BAB I
Pendahuluan
BAB II
Landasan Teori
A. Tinjauan Pustaka
Kesehatan mental merupakan kondisi dimana individu memiliki kesejahteraan
yang tampak dari dirinya yang mampu menyadari potensinya sendiri, memiliki
kemampuan untuk mengatasi tekanan hidup normal pada berbagai situasi dalam
kehidupan, mampu bekerja secara produktif dan menghasilkan, serta mampu
memberikan kontribusi kepada komunitasnya. Mengutip dari jargon yang digunakan
oleh WHO, “there is no health without mental health” menandakan bahwa kesehatan
mental perlu dipandang sebagai sesuatu yang penting sama seperti kesehatan fisik.
Mengenali bahwa kesehatan merupakan kondisi yang seimbang antara diri sendiri,
orang lain dan lingkungan membantu masyarakat dan individu memahami bagaimana
menjaga dan meningkatkannya.
Sebelum abad pertengahan, kesehatan mental seringkali dikaitkan dengan
kekuatan gaib, makhlus halus, ilmu sihir dan sejeninya. Oleh karenanya, jika terjadi
gangguan kesehatan mental pada individu, maka penanganannya dilakukan dengan
upacara ritual atau perlakuan tertentu supaya roh jahat dalam tubuh individu tersebut
dapat keluar. Seiring perkembangan waktu dan kemunculan tokoh-tokoh dalam
bidang Medis di Yunani seperti Hippocrates (460 B.C.), konsep kesehatan mental
mulai menggunakan konsep biologis yang menganggap bahwa gangguan mental
terjadi disebabkan adanya gangguan kondisi biologis seseorang, penanganan atas
gangguan tersebut pun menjadi lebih manusiawi. Hippocrates dan para tabib Yunani
serta Romawi pengikutnya lalu menekankan pada pentingnya lingkungan yang
menyenangkan, olahraga, diet yang tepat, dan mandi yang menenangkan untuk
menangani gangguan kesehatan mental.
Memahami kesehatan mental pada anak dan remaja artinya perlu memahami
juga faktor-faktor apa saja yang dapat membahayakan kesehatan mental (risk factor)
dan faktorfaktor apa saja yang dapat melindungi kesehatan mental (protective factor)
anak. Risk factor menimbulkan kemungkinan kerentanan dalam diri anak, sedangkan
protective factor menimbulkan kemungkinan kekuatan dalam diri anak. Semakin
banyak risk factor, maka semakin besar tekanan pada anak. Di sisi lain, semakin
banyak protective factor, maka besar kemungkinan anak untuk dapat terhindar dari
gangguan. Risk factor merupakan faktor yang dapat memunculkan kerentanan
terhadap distress. Artinya, ketidakmampuan menyesuaikan diri dapat dikarenakan
adanya kondisi-kondisi yang menekan, seperti anak yang tumbuh pada keluarga yang
memiliki status ekonomi rendah, tumbuh di lingkungan penuh kekerasan dan adanya
pengalaman trauma (Schoon, 2006). Kesehatan mental yang baik bukan hanya dilihat
dari tidak adanya masalah kesehatan mental yang didiagnosis, melainkan
berhubungan dengan well-being seseorang. Well-being adalah sebuah konsep yang
lebih luas dibanding kesehatan mental. Walaupun begitu, keduanya memiliki
keterkaitan. Gangguan yang terjadi pada kesehatan mental anak dapat memberikan
dampak pada keseluruhan well-being anak, sebaliknya well-being yang buruk dalam
bentuk apapun dapat menjadi resiko terhadap kesehatan mental. Masa anak dan
remaja yang masih erat kaitannya dengan masa perkembangan membuat adanya
kesulitan dalam melakukan diagnosis dan memberikan perlakuan.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh yayasan Semai Jiwa Amini (2008) di 3 kota
besar yaitu Surabaya, Yogyakarta dan Jakarta menunjukkan bahwa perilaku bullying
pada siswa dan siswi SLTA sebesar 67,9%, sedangkan bullying pada siswa dan siswi
SLTP sebesar 66,1% dengan kategori tertinggi yaitu kekerasan psikologis yaitu
pengucilan, sedangkan peringkat kedua adalah kekerasan verbal seperti mengejek dan
kekerasan fisik seperti memukul (Kurniasari dkk., 2017). Penelitian lain yang
dilakukan oleh Wiguna, Manengkei, Pamela, Rheza, & Hapsari (2010) menunjukkan
bahwa proporsi terbesar masalah emosi dan perilaku anak usia sekolah, 54,81%
adalah masalah dengan teman sebaya dan 42,2% adalah masalah emosional.
Prosentase masalah dengan teman sebaya pada usia kurang dari 12 lebih besar yaitu
54,81%, sedangkan pada anak usia lebih dari 12 tahun lebih banyak mengalami
masalah emosi yaitu sebesar 33,5% (Wiguna dkk., 2010).
C. Pertanyaan Penelitian
Penelitian ini memunculkan pertanyaan penelitian yang menduga beberapa
substansi dari mental illness sendiri dalam lingkungan remaja.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat yang dijadikan penelitian adalah lingkungan sekitar peneliti dan waktu
yang dijadikan acuan untuk melakukan penelitian dalam proses pembelajaran
semester genap 2020/2021 ini.
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian
kualitatif.
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah remaja yang berusa rentang 12-
24 tahun.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dengan menggunakan kuisioner untuk memudahkan
akumulasi data.
E. Objek Penelitian
Kesehatan mental remaja menjadi objek yang penting dalam penelitian ini.
F. Validitas Data
Validitas data sebagai tolak ukur reliabilitas dan kredibilitas dalam suatu
penelitian. Penelitian ini menggunakan metode meningkatkan ketekunan dan
diskusi.
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis
data metode analisis isi.
Daftar Pustaka
Kurniasari, dkk. (2017). Prevalensi Kekerasan Terhadap Anak Laki-Laki Dan Anak
Perempuan Di Indonesia Dalam Jurnal Sosio Konsepsia Vol. 6, No. 03, Mei -
Agustus, Tahun 2017, hlm. 287-300.
Wiguna, dkk. (2010). Masalah Emosi dan Perilaku pada Anak dan Remaja di
Poliklinik Jiwa Anak dan Remaja RSUPN dr. Ciptomangunkusumo (RSCM),
Jakarta dalam Jurnal Sari Pediatri, Vol. 12, No. 4, Desember 2010, hlm. 270-
277.
Adityawarman, I. (2010). Sejarah Perkembangan Gerakan Kesehatan Mental. Jurnal
Dakwah dan Komunikasi. 4 (1), 91-110. doi: 1978-1261.
Kartono,K. (2000). Hygiene Mental. Bandung: CV. Mandar Maju. Rohman, Y. N., &
Mugiarso, H. (2016). Pengaruh layanan bimbingan kelompok terhadap
kemampuan menjalin relasi pertemanan. 5 (1), 13-18. doi: 0065-2407102.
Poerwanti, E., & Widodo, N. (2002). Perkembangan Peserta Didik. Malang:
Universitas Muhammadiyah Malang.