net/publication/354088316
CITATIONS READS
0 105
5 authors, including:
Mochammad Sa'id
State University of Malang
22 PUBLICATIONS 4 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Pelatihan Konseling Sebaya sebagai Upaya Penguatan Kesehatan Mental Remaja Putri Panti Asuhan Assalam Shobuur Dau Malang View project
Relasi Antara Persepsi Resiko Covid 19 dengan Intensi Kepatuhan Terhadap Langkah - Langkah Pemerintah untuk Menanggulangi Penyebaran Covid 19 View project
All content following this page was uploaded by Nur Rohmah Hidayatul Qoyyimah on 24 August 2021.
Jurnal Penelitian Pendidikan, Psikologi Dan Kesehatan (J-P3K) 2021, Vol. 2 (No. 2) : 166-173
Abstract
Mental health in adolescents is an important issue that requires attention. Adolescents phase is vulnerable
to mental health problems. This study purposed to examine the effectiveness of peer counseling as an
effort to strengthen the mental health of adolescents in orphanage. The research method used was a
quasi-experimental one group pretest-posttest design with the independent variable in the form of peer
counseling and the dependent variable in the form of mental health. The research subjects were a group
consisting of 16 teenagers at the Assalam Shoobur Orphanage, Malang. Subjects are in the early to middle
adolescenst phase with an age range of 12 – 16 years. Subjects were given pre-test and post-test to
measure the success of the given treatment. The instrument for measuring mental health used the
translated results of the mental health inventory (MHI) of Veit and Ware (1983). The data analysis
technique was used the Wilcoxon signed test. The results of the hypothesis test were proven significantly
with a significance value of 0.040 or less than an alpha value of 0.05. Thus, it can be concluded that peer
counseling is effective as an effort to strengthen the mental health of adolescents in orphanage.
Keywords: Mental Health; Peer Counseling; Orphanage Adolescent
DOI: https://doi.org/10.51849/j-p3k.v2i2.114
Rekomendasi mensitasi :
Qoyyimah, N. R. H., dkk. (2021), Efektivitas Konseling
Sebaya sebagai Upaya Penguatan Kesehatan Mental
Remaja Panti Asuhan. Jurnal Penelitian Pendidikan,
Psikologi dan Kesehatan (J-P3K), 2 (2): 166-173.
166
p-ISSN : 2721-5393, e-ISSN : 2721-5385
www.jurnalp3k.com/index.php/J-P3K/index
167
p-ISSN : 2721-5393, e-ISSN : 2721-5385
www.jurnalp3k.com/index.php/J-P3K/index
168
p-ISSN : 2721-5393, e-ISSN : 2721-5385
www.jurnalp3k.com/index.php/J-P3K/index
169
p-ISSN : 2721-5393, e-ISSN : 2721-5385
www.jurnalp3k.com/index.php/J-P3K/index
Tahapan penelitian diawali dengan Tabel 2. Hasil Analisis Wilcoxon Signed Test
Aspek Nilai Ket.
pemberian pre-test berupa kuesioner MHI
Asymp. Sig
kepada peserta. Kemudian dilakukan 0,040 Signifikan
(2-tailed)
proses konseling sebaya pada seluruh Sumber: Diolah dari Data Primer
subjek. Setelah itu, diakhiri dengan post-
test menggunakan kuesioner MHI. Teknik Tabel 2 menunjukkan bahwa hasil
analisis data dilakukan dengan uji Asymp Sig (2-tailed) pada wilcoxon signed
wilcoxon signed test untuk mengukur test lebih rendah dari 0,05. Hasil ini
efektivitas pemberian konseling sebaya. menunjukkan bahwa hipotesis penelitian
diterima yang berarti konseling sebaya
HASIL DAN PEMBAHASAN efektif sebagai upaya memperkuat
Berdasarkan penghitungan analisis kesehatan mental Remaja Panti Asuhan.
statistik, diperoleh hasil dengan uji Hasil penelitian ini sejalan dengan
wilcoxon signed test sebagai berikut. beberapa penelitian sejenis yang
dilakukan oleh Syafitri dan Rahmah
Tabel 1. Hasil Perbandingan Kesehatan Mental (2021); Sa’diyah dan Hidayati (2020);
Keterangan Jumlah Nilai Ta’ibah (2019); Jais (2018); Maesaroh
Rerata
Nilai Positif* 2 14,25 (2016), dimana konseling sebaya efektif
Nilai Negatif** 14 7,68 dalam menanggulangi berbagai
Nilai Sama*** 0 -
permasalahan pada remaja.
* Pre-test Kesehatan Mental > post-test Kesehatan
mental Hasil penelitian Harahap (2019)
* Pre-test Kesehatan Mental < post-test Kesehatan menunjukkan bahwa adanya konseling
mental
* Pre-test Kesehatan Mental = post-test Kesehatan sebaya memengaruhi keterbukaan diri
mental pada remaja panti asuhan Nurul Haq
Sumber: Diolah dari Data Primer Yogyakarta. Keterbukaan diri ini
merupakan bagian untuk pencapaian
Tabel 1 menunjukkan bahwa hasil
hubungan yang akrab. Hubungan yang
pemberian konseling sebaya berhasil
akrab artinya memiliki kemampuan
menguatkan kesehatan mental sebanyak
memberi dan menerima pertemanan,
16 Remaja Panti Asuhan Assalam Shobuur
afeksi dan cinta, yang oleh Semple dan
Malang. Meskipun terdapat 2 remaja Panti
Smyth (2013) dinyatakan bahwa hal
Asuhan Assalam Shobuur Malang yang
tersebut merupakan ciri dari individu
kesehatan mentalnya menurun.
memiliki kesehatan mental yang baik.
Kemungkinan hal ini dikarenakan adanya
Santrock (2012) memaparkan
pengaruh kesangsian dari variabel-
bahwa remaja lebih terbuka terkait hal-
variabel lain yang tidak terkontrol. Di sisi
yang bersifat intim dan informasi yang
lain, tidak terdapat subjek yang mendapat
bersifat personal kepada kawan-
nilai sama dalam pre-test maupun post-
kawannya. Terlebih, remaja yang hidup
test.
bersama di panti. Adanya konseling
Hasil uji hipotesis telah termuat
sebaya membuat remaja panti belajar cara
dalam tabel berikut.
memecahkan permasalahan, cara
mengungkapkan isi hati dan cara
menanggapi ketika ada teman yang
170
p-ISSN : 2721-5393, e-ISSN : 2721-5385
www.jurnalp3k.com/index.php/J-P3K/index
mengungkapkan isi hati. Gunatirin (2018) bermanfaat untuk individu belajar jujur,
menyatakan bahwa ketika individu menghargai orang lain tanpa merendah,
mampu menyelaraskan diri, mampu dan menghindari gejolak diri serta stres.
melewati kesulitan dan bangkit dari Keterampilan dasar konseling
kesulitan tersebut, maka dianggap orang terakhir yang diberikan adalah strategi
yang resilien. Salah satu ciri individu memecahkan masalah. Pada poin ini para
memiliki mental yang sehat adalah remaja panti diminta berkelompok dan
mampu beresiliensi. setiap kelompok diminta untuk curah
Upaya pemberian dukungan pendapat solusi permasalahan yang
kesehatan mental remaja dapat diperoleh diungkapkan oleh salah satu anggota
dengan cara memperkuat kesejahteraan kelompok dengan didampingi fasilitator.
psikologis, keterampilan, ketahanan diri, Keterampilan memecahkan masalah ini
maupun menyiapkan kondisi lingkungan dimaksudkan remaja panti meningkatkan
hidup yang mendukung (WHO, 2002). keterampilan memecahkan masalah dan
Hal yang demikian salah satunya memiliki pandangan baru mengenai
diberikan wadah dalam konseling sebaya alternatif penyelesaian masalah serupa
melalui sesi bermain peran keterampilan yang kemungkinan dapat terjadi pada
dasar konseling, meliputi keterampilan dirinya. Surur dkk. (2016) membuktikan
mendengarkan aktif, perilaku asertif dan bahwa problem solving strategy berhasil
strategi pemecahan masalah. Pada poin meningkatkan keterampilan memecahkan
keterampilan mendengarkan aktif, para masalah pada remaja, yakni siswa SMP.
remaja diajak untuk berperan secara Melalui teman sebaya, individu
berpasangan sebagai konselor dan konseli belajar menginterpretasikan dan
dengan skenario yang telah dirancang mengungkapkan pendapat, menghargai
oleh fasilitator. Guna dari praktik perspektif sebaya, mendiskusikan
keterampilan ini untuk belajar memberi penyelesaian polemik secara kooperatif,
perhatian penuh, berempati, dan mengubah perilaku yang diterima
menginterpretasi, maupun cara oleh sebaya (Sarmin, 2017).
memberikan umpan balik (Suwarjo, 2008) Sesi bermain peran keterampilan
Keterampilan yang diberikan dasar konseling dalam konseling sebaya
selanjutnya adalah perilaku asertif. Pada potensial untuk dimanfaatkan remaja
keterampilan ini para remaja panti dalam membentuk kultur positif
dipertontonkan video cara berperilaku hubungan teman sebaya dalam
asertif dan mempraktikkan dengan cara lingkungan remaja (Laursen, 2005),
menyampaikan pendapat, bertanya, membangun kemandirian remaja
maupun cara menyatakan (Sa’diyah & Hidayati, 2020) serta
ketidaksetujuan. Pemberian keterampilan potensial dalam membantu memecahkan
ini dimaksudkan untuk menumbuhkan permasalahan-permasalahan yang dialami
kemampuan mengungkapkan pendapat, oleh remaja, khususnya terkait kesehatan
berperilaku genuin dan menghargai orang mental (Shohib, dkk., 2016).
lain, sebagaimana yang dinyatakan oleh
Hikmah (2020) bahwa perilaku asertif
171
p-ISSN : 2721-5393, e-ISSN : 2721-5385
www.jurnalp3k.com/index.php/J-P3K/index
172
p-ISSN : 2721-5393, e-ISSN : 2721-5385
www.jurnalp3k.com/index.php/J-P3K/index
173