Anda di halaman 1dari 19

GAMBARAN HASIL DETEKSI DINI MASALAH MENTAL EMOSIONAL

PADA ANAK PRASEKOLAH USIA 36 SAMPAI 72 BULAN


DI PLAYGROUP DAN TK CHERRY KIDS CLUB
ISLAMIC SCHOOL GROGOL SUKOHARJO
TAHUN 2012

Oleh

Lilik Hanifah 1) dan Mieske Prasetya Ningrum 2)


1)
Dosen Akademi Kebidanan Mamba’ul ‘Ulum Surakarta

ABSTRAK

Upaya Pemerintah dalam rangka menurunkan angka kematian anak balita


adalah dengan membuat berbagai kebijakan untuk mengatasi segala persoalan
yang terjadi pada anak salah satu diantaranya adalah meningkatkan manajemen
kesehatan. Dalam hal ini peningkatan manajemen pelayanan kesehatan melalui
pendayagunaan tenaga kesehatan professional, yang mampu secara langsung
mengatasi masalah kesehatan anak seperti bidan salah satunya adalah Deteksi
Dini Masalah Mental Emosional yang merupakan kegiatan pemeriksaan untuk
menemukan secara dini adanya masalah mental emosional pada anak. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran hasil deteksi dini masalah
mental emosoional pada anak prasekolah usia 36 sampai 72 bulan di Playgroup
dan TK Cherry Kidas Club Islamic School Grogol Sukoharjo Tahun 2012.
Jenis penelitian ini adalah studi deskriptif dengan pendekatan cross
secsional. Penelitian ini menggunakan Subyek penelitian yaitu seluruh anak
Prasekolah usia 36 sampai 72 bulan. Penyajian data dalam penelitian ini berupa
data sekunder dengan menggunakan master tabel. Sedangkan analisa data yang
digunakan adalah data kuantitatif menggunakan distribudi frekuensi Relatif.
Hasil Penelitian ini didapatkan anak yang tidak mengalami masalah mental
emosional sebanyak 19 anak (65,5%) sedangkan anak yang mengalami masalah
mental emosional sebanyak 10 anak (34, 5%).
Kesimpulan pada penelitian ini adalah mayoritas anak prasekolah usia 36
sampai 72 bulan di Playgroup dan TK Cherry Kids Club Islamic School Grogol
Sukoharjo Tahun 2012 tidak mengalami masalah mental emosional.
Kata Kunci : Deteksi Dini Masalah Mental Emosional, Anak Prasekolah Usia
36 sampai 72 bulan.

Gambaran Hasil Deteksi Dini Masalah Mental Emosional pada Anak Prasekolah
usia 36 – 72 bulan (L.Hanifah dan M. Prasetya Ningrum) 1
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah


Anak adalah karunia yang terbesar bagi keluarga, agama, bangsa, dan
negara. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, anak adalah penerus cita-cita
bagi kemajuan suatu bangsa.1 Masalah kesehatan anak merupakan salah satu
masalah utama dalam bidang kesehatan saat ini di negara indonesia. Derajat
kesehatan anak mencerminkan derajat kesehataan bangsa, sebab anak sebagai
generasi penerus bangsa memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan dalam
meneruskan pembangunan bangsa. Sehingga masalah kesehatan anak
diprioritaskan dalam perencanaan atau penataan pembangunan bangsa.2
Upaya Pemerintah dalam rangka menurunkan angka kematian anak balita
adalah dengan membuat berbagai kebijakan untuk mengatasi segala persoalan
yang terjadi pada anak salah satu diantaranya adalah meningkatkan manajemen
kesehatan. Dalam hal ini peningkatan manajemen pelayanan kesehatan melalui
pendayagunaan tenaga kesehatan professional, yang mampu secara langsung
mengatasi masalah kesehatan anak seperti bidan yang berada di Puskesmas yang
secara langsung berperan dalam pemberian pelayanan kesehatan.2
Fungsi kebidanan diantaranya untuk memastikan kesejahteraan ibu dan
anak. Dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
900/Menkes/SK/VII/2002 tentang Registrasi dan Praktik Bidan yang antara lain
mengatur hal-hal berikut ini salah satunya adalah layanan kesehatan kepada anak
diberikan pada masa bayi (khususnya pada masa bayi baru lahir), balita dan anak
prasekolah. Pelayanan kesehatan pada anak salah satunya meliputi pemantauan
tumbuh kembang balita untuk meningkatkan kualitas tumbuh kembang anak
melalui deteksi dini dan stimulasi tumbuh kembang balita.3
Hal-hal yang diperhatikan pada diri seorang anak salah satunya bahaya
emosi. Dalam hal ini anak akan dianggap tidak matang baik oleh teman-teman
sebaya maupun orang-orang dewasa, kalau ia masih menunjukan pola-pola
ekspresi emosi yang kurang menyenangkan.4 Perasaan-perasaan yang tidak aman
yang dalam, tidak adekuat, bersalah, rendah diri, bermusushan, benci, cemburu,
dan iri hati adalah tanda-tanda gangguan emosi dan dapat menyebabkan mental
tidak sehat. Jika terjadi pada anak usia dibawah 6 tahun yang ditandai dengan
kesulitan dalam berperilaku, yang dikemukakan oleh orang tua dengan keluhan
adanya perkembangan yang terlambat, ketidakmampuan menyesuaikan diri atau
adaptasi, tidak bisa diam, hiperaktif, sulit berkonsentrasi, agresif, tidak lancar
berkomunikasi maka anak tersebut dicurigai mengalami gangguan mental
emosional.5
Dari pemberitaan di media massa terlihat adanya peningkatan kasus
gangguan mental emosional, yang menyangkut juga anak-anak usia dibawah 10
tahun. Ada anak-anak yang mengalami perlakuan tidak senonoh di usia yang
sangat muda bahkan dibawah 6 tahun kebawah, seperti pemerkosaan, pelecehan
seksual serta tindakan kekerasan atau penelantaran emosional yang tentunya
berdampak negatif terhadap perkembangan anak.5
Apabila muncul sifat tersebut maka perlu dilakukan Deteksi Dini
Penyimpangan Mental Emosional yaitu kegiatan atau pemeriksaan untuk

Gambaran Hasil Deteksi Dini Masalah Mental Emosional pada Anak Prasekolah
usia 36 – 72 bulan (L.Hanifah dan M. Prasetya Ningrum) 2
menemukan secara dini adanya masalah mental emosional agar dapat segera
dilakukan tindakan intervensi. Sebab apabila penyimpangan mental emosional
terlambat diketahui, maka intervensinya akan lebih sulit dan hal ini akan
berpengaruh pada tumbuh kembang anak, terutama pada anak-anak usia pra
sekolah.6
Dari studi pendahuluan yang penulis lakukan pada tanggal 26 April 2012 di
Playgroup dan TK Cherry Kids Islamic Shool Grogol Sukoharjo terdapat 29
siswa dengan jumlah siswa laki-laki sebanyak 13 orang dan siswa perempuan
sejumlah 16 orang. Melalui wawancara dengan salah satu pengajar dan observasi
pada anak didapatkan beberapa anak yang seringkali terlihat mudah menangis,
tersinggung, menggangu temanya, konsentrasi yang buruk ketika mengikuti
pelajaran , perasaan takut dan kecemasan yang berlebihan dan satu anak yang
seringkali menghindar dari teman-temanya. Hal tersebut merupakan salah satu
diantara permasalahan perilaku pada anak yang mengalami masalah mental
emosional. Selain hal tersebut di Playgroup dan TK tersebut belum pernah
diadakan Skrining deteksi dini masalah mental emosional oleh tenaga kesehatan.
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, penulis tertarik melakukan
penelitian di lokasi tersebut, Sehingga penelitian ini mengambil judul tentang “
Gambaran Hasil Deteksi Dini Masalah Mental Emosional pada Anak Prasekolah
Usia 36 sampai 72 bulan di Playgroup dan TK Cherry Kids Club Islamic School
Grogol Sukoharjo Tahun 2012” dengan menggunakan Kuesioner Masalah Mental
Emosional (KMME) sesuai dengan usia.

2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah ”Bagaimanakah Hasil Gambaran Deteksi Dini Masalah
Mental Emosional Pada Anak Prasekolah usia 36 sampai 72 bulan di Playgroup
dan TK Cherry Kids Club Islamic School Grogol Sukoharjo Tahun 2012”.

3. Tujuan Penelitian
Tujuan Umum penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran hasil
deteksi dini masalah mental emosional pada anak prasekolah usia 36 sampai 72
bulan di Playgroup dan TK Cherry Kids Club Islamic School Grogol Sukoharjo
Tahun 2012, sedangkan tujuan khususnya adalah untuk mengetahui karakteristik
anak prasekolah usia 36 sampai 72 bulan di Playgroup dan TK Cherry Kids Club
Islamic School Grogol Sukoharjo Taun 2012 berdasarkan umur dan jenis kelamin,
untuk mengetahui jumlah anak yang mengalami masalah mental emosional pada
anak prasekolah usia 36 sampai 72 bulan di Playgroup dan TK Cherry Kids Club
Islamic School Grogol Sukoharjo Taun 2012, untuk mengetahui jumlah masalah
mental emosional pada anak prasekolah usia 36 sampai 72 bulan di Playgroup dan
TK Cherry Kids Club Islamic school Grogol Sukoharjo Tahun 2012, untuk
mengetahui hasil deteksi dini masalah mental emosional pada anak prasekolah
usia 36 sampai 72 bulan di Playgroup dan TK Cherry Kids Club Islamic School
Grogol Sukoharjo Taun 2012 berdasarkan umur dan jenis kelamin.

Gambaran Hasil Deteksi Dini Masalah Mental Emosional pada Anak Prasekolah
usia 36 – 72 bulan (L.Hanifah dan M. Prasetya Ningrum) 3
METODE PENELITIAN

1. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis peneltian deskriptif yaitu suatu metode
dalam pencarian fakta status sekelompok mnusia, suatu obyek, suatu kondisi,
suatu system pemikiran ataupun suatu peristiwa pada masa sekaranag dengan
interprestasi yang tepat.23 Pendekatan pada penelitian berupa cross sectional
karena data dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan, cross setional adalah
suatu penelitian yang dilakukan dengan pengamatam sesaat atau dalam suatu
priode waktu tertentu.25

2. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal
tersebut, kemudian ditarik kesimpulanya.26 Variabel dalam penelitian ini berupa
Gambaran hasil deteksi Dini Masalah Mental Emosional pada anak prasekolah
usia 36 sampai 72 bulan di Playgroup dan TK Cherry Kids Islamic School Grogol
Sukoharjo Tahun 2012.

3. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang
dimaksud, tentang apa yang di ukur oleh variabel yang bersangkutan. Definisi
operasional bermanfaat untuk mengarahkan pengukuran atau pengamatan
terhadap variabel yang bersangkutan serta pengembangan instrument atau alat
ukur.24

Tabel 1 Definisi operasional

No Skala
Definisi Parameter dan
Variabel Alat Ukur Penguku
Operasional Kategori
ran
Gambaran hasil - Normal (anak
deteksi dini tidak
Gambaran hasil
masalah metal mengalami
deteksi Dini
emosional pada masalah mental
masalah Mental Nominal
anak Prasekolah emosional dan
Emosional pada
usia 36 sampai 72 tidak normal
Anak
bulan di (anak dengan
Prasekolah usia
Playgroup dan TK masalah mental
1. 36 sa pai 72 KMME
Cherry Kids Club emosional)
bulan di
Islamic School - Jumlah masalah
Playgroup dan
Grogol Sukoharjo mental
TK Cherry Kids
Tahun 2012 yang emosional :
Club Grogol Ordinal
didapatkan dari Jumlah masalah
Sukoharjo
catatan medik 1 dan Jumlah
Tahun 2012
bidam masalah ≥2

Gambaran Hasil Deteksi Dini Masalah Mental Emosional pada Anak Prasekolah
usia 36 – 72 bulan (L.Hanifah dan M. Prasetya Ningrum) 4
Sub Variabel

Jumlah bulan
Umur yang - 36-47 bulan
Master
dihabiskan dari - 48-59 bulan Interval
Tabel
bulan lahir sampai - 60-72 bulan
saat penelitian
dilakukan
2.

Pensifatan atau
Master
Jenis Kelamin pembagian - Perempuan Nominal
Tabel
manusia yang - Laki-laki
itentukan secara
biologis

4. Populasi dan Sampel


Populasi adalah wilayah generalisasi yang terjadi atas objek atau subjek
yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu sehingga diterapkan oleh
peneliti yang dipelajari kemudian ditarik kesimpulanya.28 Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh Anak Prasekolah usia 36 sampai 72 bulan di
Playgroup dan TK Cherry Kids Club Islamic School Grogol Sukoharjo pada
tanggal 21 Juni 2012 sebanyak 29 anak.
Sampel merupakan sebagian dari populasi yang diharapkan dapat mewakili
atau representatif populasi.29 Pada penelitian ini tidak menggunakan sampel tetapi
menggunakan subyek penelitian. Subyek penelitian ini adalah subyek yang dituju
untuk diteliti oleh peneliti atau subyek yang menjadi pusat penelitian atau sasaran
peneliti.28 Subyek penelitian ini adalah seluruh Anak Prasekolah usia 36 sampai
72 bulan di Playgroup dan TK Cherry Kids Club Islamic School Grogol
Sukoharjo pada tanggal 21 Juni 2012 sebanyak 29 anak.

5. Alat dan Metode Pengumpulan Data


Alat pengumpulan data adalah alat-alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data, instrument penelitian dapat berupa kuesioner, formulir
observasi, dan sebagainya yang berkaitan dengan pencatatan data.28 Alat yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Kuesioner Masalah Mental Emosional
(KMME) yang dilakukan oleh bidan, kemudian hasilnya oleh peneliti dimasukan
ke dalam master tabel untuk memudahkan dalam mengkarakteristikan variabel
yang diteliti meliputi nomor urut responden, nama inisial responden, umur, jenis
kelamin dan hasil pemeriksaan. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini
merupakan kuesioner baku yang sudah ditetapkan oleh Departemen Kesehatan RI
sehingga tidak perlu dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas.
Metode pengumpulan merupakan cara peneliti untuk mengumpulkan data
yang akan dilakukan dalam penelitian. Metode pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini dengan pengambilan data yang diperoleh dari catatan medik
bidan yang melakukan kegiatan pemeriksaan dengan Kuesioner Masalah Mental
Emosional (KMME). Kemudian hasilnya di rekapitulasi ke dalam master tabel
sesuai dengan kriteria yang dinilai oleh peneliti, sehingga penyajian data pada

Gambaran Hasil Deteksi Dini Masalah Mental Emosional pada Anak Prasekolah
usia 36 – 72 bulan (L.Hanifah dan M. Prasetya Ningrum) 5
penelitian ini berupa data sekunder yaitu data yang diperoleh lewat pihak lain,
tidak langsung diperoleh oleh penelitian dari subyek penelitiannya dan biasanya
berupa data dokumentasi atau data laporan yang telah tersedia.30
Langkah-langkah pengumpulan data dalam penelitian ini sebagai berikut:
a. Mencari surat perijinan dari kampus Akademi Kebidanan Mamba’ul ‘Ulum
Surakarta untuk melakukan studi pendahuluan di pimpinan Playgroup dan
TK Cherry Kids Club Islamic School Grogol Sukoharjo.
b. Menyerahkan surat perijinan dari kampus Akademi Kebidanan Mamba’ul
‘Ulum Surakarta kepada pimpinan Playgroup dan TK Cherry Kids Club
Islamic School Grogol Sukoharjo untuk melakukan studi pendahuluan.
c. Melakukan studi pendahulan melalui wawancara dengan salah satu pengajar
dan kepala Playgroup dan TK tersebut.
d. Mencari tenaga kesehatan yaitu dalam penelitian tenaga kesehatan yang
dimintai adalah bidan wilayah Grogol kemudian melakukan persetujuan
kerjasama untuk membantu melakukan deteksi dini dan memberikan asuhan
mengenai masalah mental emosional di Playgroup dan TK Cherry Kids
Club Islamic School Grogol Sukoharjo.
e. Mencari surat perijinan dari kampus Akademi Kebidanan Mamba’ul ‘Ulum
Surakarta untuk melakukan penelitian di Playgroup dan TK Cherry Kids
Club Islamic School Grogol Sukoharjo.
f. Menyerahkan surat perijinan dari kampus Akademi Kebidanan Mamba’ul
‘Ulum Surakarta ke Playgroup dan TK Cherry Kids Club Islamic School
Grogol Sukoharjo.
g. Melakukan Penelitian di Playgroup dan TK Cherry Kids Club Islamic
School Grogol Sukoharjo pada tanggal 21 Juni 2012 dengan bidan dalam
kegiatan pembagian rapor anak. Kemudian setelah kegiatan tersebut selesai
dilakukan wawancara secara terstruktur satu per satu kepada orangtua dari
anak mengenai pertanyaan masalah mental emosional, sedangkan peneliti
mendampingi bidan untuk engetahui secara langsung kegiatan yang
dilakukan.
h. Melakukan rekapitulasi hasil deteksi dini masalah mental emsoional dari
bidan kemudian dimasukan kedalam master tabel untuk di analisa.

6. Metode Pengolahan Data dan Analisis Data


Metode Pengelolaan Data
Penyusunan data diperlukan untuk memudahkan penilian dan penegcekan
apakah data untuk penelitian sudah lengkap. Data yang sudah terkumpul
selanjutnya disusun untuk memudahkan pengelolaan data.31 Metode pengelolahan
data ini dilakukan secara manual dengan langkah sebagai berikut :
1. Editing
Editing (pemeriksaan data) adalah kegiatan memeriksa data, kelengkapan,
kebenaran pengisian data, keseragaman ukuran, keterbacaan tulisan dan
konsistensi data berdasarkan tujuan penelitian.26 Pada penelitian ini
memeriksa data yang sudah terkumpul dan diperiksa ulang untuk memastikan
kelengkapan data yang sudah diisi petugas kesehatan

Gambaran Hasil Deteksi Dini Masalah Mental Emosional pada Anak Prasekolah
usia 36 – 72 bulan (L.Hanifah dan M. Prasetya Ningrum) 6
2. Skoring
Kegiatan yang dilakukan dengan memberikan penelitian terhadap item-item
yang pertlu diberikan penilaian atau skor.31 Kegiatan yang dilakukan dengan
memberikan penilaian terhadap item-item pada pertanyaan. Pada penelitian ini
scoring yang digunakan dengan mencatat jawaban “YA” , kemudian hitung
jumlah jawaban “YA”. Sehigga interprestasinya adalah bila jawaban “YA”,
maka kemungkinan anak mengalami masalah mental emosional.
3. Coding Sheet
Coding Sheet atau kartu kode adalah insrument berupa kolom-kolom untk
merekam data secara manual. Lembaran atau kartu kode dalam penelitin ini
berisi nomor responden dan nomor-nomor pertanyaan.24
4. Data entry
Data entry adalah kegiatan memasukan data yang telah dikumpulkan ke dalam
master tabel atau data base komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi
sederhana atau dengan membuat tabel kontingensi.32. Pada penelitian ini
melakukan penyusunan ke dalam master tabel sehingga untuk mempermudah
penyajian dan analisa data.
5. Tabulasi
Tabulasi adalah membuat tabel-tabel data, sesuai dengan tujuan penelitian
atau yang diinginkan oleh peneliti.24 Pada penelitian ini yaitu menggunakan
master tabel.
Analisis Data
Analisa data merupakan cara mengolah data agar dapat disimpulkan atau
diinterpretasikan menjadi informasi.30 Analis Univariate bertujuan untuk
menjelaskan atau mendeskriptifkan karakteristik setiap variabel penelitian. Pada
umumnya dalam analisis ini menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari
tiap variabel.24
Dalam penelitian ini data yang sudah terkumpul kemudian direkapitulasi
dengan cara menghitung jumlah jawaban “YA” kemudian dikategorikan normal
dan tidak normal serta jumah masalah pada masing-masing anak yang mengalami
masalah mental emosional. Kemudian dilakukan perhitungan untuk mengetahui
persentase dari hasil variabel yang diteliti yaitu dengan menggunakan rumus:33
f
P= x100 %
n

Keterangan :
P : Persentase
f : Frekuensi jawaban
n : Frekuensi item
Sedangkan analisa univariate pada penelitian ini dilakukan terhadap variabel
gambaran hasil deteksi dini masalah mental emosional pada anak prasekolah usia
36 sampai 72 bulan di Playgroup dan TK Cherry Kids Club Islamic School
Grogol Sukoharjo Tahun 2012 berdasarkan karakteristik umur dan jenis kelamin.
Analisa data tersebut menggunakan dalam bentuk distribusi frekuensi dengan
rumus sebagai berikut :33

Gambaran Hasil Deteksi Dini Masalah Mental Emosional pada Anak Prasekolah
usia 36 – 72 bulan (L.Hanifah dan M. Prasetya Ningrum) 7
F Keterangan :
df = x 100% df : Persentase
N F : Jumlah data berdasarkan kriteria yang
dinilai
N : Jumlah keseluruhan data

6. Etika Penelitia
Setiap penelitian sebaiknya dimintakan ethical clearance, yaitu semacam
persetujuan dari komite etik penelitian disuatu institusi bahan penelitian yang
akan dilakukan ini tidak membahayakan responden penelitian. Ethical clearance
pada umumnya diajukan oleh peneliti apabila penelitian yang akan dilakukan
mencakup tindakan infasif pada tubuh manusia. Tren pada saat ini adalah
mencantumkan informasi ini pada artikel jurnal internasional, meskipun
menggunakan penelitian kualitatif, cara pengumpulan datanyapun dapat
menginfasi pemikiran orang lain.26
Apabila komite etik penelitian belum dibentuk suatu institusi, maka peneliti
tetap harus memenuhi etika penelitian, yaitu menjamin kerahasiaan responden,
menjamin keamanan, adil dan mendapatkan persetujuan dari responden.26
a. Menjamin kerahasiaan responden.
Salah satu cara untuk menjamin kerahasiaan responen adalah tidak
mencantumkan nama responden dalam pengisian instrument penelitian maupun
penyajian hasil penelitian.26
b. Bertindak adil.
Bertindak adil diterapkan khususnya untuk penelitian eksperimen yang
memberikan perlakukan berbeda pada tiap responden misalnya, ada responden
yang diberikan penyuluhan dan ada yang tidak diberi penyuluhan. Ketidak adil
dapat dilakukan dengan memberikan perlakukan yang sama sebelumnya, yaitu
misalnya masing-masing responden diberi liflet, selanjutnya responden ada yang
diberi penyuluhan dan ada yang tidak. Setelah penelitian selesai, peneliti akan
memberikan penyuluhan kepada responden yang tidak mendapatkan penyuluhan
pada proses penelitian.26
c. Mendapatkan persetujuan dari responden.
Seseorang tidak dapat dipaksakan untuk menjadi responden dalam penelitian
karena seseorang mempunyai hak dan kebebasan untuk menentukan dirinya
sendiri. Peneliti perlu meminta persetujuan dari responden dalam keikut
sertaannya menjadi responden. Sebelum meminta persetujuan dari responden,
peneliti harus memberikan informasi tentang tujuan dilakukannya penelitian.
Selain itu, untuk penelitian eksperimen, peneliti harus menjelaskan langkah-
langkah eksperimen, menyampaikan jaminan kerahasiaan dan keamanan
responden. Setelah mendapatkan informasi tersebut, responden berhak menolak
keikut sertaan menjadi responden. Apabila responden menyetujuinya maka,
responden menandatangani menjadi responden.26

Gambaran Hasil Deteksi Dini Masalah Mental Emosional pada Anak Prasekolah
usia 36 – 72 bulan (L.Hanifah dan M. Prasetya Ningrum) 8
7. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi Penelitian dilaksanakan di Playgroup dan TK Cherry Kids Club
Islamic School Grogol sukoharjo yang terletak di Jl. Kemuning Blok 1 nomor
12A Puri Gading. Waktu Penelitian dilaksanakan pada tanggal 21 Juni 2012
dengan jadwal penelitian terlampir.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian
Gambaran Lokasi Penelitian
Penelitian mengenai Gambaran hasil deteksi dini masalah mental emosional
pada anak prasekolah usia 36 sampai 72 bulan dilakukan di Playgroup dan TK
Cherry Kids Club Islamic School Grogol Sukoharjo Tahun 2012. Lokasi tersebut
terletak di Jl. Kemuning Blok 1 nomor 12A Puri Gading. Berdasarkan hasil
wawancara pada tanggal 26 April 2012 dengan kepala Playgroup dan TK tersebut
didapatkan bahwa terdapat 3 pengajar dan 1 kepala pimpinan serta terdiri dari 29
murid sebanyak 13 murid laki-laki dan 16 murid perempuan.
Karakteristik Anak
Pada penelitian ini umur dikelompokan menjadi 3 kelompok yaitu usia 36
sampai 47 bulan, usia 48 sampai 59 bulan, usia 60 sampai 72 bulan, sedangkan
jenis kelamin dibedakan menjadi laki-laki dan perempuan, yang terdiri dari 13
anak laki-laki dan 16 anak perempuan serta jumlah 29 orang dengan hasil
penelitian dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 1
Distribusi Ferkuensi Relatif Karakteristik umur Anak Prasekolah usia 36 sampai 72
bulan di Playgroup dan TK Cherry Kids Club Islamic School Grogol Sukoharjo
Tahun 2012

No Umur F %
1. 36 sampai 47 bulan 6 20,7
2. 48 sampai 59 bulan 10 34,5
3. 60 sampai 72 bulan 13 44,8
Jumlah 29 100

Berdasarkan tabel diatas didapatkan bahwa mayoritas anak berusia 50


sampai 72 bulan sebanyak 13 anak (44,8%). Sedangkan minoritasnya pada anak
berusia 36 sampai 47 bulan sebanyak 6 anak (20,7%).

Gambaran Hasil Deteksi Dini Masalah Mental Emosional pada Anak Prasekolah
usia 36 – 72 bulan (L.Hanifah dan M. Prasetya Ningrum) 9
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Relatif karakteristik Jenis Kelamin Anak Prasekolah Usia 36
sampai 72 bulan di Playgroup dan TK Cherry Kids Club Islamic School Grogol
Sukoharjo Tahun 2012

No Jenis Kelamin F %
1. Laki-Laki 13 44,8
2. Perempuan 16 55,2
Total 29 100

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa mayoritas jenis kelamin pada
anak prasekolah usia 36 sampai 72 bulan di Playgroup dan TK Cherry Kids Club
Islamic School Grogol Sukoharjo Tahun 2012 adalah perempuan yaitu sebanyak
16 anak (55,2%) sedangkan minoritasnya adalah laki-laki sebanyak 13 anak
(44,8%).

Tabel 3
Distribusi Frekuensi Relatif Hasil Deteksi Dini Masalah Mental Emosional
Pada anak Prasekolah Usia 36 sampai 72 bulan di Playgroup dan TK Cherry Kids Club Islamic
School Grogol Sukoharjo Tahun 2012

Hasil Deteksi Dini Masalah


No F %
Mental Emosional
1. Normal 19 65,5
2 Tidak Normal 10 34,5
Jumlah 29 100

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa gambaran hasil deteksi dini
masalah mental emosional pada anak Prasekolah Usia 36 sampai 72 bulan di
Playgroup dan TK Cherry Kids Club Islamic School Grogol Sukoharjo Tahun
2012 didapatkan mayoritas anak tidak mengalami masalah mental emosional
(normal) sebanyak 19 anak (65,5%). Sedangkan anak yang mengalami masalah
mental emosional (tidak normal) sebanyak 10 anak (34,5%).

Tabel 4.4
Distribusi Ferkuensi Relatif jumlah masalah masing-masing anak yang mengalami
masalah mental emosional pada anak Praskeolah Usia 36 sampai 72 bulan di Playgroup
dan TK Cherry Kids Club Islamic school Grogol Sukoharjo tahun 2012.

No Masalah F %
1. Jumlah masalah mental
6 20,7
emosional 1
2. Jumlah masalah mental
4 13,8
emosional ≥2
Jumlah 10 34,5

Gambaran Hasil Deteksi Dini Masalah Mental Emosional pada Anak Prasekolah
usia 36 – 72 bulan (L.Hanifah dan M. Prasetya Ningrum) 10
Berdasarkan data tabel 4.4 diatas menujukan bahwa mayoritas anak
mengalami jumlah masalah sebanyak 1 yaitu 6 anak (20,7%) sedangkan
minoritasnya anak dengan jumlah masalah 2 atau lebih sebanyak 4 anak (13,8%) .

Tabel 5
Distribusi Frekuensi Relatif hasil deteksi dini masalah mental emosional pada
anak Prasekolah Usia 36 sampai 72 bulan di Playgroup dan TK Cherry Kids Club
Islamic School Grogol Sukoharjo Tahun 2012 berdasarkan karakteristik umur.

Hasil Deteksi Dini Masalah Mental


Emosional
No Umur F %
Normal Tidak Normal
F % F %
36 sampai 47 6 20,7
1. 4 13,8 2 6,9
bulan
48 sampai 49 10 34,5
2. 7 24,1 3 10,3
bulan
50 sampai 72 13 44,8
3. 8 27,6 5 17,2
bulan
Jumlah 19 65,5 10 34,5 29 100

Berdasarkan tabel 4.5 diatas menunjukan bahwa mayoritas masalah


mental emosional terjadi pada kelompok usia 50 sampai 72 bulan sebanyak 5 anak
(17,2%) dan yang normal sebanyak 8 anak (27,6%). Sedangkan minoritasnya
adalah kelompok usia 36 sampai 47 bulan sebanyak 2 anak (6,9%) dan yang
normal sebanyak 4 anak (13,8%).

Tabel 6
Distribusi Frekuensi Relatif Hasil Deteksi Dini Masalah Mental Emosional Pada Anak
Praskeolah Usia 36 Sampai 72 bulan di Playgroup dan TK Cherry Kids Club Islamic
School Grogol Sukoharjo Tahun 2012 berdasarkan Jenis Kelamin.

Hasil Deteksi Dini Masalah Mental


Jenis Emosional
No F %
Kelamin Normal Tidak Normal
F % F %
1. Laki-laki 7 24,1 6 20,7 13 44,8
2. Perempuan 12 41,4 4 13,8 16 55,2
Jumlah 19 65,5 10 34,5 29 100

Berdasarkan tabel 4.6 di atas menunjukan bahwa mayoritas anak yang


mengalami masalah mental emosional adalah anak laki-laki yaitu sebanyak 6 anak
(20,7%) dan yang normal sebanyak 7 anak (24,1%) sedangkan minoritasnya

Gambaran Hasil Deteksi Dini Masalah Mental Emosional pada Anak Prasekolah
usia 36 – 72 bulan (L.Hanifah dan M. Prasetya Ningrum) 11
adalah anak perempuan yaitu sebanyak 4 anak (13,8%) dan yang normal sebanyak
12 anak (41,4%).

2. Pembahasan
2.1 Gambaran Karakteristik Anak
Berdasarkan tabel 4.1 tentang Distribusi Ferkuensi Relatif Karakteristik
umur pada Anak Prasekolah usia 36 sampai 72 bulan di Playgroup dan TK Cherry
Kids Club Islamic School Grogol Sukoharjo Tahun 2012 didapatkan bahwa
mayoritas anak berusia 50 sampai 72 bulan sebanyak 13 anak (44,8%).
Sedangkan minoritasnya pada anak berusia 36 sampai 47 bulan sebanyak 6 anak
(20,7%).
Sedangkan tabel 4.5 tentang distribusi frekuensi relatif jenis kelamin pada
anak prasekolah usia 36 sampai 72 bulan di Playgroup dan TK Cherry Kids Club
Isalmic School Grogol Sukoharjo Tahun 2012 didapatkan bahwa mayoritas jenis
kelamin pada anak prasekolah usia 36 sampai 72 bulan di Playgroup dan TK
Cherry Kids Club Islamic School Grogol Sukoharjo Tahun 2012 adalah
perempuan yaitu sebanyak 16 anak (55,2%) sedangkan minoritasnya adalah laki-
laki sebanyak 13 anak (44,8%). Umur dan jenis kelamin merupakan karakteristik
yang dapat mempengaruhi perkembangan emosi anak. Akan tetapi Pemahaman
mengenai karakteristik sama seperti perkembangan dalam aspek lain, emosi anak
berkembang bertahap namun berkesinambungan. Setiap anak memiliki
perkembangan emosi yang spesifik dan unik untuk dirinya, sehingga tidak
disamaratakan untuk semua anak.13
2.2 Gambaran Hasil Deteksi Dini Masalah Mental Emosional
Tabel 4.3 distribusi frekuensi relatif hasil deteksi dini masalah mental
emosional pada anak Prasekolah usia 36 sampai 72 bulan di Playgroup dan TK
Cherry Kids Club Islamic School Grogol Sukoharjo Tahun didapatkan bahwa
anak dengan kategori normal yaitu anak yang tidak memiliki masalah mental
emosional sebanyak 19 anak (65,5%) sedangkan yang tidak normal yaitu anak
mengalami masalah mental emosional sebanyak 10 anak (34,5%).
Secara umum dapat diambil kesimpulan bahwa hasil penelitian ini
menunjukan mayoritas anak tidak mengalami masalah mental emosional. Hal
tersebut disebabkan karena afek dan emosi yang melekat pada eksistensi manusia
adalah normal dan merupakan dorongan baginya seperti kebanggaan,
kegembiraan, ketakutan dalam batas-batas tertentu, tetapi bila efek dan emosi itu
sudah begitu keras sehingga fungsi individu terganggu, maka dikatakan telah
terjadi gangguan afek dan emosi.12Ganguan tersebut dapat mengakibatkan
gangguan psikologis akibat adanya pegalaman yang tidak menyenangkan yang
dapat menghambat perkembangan mental.16 Adapun anak dengan penyimpangan
perkembangan adalah anak-anak yang secara biologis relatif normal, namun
memiliki berbagai resiko yang dapat mengakibatkan penyimpangan dalam
perkembanganya. Namun demikian, tidak semua anak yang dalam proses
perkembanganya mengalami masalah termasuk dalam kategori hambatan dan
penyimpangan.17 Akan tetapi anak-anak akan tumbuh dan berkembang optimal
jika keadaan jiwanya sehat. Pola asuh yang salah pada anak seringkali
menyebabkan anak tumbuh kembang dalam tekanan. Orangtua yang sering

Gambaran Hasil Deteksi Dini Masalah Mental Emosional pada Anak Prasekolah
usia 36 – 72 bulan (L.Hanifah dan M. Prasetya Ningrum) 12
mencela, memarahi, menyalah-nyalahkan akan membuat anak tumbuh secara
esteem yang rendah. Anak akan minder tidak percaya diri, merasa tidak mampu
yang bisa menjadi factor presdiposisinya terjadi depresi. Jika anak dibesarkan
dalam kondisi demikian, maka akan tumbuh menjadi pribadi yang tidak sehat
mental dan tidak akan terwujud generasi yang berkualitas.18 Di dukung dengan
hasil wawancara terhadap orangtua dari anak yang mengalami masalah mental
emsoional yaitu anak mereka yang mengalami masalah penyimpangan
diantaranya dilatarbelakangi oleh pola asuh yang kurang tepat seperti orangtua
yang otoriter, orangtua yang permisif, akibat sibling rivalry, dan gangguan-
gangguan fisik seperti sakit perut dan keluhan fisik berupa pegel-pegel yang
dikeluhkan sejak masa kecil.
Oleh karenanya, masa ini perlu mendapatkan perhatian khusus dimana
pada usia tersebut merupakan masa yang sangat peka terhadap lingkungan dan
berlangsung sangat pendek serta tidak dapat diulang kembali.17Sehingga
pendeteksian dini menjadi sangat penting untuk dilakukan terutama dalam
mendeteksi dini masalah mental emoisonal pada anak prasekolah untuk mencegah
penelataran emosional yang akan berdampak negatif terhadap perkembangan
anak.
2.3 Jumlah masalah mental emosional yang dialami Anak
Berdasarkan tabel 4.4 mengenai distribusi frekuensi relatif jumlah masalah
pada anak dengan masalah mental emosional pada anak Prasekolah Usia 36
sampai 72 bulan di Playgroup dan TK Cherry Kids Club Islamic School Grogol
Sukoharjo Tahun 2012 menunjukan bahwa mayoritas anak mendapatkan jumlah
masalah mental emosional sebanyak 1 yaitu 6 anak (20,7%) sedangkan
minoritasnya anak yang mendapatkan jumlah masalah mental emosional ≥2 yaitu
4 anak (13,8%). Hal tersebut dikarenakan banyak anak mengalami jenis
pertanyaan permasalahan nomor 1 yaitu Apakah anak anda Seringkali terlihat
marah tanpa sebab yang jelas? (Seperti banyak menangis, mudah tersinggung atau
bereaksi berlebihan terhadap hal-hal yang sudah biasa dihadapinya”. Hal tersebut
terjadi akibat keinginan anak yang tidak terpenuhi dan sifat anak yang tertutup
mengenai permasalahn dan keinginanya. Sesuai dengan teori yang menyatakan
bahwa sumber utama kemarahan adalah hal-hal yang mengganggu aktivitas untuk
sampai tujuanya, dengan demikian ketegangan yang terjadi dalam aktivitas itu
tidak mereda, bahkan bertambah sehingga untuk menyalurkan ketegangan
individu tersebut yaitu dengan menjadi marah11. Sedangkan keterbatasan
pemahaman emosi anak sering kali menimbulkan ketidaktepatan orang dewasa
dalam merespon emosi anak. Kondisi ini dapat mengakibatkan munculnya
permasalahan baru dalam aspek emosi. Sehingga ketepatan orangtua dalam
memberikan stimulasi dan rangsangan emosi dapat memberikan perasaan-
perasaan positif sehingga menghidarkan perasaan-perasaan negatif yang dapat
mengganggu atau bahkan merusak kestabilan emosi.9
Sesuai dengan Kuesioner Masalah Mental Emosional (KMME) dimana
intervensinya bila jumlah masalah mental emosional hanya satu maka dapat
dilakukan konseling kepada orang tua menggunakan Buku Pedoman Pola Asuh
yang mendukung perkembangan anak. Kemudian melakukan evaluasi 3 bulan,
bila tidak ada perubahan rujuk ke rumah sakit yang memiliki fasilitas kesehatan

Gambaran Hasil Deteksi Dini Masalah Mental Emosional pada Anak Prasekolah
usia 36 – 72 bulan (L.Hanifah dan M. Prasetya Ningrum) 13
jiwa atau tumbuh kembang anak. Sedangkan jumlah masalah mental emosional
dua atau lebih maka rujuk ke rumah sakit yang memiliki fasilitas kesehatan jiwa
atau tumbuh kembang anak. Rujukan harus disertai informasi mengenai jumlah
dan masalah mental emosional yang ditemukan.4
Dalam penelitian ini peneliti dibantu oleh bidan wilayah setempat untuk
melakukan skrining tersebut. Sehingga intervensi yang dilakukan oleh bidan
tersebut apabila anak mendapatkan jumlah masalah mental emosional 1 diberikan
konseling sesuai dengan jenis permasalahan pada anak tersebut sedangkan pada
anak dengan jumlah masalah ≥2 bidan tersebut langsung memberikan rujukan ke
rumah sakit yang memiliki fasilitas kesehatan jiwa atau tumbuh kembang anak.
2.4 Gambaran Hasil Deteksi Dini Masalah Mental Emosional Berdasarkan
Umur
Berdasarkan tabel 4.5 mengenai distribusi frekuensi relatif hasil deteksi
dini masalah mental emosional pada anak prasekolah usia 36 sampai 72 bulan di
Playgroup dan TK Cherry Kids Club Islamic School Grogol Sukoharjo Tahun
2012 berdasarkan karakteristik umur menunjukan bahwa mayoritas masalah
mental emosional terjadi pada kelompok usia 50 sampai 72 bulan sebanyak 5 anak
(17,2%) dan yang normal sebanyak 8 anak (27,6%). Hal tersebut sesuai dengan
teori yang menyatakan bahwa pada masa tersebut disamping ditandai dengan
pertumbuhan fisik yang kuat dan kemampuan-kemampuan intelektual yang sangat
penting. Selain itu biasanya anak mulai bergabung dengan kelompok dan
menemukan tempatnya sendiri diantara teman-teman sebayanya, anak mulai
membedakan peran laki-laki dan wanita, menguji kemampuan-kemampuanya
sendiri dalam hubunganya dengan kemampuan dari kawan-kawanya dan
mempelajari beberapa keterampilan sosial dasar.20 Akan tetapi bertambahnya
pengetahuan dan pemanfaatan media massa atau keseluruhan latar belakang
pengalaman, berpengaruh terhadap perubahan-perubahan emosional ini.15 Hal
tersebut juga dipengaruhi oleh perkembangan emosional sebelumnya, sesuai
dengan teori yang menyatakan perkembangan awal merupakan masa kritis karena
akan menentukan perkembangan selanjutnya. Sehingga bertambahnya umur,
menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan dalam ekspresi emosional.13
Sedangkan minoritasnya adalah kelompok usia 36 sampai 47 bulan
sebanyak 2 anak (6,9%) dan yang normal sebanyak 4 anak (13,8%). Pada usia ini
anak mulai memperoleh kesadaran diri berikut pengetahuan-pengetauan tentang
aturan dan penerimaan standar sosial. Kehidupan fantasi anak usia tiga tahun akan
membantunya mengeksplorasi dan mendapatkan berbagai emosi, dari cerita dan
ketergantungan sampai marah, protes dan ketakutan.19 Sehinga orangtua memiliki
kesempatan yang luas untuk memberikan pengaruhya terhadap proses berpikir
anak, disamping orangtua, guru-guru dapat memberikan rangsangan yang dapat
menunjang pengalaman-pengalaman emosional dan kreasi solusi-solusi
pemecahan masalah sehingga anak memiliki kemampuan untuk menyesuaikan
tingkah lakunya dengan apa yang sedang terjadi padanya.15
2.5 Gambaran Hasil Deteksi Dini Masalah mental emotional berdasarkan jenis
Kelamin
Berdasarkan tabel Tabel 4.6 distribusi frekuensi relatif hasil deteksi dini
masalah mental emosional pada anak prasekolah usia 36 Sampai 72 bulan di

Gambaran Hasil Deteksi Dini Masalah Mental Emosional pada Anak Prasekolah
usia 36 – 72 bulan (L.Hanifah dan M. Prasetya Ningrum) 14
Playgroup dan TK Cherry Kids Club Islamic School Grogol Sukoharjo Tahun
2012 berdasarkan jenis kelamin menunjukan bahwa mayoritas anak yang
mengalami masalah mental emosional adalah anak laki-laki yaitu sebanyak 6 anak
(20,7%) dan yang normal sebanyak 7 anak (24,1%) sedangkan minoritasnya
adalah anak perempuan yaitu sebanyak 4 anak (13,8%) dan yang normal sebanyak
12 anak (41,4%). Hal tersebut dipengaruhi sejak awal masa kanak-kanak yang
telah dilatih untuk berpikir dan bertindak dengan cara yang dianggap sesuai
dengan jenis kelamin mereka, hal ini tercermin dalam arti yang mereka
asosiasikan dengan berbagai contoh dan pengalaman.4 Wanita ketika mulai usia 2
tahun menunjukkan perkembangan yang lebih dibandingkan pria. Akan tetapi
Pria lebih mampu mengendalikan emosi dari wanita. tetapi pria juga dianggap
mempunyai emosi yang tidak menyenangkan yang lebih kuat dari wanita
misalnya amarah, rasa takut. Emosi wanita yang dominan distereotipkan sebagai
emosi yang menenangkan, misalnya kegembiraan yang menyenangkan dalam
berbagai bentuk dan kasih sayang. Perbedaan antara jenis kelamin yang paling
nyata dalam stereotip peran seks tampak pada ciri kepriadian. Sebagai contoh pola
kepribadian feminim yang khas, ditandai oleh ketergantungan, kepasifan, dan
kepatuhan. Sebaliknya, pola kepribadian maskulin yang khas adalah pola orang
yang dominan, agresif dan aktif.4

2.6 Keterbatasan Penelitian


Keterbatasan dalam penelitian ini adalah kegiatan deteksi dini masalah
mental emosional pada anak prasekolah usia 36 sampai 72 bulan di Playgroup dan
TK Cherry Kids Club Islamic School Grogol Sukoharjo dilakukan oleh bidan
wilayah setempat. Sehingga peneliti hanya sebatas mengambil data sekunder hasil
deteksi dini masalah mental emosional yang didapatkan oleh bidan dan melihat
proses pelaksanaan dan asuhan yang diberikan bidan kepada orangtua tanpa
melakukanya sendiri dan tidak sepenuhnya mengetahui apakah responden yang
diwawancarai merupakan sumber informasi yang benar-benar tahu mengenai
kondisi anak.

PENUTUP

1. Simpulan
Berdasarkan penelitian tentang Gambaran hasil deteksi dini masalah
mental emosional pada anak prasekolah usia 36 sampai 72 bulan di Playgroup dan
TK Cherry Kids Club Islamic School Grogol Sukoharjo tahun 2012 yang
dilakukan pada tanggal 21 juni 2012 didapatkan hasil :
1.1 Gambaran hasil deteksi dini masalah mental emosional mayoritasnya
adalah normal yaitu sebanyak 19 anak (65,5%).
1.2 Karakteristik anak yang diteliti berdasarkan umur yaitu mayoritas adalah
usia 60 sampai 72 bulan sebanyak 13 anak (44,8%). Sedangkan
minoritasnya usia 36 sampai 47 bulan sebanyak 6 anak (20,7%). Untuk
jenis kelamin mayoritasnya adalah perempuan yaitu sebanyak 16 anak
(55,8%) sehingga minoritasnya adalah laki-laki sebanyak 13 anak (44,8%).

Gambaran Hasil Deteksi Dini Masalah Mental Emosional pada Anak Prasekolah
usia 36 – 72 bulan (L.Hanifah dan M. Prasetya Ningrum) 15
1.3 Gambaran hasil deteksi dini masalah mental emosional didapatkan bahwa
mayoritas anak tidak mengalami masalah mental emosional (normal)
sebanyak 19 anak (65,5%) sedangkan anak yang mengalami masalah
mental emosional (tidak normal) sebanyak 10 anak (34,5%) .
1.4 Gambaran hasil deteksi dini berupa jumlah masalah mental emosional
mayoritasnya anak dengan jumlah masalah 1 sebanyak 6 anak (20,7%)
sedangkan minoritasnya anak dengan jumlah masalah ≥2 sebanyak 4 anak
(13,8%) .
1.5 Gambaran hasil deteksi dini mengenai masalah mental emosional
berdasarkan karakteristik umur yaitu mayoritas masalah mental emosional
terjadi pada kelompok usia 50 sampai 72 bulan sebanyak 5 anak (17,2%)
dan yang normal sebanyak 8 anak (27,8%) sedangkan minoritasnya adalah
kelompok usia 36 sampai 47 bulan sebanyak 2 anak (6,9%) dan yang
normal sebanyak 4 anak (13,8%). Sedangkan berdasarkan jenis kelamin
yaitu mayoritasnya adalah anak laki-laki yaitu sebanyak 6 anak (20,7%)
dan yang normal sebanyak 7 anak (24,1%) sedangkan minoritasnya adalah
anak perempuan yaitu sebanyak 4 anak (13,8%) dan yang normal
sebanyak 12 anak (41,4%).

2. Saran
Berdasarkan Simpulan di atas maka peneliti dapat memberikan saran
kepada pihak-pihak yang terkait dengan penelitian diantaranya :
2.1 Bagi Plygroup dan TK
Diharapkan mampu mengadakan kegiatan deteksi dini masalah mental
emosional secara rutin untuk mengetahui adanya penyimpangan masalah mental
emosional pada anak prasekolah secara dini.
2.2 Bagi Tenaga Kesehatan
Diharapkan tenaga kesehatan mampu meningkatkan pelayanan kesehatan
dan asuhan mengenai deteksi dini masalah mental emosional pada anak
prasekolah di Playgroup dan TK.
2.3 Bagi Akademi Kebidanan Mamba’ul’ Ulum Surakarta
Diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan dan dukungan dalam
memberikan bimbingan kepada mahasiswa mengenai deteksi dini masalah mental
emosioal pada anak.
2.4 Bagi Orang tua
Diharapkan orangtua atau pengasuh dapat memberikan pola asuh yang
tepat dan sehat dengan kasih sayang.
2.5 Bagi Peneliti Lain
Sebagai bahan pertimbangan serta referensi untuk penelitian selanjutnya
sehingga mampu meningkatkan hasil dari penelitian selanjutnya serta dapat
mengambil dan mengembangkan judul dengan menambah variabel dan
metodologi penelitian yang berbeda.

Gambaran Hasil Deteksi Dini Masalah Mental Emosional pada Anak Prasekolah
usia 36 – 72 bulan (L.Hanifah dan M. Prasetya Ningrum) 16
DAFTAR PUSTAKA

1. Hidayat, A.A. 2008. Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan.


Jakarta : Salemba Medika.
2. Anonim. Pengertian dan Definisi Emosi. [serial online][dikutip tanggal 6 Mei
jam 0:27 WIB] Tersedia dari : URL :
http://carapedia.com/pengertian_definisi_anak_info2003.html
3. Sihombing, F. Peran Fungsi Bidan pada Bayi dan Anak Balita. [serialonline].
21 Januari 2010[dikutip pada tanggal 31 Mei 2012 jam
00:15:00WIB]. Tersedia dari URL :
http://nersferdinanskeperawatan.wordpress.com/2010/01/21/peran
fungsi-bidan-pada-bayi-dan-anak-balita
4. Hurlock, EB. 2004. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.
5. Dahsriharti, Ismail I, Mario GP, Poernomo I, Noorhana, Gitayanti, Et al.
2006.Pedoman Diagnosis Dan Penatalaksanaan Gangguan
MentalEmosional Anak Usia 6 Tahun Kebawah. Jakarta : Depkes RI.

6. Kemenkes. RI. 2010. Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh


Kembang Anak. Jakarta: Depkes.

7. Setyawati, DP. 2010. Gambaran Hasil Deteksi Dini Masalah Mental


Emosional Balita yang mendapatkan ASI dan PASI. Malang :Politekhnik
Kesehtan RS dr. Soepraoen.
8. Zein, AY dan Suryani, E. 2005. Psikologi Ibu dan Anak. Yogyakarta:
Fitramaya.
9. Nursalam, 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (untuk perawat dan
bidam). Jakarta: Salemba Medika.
10. Reza, Maulana R, Maisarah, Ronaldo AP, aditya F. Hambatan Perkembangan
Emosi Pada Anak dan Intervensi. [serial online]. 26 Maret 2010 [dikutip
pada tanggal 4 Mei 20120 jam 15:30 WIB] tersedia dari URL :
http://muhammad-reza.blogspot.com/2010/03/hambatan-perkembangan-
emosi-pada-anak.html
11. Hidayat, DR, 2009. Ilmu Perilaku Manusia. Jakarta : Trans Info Media.
12. Siswanto, H. 2010. Pendidikan Kesehatan Anak Usia Dini. Yogyakarta :
Pustaka Rihana.
13. Shelov, SP. 2005. Panduan Lengkap Perawatan Bayi dan Balita. Jakarta:
ARCAN.
14. Semiun, Y. 2006. Kesehatan Mental. Yogyakarta : kanisius.

Gambaran Hasil Deteksi Dini Masalah Mental Emosional pada Anak Prasekolah
usia 36 – 72 bulan (L.Hanifah dan M. Prasetya Ningrum) 17
15. Sastroasmoro, S. 2007. Membina Tumbuh-Kembang Bayi dan Balita. Jakarta:
Ikatan Dokter Anak Indonesia.
16. Anonim. Ciri-ciri Anak Prasekolah. [Serial Online]. 15 Februari 2012 [di
kutip pada pada tanggal 4 Mei 2012 jam 08:30 WIB] tersedia dari: URL:
http://duniapsikologi.com/ciri-ciri-anak-prasekolah-atatu-TK]
17. Agustiansyah, Fator-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi.
[Serial Online]. 26 Mei 2011 [di kutip pada tanggal 31 Mei 2012
jam12:30 WIB] tersedia dari:URL : http://blog.elearning.unesa.ac.id/nur
ardisti/mengenal-ecerdasan-emosional-pada-anak-usia-dini.
18. Lukaningsih, LLZ dan Bandiyah,S. 2011. Psikologi Kesehatan. Yogyakarta :
Nuha Medika.
19. Mashar, R. 2011. Emosi Anak Usia Dini dan Strategi Pengembanganya.
Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
20. Puspitasari, AM. The Probem Health Of Ummah and Solution [Serial
Online]. 5 Januari 2012 [dikutip pada tangga 4 Mei 2012 jam 14.30
WIB] tersedia dari:URL: http://http://blog.fkik.umy.ac.id/pski/2012/
01/05/the-problem-health-of-ummah-and-solution.
21. Kartono, K. 2002. Patologi Sosial. Jakarta: CV Rajawali.
22. Sastroasmoro dan Ismail, S. 2006. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis.
Jakarta : CV Sagung Seto.
23. Sedarmayati dan Hidayat, S. 2011. Metodologi Penelitian. Bandung : CV
Offset.
24. Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. .Jakarta” Rineka
Cipta.
25. Machfoeds, I. 2005. Metode Penelitian Kesehatan Paradigma Kuantitatif.
Surabaya : helath bookd Publishing.
26. Setyaningsih, S dan Sulis. 2011. Metodologi Penelitian Kebidanan
kuantitatif-kualitatif. Jakarta: Salemba Medika.
27. Saryono. 2008. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jogjakarta : Mitra
Cendekia Offset .
28. Arikunto,S. 2011. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta:PT.Rineka Cipta.
29. Riwidikdo, H. 2010. Statistik Kesehatan. Jogjakarta : Mitra Cendikia.
30. Hidayat,AAA. 2011. Metode Penelitian Kesehatan Paradigma Kuantitatif.
Surabaya: Health Books Pubishing.
31. Riyato, A. 2011. Aplikasi Metodologi Peelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha
medika.

Gambaran Hasil Deteksi Dini Masalah Mental Emosional pada Anak Prasekolah
usia 36 – 72 bulan (L.Hanifah dan M. Prasetya Ningrum) 18
32. Sugiyono. 2009. Metode Pnelitian Kuantitatif Kulaitatif dan R &D. Bandung
Alfabet.
33. Budiarto, S. 2002. Biostatistika. Bandung : EGC.

Gambaran Hasil Deteksi Dini Masalah Mental Emosional pada Anak Prasekolah
usia 36 – 72 bulan (L.Hanifah dan M. Prasetya Ningrum) 19

Anda mungkin juga menyukai