Anda di halaman 1dari 8

PENGARUH KESEHATAN MENTAL TERHADAP KE EFEKTIFITAS BELAJAR

SISWA

Diajukan sebagai bagian dari tugas Mata Kuliah Metodelogi Penelitian kualitatif (3
SKS) di Semester Genap 2022-2023

Dosen Pengampu:
NUDZRAN YUSYA, S.Psi., Msi

Disusun Oleh:
KELOMPOK 7

Hasiani : 2107101130001
Andra salsabila : 21071011300

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Masalah kesehatan mental sudah menjadi perhatian dunia. Permasalahan kesehatan


mental tidak hanya ditemukan di kalangan orang tua, dewasa tetapi juga di usia remaja
dan anak-anak pun menjadi sebuah isu yang tidak bisa dihindari. Sering kali kita
mempersepsikan bahwa sehat hanya dilihat melalui aspek fisiknya saja padahal
kesehatan jiwa dalam diri seseorang juga sangatlah penting. Namun sayangnya hal ini
masih menjadi hal yang tabu di kalangan masyarakat umum. Kurangnya perhatian yang
serius terhadap pemeliharaan kesehatan mental di masyarakat akhirnya menjadi
hambatan tersendiri bagi kesehatan secara keseluruhan. Padahal kesehatan fisik maupun
kesehatan mental merupakan dua aspek yang seharusnya sama-sama penting untuk
diperhatikan. Berawal dari masalah kesehatan mental yang terabaikan pada akhirnya
mempengaruhi kognitif dan perilakunya dalam keseharian.

Kesehatan mental memiliki arti penting dalam kehidupan seseorang, dengan mental
yang sehat maka seseorang dapat melakukan aktifitas sebagai mahluk hidup. Kondisi
mental yang sehat akan membantu perkembangan seseorang kearah yang lebih baik
dimasa mendatang. pemilihan judul ini kami lakukan karena ingin mengetahui seberapa
paham remaja atau siswa mengetahui tentang pentingnya kesehatan mental di moderen
yang semakin maju ini. Kondisi mental yang sehat akan membantu perkembangan
seseorang kearah yang lebih baik dimasa mendatang (Adityawarman, 2010). Kesehatan
mental adalah keadaan dimana seseorang mampu menyadari kemampuannya sendiri,
dapat mengatasi tekanan hidup yang normal, dapat bekerja secara produktif dan mampu
memberi kontribusi terhadap lingkunganya (WHO, 2016). Sedangkan masalah kesehatan
mental diartikan sebagai ketidakmampuan seseorang menyesuaikan diri terhadap
tuntutan dan kondisi lingkungan yang mengakibatkan ketidakmampuan tertentu
(Kartono, 2000).

Menurut WHO, remaja adalah kelompok individu dengan batasan usia mulai dari 12-
24 tahun. Remaja merupakan kelompok yang paling rentan mengalami gangguan mental.
Sebab, banyak faktor risiko yang dihadapi antara lain keinginan besar untu lebih mandiri,
tekanan saat menyesuaikan diri dengan teman sebaya, serta peningkatan akses dan
penggunaan teknologi juga bisa menjadi pemicu munculnya masalah kesehatan mental
pada remaja. Remaja dituntut untuk menghadapi berbagai kondisi tersebut baik yang
positif maupun yang negatif, baik yang datang dari dalam diri mereka sendiri maupun
yang datang dari lingkungannya. Dengan demikian remaja harus mempunyai berbagai
keterampilan dalam hidup mereka sehingga mereka dapat sukses melalui fase ini dengan
optimal.

Ditemukan beberapa permasalahan gangguan kesehatan mental pada remaja


diantaranya yaitu stress akibat kesulitan fokus belajar, masalah kepercayaan terhadap
kemampuan diri, kesenjangan sosial yang terjadi pada siswa karena perbedaan latar
belakang keluarga, bullying, trauma terhadap beberapa masalah di lingkungan keluarga
dan teman sebaya, dan kasus pergaulan bebas (hamil di luar nikah).

Berdasarkan informasi diatas maka kesehatan mental remaja tersebut dinilai


tidak/kurang sehat. Menurut Zakiah Darajat (1982), kesehatan mental adalah
terwujudnya keserasian yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi kejiwaan dan
terciptanya penyesuaian diri antara individu dengan dirinya sendiri dan lingkungannya
berdasarkan keimanan dan ketakwaan serta bertujuan untuk mencapai hidup yang
bermakna dan bahagia dunia akhirat. Dari pernyataan tersebut maka pada dasarnya saat
individu mengalami masalah emosi yang tidak tersalurkan dengan baik sehingga
mengakibatkan beberapa masalah perilaku dalam dirinya dan menghambat kehidupan
individu tersebut dibeberapa aspek tertentu, ini menandakan bahwa adanya
ketidakserasian pada fungsi- fungsi kejiwaan yang baru saja dijelaskan. Berangkat dari
masalah tersebut maka diperlukan adanya aktivitas penyaluran emosi negatif kepada hal-
hal yang positif agar tidak terjadi penyimpangan perilaku tertentu. Melihat fenomena
tersebut maka perlu adanya upaya pemberian layanan bimbingan dan konseling Islam
terhadap individu yang mengalami masalah kesehatan mental agar dapat menyelesaikan
masalahnya sesuai dengan dasar-dasar islami.

A. Identifikasi Masalah
Pertanyaan terhadap suatu masalah yang dianggap bisa ditemukan jawabannya
melalui sebuah penelitian yang akan kami lakukan secara ilmiah.

B. Pembatasan Masalah
Peneliti ini akan fokus mengkaji bagaimana cara mengenali gejala, faktor resiko,
penyebab yang mempengaruhi gangguan mental pada remaja.

C. Perumusan Masalah
1. Bagaimana cara Mengenali gejala gangguan mental dengan rendah?
2. Apa faktor risiko yang terjadi pada remaja saat mengalami gangguan mental?
3. Dan apa yang menyebabkan remaja mengalami gangguan mental?
4. Bagaimana pemahamanan remaja terhadap kesehatan mental nya?
5. Adakah perbedaan gender mempengaruhi kesehatan mental?

D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka dapat diuraikan
tujuan penelitian sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui seperti apa kondisi umum kesehatan mental remaja.
2. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini untuk mengetahui dinamika cara
mengatasi masalah pada siswa yang terindikasi problem.

E. Manfaat Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, diharapkan penelitian ini memberikan
sumbangan manfaat berupa:
1. Manfaat Teoritis
Dapat memberikan sumbangan secara teoritis untuk menjelaskan dinamika cara
mengatasi masalah pada siswa yang terindikasi peer problem.
2. Manfaat Praktis
● Bagi siswa, memberikan informasi mengenai cara penyelesaian masalah pada
siswa yang terindikasi peer problem, sehingga dapat dijadikan acuan dalam
menyusun strategi dan kebijakan untuk mencegah dan menangani siswa yang
terindikasi peer problem.
● Bagi orangtua, memberikan infomasi mengenai cara penyelesaian masalah pada
siswa yang terindikasi peer problem, sehingga dapat dijadikan acuan dalam
menghadapi anaknya yang terindikasi peer problem.
● Siswa, membantu menemukan cara penyelesaian masalah yang tepat dalam
menyelesaikan peer problem.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.2 KESEHATAN MENTAL

A. Pengertian

Kesehatan mental yang diartikan oleh American Psychological Association (APA)


adalah (Chatham, 2017): "as thepresence of successfull adjustmet or the absence of
psychopatology" dan "as a state in which there is an absence of dysfunction in
psychological, emotional, behavioral, and sosial spheres". Pengertian ini dapat diartikan
secara luas ataupun sempit. Artinya kesehatan mental adalah sebagai wujud karena
adanya penyesuaian diri yang berhasil atau tidak adanya psikopatologi dan sebagai
keadaan dimana seseorang digambarkan tidak memiliki gangguan pada bidang
psikologis, emosional, perilaku, dan sosial.

Definisi kesehatan mental, sangat dipengaruhi oleh kultur dimana seseorang tersebut
tinggal. Apa yang boleh dilakukan dalam suatu budaya tertentu, bisa saja menjadi hal
yang aneh dan tidak normal dalam budaya lain, dan demikian pula sebaliknya (Sias,
2006).

Kesehatan mental adalah suatu keadaan dimana seseorang tidak mengalami perasaan
bersalah terhadap dirinya sendiri, memiliki estimasi yang relistis terhadap dirinya sendiri
dan dapat menerima kekurangan atau kelemahannya, kemampuan menghadapi masalah-
masalah dalam hidupnya, memiliki kepuasan dalam kehidupan sosialnya, serta memiliki
kebahagiaan dalam hidup (Pieper dan Uden, 2006).

Menurut Ihrom (2008), kesehatan mental adalah terwujudnya integritas kepribadian,


keselarasan dengan jati diri, pertumbuhan ke arah realisasi diri, dan ke arah hubungan
yang sehat dengan orang lain. Sehingga Kesehatan mental merupakan kondisi: Tingkat
kesejahteraan mental' dimana individu dapat berfungsi secara adekuat dapat menikmati
hidupnya secara seimbang dan mampu menyesuaikan diri terhadap tantangan hidup dan
mampu berkontribusi pada kehidupan sosial budaya & agama memiliki peran dalam
memberi batasan sehat/tidak sehat. Dalam pengertian yang lebih 'positif tersebut
kesehatan mental merupakan fondasi dari tercapainya kesejahteraan (well- being)
individu dan fungsi yang efektif dalam komunitasnya.

B. Kriteria kesehatan mental

Schneiders dalam (Semiun, 2006) mengemukakan beberapa kriteria yang sangat


penting dan dapat digunakan untuk menilai kesehatan mental. Kriteria tersebut dapat
diuraikan sebagaiSchneiders (dalam Semiun, 2006). menurut berikut
● Efisiensi Mental
● Pengendalian dan Integrasi Pikiran dan Tingkah Laku
● Integrasi Motif-motif serta Pengendalian Konflik dan Frustasi
● Perasaan-perasaan dan Emosi-emosi yang Positif dan Sehat
● Ketenangan atau Kedamaian Pikiran
● Sikap-sikap yang Sehat
● Konsep-Diri (Self-Concept) yang Sehat
● Identitas Ego yang Adekuat
● Hubungan yang Adekuat dengan Kenyataan

C. Faktor yang mempengaruhi kesehatan jiwa


Videbeck (2008) faktor yang mempengaruhi kesehatan jiwa diantaranya :

a. Faktor Individual

1. Struktur biologis
Gangguan jiwa juga tergolong ilmu kedokteran, dalam beberapa penelitian
yang dilakukan oleh para psikiater mengenahi neutransmiter, anatomi dan faktor
genetik juga ada hubungannya dengan terjadinya gangguan jiwa. Dalam setiap
individu berbeda-beda struktur anatominya dan bagaimana menerima reseptor ke
hipotalamus sebagai respon dan reaksinya dari rangsangan tersebut hingga
menyebabkan gangguan jiwa. Ansietas dan ketakutan. Kekhawatiran pada sesuatu
hal yang tidak jelas dan perasaan yang tidak menentu akan sesuatu hal
menyebabkan individu merasa terancam, mempersepsikan dirinya terancam.
ketakutan hingga terkadang

2. Faktor Psikologik
Hubungan antara peristiwa hidup yang mengancam dan gangguan mental
sangat kompleks tergantung dari situasi, individu dan bagaimana setiap orang
mampu berkomunikasi secara efektif. Hal ini sangat tergantung pada bantuan
teman, dan tetangga selama periode stres. Struktur sosial, perubahan sosial dan
tingkat sosial yang dicapai sangat bermakna dalam pengalaman hidup seseorang
hingga terkadang sampai menarik diri dari hubungan sosial. Kepribadian
merupakan bentuk ketahanan relatif dari situasi interpersonal yang berulang-ulang
yang khas untuk kehidupan manusia. Perilaku yang sekarang bukan merupakan
ulangan impulsif dari riwayat waktu kecil, tetapi merupakan retensi pengumpulan
dan pengambilan kembali. Setiap penderita yang mengalami gangguan jiwa
fungsional memperlihatkan kegagalan yang mencolok dalam satu atau beberapa
fase perkembangan akibat tidak kuatnya hubungan personal dengan keluarga,
lingkungan sekolah atau dengan masyarakat sekitarnya. Bagaimana setiap individu
mampu mengontrol emosionalnya dalam kehidupan sehari- hari.

3. Faktor Budaya dan Sosial


Gangguan jiwa yang terjadi di berbagai negara mempunyai perbedaan
terutama mengenai pola perilakunya. Karakteristik suatu psikosis dalam suatu
sosiobudaya tertentu berbeda dengan budaya lainnya. Perbedaan ras, golongan,
usia dan jenis kelamin mempengaruhi pula terhadap penyebab mula gangguan
jiwa. Tidak hanya itu saja, status ekonomi juga berpengaruh terhadap terjadinya
gangguan jiwa.

4. Faktor Presipitasi
Menurut Stuart (2007) selain di atas, faktor Stressor Presipitasi mempengaruhi
dalam kejiwaan seseorang. Sebagai faktor stimulus dimana setiap individu
mempersepsikan dirinya melawan tantangan, ancaman, atau tuntutan untuk koping.
Masalah khusus tentang konsep diri disebabkan oleh setiap situasi dimana individu
tidak mampu menyesuaikan. Lingkungan dapat mempengaruhi konsep diri dan
komponennya. Lingkungan dan stresor yang dapat mempengaruhi gambaran diri
dan hilangnya bagian badan, tindakan operasi, proses patologi penyakit, perubahan
struktur dan fungsi tubuh, proses tumbuh kembang, dan prosedur tindakan dan
pengobatan.

D. Aspek-aspek kesehatan mental

Darajat (dalam Jaelani, 2001) membagi kesehatan mental menjadi beberapa aspek,
diantaranya:

1. Terwujudnya keserasian yang sungguh-sunguh antara fungsi-fungsi kejiwaan


Berkembanganya seluruh potensi kejiwaan secara seimbang sehingga manusia dapat
mencapai kesehatannya secara lahiriah maupun bathiniah serta terhindar dari
pertentangan bathin, keguncangan, keraguan dan tekanan perasaan dalam menghadapi
berbagai dorongan dan keinginan.

2. Terciptanya penyesuaian diri antara manusia dengan dirinya sendiri Usaha untuk
menyesuaikan diri secara sehat terhadap diri sendiri yang mencakup pembangunan
dan pengembangan seluruh potensi dan daya yang terdapat dalam diri manusia serta
kemampuan memanfaatkan potensi dan daya seoptimal mungkin sehingga
penyesuaian diri membawa kesejahteraan dan kebahagiaan diri sendiri dan orang lain.

3. Penyesuaian diri yang sehat terhadap lingkungan dan masyarakat Manusia tidak
hanya memenuhi tuntutan masyarakat dan mengadakan perbaikan di dalamnya tetapi
juga dapat membangun dan mengembangkan dirinya sendiri secara serasi dalam
masyarakat. Hal ini hanya bisa dicapai apabila masing-masing individu dalam
masyarakat sama-sama berusaha meningkatkan diri secara terus-menerus dalam batas-
batas yang diridhai Allah.

4. Berlandaskan keimanan dan ketakwaan Masalah keserasian yang sungguh-sungguh


antara fungsi-fungsi kejiwaan dan penyesuaian diri antara manusia dengan dirinya
sendiri dan lingkungannya hanya dapat terwujud secara baik dan sempurna apabila
usaha tersebut berdasarkan atas keimanan dan ketaqwaan kepada Allah.

5. Bertujuan untuk mencapai kehidupan yang bermakna dan bahagia di dunia dan
akhirat Kesehatan mental bertujuan untuk mewujudkan kehidupan yang baik,
sejahtera dan bahagia bagi manusia secara lahir dan bathin, jasmani dan rohani, serta
dunia dan akhirat.

Anda mungkin juga menyukai