Anda di halaman 1dari 11

PSYCHOPOLYTAN (Jurnal Psikologi)

Psychopolytan : Jurnal Psikologi ISSN CETAK : 2614-5227


VOL. 3 No. 1, Agustus 2019 ISSN ONLINE : 2654-3672

PERSEPSI EKSPEKTASI ORANGTUA TERHADAP INTERNALIZING


PROBLEMS PADA REMAJA

Anangda Zahrina Tiara Nampira, Nandy Agustin Syakarofath, Diah Karmiyati, Dian
Caesaria Widyasari
Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang,
Jl. Bendungan Sutami No.188, Sumbersari, Kec. Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur 65145
nandysyakarofath@umm.ac.id

Abstrak
Orang tua mempunyai ekspektasi yang terbaik untuk anak-anaknya. Dari ekspektasi yang terlalu tinggi pada
kemampuan anak, dapat membuat anak kehilangan motivasi ketika tidak dapat memenuhi ekspektasi tersebut.
Hal ini dapat berimbas pada internalizing problems remaja seperti, permasalahan gejala emosinya ataupun
hubungan dengan teman sebayanya. Tujuan penelitian untuk melihat adanya hubungan antara ekspektasi orang
tua pada internalizing problems pada anak dilihat dari presepsi remaja. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kuantitatif, populasi penelitian adalah siswa SMP Muhammadiyah se Jawa Timur, dengan teknik simple random
sampling. Subjek penelitian sebanyak 442, dengan laki-laki 51% dan perempuan 49% siswa, berumur 11-16
tahun. Skala yang dingunakan untuk mengukur ekspektasi orang tua adalah Perception of Parental Expectation
(PPE). Pengukuran internalizing problems menggunakan Strength and Difficulties Questionnaire (SDQ), data
yang diperoleh, dilakukan uji korelasi. Dilihat dari hasil uji korelasi produk moment hubungan variabel presepsi
ekspektasi orang tua dengan variabel internalizing problems tidak signifikan (r: 0,079 , P>0,05). Dengan
demikian dapat dikmaknai bahwa presepsi ekspektasi orangtua tidak mampu menjadi penyebab munculnya
internalizing problems pada remaja.

Kata kunci: ekspektasi orang tua, internalizing problems, remaja

Abstract
Parents have the best expectations for their children. From expectations that are too high on a child's ability, it
can make children lose motivation when they cannot meet these expectations. This can have an impact on
internalizing adolescent problems such as problems with emotional symptoms or relationships with peers. The
purpose of the study was to see the relationship between parents' expectations of internalizing problems in
children seen from the perceptions of adolescents. This study uses a quantitative approach, the research
population is students of SMP Muhammadiyah in East Java, with a simple random sampling technique. The
research subjects were 442, with 51% male and 49% female students, aged 11-16 years. The scale used to
measure parental expectations is Perception of Parental Expectation (PPE). Measurement of internalizing
problems using the Strength and Difficulties Questionnaire (SDQ), the data obtained, a correlation test was
carried out. Judging from the results of the product moment correlation test, the relationship between parents'
expectations of perception variables and the internalizing problems variable was not proven (r: 0.079 , P>0.05).
Thus it can be interpreted that the perception of parental expectations is not able to be the cause of the
emergence of internalizing problems in adolescents.

Keywords: parents' expectations, internalizing problems, teenagers

1 Anangda – Persepsi Ekspektasi Orangtua Terhadap Internalizing Problems Pada


Remaja
Psychopolytan : Jurnal Psikologi ISSN CETAK : 2614-5227
VOL. 3 No. 1, Agustus 2019 ISSN ONLINE : 2654-3672

PENDAHULUAN

Internalizing problems pada remaja dikaitkan juga dengan masalah emosional dan perilaku
pada anak-anak dan remaja, seperti penyakit fisik, keterampilan mengasuh anak yang tidak
memadai, kekerasan dalam rumah tangga, hubungan teman sebaya yang tidak memadai dan
kemiskinan (Choirunissa, Syamsiah & Komala, 2020). Orang tua berperan dalam setiap
kegiatan anaknya, proses belajar maupun permasalahan yang dihadapi oleh anaknya.
Aktivitas belajar anak di masa pandemi yang menghambat perkembangan kognitif, seperti
anak kesulitan menguasai materi, pembelajaran online yang tidak efektif berbeda dengan
sekolah, anak bosan di rumah, internet yang terbatas membuat anak tidak bisa belajar online.
Orang tua berperan mendukung dalam proses pembelajaran, membangun komunikasi dengan
keterbukaan dan niat baik, yang dapat menciptakan suasana hangat dan nyaman. Pengawasan
dibangun atas dasar komunikasi dan keterbukaan, mendorong atau memotivasi anak,
mengarahkan kemauan anak (Ratiwi & Sumarni, 2020).
Orang tua melakukan pengawasan kepada anaknya, terlapor pada kasus di Amerika
Serikat, mendata bahwa orang tua telah melaporkan kasus masalah mental pada anak-anak
mereka. Misalnya, 1% orang tua di Amerika Serikat khawatir bahwa anak mereka memiliki
ketidakmampuan belajar dan 36% khawatir bahwa mereka memiliki gangguan depresi
(Wiguna, 2010). Penjelasan penelitian Goodman (2010), mengukur kekuatan dan kesulitan
yang dihadapi oleh remaja dilihat dari internalizing problems ada pada gejala emosi dan
masalah teman sebaya pada remaja (Goodman, Lamping, & Ploubidis, 2010). Masa remaja
adalah sebuah masa seringnya kondisi emosi yang tidak stabil. Remaja dapat merasa
emosinya lebih bahagia dan mereka bisa merasa emosinya lebih menyedihkan di saat yang
lain (Santrock, 2011).
Emosi remaja yang tidak stabil memiliki resiko permasalahan pada kesehatan mental.
Kesehatan mental adalah sebuah keadaan psikologis dengan fokus pada kestabilan emosi
seseorang, sedangkan pada kesehatan fisik dilihat dari bagaimana keadaan biologis dan
keadaan somatik seseorang. Kesehatan mental secara luas adalah ketika seseorang sejahtera
secara mental dan fisik (Jamnik & DiLalla, 2019). Sesuai pada sebuah penelitian dalam
Choirunissa, Syamsiah & Komala (2020) terkait kesehatan jiwa remaja sekitar 50 remaja
kesulitan dalam mengelola emosinya, hal yang dikeluhkan adalah mereka menjadi sangat
marah ketika seseorang menyakiti mereka terutama saat dituduh berbohong atau menipu.
Remaja selain kesulitan dalam mengelola emosi, mereka juga memiliki permasalahan dengan
teman sebaya. Remaja yang mengalami kesulitan dalam mengelola emosi ini dapat juga
menjadi pemicu permasalahan internal.
Remaja yang terdampak bukan hanya mengalami permasalahan psikologis namun juga
mengalami permasalahan fisik, contohnya gangguan makan dan penyakit pernafasan.
Hubungan antara permasalahan psikologis dan fisik ini dapat mempengaruhi kesehatan
mental remaja, namun temperamen juga dapat mempengaruhi perilaku remaja dalam
menghadapi permasalahannya. Peran temperamen dapat dilihat dari perilaku seseorang
sebagai perbedaan individu secara biologis dalam emosi aktivitas, perhatian, dan pengaturan
dirinya (Jamnik & DiLalla, 2019). Ada beberapa kondisi internalizing problems yang dialami
oleh remaja dipengaruhi oleh faktor atau alasan yang ada. Beberapa alasan itu difaktori oleh
perilaku keluarganya.
Perilaku keluarga dilihat dari kelekatan dengan orang tua, sebagai hubungan emosional
timbal balik jangka panjang antara anak dan orang tua nya, yang keduanya berkontribusi pada
kualitas hubungan pengasuhan (Koruk, Ozturk, & Kara, 2016). Beberapa faktor penyebab

2 Anangda – Persepsi Ekspektasi Orangtua Terhadap Internalizing Problems Pada


Remaja
Psychopolytan : Jurnal Psikologi ISSN CETAK : 2614-5227
VOL. 3 No. 1, Agustus 2019 ISSN ONLINE : 2654-3672

internalizing problems datang dari kelekatan dan pola asuh dengan orang tua, kesehatan
mental, temperamen anak, hubungan teman sebaya yang bermasalah, dan peristiwa kehidupan
yang penuh tekanan. Orang tua adalah lingkungan primer anak sebagai tempat anak
mengenali dan menggali informasi mengenai lingkungan yang lebih luas (Sarlito, 2012).
Faktor kelekatan antara orang tua dan anak dapat mengontrol anak remaja sehingga dapat
menginternalisasikan masalah-masalahnya.
Orang tua yang memiliki kelekatan dengan anaknya berusaha agar dapat mengontrol
anaknya. Orang tua mempunyai ekspektasi yang terbaik untuk anak-anaknya. Ekspektasi yang
diberikan pula berbeda-beda, tergantung bagaimana pemikiran mereka pada anak
(Permatasari, Rahajeng, Fitriani, & Kurniawati, 2018). Orang tua memiliki kepercayaan jika
terus menerus memberi upaya pada anak dapat membuat perubahan kinerja berfikir anaknya.
Dari ekspektasi yang terlalu tinggi dari kemampuan anak, dapat membuat anak kehilangan
motivasi ketika anak tidak dapat memenuhi ekspektasi tersebut (Tatlah, Masood, & Amin,
2019). Dalam penelitian yang dilakukan oleh oleh Permatasari et al (2018), menjelaskan
Ekspektasi orang tua yang tidak realistik membuat perasaan tertekan pada diri anak sehingga
dapat memunculkan kecemasan. Ekspektasi orang tua yang tinggi dan keinginan remaja
dalam mengabulkan ekspektasi tersebut dapat membawa masalah, jika ekspektasi tersebut
mengalami kegagalan hal itu berpengaruh pada kesehatan mentalnya. Hal ini dapat berimbas
pada internalizing problems remaja seperti, permasalahan gejala emosinya ataupun hubungan
dengan teman sebayanya.
Dari beberapa penelitian mengenai hubungan ekspektasi orang tua terhadap internalizing
problems. Beberapa penelitian terlihat adanya ketidak konsistenan. Pengujian yang dilakukan
di Swedia oleh Almroth et al (2019) menjelaskan bahwa tidak adanya hubungan antara
ekspektasi orang tua dengan internalizing problems, menurut hasil penelitian ini bahwasannya
siswa dengan ekspektasi tinggi dari orang tua mereka diprediksi lebih sedikit gejala depresi.
Pada penelitian ini juga menjelaskan bahwa ekspektasi orang tua lebih berimbas pada gejala
eksternalizing problem pada anak. Temuan dengan pendapat bebeda pada penelitian dari
Costigan, Hua, Su (2010) mereka merasakan tekanan dari orang tua untuk mendapatkan nilai
terbaik untuk mendapatkan cita-cita, sebagai akibatnya mengalami tekanan emosional.
Penelitian lain yang dilakukan oleh McCoy, Maître, Watson & Banks (2016) yang
menjelaskan bahwa pengaruh dari ekspektasi orang tua yang rendah dapat mengakibatkan
konsep diri anaknya kurang baik. Pada penelitian yang melihat keterkaitan hubungan konflik
antara orang tua dan anak pada internalizing problems anaknya, tidak menemukan hasil pada
internalizing problems. Bahkan ketika lanjutkan dengan memperhatikan gender tidak
menemukan hasil apapun (Lougheed, Duncan, Keskin, & Marceau, 2020). Hal ini berbeda
dengan penelitian oleh Warikoo, Chin, Zillmer, & Luthar (2020) ekspektasi orang tua yang
tinggi dapat mempengaruhi kesehatan mentalnya. Anak-anak yang orang tua nya
mengharapkan prestasi tinggi, ketika mampu memenuhi ekspektasi itu di kemudian hari bisa
saja menderita ketika mereka gagal mempertahankan tinggi mereka.
Salah satu penelitian yang dilakukan di Indonesia adalah penelitian oleh Permatasari,
Rahajeng, Fitriani, & Kurniawati (2018), dan menjadi literatur acuan pada penelitian ini
dikarenakan penelitian ini dilakuka di Indonesia. Penelitian yang memiliki spesifik untuk
melihat hubungan ekspektasi orang tua terhadap internalizing problems dilakukan pada
remaja di Indonesia saat ini belum ada. Sehingga tujuan penelitian untuk melihat adanya
hubungan antara ekspektasi orang tua pada internalizing problems pada anak dilihat dari
persepsi remaja.

3 Anangda – Persepsi Ekspektasi Orangtua Terhadap Internalizing Problems Pada


Remaja
Psychopolytan : Jurnal Psikologi ISSN CETAK : 2614-5227
VOL. 3 No. 1, Agustus 2019 ISSN ONLINE : 2654-3672

METODE

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu pendekatan dalam sebuah


prosedur, asumsi, analisis data dan kesimpulan dari data hingga tulisan dengan menggunakan
pengukuran, matematika, rumus dan kepastian data numeric (Musianto, 2002). Desain yang
digunakan dalam penelitian ini adalah korelasional yang bertujuan untuk mengetahui
hubungan antar variabel yang diteliti sesuai judul diatas yaitu hubungan presepsi ekspektasi
orang tua terhadap internalizing problems yang dialami remaja.
Subjek yang berpartisipasi pada penelitian ini adalah siswa Sekolah Menengah Pertama
Muhammadiyah di Provinsi Jawa Timur berusia 11-16 tahun sebanyak 20. Teknik dalam
penelitian ini menggunakan simple random sampling adalah cara pengambilan sampel dengan
melakukan pengacakan pada populasi yang ada, di mana setiap anggota populasi diberi
kesempatan yang sama untuk dipilih (Arieska & Herdiani, 2018). Pada penelitian dilakukan
pada area Jawa Timur sebanyak 29 kota/kabupaten kemudian diacak dan terpilih 5
kota/kabupaten, selanjutnya melakukan pengacakan pada setiap daerah dan mendapatkan
hasil 6 sekolah yang terpilih yaitu SMP Muhammadiyah di Jawa Timur, kemudian melakukan
pengacakan hingga terpilih 6 SMP Muhammadiyah yaitu SMP Muhammadiyah 6 Malang,
SMP Muhammadiyah 2 Malang, SMP Muhammadiyah 3 Banyuwangi, SMP Muhammadiyah
1 Nganjuk, SMP Muhammadiyah 1 Tulungagung, dan SMP Muhammadiyah 1 Lumajang.
Instrumen penelitian persepsi ekspektasi orang tua yang dijelaskan dalam penelitian ini
adalah Ekspektasi orang tua dilihat dari bagaimana anak tersebut menangkap maksud dari
orang tua bagi dirinya sendiri. Skala yang digunakan untuk mengukur persepsi ekspektasi
orang tua pada penelitian ini adalah PPE atau Perception of Parental Expectation oleh
Sasikala dan Karunanindhi(2011) yang telah diterjemahkan oleh Aji (2021). PPE ini akan
mengukur pandangan anak mengenai ekspektasi yang diberikan oleh orang tuanya.
Penjelasan mengenai skala ini, ketika semakin tingginya nilai atau hasil PPE persepsi anak
mengenai ekspektasi orang tua yang tinggi. Skala PPE memiliki 4 aspek yaitu ekspektasi
personal, ekspektasi akademik, ekspektasi karir, dan ambisi orang tua menurut teori dari
Sasikala dan Karunandhi tahun 2011. Skala PPE ini memiliki 30 item favorable, dengan 6
respon likert. Skor 6 untuk Sangat Sesuai (SS) , Skor 5 untuk Sesuai (S), Skor 4 untuk Agak
Sesuai (AS), Skor 3 untuk Agak Tidak Sesuai (ATS), Skor 2 untuk Tidak Sesuai (TS), dan
Skor 5 untuk Sangat Tidak Sesuai (STS). Partisipan akan menilai seberapa besar presepsi
ekspektasi orang tua yang diberikan untuk dirinya. Terkait uji skala pada penelitian
sebelumnya menunjukkan hasil yang baik, Cronbach Alpha memiliki reliabilitas yang baik
yaitu α = 0,90. Hasil yang di didapat dengan tingkatan rendah skor 0-79, sedang 80-129, dan
tinggi >130.
Instrumen penelitian Internalizing problems yang dijelaskan dalam penelitian ini adalah
sebuah kejadian pada remaja yang memiliki permasalahan emosi yang dalam dirinya dirinya.
Pengukuran untuk internalizing problems ini akan menggunakan Strength and Difficulties
Questionnaire (SDQ) oleh Goodman (1997) dan kemudian dialihbahasakan oleh Wiguna
(2010) dengan indeks koefisien alpha 0,773. Menurut Goodman (1997) Strength and
Difficulties Questionnaire remaja atau anak terdiri dari Internalizing problems dengan 10
item , Externalizing Problem dengan 10 item, dan Prosocial Behavior dengan 5 item. Namun,
pada penelitian ini berfokus pada sub skala mengenai Internalizing problems. Pada
pengukuran ini menggunakan 10 item dengan 2 aspek gejala emosi dan hubungan teman
sebaya. Ada 3 pilihan jawaban pada masing-masing pertanyaan yaitu Tidak Benar dengan
skor 0, kemudian Agak Benar skor 1, dan Benar skor 2. Dari hasil yang diperoleh
4 Anangda – Persepsi Ekspektasi Orangtua Terhadap Internalizing Problems Pada
Remaja
Psychopolytan : Jurnal Psikologi ISSN CETAK : 2614-5227
VOL. 3 No. 1, Agustus 2019 ISSN ONLINE : 2654-3672

keseluruhan item yang kemudian dikategorikan dengan tingkatan mental emosional yaitu
normal skor 0-15, borderline skor 16-19, dan abnormal 20-40.
Prosedur Analisa data, peneliti menganalisis hasil yang telah didapatkan melalui
penyebaran instrumen kepada sampel. Data-data yang sudah diperoleh, dikelolah
menggunakan program perhitungan yaitu statistik SPSS 25, untuk melihat hasil uji korelasi
pada variabel internalizing problems dan variabel ekspektasi orang tua. Sebelum melakukan
uji korelasi dilakukan terlebih dahulu uji asumsi, yaitu uji normalitas dilihat pada Q-Q Plot
pada internalizing problems, mendapatkan hasil bahwasannya data memenuhi asumsi
normalitas jika diagram menunjukkan plot-plot mengikuti alur garis lurus, begitu juga dengan
hasil uji visual yang dilihat pada Q-Q Plot skala persepsi ekspektasi orang tua, dapat dilihat
pada lampiran. Dari hasil uji visual kedua variabel ini bisa dikatakan bahwa pada uji
normalitas kedua variabel ini normal. Setelah mendapatkan hasil yang normal dilanjutkan
dengan uji linear pada internalizing problems dan presepsi ekspektasi orang tua dimana nilai
Deviation from Linearity 0,023; p<0,05, hasil menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan
yang terjadi pada kedua variabel.

HASIL

Penelitian ini telah dilakukan memiliki tujuan untuk mengukur hubungan antara presepsi
ekspektasi orang tua dan internalizing problems pada remaja. Berikut hasil penelitian yang
telah dilakukan kepada 442 subjek penelitian yang merupakan siswa SMP yang tersebar di
berbagai SMP Muhammadiyah se Jawa Timur:

Tabel 2.
Deskripsi dan Kategorisasi
Variabel Kategori Frekuensi Presentase
Persepsi Rendah 0 0%
Ekspektasi Sedang 85 19%
Orang tua Tinggi 357 81%
Normal 150 34%
Internalizing
Borderline 262 59%
problems
Abnormal 30 7%

Pada tabel 2 menyajikan data deskripsi dan kategorisasi skor dilihat dari 2 variabel
penelitian, dimana variabel persepsi ekspektasi orang tua mendapatkan hasil sebesar 81% atau
357 siswa yang berpartisipasi dalam penelitian ini memiliki tingkat presepsi ekspektasi orang
tua yang tinggi. Pada internalizing problems menunjukan hasil bahwa 59% atau 262 siswa
yang berpartisipasi dalam penelitian ini memiliki internalizing problems berada pada tingkat
borderline.

Uji Korelasi
Pada tabel 4, hasil uji korelasi menjelaskan bahwasannya hasil semua uji korelasi ini
memiliki angka signifikan >0,05. Dapat dikatakan jika adanya korelasi antara variabel X dan
variabel Y jika nilai p < 0,05. Sehingga tertulis jelas jika pada pengujian hubungan persepsi
ekspektasi orang tua dan internalizing problems tidak tebukti.

5 Anangda – Persepsi Ekspektasi Orangtua Terhadap Internalizing Problems Pada


Remaja
Psychopolytan : Jurnal Psikologi ISSN CETAK : 2614-5227
VOL. 3 No. 1, Agustus 2019 ISSN ONLINE : 2654-3672

Tabel 4.
Uji Korelasi

r Sig. Keterangan
0,079 0,098 Tidak Signifikan

Artinya pada hasil analisa yang didapat bahwa hubungan persepsi ekspektasi orang tua
dengan internalizing problems yang dialami oleh para siswa SMP Muhammadiyah se jawa
timur tidak signifikan. Maka dari itu hipotesis pada penelitian ini ditolak karena hubungan
antar variabel tidak signifikan.

DISKUSI

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara persepsi ekspektasi orang
tua dan internalizing problems pada remaja tepatnya siswa SMP se Jawa Timur .
Berdasarkan analisa yang peneliti peroleh hasil bahwa terlihat adanya hubungan yang tidak
signifikan antara variabel persepsi ekspektasi orang tua dan internalizing problems pada
remaja tepatnya siswa SMP se Jawa Timur, sehingga hipotesis pada penelitian ini ditolak.
Temuan yang mendukung hipotesis penelitian ini, mengungkap bahwa parents expectation
justru menimbulkan hal yang positif pada anak karena anak menginterpretasi ekspektasi dari
orang tua mereka sebagai hal yang positif. Selaras dengan penelitian dengan hasil tidak
menemukannya hubungan antara persepsi ekspektasi orang tua dan internalizing problems
dapat disebabkan bagaimana seorang anak menginterpretasikan parents expectation sebagai
bentuk yang positif sehingga tidak menjadi tekanan (Martsari & Ediati 2020). Perbedaan
tingkat ekspektasi orangtua berbeda-beda tergantung bagaimana pengaruh komunikasi yang
ada pada keluarga dalam menyampaikan ekspektasi sebagai bentuk kasih sayang. Ekspektasi
orang tua yang diberikan menjadi sebuah motivasi dan meningkatkan keyakinan pada diri
anak. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hanum et al (2016) bahwa siswa yang
memiliki persepsi positif terhadap orang tua, didukung oleh perasaan positif terhadap
ekspektasi orang tua, membentuk ekspektasi positif yang positif ekspektasi orang tua.
Dalam penelitian yang telah dilakukan oleh Almroth et al (2019) bahwa parents
expectation yang tinggi dapat memperkuat dukungan dan dorongan anak tersebut di sekolah
sehingga memiliki pengaruh yang positif pada kesehatan mental anak. Dengan demikian
anak-anak memiliki tujuan-tujuan yang lebih jelas dimana hal itu dimotivasi oleh orang
tuanya, sehingga menjadi hal yang positif bagi kesehatan mental internal anak tersebut. Hal
ini menjelaskan bahwa ekspektasi orang tua dapat dilihat dari bagaimana perspektif anaknya,
bagaimana anak tersebut memaknai ekspektasi orang tua yang didapat sehingga hal itu tidak
berimbas pada internalizing problems.
Berdasarkan temuan terdahulu yang tidak konsisten, beberapa penelitian menemukan
bahwa ekspektasi orang tua yang tinggi atau fokus pada pencapaian anak dapat merusak
kesehatan mental remaja. Beberapa studi yang menyelidiki ketidaksesuaian keinginan orang
tua pada anak menemukan bahwa hal ini terkait dengan kesejahteraan anak yang lebih buruk,
depresi, hingga bunuh diri (Almroth, László, Kosidou, & Galanti,2019). Sedangkan pada
6 Anangda – Persepsi Ekspektasi Orangtua Terhadap Internalizing Problems Pada
Remaja
Psychopolytan : Jurnal Psikologi ISSN CETAK : 2614-5227
VOL. 3 No. 1, Agustus 2019 ISSN ONLINE : 2654-3672

penelitian yang peneliti lakukan ini tidak ditemukannya hubungan juga beberapa penelitian
lain juga membahas terkait ketidakadaannya hubungan presepsi ekspektasi orang tua dan
internalizing problems.
Menurut studi yang terdahulu, ekspektasi orang tua memiliki hubungan yang lebih erat
terhadap externalizing problems dibandingkan dengan internalizing problems. Menurut
pendapat Almroth et al (2019) bahwa adanya hubungan antara variabel ekspektasi orang tua
dengan externalizing problem pada anak. Penjelasan bahwa ekspektasi orang tua pada anak-
anak dengan level tingkat dibawah universitas lebih memungkinakan mengdapatkan
externalizing poblem. Pengaruh dari externalizing problem ini dapat menjadi masalah besar
kedepannya terutama bagi prestasi anak dan kesehatan mental secara keseluruhannya. Hal ini
juga sama dengan penjelasan Anthony et al (2005) bahwa anak yang mengalami externalizing
problem, hal itu terjadi jika mendapatkan ekspektasi orang tua yang lebih tinggi terhadap
anak mereka. Dikatakan bahwa adanya hubungan antara ekspektasi orang tua yang tinggi
memberikan tekanan kepada anaknya hal itu menyebabkan seorang anak kesulitan dalam
berperilaku sehingga menyebabkan masalah externalizing problem. Pemahaman terkait
externalizing problem menurut menurut Georgiou dan Symeou (2018) perilaku yang negatif
terhadap lingkungan, seperti melanggar aturan, agresi, dan kenakalan pada masa remaja.
Berbeda dengan temuan yang peneliti temukan, dilihat dari penelitian yang dilakukan oleh
Permatasari et al (2018) menjelaskan bahwa ekspektasi orang tua yang tinggi dapat
berpengaruh pada konsep diri anak dimana hal itu berimbas pada kecemasan diri anak.
Penjelasan penelitian tersebut menjelaskan adanya hubungan dari ekspektasi orang tua dan
internalizing problems pada anak. Sesuai dengan penelitian tersebut Cahyaningtyas
(2020)juga menjelaskan bahwa anak yang mengalami perasaan tidak menyenangkan, takut,
atau gelisah yang diikuti ketegangan sehingga siswa sulit berkonsentrasi dalam melaksanakan
berbagai aktivitas akademiknya dikarenakan adanya hubungan dari ekspektasi orang tua.
Bahkan dampak serius yang ditimbulkan dari adanya ekspektasi orang tua ini adalah
kesejahteraan anak yang lebih buruk, depresi, hingga bunuh diri (Almroth, László, Kosidou,
& Galanti,2019). Dari penelitian-penelitian ini menemukan hasil bahwa adanya hubungan
terkait ekspektasi orang tua dan internalizing problems.
Persepsi ekspektasi orang tua oleh anaknya dipengaruhi oleh faktor lain, dijelaskan oleh
Santrock (2012) bahwa harapan orang tua terhadap anak-anak mereka bervariasi tergantung
pada budaya pengasuhan dan pertumbuhan pada masa remaja itu sendiri (Prabowo, Yusuf, M
& Setyowati, 2019). Orang tua mengharapkan yang terbaik bagi pencapaian anak-anak
mereka meskipun kadang harapan tersebut tidak mudah dilakukan secara simbolis karena
budaya dan norma yang mereka yakini. Ratnawati (2014) menjelaskan bahwa keluarga
dengan budaya komunikasi yang baik pada remaja dapat menciptakan pengalaman positif
pada remaja tersebut. Pengalaman positif ini nantinya akan bermanfaat bagi proses berpikir
dan membentuk persepsi positif pada remaja jika menghadapi situasi lain dalam kehidupan
(Kulsum, 2015).
Kategorisasi yang didapatkan peneliti terkait hasil dari skala perception of parents expectation
adalah sebanyak 19% atau 85 siswa mendapatkan ekspektasi dari orang tuanya sedang.
Namun mayoritas siswa mendapatkan presepsi ekspektasi orang tua yang tinggi sebanyak 357
siswa atau dengan 81%. Hal ini dapat dijelaskan bahwasannya remaja pada SMP
Muhammadiyah Se Jawa Timur menghadapi ekspektasi orang tua yang tinggi. Selanjutnya
kategori yang telah peneliti dapatkan mengenai internalizing problemss adalah sebanyak 59%
atau sebanyak 262 siswa mengalami internalizing problems borderline. Hasil lainya 150
siswa atau 34% mengalami internalizing problems rendah dan 30 siswa atau 7% mengalami

7 Anangda – Persepsi Ekspektasi Orangtua Terhadap Internalizing Problems Pada


Remaja
Psychopolytan : Jurnal Psikologi ISSN CETAK : 2614-5227
VOL. 3 No. 1, Agustus 2019 ISSN ONLINE : 2654-3672

internalizing problems yang abnormal. Dari hasil penelitian ini peneliti melihat bahwa siswa
yang mengalami internalizing problems pada level borderline atau dijelaskan bahwa siswa
tergolong mengalami gangguan namun tidak berat seperti pada tahap abnormal.
Dari bagian kategorisasi menjelaskan bahwa angka presepsi ekspektasi orang tua yang
tinggi dan internalizing problems borderline, dengan hasil analisa hipotesis yang ditolak
dimana tidak adanya hubungan yang signifikan antara kedua variabel ini menjelaskan bahwa
temuan yang tidak konsisten dapat menjadi alasan urgensinya bagi penelitian selanjutnya.
Dilihat dari berbagai penelitian mengena presepsi i ekspektasi orang tua dan internalizing
problems ini, penting melakukan penelitian selanjutnya dengan subjek pada wilayah yang
berbeda, melihat pengaruh budaya pada hasil penelitian, dilihat pada perspektif orang tua
dimana banyak penelitian dilihat pada perspektif anak pada orangtua, dan melihat pentingya
skala adaptasi atau skala yang diterjemahkan apa sudah sesuai dengan subjek yang dituju.
Beberapa kemungkinan akan menjadi alasan penyebab mengapa hubungan antara presepsi
ekspektasi orang tua dan internalizing proble tidak signifikan, sehingga pentingnya
pengkajian ulang terkait variabel tersebut dalam penelitian selanjutnya.
Kelebihan penelitian yang peneliti lakukan ini adalah peneliti dapat mengkaji dan
memahami bentuk lain dari ekspektasi orang tua dan internalizing problems. Karena selama
ini banyak orang masih menganggap bahwa orang tua yang terus memberi tekanan anaknya
berupa ekspektasidapat mengakibatkan permasalahan mental. Beberapa penelitian juga
membenarkan hal itu namun pada penelitian lainnya juga menolak hal itu, sehingga peneliti
mendapatkan pemahaman yang baru. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah adanya
hubungan antara presepsi ekspektasi orang tua dan internalizing problems yang tidak
signifikan, sehingga peneliti lain didorong untuk mengukur ekspektasi orang tua dengan
skala Living up to Parental Expectations. Keterbatasan lainnya adalah adanya faktor lain yang
harus diteliti dalam ekspektasi orang tua dan internalizing problems, seperti komunikasi atau
sistem budaya dalam keluarga. Selain itu cara penyebaran skala yang terlalu banyak dan
dilakukan secara offline juga menjadi salah satu alasan keterbatasannya penelitian ini dimana
banyak sekali hasil penelitian yang tidak dihitung dikarenakan pengisian yang kosong atau
mengisi jawaban lebih dari satu. Adapun kelebihan dan keterbatasan dalam penelitian ini
antara lain yaitu kelebihan penelitian penelitian ini dapat dijadikan acuan informasi
mahasiswa maupun pendidik sehingga dapat melakukan penelitian-penelitian selanjutnya

KESIMPULAN

Dilihat dari hasil uji korelasi produk moment hubungan variabel presepsi ekspektasi orang
tua dengan variabel internalizing problems tidak signifikan (r: 0,079 , P>0,05). Dengan
demikian dapat dikmaknai bahwa presepsi ekspektasi orangtua tidak mampu menjadi
penyebab munculnya internalizing problems pada remaja maka dari itu hipotesis penelitian
ini ditolak. Beberapa alasan penyebab tidak berhubungan nya kedua variabel adalah
bagaimana seorang anak menginterpretasikan parents expectation sebagai bentuk yang positif
sehingga tidak menjadi tekanan,tergantung bagaimana pengaruh komunikasi yang ada pada
keluarga dalam menyampaikan ekspektasi sebagai bentuk kasih sayang dan ekspektasi orang
tua yang diberikan menjadi sebuah motivasi dan meningkatkan keyakinan pada diri anak.

DAFTAR PUSTAKA

8 Anangda – Persepsi Ekspektasi Orangtua Terhadap Internalizing Problems Pada


Remaja
Psychopolytan : Jurnal Psikologi ISSN CETAK : 2614-5227
VOL. 3 No. 1, Agustus 2019 ISSN ONLINE : 2654-3672

Aji,R.(2021) Hubungan Antara Harapan Orangtua dan Perfeksionisme Maldatif pada


Mahasiswa. (Universitas Sanata Dharma Yogyakarta) Diakses dari
https://repository.usd.ac.id/39787/2/169114043_full.pdf
Almroth, M., László, K. D., Kosidou, K., & Galanti, M. R. (2019). Academic expectations
and mental health in adolescence: A longitudinal study involving parents' and their
children's perspectives. Journal of Adolescent Health, 64(6), 783-789.
https://doi.org/10.1016/j.jadohealth.2018.11.015
Anthony, L. G., Anthony, B. J., Glanville, D. N., Naiman, D. Q., Waanders, C., & Shaffer, S.
(2005). The relationships between parenting stress, parenting behaviour and
preschoolers' social competence and behaviour problems in the classroom. Infant and
Child Development: An International Journal of Research and Practice, 14(2), 133-
154. https://doi.org/10.1002/icd.385
Arieska, P. K., & Herdiani, N. (2018). Pemilihan Teknik Sampling Berdasarkan Perhitungan
Efisiensi Relatif. Jurnal Statistika Universitas Muhammadiyah Semarang, 6(2).
https://doi.org/10.26714/jsunimus.6.2.2018.%25p
Andi Mappiare, A. T. (1992). Pengantar konseling dan psikoterapi. Rajawpaali Pers.
Cahyaningtyas, R. (2020). Hubungan Antara Persepsi Tentang Harapan Akademik Orang Tua
Dan Self Efficacy Dengan Kecemasan Akademik Pada Siswa Sma (Doctoral
dissertation, Universitas Negeri Semarang).
Costigan CL, Hua JM, Su TF. (2010) Memenuhi harapan: Kekuatan dan tantangan yang
dialami oleh siswa Tionghoa Kanada. Can J Sch Psychol 2010:25:223-45.
Darmawan, Deni. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Esfandyary, B., Baharudin, R., dan Nowzari, L., (2009), The relationship between inter-
parental conflict and externalizing behavior problems among adolescents, European
Journal of Social Sciences, 12, ( 1), 11-122
Fukuoka, Y. (2017). Effects of trust in parents, expectations from parents, and perception of
parents’ expectations on university students’ achievement motivation. Kawasaki
Journal of Medical Welfare, 22, (2), 61-76. https://doi.org/10.15112/00014328
Georgiou, S. N., & Symeou, M. (2018). Parenting practices and the development of
internalizing/externalizing problems in adolescence. Parenting—empirical advances
and intervention resources journal, https://doi.org/10.5772/66985
Goodman, A., Lamping, D. L., & Ploubidis, G. B. (2010). When to use broader internalising
and externalising subscales instead of the hypothesised five subscales on the
Strengths and Difficulties Questionnaire (SDQ): data from British parents, teachers
and children. Journal of Abnormal Child Psychology, 38(8), 1179-1191.
Hanum, L., Kawuryan, F., & Dhania, D. R. (2016). Hubungan antara harapan orang tua dan
keyakinan diri dengan stres akademik siswa kelas unggulan. In Makalah pada
Seminar Nasional Psikologi ìAktualisasi Potensi Anak Bangsa Menuju Indonesia
Emasî. Diunduh dari http://eprints.umk.ac.id/6115/10/8_Hub_Harapan_Ortu.pdf
Helland, S. S., Røysamb, E., Brandlistuen, R. E., Melby-Lervåg, M., & Gustavson, K. (2020).
A common family factor underlying language difficulties and internalizing problems:
Findings from a population-based sibling study. Journal of Learning
Disabilities, 53(5), 399-409. https://doi.org/10.1177/0022219420911634
Jamnik, M. R., & DiLalla, L. F. (2019). Health outcomes associated with internalizing
problems in early childhood and adolescence. Frontiers In Psychology, 10, 60.
Komala, I. R., Choirunnisa, R., & Syamsiah, S. (2020). Analisis deteksi dini kesehatan jiwa
remaja di masa pandemi COVID-19 pada remaja SMAN 2 Rangkasibutang Kabupaten

9 Anangda – Persepsi Ekspektasi Orangtua Terhadap Internalizing Problems Pada


Remaja
Psychopolytan : Jurnal Psikologi ISSN CETAK : 2614-5227
VOL. 3 No. 1, Agustus 2019 ISSN ONLINE : 2654-3672

Lebak tahun 2020. ARIMBI 2020, 1(1).


Koruk, S., Ozturk, A. & Kara, A. (2016). The predictive strength of perceived parenting and
parental attachment styles on psychological symptoms among Turkish University
students. International Journal of Instruction, 9, (2), 2015-230.
Kulsum, K. U. (2015). Hubungan Antara Persepsi Terhadap Harapan Orang Tua Dengan
Pemilihan Karir (Doctoral dissertation, UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG).
Lestari, S. (2012). Psikologi keluarga. Jakarta: Kencana
Luthar, S. S., & Zigler, E. (1991). Vulnerability and competence: A review of research on
resilience in childhood. American journal of Orthopsychiatry, 61(1), 6-22.
https://doi.org/10.1037/h0079218
Lougheed, J. P., Duncan, R. J., Keskin, G., & Marceau, K. (2020). Longitudinal associations
between mother–child conflict and child internalizing problems in mid-
childhood. Development and Psychopathology, 1-10.
https://doi.org/10.1017/S0954579420000863
Martsari, O. D., & Ediati, A. (2020). Harapan orangtua dan depresi pada mahasiswa program
studi S1 kedokteran umum. Empati, 7(3), 835-842.
McCoy, S., Maître, B., Watson, D., & Banks, J. (2016). The role of parental expectations in
understanding social and academic well-being among children with disabilities in
Ireland. European Journal of Special Needs Education, 31(4), 535-552.
https://doi.org/10.1080/08856257.2016.1199607
Merrell, K. W. (2008). Helping students overcome depression and anxiety: A practical guide.
Guilford Press.
Musianto, L. S. (2002). Perbedaan pendekatan kuantitatif dengan pendekatan kualitatif dalam
metode penelitian. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan (Journal of Management
and Entrepreneurship), 4(2), 123-136. https://doi.org/10.9744/jmk.4.2.pp.%20123-136
Novak, M., & Mihić, J. (2018). Prevention of internalized problems of children and youth in
academic setting. Health and academic achievement, 123-141.
https://doi.org/10.5772/intechopen.75590
Novillasari, M., & Mardhiyah, S. A. (2021). Hubungan antara persepsi terhadap harapan
orang tua dengan ketakutan akan kegagalan akademik pada anak sulung.  Jurnal
Pemikiran dan Penelitian Psikologi, 17(2), 297-313.
https://doi.org/10.32528/ins.v17i2.1976
Otto, L. B. (2000). Youth perspectives on parental career influence. Journal of Career
Development, 27(2), 111-118. https://doi.org/10.1177/089484530002700205
Kurniawan, Y., & Sudrajat, A. (2017). Peran teman sebaya dalam pembentukan karakter
siswa MTS (Madrasah Tsanawiyah). SOCIA: Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial, 14(2).
https://doi.org/10.21831/socia.v14i2.17641
Pademme, D., Sutomo, R., & Lusmilasari, L. (2018). Profil dan faktor yang berhubungan
dengan masalah perilaku pada remaja di Kota Sorong Papua Barat. Sari pediatri, 19(4),
189-95. http://doi.org/10.14238/sp19.4.2017.189-95
Purwanto, A. dkk. (2020). Studi eksploratif dampak pandemi COVID-19 terhadap proses
pembelajaran online di sekolah dasar. Journal of Education, Psychology, and
Counseling (EduPsyCouns Journal), 2 (1).
Permatasari, D. P., Rahajeng, U. W., Fitriani, A., & Kurniawati, Y. (2018). Parent’s academic
expectation dan konsep diri akademik terhadap kecemasan menghadapi ujian nasional
siswa SMA. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, 6(1), 63-73.
Poerwadarminta, W.J.S. 1996. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

10 Anangda – Persepsi Ekspektasi Orangtua Terhadap Internalizing Problems Pada


Remaja
Psychopolytan : Jurnal Psikologi ISSN CETAK : 2614-5227
VOL. 3 No. 1, Agustus 2019 ISSN ONLINE : 2654-3672

Prabowo, W., Yusuf, M., & Setyowati, R. (2019). Pengambilan keputusan menentukan
jurusan kuliah ditinjau dari student self efficacy dan persepsi terhadap harapan orang
tua. Jurnal Psikologi Pendidikan Dan Konseling: Jurnal Kajian Psikologi Pendidikan
Dan Bimbingan Konseling, 5(1), 42–48. https://doi.org/10.26858/jppk.v5i1.7460
Ratiwi, R. D., & Sumarni, W. (2020). Peran Orang Tua dalam Pendampingan Pembelajaran
Daring Terhadap Perkembangan Kognitif. In Prosiding Seminar Nasional
Pascasarjana (PROSNAMPAS) (Vol. 3, No. 1, pp. 304-309).
Santrock, J. W. (2011). Life-Span Development-Perkembangan Masa Hidup. (N. I. sallama,
Ed.) (13th ed.). Jakarta: Erlangga.
Sarlito, S. W. (2012). Psikologi Remaja (edisi revisi). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Sasikala, S., & Karunandhi, S. (2011). Development and validation of perceptiion of parental
expectation inventory. International Journal, 37(1), 114-124.
Siagian, S. P. (2018). Teori motivasi dan aplikasinya.
Rineka Cipta. Seginer, R. (1983). Parents' educational expectations and children's academic
achievements: A literature review. Merrill-Palmer Quarterly, 29, 1–23
Steinberg, L.D. 2002. Adolescence (6thed). New York: McGraw-Hill.
Tatlah, I. A., Masood, S., & Amin, M. (2019). Impact of parental expectations and students'
academic self-concept on their academic achievements. Journal of Research &
Reflections in Education (JRRE), 13(2).
Tennant, R. G., Martin, K. K., Rooney, R., Hassan, S., & Kane, R. T. (2017). Preventing
internalizing problems in young children: a randomized controlled trial of the feelings
and friends (Year 3) program with a motor skills component. Frontiers in
psychology, 8, 291. https://doi.org/10.3389/fpsyg.2017.00291
Usman, H., & Akbar P. S. (2003). Pengantar statistika. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Wang, L. F., & Heppner, P. P. (2002). Assessing the impact of parental expectations and
psychological distress on Taiwanese college students. The Counseling
Psychologist, 30(4), 582-608.
Warikoo, N., Chin, M., Zillmer, N., & Luthar, S. (2020, June). The influence of parent
expectations and parent child relationships on mental health in asian american and
white american families. In Sociological Forum, 35(2): 275-296.
https://doi.org/10.1111/socf.12583
Winarsunu, T. (2009). Statistik dalam penelitian psikologi & pendidikan. Malang: UMM
Press.
Wiguna, T., Guerrero, A. P., Kaligis, F. & Khamelia, M. (2010). Psychiatric morbidity among
children in North Aceh district (Indonesia) exposed to the 26 December 2004
Tsunami. Asia-Pacific Psychiatry 2(3): 151–155. https://doi.org/10.1111/j.1758-
5872.2010.00079.x

11 Anangda – Persepsi Ekspektasi Orangtua Terhadap Internalizing Problems Pada


Remaja

Anda mungkin juga menyukai