Anda di halaman 1dari 3

JUDUL:

LITERATURE REVIEW: GAMBARAN PERAN KELUARGA


TERHADAP MASALAH KESEHATAN MENTAL EMOSIONAL
PADA REMAJA

1. Latar Belakang
Gambaran peran keluarga yang diberikan kepada remaja akan
mempengaruhi kesehatan mental emosional dan kesiapan remaja. Hal ini
dikarenakan anggota keluarga merupakan orang yang paling dekat bagi
remaja sehingga komunikasi pada hal hal yang sensitif akan lebih terbuka.
Keluarga berperan aktif dalam mengetahui kondisi remaja, baik fisik maupun
psikologisnya karena keluarga bersifat saling ketergantungan satu anggota
keluarga dengan anggota keluarga lainnya.
Prevalensi masalah mental di seluruh dunia mencapai angka 10-20% dan
terjadi pada orang yang berusia muda (Kieling et al, 2011). Masalah mental
yang terjadi pada anak dan remaja secara global mencapai angka 50% dan
dimulai sebelum usia < 14 tahun (Charara et al, 2017).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Johnson et al. (2018) dalam jurnal
(khalifah nur, sodikin tahun 2020) menyatakan bahwa di Australia prevalensi
gangguan mental yang dialami oleh anak dan remaja mencapai 14%.
Prevalensi masalah kesehatan mental yang dialami anak usia 6-11 tahun di
Belanda mencapai angka 16,4%, Bulgaria 27,9% dan di Turki mencapai
angka 24,3% (Mahilde et al, 2018). Sedangkan di wilayah Asia Tenggara
khusnya di negara indonesia masalah emosional dan perilaku yang dialami
anak usia 6-12 tahun mencapai 12,5% (Hoon et al, 2017). Berdasarkan data
yang diperoleh dari World Health Organization (2014) ada sekitar 35 juta
orang terkena depresi, 60 juta orang terkena bipolar, 21 juta orang terkena
skizofrenia dan 47,5 juta orang terkena dimensia. Prevalensi gangguan mental
emosional yang dialami anak usia 5-17 tahun mencapai angka 34,9 % dengan
spesifikasi gangguan kecemasan sebesar 3,2% (Erskine et al, 2017).
Prevalensi gangguan mental emosional menurut data dari Riskesdas (2018)
menyebutkan bahwa ada sekitar 10% anak yang mengalami gangguan mental
emosional. Dapat disimpulkan bahwa prevalensi gangguan mental emosional
pada anak mengalami peningkatan sebanyak 4,0% dari tahun 2013-2018.
Prevalensi masalah gangguan mental emosional di Provinsi Jawa Tengah pada
anak mencapai angka 5% (Riskesdas, 2018).
Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju
dewasa. Masa remaja adalah suatu fase perkembangan yang dinamis dan
mengalami perubahan serta persoalan dalam kehidupan seorang individu.
Perubahan tersebut meliputi perubahan fisik, perilaku, kognitif, biologis, dan
emosi. Persoalan pada remaja meliputi persoalan sosial, aspek emosional,
aspek fisik dan keluarga, sekolah, dan kelompok teman sebaya (Stuart, 2013).
Tantangan bagi orang tua dalam mengasuh remaja adalah memberikan
dukungan emosional dan batasan yang dibutuhkan bagi perkembangan anak
menuju kedewasaan dan kemandirian yang lebih besar (Brooks, 2008).
Hasil penelitian WHO,2010 (dalam Damayanti, 2019) menyatakan bahwa
3 dari 5 anak yang berusia kurang dari 16 tahun mengalami masalah Mental
emosional. anak yang berusia 4-15 tahun yang mengalami masalah
perkembangan mental emosional sebanyak 104 dari 1000 anak. Angka
kejadian tersebut makin tinggi pada kelompok usia di atas 15 tahun, yaitu 140
dari 1000 anak. Hasil penelitian terkait masalah perkembangan mental
emosional yang dilakukan pada 578 siswa sekolah menengah pertama di kota
semarang tahun 2019 didapatkan hasil bahwa prevalensi masalah kesehatan
mental emosional sebesar 9,1%.
Penelitian ini sejalan dengan studi yang dilakukan oleh (Koskelainen,
Sourander, & Kaljonen, 2000) pada remaja Finlandia dengan menggunakan
instrumen SDQ dilaporkan bahwa remaja Finlandia berisiko mengalami
masalah mental emosional karena hasil studi menunjukkan remaja Finlandia
memiliki masalah emosional dan masalah perilaku tingkat tinggi. Hal ini
dibuktikan dengan banyaknya remaja Finlandia yang mengkonsumsi alkohol.
Data didapatkan 60% remaja laki-laki dan 63% remaja perempuan mabuk
karena menggunakan alkohol. Sebanyak 37% remaja laki-laki dan 17%
remaja perempuan memiliki masalah hiperaktivitas. Masalah perilaku yang
ditinjukkan oleh remaja tersebut berupa berbohong, mencuri, dan berkelahi.
Masalah mental emosional yang tidak diselesaikan dengan baik, maka
akan memberikan dampak negatif terhadap perkembangan remaja tersebut di
kemudian hari, terutama terhadap pematangan karakter dan memicu terjadinya
gangguan perkembangan mental emosional. Gangguan perkembangan mental
3 emosional akan berdampak terhadap meningkatnya masalah perilaku pada
saat dewasa kelak. Contohnya remaja yang merokok berisiko tinggi untuk
ketergantungan terhadap nikotin, melakukan hubungan seksual pada masa
remaja dapat meningkatkan risiko terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan
dan sexually transmitted disease (Satgas, 2010).
Melihat besarnya angka kejadian Masalah kesehatan mental emosional
pada usia produktif terutama pada remaja yang berstatus mahasiswa/pelajar,
jadi peneliti menarik melakukan penelitian gambaran peran keluarga terhadap
masalah kesehatan mental emosional pada remaja.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dalam masalah penelitian ini
dirumuskan sebagai:Apakah peran keluarga sangat penting bagi kesehatan
mental emosional pada remaja,Berdasarkan telaah jurnal literature review.

3. Tujuan Penelitian

3.1 Tujuan Umum


Untuk mengetahui gambaran peran keluarga terhadap masalah
kesehatan mental emosional pada remaja berdasarkan studi literature review.
3.2 Tujuan khusus
a) Untuk mengetahui persamaan dari hasil jurnal yang terkati dengan
gambaran peran keluarga terhadap kesehatan mental emosional pada
remaja dengan pendekatan literatur review.
b) Untuk mengetahui kelebihan dari hasil jurnal yang terkait dengan
gambaran peran keluarga terhadap masalah kesehatan emosional pada
remaja dengan pendekatan literatur review.
c) Untuk membandingkan hasil jurnal yang terkait dengan gambaran
peran keluarga terhadap masalah kesehatan mental emosional pada
remaja dengan pendekatan literatur review.

Anda mungkin juga menyukai