumlah 29 orang (59,2%) dan yang
disebabkan masih adanya keluarga yang memiliki konsep diri yang negative
menganggap gangguan jiwa sebagai beban sebanyak 20 orang (40,8%). Keluarga
bagi keluarga karena kondisi ekonomi mereka yang memiliki kesiapan merawat anggota
yang tidak mampu untuk membeli obat, faktor keluarga yang tinggi berjumlah 34 orang
(69,4%) dan kesiapan merawat anggota Spiritual: the ESQway 165. Jakarta.
keluarga yang rendah sebanyak 15 orang ARGA
(30,6%).
Agustiani, H. (2009). Psikologi
3. Terdapat hubungan antara kecerdasan Perkembangan. Jakarta: Aditama
spiritual keluarga dalam merawat anggota
keluarga yang mengalami masalah Ali, Z. (2009). Pengantar Keperawatan
gangguan jiwa di Kota Selatan Kota Keluarga. Jakarta : EGC
Gorontalo dengan hasil uji chi-square
menunjukan nilai p-value 0,000 (p-value Andarmoyo, S. (2012). Keperawatan
< 0,05). Keluarga Konsep Teori, Proses dan
Praktik Keperawatan. Yogyakarta :
4. Terdapat hubungan antara konsep diri Graha Ilmu.
dalam merawat anggota keluarga yang
mengalami masalah gangguan jiwa di Asmara, T. (2001). Kecerdasan Ruhaniah
Kota Selatan Kota Gorontalo dengan hasil (Transendental Intellegence). Jakarta:
uji chi-square menunjukan nilai p-value Gema Insani Press
0,000 (p-value < 0,05).
5. Pada penelitian ini, terdapat hubungan Buzan, T. (2003). Sepuluh Cara Jadi Orang
kecerdasan spiritual dan konsep diri Cerdas Spiritual. Jakarta: PT Gramedia
dengan kesiapan keluarga dalam merawat Pustaka Utama.
anggota keluarga yang mengalami
masalah gangguan jiwa di Kota Selatan Cahyono, A.W.G. (2017). Konsep Diri
Kota Gorontalo dengan hasil uji chi- Keluarga Yang Memiliki Anggota
square menunjukan nilai p-value 0,000 Keluarga Orang Dengan Gangguan Jiwa
(p-value < 0,05). Riwayat Pasung Di Kota Blitar. Jurnal
Ners. 4(1) : 56-63
Saran
Covarrubias, I., & Han, M. (2011). Mental
1. Diharapkan bagi institusi untuk lebih health stigma about serious mental
meningkatkan pengetahuan mahasiswa illness among MSW students: Social
terutama mengenai peningkatan contact and attitude. Social Work, 56(4),
kecerdasan spiritual dan konsep diri 317–325.
sehingga dapat diaplikasi pada pasien dan https://doi.org/10.1093/sw/56.4.317
keluarga.
Covey, S.R. (2005). The 8th Habit:
2. Diharapkan bagi keluarga sebagai bahan Melampaui Efektifitas, Menggapai
informasi agar dapat lebih meningkatkan Keagungan. Jakarta: Gramedia Pustaka
kecerdasan spiritual dan konsep diri yang Utama.
positif sehingga berdampak pada
kesiapan keluarga dalam merawat Dharma, K. (2011). Metodologi penelitian
anggota keluarga yang mengalami keperawatan: Panduan melaksanakan
gangguan jiwa. dan menerapkan hasil penelitian.
Jakarta: CV. Trans Info Media.
3. Diharapkan peneliti selanjunya untuk
dapat mengakaji lebih lanjut tentang
Donsu & Jenita, D. T. (2017). Psikologi
faktor lain yang mempengaruhi kesiapan
Keperawatan.Yogyakarta : Pustaka
keluarga dalam merawat anggota keluarga
Baru
yang mengalami gangguan jiwa yang
dalam penelitian ini tidak diteliti oleh
Fatimah, E. (2012). Psikologi Perkembangan
peneliti.
(Perkembangan Peserta Didik).
DAFTAR PUSTAKA Bandung: Pustaka Setia.
Agustian. ( 2007). Rahasia Sukses
Friedman. (2013). Keperawatan
Membangun Kecerdasan Emosi dan
Keluarga. Yogyakarta: Penerbitan