Anda di halaman 1dari 15

JUKEJ: Jurnal Kesehatan Jompa Vol. 2. No.

1 Juni 2023
https://jurnal.jomparnd.com/index.php/jkj e-ISSN: 2830-5558 p-ISSN: 2830-5744

Hubungan Jenis Pola Asuh Orang Tua Dengan Tingkat Kejadian Depresi
Pada Remaja Usia 16–18 Tahun Di SMA Negeri 2 Bondowoso

Fany Silvana Herman1*, Miftakhul Ulfa2, Waifti Amalia3


1,2
Program Studi S1 Pendidikan Ners, STIKES Widyagama Husada Malang,
Jl. Taman Boronudur Indah No. 3A
3
Program Studi D3 Kebidanan, STIKES Widyagama Husada Malang,
Jl. Taman Boronudur Indah No. 3A
Email: fanysilvana09@gmail.com 1*

Abstrak

Sikap orang tua dalam mengasuh anak bisa menjadi penyebab terjadinya depresi pada remaja.
Resiko terjadinya depresi dipengaruhi oleh pola pengasuhan yang otoriter. Pola pengasuhan
otoriter bersifat pemaksaan, kekerasan, dan kaku di mana orangtua akan membuat berbagai aturan
yang saklek harus dipatuhi oleh anak-anaknya tanpa mau tahu perasaan anak. Namun, pola
pengasuhan yang diterapkan oleh orang tua berbeda-beda. Tetapi, tidak menutup kemungkinan
pola asuh lainnya dapat menyebabkan terjadinya depresi pada remaja. Penelitian ini bertujuan
mengetahui hubungan jenis pola asuh orang tua dengan tingkat kejadian depresi pada remaja usia
16-18 tahun di SMA Negeri 2 Bondowoso. Desain penelitian ini menggunakan korelasi dengan
pendekatan cross sectional. Kuesioner yang digunakan untuk mengukur pola asuh orang tua yaitu
PAQ (Parenthal Authority Quistionare) dan untuk mengukur tingkat kejadian depresi menggunakan
kuesioner HDRS (Hamilton Depression Rating Scale). Teknik sampling menggunakan purposive
sampling dengan hasil 247 sampel. Analisa data menggunakan uji regresi linear sederhana. Hasil
penelitian menunjukkan nilai konstanta sebesar 112,920 yang diartikan bahwa nilai konsisten
variabel tingkat kejadian depresi sebesar 112,920. Koefisien regresi X sebesar -0,465 dan nilai t
hitung sebesar -8,437 dengan nilai signifikansi 0,000 < 0,05 yang berarti ada hubungan antar
kedua variabel tersebut. Kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara pola asuh orang tua dengan
tingkat kejadian depresi pada remaja usia 16-18 tahun di SMA Negeri 2 Bondowoso.

Keywords: Depresi, Orang tua, Pola asuh, Remaja

PENDAHULUAN remaja, terjadi suatu fase perkembangan


Remaja merupakan generasi penerus yang dinamis dan mengalami banyak
bangsa dimasa yang akan datang. Masa perubahan serta persoalan dalam
remaja merupakan masa peralihan dari kehidupannya (Hidayanti & Bariyyah,
kehidupan kanak-kanak menuju dewasa 2016). Perkembangan dan perubahan yang
awal yang ditandai dengan adanya dialami tidak hanya meliputi fisik, personal
perubahan secara biologis dan psikologis sosial dan bahasa, tetapi juga
(Hidayanti & Farid, 2016). Batasan usia perkembangan emosional ikut memiliki
remaja menurut World Health Organization peran penting (Rahmadi et al., 2015).
(WHO) pada tahun 2018 adalah 10 – 19 Masalah-masalah yang dapat terjadi
tahun. Sedangkan menurut Peraturan pada remaja ialah, masalah dengan
Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun penampilan, gangguan makan, masalah
2014, remaja adalah penduduk dalam akademik, depresi, masalah dengan orang
rentang usia 10 -18 tahun. Pada masa terdekat, bullying atau perundungan,

38 Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi 4.0 Internasional


JUKEJ: Jurnal Kesehatan Jompa Vol. 2. No. 1 Juni 2023
https://jurnal.jomparnd.com/index.php/jkj e-ISSN: 2830-5558 p-ISSN: 2830-5744

merokok, serta minum minuman keras dan bahwa usia muda yaitu 15- 24 tahun sangat
obat terlarang. Masalah emosional yang rentan untuk mengalami gangguan depresi.
terjadi pada remaja merupakan suatu Adapun bentuk depresi pada remaja
keadaan yang cukup serius karena akan tidak selalu ditunjukkan dengan kesedihan,
berdampak pada perkembangan serta tetapi dapat berupa perasaan mudah bosan,
mengakibatkan penurunan produktivitas mudah terganggu, dan ketidakmampuan
dan juga kualitas hidupnya. Terdapat untuk mengalami rasa senang (Papalia et
beberapa jenis masalah yang berkaitan al., 2009). Menurut Stuart (2013), bahwa
dengan masalah mental emosional salah depresi pada remaja mengalami perubahan
satunya ialah depresi (Richardson et al., pada pikiran seperti prestasi disekolah yang
2017). buruk, masalah dalam berkonsentrasi, takut
Faktor penyebab yang dapat mati, kehilangan minat dan motivasi,
mempengaruhi depresi pada remaja yaitu, psimis dan menyalahkan diri sendiri.
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, Remaja dibawah tekanan pada saat belajar
tekanan yang dialami setiap hari, dan disekolah berada pada resiko yang lebih
ekonomi keluarga (Santrock, 2012). tinggi untuk depresi (Haryanto et al., 2016).
Lingkungan keluarga yang dapat membuat Berdasarkan penelitian yang
reaksi depresi pada remaja khususnya pada dilakukan oleh (Devita, 2020) ditemukan
pola asuh orang tua. Sikap orang tua dalam bahwa pola asuh orang tua baik otoriter,
mengasuh anak bisa menjadi penyebab demokratis, maupun permisif berpengaruh
terjadinya depresi (Warayaan, 2021). Pola terhadap perkembangan mental emosional
asuh orang tua dapat 2 diartikan sikap anak yaitu, reaksi depresi. Disebutkan pada
orang tua dalam memperlakukan, penelitian ini bahwa pola asuh otoriter dan
mendidik, membimbing, mendisiplinkan demokratis dapat diterapkan dan
serta melindungi anak untuk mencapai dipertahankan oleh orang tua agar anak
kedewasaan sesuai norma yang berlaku remajanya terhindar dari masalah mental
(Masni, 2017). Setiap pola asuh yang emosional. Kemudian, orang tua dapat
dominan dilakukan oleh orang tua akan meminimalisir penggunaan pola asuh
menghasilkan karakter yang berbeda-beda permisif karena kecenderungan orang tua
bagi anak yang bersangkutan dan akan dengan tidak menegur atau
berpengaruh pula terhadap perkembangan memperingatkan anak dapat berisiko
mental dari anak tersebut (Azzahra et al., terhadap remaja untuk mengalami masalah
2021). mental emosional.
Sikap orang tua dalam mengasuh Di Jawa Timur berdasarkan Data
anak dapat menyebabkan terjadinya depresi Riskesdes Situasi Kesehatan Jiwa pada
pada remaja (Warayaan, 2021). Menurut tahun 2018 menyebutkan bahwa dari total
Fitriani & Hidayah (2012), menyatakan 39.872.395 penduduk, terdapat penderita
gangguan mental emosional (GME) sebesar

39 Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi 4.0 Internasional


JUKEJ: Jurnal Kesehatan Jompa Vol. 2. No. 1 Juni 2023
https://jurnal.jomparnd.com/index.php/jkj e-ISSN: 2830-5558 p-ISSN: 2830-5744

6,8% dengan rentang usia lebih dari 15 dan ketidakmampuan untuk mengalami
tahun atau sejumlah 1.897.926 jiwa. rasa. Keterlibatan orang tua terhadap anak,
Penderita depresi 45% dengan rentang usia ada beberapa orang tua yang tidak pernah
lebih dari 15 tahun atau sekitar 1.256.890. datang jika ia dipanggil kesekolah selain itu
Situasi kesehatan remaja di Jawa Timur ada juga beberapa orang tua yang langsung
tahun 2018, yaitu 1,61% pria dan 0,03% memarahi dan menghukum anak jika ia
wanita merokok tembakau setiap hari; 0,6% dipanggil kesekolah karena ketahuan
konsumsi minuman beralkohol; pada usia ≥ melakukan kesalahan.
5 15 tahun 4,8% mengalami depresi dan Berdasarkan data fenomena diatas,
7,2% mengalami gangguan mental peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
emosional. lebih lanjut dengan judul “Pengaruh Pola
Hasil studi pendahuluan yang Asuh Orang Tua Terhadap Tingkat
dilakukan oleh peneliti di SMA Negeri 2 Kejadian Depresi Pada Remaja Usia 16 –
Bondowoso dengan menggunakan 18 Tahun Di SMA Negeri 2 Bondowoso”.
kuesioner yang disebarkan ke 20 responden
di kelas XI dan kelas XII, diperoleh hasil 8 METODE
diantaranya mengalami depresi ringan, 2 Penelitian ini bersifat kuantitatif
mengalami depresi sedang, dan 10 tidak dengan desain penelitian korelasi
mengalami depresi. Terdapat 2 siswa yang menggunakan pendekatan cross sectional
mengalami depresi sedang disebabkan dengan menggunakan kuesioner. Penelitian
karena kurang mendapatkan perhatian dari ini dilakukan di SMA Negeri 2 Bondowoso
orang tua dikarenakan orang tua sibuk, 4 pada tanggal 17 sampai 23 Februari 2023.
siswa yang mengalami depresi ringan Populasi dalam penelitian ini yaitu siswa
disebabkan karena jika anak ketahuan kelas X dan XI SMA Negeri 2 Bondowoso
melakukan kesalahan mereka akan yang berjumlah 688 siswa. Sampel dalam
mendapatkan hukuman bahkan tidak jarang penelitian ini adalah siswa kelas X dan XI
mereka dapat hukuman fisik dari orang tua yang bersekolah di SMA Negeri 2
dan hal itu yang menyebabkan mereka Bondowoso yang berjumlah 247 siswa.
tertekan Stres dan Depresi, dan 4 siswa Sampel ini diambil dengan memperhatikan
yang mengalami depresi ringan disebabkan kriteria inklusi dan eksklusi.
karena jika ia berbuat kesalahan orang tua Teknik pengambilan sampel yang
akan memarahi tetapi tidak memberikan digunakan adalah teknik non probability
hukuman hanya saja orang tua memberikan sampling dengan cara sampling purposive.
peringatan untuk tidak mengulangi Instrumen penelitian menggunakan
keslahan tersebut. Didapatkan bahwa kuesioner PAQ (Parenthal Authority
bentuk depresi yang cenderung terjadi pada Quistionare) dan untuk mengukur tingkat
siswa ialah kehilangan minat, kegembiraan, kejadian depresi menggunakan kuesioner
perasaan mudah bosan, mudah terganggu HDRS (Hamilton Depression Rating Scale)

40 Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi 4.0 Internasional


JUKEJ: Jurnal Kesehatan Jompa Vol. 2. No. 1 Juni 2023
https://jurnal.jomparnd.com/index.php/jkj e-ISSN: 2830-5558 p-ISSN: 2830-5744

yang digunakan untuk mengukur pola asuh (SMK) agar bisa langsung bekerja. Sebagai
orang tua dengan analisa data laki-laki merekapun kebanyakan lebih
menggunakan uji regresi linear sederhana. memilih bekerja dibandingkan terus
sekolah hingga tingkat perguruan tinggi.
HASIL DAN PEMBAHASAN Bagi seorang perempuan, pendidikan
Karakteristik Responden Berdasarkan sangatlah penting sebagai bekal dirinya
Jenis Kelamin
dalam mendidik anak, mengurus rumah
Tabel 1. Karakterisitk Responden Berdasarkan
Jenis Kelamin tangga, bekerja, dan bersosialisasi dengan
Jenis Jumlah lingkungan sekitarnya. Seorang perempuan
Kelamin Frekuensi (f) Persentase (%) akan merasa berharga dan berguna jika ia
Laki-laki 79 32,0
Perempuan 168 68,0 telah setara dan mandiri, serta dapat
Total 247 100,0 mengandalkan dirinya sendiri.
Jenis kelamin seseorang dapat
Berdasarkan tabel 1, Karakteristik
mempengaruhi terjadinya masalah
responden berdasarkan jenis kelamin di
emosional pada remaja salah satunya ialah
SMA Negeri 2 Bondowoso pada kelas X
depresi. Tingkat depresi dikalangan usia
dan XI baik IPA maupun IPS didominasi
muda sudah meningkat, terutama untuk
oleh jenis kelamin perempuan sebanyak
anak perempuan pada beberapa tahun
168 responden dengan persentase 68%
belakangan ini. Perempuan memiliki
sedangkan jenis kelamin laki-laki sebanyak
kemungkinan dua atau tiga kali lebih rentan
79 responden dengan persentase sebesar
terhadap depresi dibandingkan dengan laki-
32%.
laki (Oltmanns & Emery, 2013). Perbedaan
Didapatkan lebih banyak responden
tersebut dapat dijelaskan dengan melihat
yang berjenis kelamin perempuan pada
cara menghadapi masalah. Ketika
siswa kelas X dan kelas XI baik IPA
mengalami masalah dan perasaan atau
maupun IPS. Jenjang SMA memiliki
emosi negatif, perempuan cenderung lebih
stigma yang kuat untuk melanjutkan
banyak merenungkan masalah tersebut,
jenjang pendidikan dibandingkan dengan
seperti memikirkan kenapa ia mengalami
SMK yang memiliki stigma yang lebih kuat
hal itu dan mengapa ia merasa depresi.
pada bidang pekerjaan. Didapatkan lebih
Pada laki-laki, ketika menghadapi masalah
banyak responden yang berjenis kelamin
dan merasa tertekan mereka lebih banyak
perempuan pada SMA Negeri 2
mengalihkan diri dengan mencari alternatif
Bondowoso, dikarenakan pada faktanya
kegiatan seperti menonton film,
lebih banyak perempuan yang akan
berolahraga, atau alkohol (Butcher et al.,
menempuh ke jenjang perguruan tinggi
2013). Peningkatan prevalensi depresi pada
dibandingkan jenis kelamin laki-laki.
wanita juga berkorelasi dengan perubahan
Karena banyak orang tua yang menuntut
hormonal seperti pubertas, menjelang
anak laki-laki untuk bersekolah di jenjang
menstruasi, kehamilan dan menopause.
pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan
41 Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi 4.0 Internasional
JUKEJ: Jurnal Kesehatan Jompa Vol. 2. No. 1 Juni 2023
https://jurnal.jomparnd.com/index.php/jkj e-ISSN: 2830-5558 p-ISSN: 2830-5744

Fluktuasi terhadap hormon tersebut IPA maupun IPS sebagian besar kelahiran
memungkinkan menjadi pemicu depresi pada tahun 2006, yang mana pada remaja
(Albert, 2015). yang berusia 16 tahun sudah terlihat terkait
Terdapat beberapa data yang perubahan-perubahan yang ada di dalam
mendukung bahwa perempuan lebih rentan dirinya, salah satunya yaitu terjadi
mengalami depresi. Penelitian Aldiabat et perubahan perkembangan fisik pada remaja
al., (2014), menemukan bahwa tingkat usia 16 tahun seperti perubahan fisik
depresi pada siswa perempuan sebesar remaja perempuan semakin melambat
64.8% sedangkan laki-laki sebesar 35.2%. karena sudah berada di puncak, pada anak
Menurut penelitian yang dilakukan WHO perempuan siklus menstruasi sudah
tahun 2017 di Indonesia tercatat angka semakin stabil setiap bulan, rambut halus di
kematian akibat depresi pada remaja usia wajah dan tubuh semakin lebat, badan yang
15-29 tahun adalah 3.6%. Penyebab depresi semakin tinggi terutama pada laki-laki, tak
dari data tersebut paling banyak adalah hanya itu saja, pada remaja yang berusia 16
kesendirian 7%, kecemasan 5% dan tidak tahun juga mengalami perkembangan
memiliki teman dekat 3% (Pamungkas & emosional yaitu muncul emosi yang
Kamalah, 2021). berbeda jika dibandingkan dengan masa
Karakterisitik Responden Berdasarkan anak-anak maupun orang dewasa. Pada
Usia masa remaja, emosi sering sekali meluap-
Tabel 2. Karakteristik Responden Berdasarkan luap tinggi. Keadaan ini lebih cenderung
Usia
Jumlah disebabkan oleh masalah dalam pemenuhan
Usia
Frekuensi (f) Persentase (%) kebutuhan mereka.
16 Tahun 176 71,3 Indonesia prevalensi ganggunan
17 Tahun 51 20,3
18 Tahun 20 8,1 mental emosional dengan gejala-gejala
Total 247 100,0 depresi dan kecemasan untuk usia 15 tahun
ke atas mencapai sekitar 6,1% dari jumlah
Berdasarkan tabel 2, Karakteristik
penduduk Indonesia (Riskesdas, 2018).
responden berdasarkan jenis usia di SMA
Penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi &
Negeri 2 Bondowoso pada kelas X dan
Undarawati (2014), menjelaskan usia
kelas XI baik IPA maupun IPS
responden lebih mendominan pada remaja
didominasikan pada usia 16 tahun
tengah yang berusia 15-18 tahun yaitu
sebanyak 176 responden dengan persentase
sebanyak 155 responden (35,07%). Hal ini
71,3 % kemudian untuk usia 17 tahun
juga sejalan dengan hasil penelitian
sebanyak 51 responden dengan persentase
Mandasari & Tobing (2020), yang
20,6 % dan untuk usia 18 tahun dengan
menunjukkan hasil bahwa rata-rata
jumlah 20 responden dengan persentase
responden berumur 16-34 tahun. Dengan
8,1%. Hal tersebut dikarenakan siswa kelas
umur termuda 15 tahun dan umur tertua 18
X dan XI SMA Negeri 2 Bondowoso baik
tahun. Banyaknya perubahan yang dialami
42 Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi 4.0 Internasional
JUKEJ: Jurnal Kesehatan Jompa Vol. 2. No. 1 Juni 2023
https://jurnal.jomparnd.com/index.php/jkj e-ISSN: 2830-5558 p-ISSN: 2830-5744

pada tahap remaja, menuntut remaja untuk stres. Seseorang yang mengalami Stres
dapat beradaptasi dengan segala perubahan yang tidak dapat ditangani dengan baik
tersebut. Ketidakmampuan dalam sehingga akan menyebabkan remaja
berdaptasi dapat menimbulkan perasaan tersebut rentan mengalami depresi (Aryani,
kecewa, merasa gagal, tidak percaya diri 2012). Menurut penelitian yang dilakukan
bahkan timbul perasaan tertekan karena WHO (2017), di Indonesia tercatat angka
tidak mampu mengatasi suatu masalah kematian akibat depresi pada remaja usia
yang terjadi. Hal ini dapat menjadi salah 15-29 tahun adalah 3.6%.
satu faktor pencetus terjadinya depresi. Distribusi Pola Asuh Orang Tua
Pada masa remaja pertengahan yaitu Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden
yang berusia 15 sampai 18 tahun, masa Berdasarkan Pola Asuh Orang Tua
Pola Asuh Jumlah
tersebut merupakan proses pendewasaan Orang Tua Frekuensi (f) Persentase (%)
diri dimana remaja dianggap lebih mampu Otoriter 37 15,0
Demokratis 174 70,4
mengambil keputusan untuk dirinya sendiri
Permisif 36 14,6
dibandingkan anak-anak (Indriyani et al., Total 247 100,0
2014). Remaja akan mengalami berbagai
Berdasarkan tabel 3, orang tua
macam permasalahan dalam menjalani
responden menerapkan pola asuh yang
tugas perkembangannya adapun dampak
paling banyak berada di pola asuh
dari masalah yang dihadapi oleh remaja dan
demokratis sebanyak 174 responden
munculnya perasaan tidak aman, cemas,
dengan persentase 70,4%, kemudian orang
dan depresi yang nantinya dapat
tua responden yang menerapkan pola asuh
memunculkan ide bunuh diri. Permasalahan
otoriter sebanyak 37 responden dengan
yang terjadi pada remaja adalah konflik
persentase 15,0%, dan orang tua responden
antara orangtua dan kecenderungan untuk
yang menerapkan pola asuh permisif
melakukan perilaku berisiko yang dapat
sebanyak 36 responden dengan persentase
menyebabkan munculnya gangguan
14,6%. Pola asuh orang tua diartikan
kesehatan dalam bentuk kesehatan fisik dan
sebagai cara orang tua memperlakukan,
juga dalam kesehatan mental (Aryani,
mendidik, membimbing, mendisiplinkan
2012). Secara mental remaja dapat mampu
serta melindungi anak untuk mencapai
menghadapi masalah yang ada, seperti
kedewasaan sesuai norma yang berlaku
hambatan dalam menghadapi kesulitan dan
(Masni, 2017). Dalam pengasuhan, orang
dalam melakukan hal negatif dalam
tua menstimulasi anak dengan mengubah
kehidupan sosial sesuai. Pada fase remaja
perilaku, pengetahuan, serta nilai-nilai yang
yang tidak dapat dalam mengendalikan diri
dianggap benar oleh orang tua agar anak
dan gagal dalam membina hubungan akan
menjadi mandiri, tumbuh dan berkembang
merasa tertekan dan akan menimbulkan
secara optimal dan dapat diterima oleh
berbagai masalah lainnya serta memicu
masyarakat (Ayun, 2017). Menurut
remaja merasakan masalah yang membuat

43 Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi 4.0 Internasional


JUKEJ: Jurnal Kesehatan Jompa Vol. 2. No. 1 Juni 2023
https://jurnal.jomparnd.com/index.php/jkj e-ISSN: 2830-5558 p-ISSN: 2830-5744

Apriastuti & Anisa (2013), menyatakan mungkin kurang berjalan dengan optimal
bahwa pola asuh adalah bentuk-bentuk apabila usia orang tua terlalu muda atau tua
yang diterapkan dalam rangka merawat, dikarenakan faktor fisik dan psikososialnya
memelihara, membimbing, melatih, serta (Supartini, 2014).
memberikan pengaruh. Pekerjaan tentunya juga dapat
Berdasarkan dari hasil penelitian ini mempengaruhi pola pengasuhan pada anak,
menunjukkan bahwa sebagian besar remaja dari hasil penelitian ini di dapatkan hasil
mempunyai orang tua yang menerapkan bahwa pekerjaan ayah dari responden
pola asuh demokratis yaitu sebanyak 174 sebagian besar bekerja sebagai wiraswasta
(70,4%). Orang tua yang mengambil sebanyak 89 (36,0%), PNS sebanyak 55
pilihan dengan menerapkan pola asuh (22,3%), TNI sebanyak 16 (6,5%), dari
demokratis dikarenakan cara berfikir orang pekerjaan ibu didapatkan hasil bawah
tua yang sudah tidak lagi kolot yang artinya sebagian besar sebagai IRT (Ibu Rumah
tidak mau mendengarkan pendapat orang Tangga) sebanyak 145 (58,7%), PNS
lain yang menyimpang dari perspektifnya, sebanyak 61 (24,7%), wiraswasta 22
hal ini dipengaruhi oleh pendidikan dan (8,9%). Pekerjaan orang tua juga dapat
lingkungan tempat tinggal orang tua, mempengaruhi pola pengasuhan
sebagaimana diketahui bahwa orang tua dikarenakan kesibukannya dalam bekerja
responden bertempat tinggal di Kabupaten yang membuat orang tua cenderung kurang
Bondowoso yang sudah modern dan memperhatikan keadaan anak-anaknya
terbukanya berbagai macam sumber (Andriani, 2020). Pengasuhan yang
informasi. Tak hanya dipengaruhi oleh harusnya dijalankan oleh orang tua
pendidikan dan lingkungan tempat tinggal tergantikan dengan orang lain biasanya
orang tua, tetapi juga dipengaruhi oleh usia kakek dan nenek, hal tersebut
orang tua, yang mana dari hasil penelitian menyebabkan terbatasnya interaksi orang
ini didapatkan usia orang tua sebagian tua dengan anak, keterbatasan ini dapat
besar berkisar pada usia 30-50 tahun membuat anak menjadi kurang
sebanyak 165 (66,8%) untuk usia ayah, 200 mendapatkan sentuhan fisik dan psikis
(81,0%) untuk usia ibu, usia orang tua (Suryanda & Rustati, 2019).
dapat mempengaruhi pola asuh, hal tersebut Penghasilan atau pendapatan juga
dikarenakan usia akan membawa orang tua dapat berpengaruh terhadap pola
sesuai dengan karakteristik pada masanya. pengasuhan pada anak, pada penelitian ini
Usia ini juga nantinya akan berpengaruh di dapatkan hasil bahwa penghasilan dari
terhadap komunikasi pada anak, orang tua ayah responden berkisar antara 2.500.000–
yang memiliki jarak cukup jauh dengan 6.000.000 sebanyak 162 (65,6%), yang
anaknya akan membutuhkan kerja keras berpenghasilan antara 500.000–2.000.000
dalam menelusuri dunia yang dihadapi sang sebanyak 50 (20,2%), kemudian
anak dan sebaliknya. Peran pengasuhan penghasilan dari ibu, yang tidak
44 Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi 4.0 Internasional
JUKEJ: Jurnal Kesehatan Jompa Vol. 2. No. 1 Juni 2023
https://jurnal.jomparnd.com/index.php/jkj e-ISSN: 2830-5558 p-ISSN: 2830-5744

berpenghasilan sebanyak 136 (55,1%), mental dari anak tersebut (Azzahra et al.,
yang berpenghasilan antara 2.000.000 – 2021).
4.000.000 ssebanyak 58 (23,5%), yang Tingkat Kejadian Depresi Pada Remaja
berpenghasilan antara 500.00 – 2.000.000 Usia 16-18 Tahun
sebanyak 35 (14,2%). Orang tua dengan Tabel 4. Tingkat Kejadian Depresi Pada
Remaja Usia 16 – 18 Tahun
penghasilan tinggi memiliki kemampuan Tingkat Jumlah
untuk menunjang tercapainya lingkungan Kejadian
Persentase
Depresi Usia Frekuensi (f)
pengasuhan yang baik untuk anak-anaknya (%)
16-18 Tahun
baik segi konsumsi dan pola makan untuk Tidak 22 8,9
Depresi
memperoleh gizi yang baik, tempat tinggal Depresi 34 13,8
Ringan
yang nyaman dan aman untuk pertumbuhan
Depresi 43 17,4
dan perkembangan anak. Orang tua dengan Sedang
Depresi Berat 41 16,6
penghasilan yang rendah memiliki Depresi 107 43,3
keterbatasan untuk menunjang kehidupan Sangat Berat
Total 247 100,0
keluarga anak-anaknya sedangkan orang
tua dengan pendapatan menengah mampu Berdasarkan tabel 4, dari 247
mencukupi kebutuhan lingkungan responden yang mengalami tingkat
pengasuhan anak-anaknya dan termasuk ke kejadian depresi diantaranya yaitu yang
kategori keluarga yang cukup (Kamaliah et tidak depresi sebanyak 22 responden
al., 2014). dengan persentase 9,3%, yang mengalami
Hasil penelitian ini sejalan dengan tingkat kejadian depresi ringan sebanyak 34
penelitian Tujuwale et al., (2016), responden dengan persentase 13,8%,
mendapatkan hasil pola asuh yang kemudian yang mengalami tingkat kejadian
diterapkan orang tua di SMA Negeri 1 depresi sedang sebanyak 43 responden
Amurang sebagian besar dalam kategori dengan responden 18,6%, dan yang
pola asuh demokratis yaitu sebanyak 45 mengalami tingkat kejadian depresi berat
(49,4%) responden. Pola asuh demokratis sebanyak 41 responden dengan persentase
yang dilakukan oleh orang tua ditunjukkan 16,6% dan yang mengalami depresi sangat
dengan memberikan kebebasan kepada berat sebanyak 107 responden dengan
anak tetapi orang tua tetap memberikan persentase 43,3%.
batasan-batasan untuk mengendalikan sikap Terdapat Gejala yang timbul dari
dan tindakan-tindakan anak agar tetap pada siswa yang mengalami depresi sangat berat
aturan yang benar. Setiap pola asuh yang pada remaja usia 16 – 18 tahun diantaranya
dominan dilakukan oleh orang tua akan yaitu perasaan sedih, merasa putus asa,
menghasilkan karakter yang berbeda-beda tidak bersemangat, muncul perasaan
bagi anak yang bersangkutan dan akan bersalah yaitu seperti menyalahkan diri
berpengaruh pula terhadap perkembangan sendiri, merasa sebagai penyebab
penderitaan orang lain, ide-ide bersalah
45 Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi 4.0 Internasional
JUKEJ: Jurnal Kesehatan Jompa Vol. 2. No. 1 Juni 2023
https://jurnal.jomparnd.com/index.php/jkj e-ISSN: 2830-5558 p-ISSN: 2830-5744

atau renungan tentang kesalahan masa lalu, tua, dan obat-obatan. Seseorang yang
dan suara-suara atau tuduhan atau dalam keluarganya diketahui menderita
halusinasi penglihatan tentang hal-hal yang depresi berat memiliki resiko lebih besar
mengancamnya, mengalami gangguan pola menderita gangguan depresi dari pada
tidur, merasa tidak mampu untuk masyarakat pada umumnya. Depresi
melakukan kegiatan atau aktivitas, gagal biasanya dipengaruhi oleh kognitif yang
atau kelambanan dalam berkonsentrasi, terdistorsi. Pola pikir individu dalam
mengalami kegelisahan yaitu memainkan memandang diri, pengalaman, dan
jari-jari tangan, mengalami kecemasan lingkungan yang negative mengakibatkan
(ansietas somatik) yaitu sering berkeringat, individu merasa lemah, ditolak oleh
serta sering buang air kecil, mengalami lingkungan, dan merasa dirinya tidak
kecemasan (ansietas psikis) yaitu perasaan berguna, hal itu dapat menyebabkan
mudah tersinggung, terjadi gejala somatik individu depresi (Supriatin et al., 2022).
(pencernaan) yaitu nafsu makan berkurang, Analisis Regresi Linear Sederhana
terjadi gejala somatik (umum) yakni kepala Tabel 5. Hasil analisis regresi linear
terasa berat, hilangnya kekuatan dan sederhana
kemampuan, sebagian besar responden
yang mengalami depresi ini mengetahui
bahwa dirinya sedang depresi atau sedang
sakit, akan tetapi tidak mengetahui
bagaimana cara mengatasinya.
Berdasarkan tabel 5, uji regresi linear
Penelitian ini sejalan dengan
sederhana pada hubungan jenis pola asuh
pendapat menurut Stuart (2016), yang
orang tua dengan tingkat kejadian depresi
menyatakan bahwa pada remaja sering
pada remaja usia 16 – 18 tahun di SMA
ditemukan dampak depresi seperti,
Negeri 2 Bondowoso didapatkan hasil nilai
mengeluh tentang fisik, absen dari sekolah,
konstanta sebesar 112,920 yang diartikan
prestasi di sekolah yang terus memburuk,
bahwa nilai konsisten variabel tingkat
terjadi permasalahan dalam berkonsentrasi,
kejadian depresi sebesar 112,920. Koefisien
buruknya dalam berkomunikasi, mudah
regresi X sebesar -0,465 yang menyatakan
bosan, tampak lesu, mudah marah, kurang
bahwa setiap penambahan 1% nilai pola
minat dalam berteman, sensitif terhadap
asuh orang tua, maka nilai partisipasi
penolakan, perubahan dalam pola makan
tingkat kejadian depresi akan menurun
dan tidur, sering dan mudah merasa
sebesar -0,465. Dan juga diketahui bahwa
terbebani, memakai obatobatan terlarang,
nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05 yang
bahkan bisa berpikiran untuk bunuh diri.
menyatakan bahwa ada hubungan jenis
Risiko tingkat kejadian depresi pada
pola asuh orang tua dengan tingkat kejadian
remaja diakibatkan oleh beberapa faktor
diantaranya lingkungan, pola asuh orang
46 Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi 4.0 Internasional
JUKEJ: Jurnal Kesehatan Jompa Vol. 2. No. 1 Juni 2023
https://jurnal.jomparnd.com/index.php/jkj e-ISSN: 2830-5558 p-ISSN: 2830-5744

depresi pada remaja usia 16-18 tahun di depresi sedang sebanyak 0 responden,
SMA Negeri 2 Bondowoso. depresi berat sebanyak 5 responden, depresi
Hubungan Pola Asuh Orang Tua sangat berat sebanyak 0 responden.
Dengan Tingkat Kejadian Depresi Pada Kemudian antara pola asuh demokratis
Remaja Usia 16-18 Tahun
dengan remaja yang tidak depresi sebanyak
Tabel 6. Analisis Hubungan Pola Asuh
22 responden, depresi ringan sebanyak 2
Orang Tua Dengan Tingkat
Kejadian Depresi Pada Remaja responden, depresi sedang sebanyak 43
Usia 16-18 Tahun responden, depresi berat sebanyak 0
responden, depresi sangat berat sebanyak
107 responden. Dan antara pola asuh
permisif dengan remaja yang tidak depresi
sebanyak 0 responden, depresi ringan 0
responden, depresi sedang sebanyak 0
Berdasarkan tebel 6, terdapat responden, depresi berat sebanyak 36
sebanyak 37 responden pola asuh orang tua responden, depresi sangat berat sebanyak 0
otoriter, diantaranya terdapat 32 responden responden.
mengalami depresi ringan, 5 responden Berdasarkan hasil penelitian ini
mengalami depresi sangat berat. Pola asuh menggambarkan bahwa orang tua siswa
orang tua demokratis diantaranya terdapat SMA Negeri 2 Bondowoso yang berusia
22 responden tidak depresi, 2 responden 16–18 tahun menerapkan pola asuh yang
mengalami depresi ringan, 43 responden paling banyak berada di pola asuh
mengalami depresi sedang, 107 responden demokratis sebanyak 174 (70,4%) hal
mengalami depresi sangat berat. Pola asuh tersebut dikarenakan cara berfikir orang tua
orang tua permisif diantaranya terdapat 36 yang sudah tidak lagi kolot yang artinya
responden mengalami depresi berat. Hasil tidak mau mendengarkan pendapat orang
uji statistik didapatkan nilai signifikansi lain yang menyimpang dari perspektifnya,
sebesar 0,000 < 0,05 yang berarti ada hal ini dipengaruhi oleh pendidikan dan
hubungan yang nyata antara pola asuh lingkungan tempat tinggal orang tua,
orang tua dengan tingkat kejadian depresi sebagaimana diketahui bahwa orang tua
pada remaja usia 16-18 tahun di SMA siswa bertempat tinggal di Kabupaten
Negeri 2 Bondowoso. Bondowoso yang sudah modern dan
Hasil uji hipotesis dengan terbukanya berbagai macam sumber
menggunakan aplikasi Statistical Product informasi. Hal tersebut juga dipengaruhi
and Service Solutions (SPSS) tipe 26 oleh usia orang tua, yang mana dari hasil
dengan uji statistik regresi linear sederhana penelitian usia orang tua dari siswa berkisar
antara pola asuh otoriter dengan remaja antara 30-50 tahun untuk ayah sebanyak
yang tidak depresi sebanyak 0 responden, 165 (66,8%), untuk ibu sebanyak 200
depresi ringan sebanyak 32 responden, (81,0%) usia orang tua dapat

47 Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi 4.0 Internasional


JUKEJ: Jurnal Kesehatan Jompa Vol. 2. No. 1 Juni 2023
https://jurnal.jomparnd.com/index.php/jkj e-ISSN: 2830-5558 p-ISSN: 2830-5744

mempengaruhi pola asuh dikarenakan usia rajin beribadah dan sopan serta taat kepada
akan membawa orang tua sesuai dengan orang tua. Pola asuh otoriter berdampak
karakteristik pada masanya, usia orang tua negatif pada anak jika orang tua terlalu
akan berpengaruh terhadap komunikasi menekan anak sehingga menjadi keras
pada anak, dan juga pekerjaan yang kepala, susah diatur, serta tidak taat kepada
tentunya menjadi pengaruh pola orang tua, hal ini disebabkan karena anak
pengasuhan pada anak, yang mana dari merasa dibatasi kebebasannya, dipaksa dan
hasil penelitian di dapatkan bahwa orang menghukum anak jika salah sehingga anak
tua dari siswa mayoritas orang tuanya melampiaskan perasaan-perasaannya
bekerja sebagai wiraswasta 89 (36,0%), dengan bertindak sesuai keinginannya dan
PNS sebanyak 55 (22,3%), TNI sebanyak hal tersebut yang membuat anak menjadi
16 (6,5%), dari pekerjaan ibu didapatkan depresi (Yulianti et al., 2020).
hasil bawah sebagian besar sebagai IRT Dari hasil penelitian juga didapatkan
(Ibu Rumah Tangga) sebanyak 145 bahwa pada pola asuh permisif sebanyak 36
(58,7%), PNS sebanyak 61 (24,7%), responden mengalami depresi berat
wiraswasta 22 (8,9%) hal tersebut (Mardotilah, 2015), menyatakan bahwa
dikarenakan kesibukannya dalam bekerja dalam pola asuh permisif, orang tua
yang membuat orang tua cenderung kurang memberikan penerimaan serta kehangatan
memperhatikan keadaan anak-anaknya. yang sangat besar kepada anak mereka.
Akan tetapi, dari hasil penelitian juga Akan tetapi, kehangatan ini cenderung
didapatkan bahwa pada pola asuh otoriter memanjakan anak. Hoskins (2014), juga
sebanyak 32 responden mengalami depresi menyatakan bahwa pola asuh permisif
ringan, 5 responden mengalami depresi merupakan sebuah pola asuh di mana orang
berat, hal tersebut disebabkan orang tua tua tidak pernah memberikan aturan atau
yang menerapkan pola asuh otoriter ini pengarahan kepada anak. Ia juga
cenderung bersikap pemaksa, keras, dan berpendapat bahwa pola asuh permisif
kaku dimana orang tua akan membuat merupakan pola asuh yang cenderung
berbagai aturan yang harus di patuhi oleh memberikan kebebasan kepada anak untuk
anak-anaknya tanpa mau tahu perasaan dari berperilaku sesuai dengan keinginannya
sang anak tersebut, Orang tua akan emosi tanpa memperdulikan mengenai norma
dan marah jika anak melakukan hal yang yang ada di masyarakat. Anak dibiarkan
tidak sesuai dengan yang diinginkan oleh sesuka hati dalam menjalankan hidupnya
orang tuanya. Dan pada remaja yang tanpa tau mana yang benar dan mana yang
mengalami depresi ringan tersebut salah. Pola asuh permisif ini memiliki
disebabkan karena mereka menganggap hubungan dengan mental emosional remaja
bahwa jika aturan yang dibuat oleh orang di mana pola asuh ini memberikan dampak
tuanya bersifat wajib untuk yang tidak baik untuk perkembangan
dilaksanakannya seperti sholat, anak akan remaja baik itu perkembangan emosional
48 Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi 4.0 Internasional
JUKEJ: Jurnal Kesehatan Jompa Vol. 2. No. 1 Juni 2023
https://jurnal.jomparnd.com/index.php/jkj e-ISSN: 2830-5558 p-ISSN: 2830-5744

maupun psikososial salah satunya ialah (83,1%). Kemudian penelitian yang


depresi. Sebab dalam pola asuh ini orang dilakukan oleh Devita (2020) dan Fitriana
tua cenderung memberikan kebebasan & Mustafida (2019), yang keduanya
kepada anak untuk bersikap serta membahas mengenai pola asuh orang tua
berperilaku dan tidak memberikan teguran dan hubungannya dengan perkembangan
ketika anak melakukan sebuah kesalahan. mental anak remajanya serta tingkat depresi
Responden yang mengalami depresi anak di usia remaja. Dimana pada kedua
dikarenakan siswa sering mengalami penelitian ini, ketiga pola asuh orang tua
perasaan bersalah, merasa putus asa, tidak menyumbang pengaruh terhadap
bersemangat, mengalami gangguan pola perkembangan mental anak remaja serta
tidur, merasa tidak mampu untuk tingkat depresi remaja.
melakukan kegiatan atau aktivitas, gagal
dalam berkonsentrasi, mengalami KESIMPULAN
kegelisahan yaitu memainkan jari-jari Penelitian terkait hubungan jenis pola
tangan, mengalami kecemasan, nafsu asuh orang tua dengan tingkat kejadian
makan berkurang, sebagian besar depresi pada remaja usia 16 – 18 tahun di
responden yang mengalami depresi ini SMA Negeri 2 Bondowoso dapat
mengetahui bahwa dirinya sedang depresi disimpulkan bahwa :
atau sedang sakit, akan tetapi tidak 1. Hasil penelitian didapatkan data
mengetahui bagaimana cara mengatasinya. sebagian besar orang tua responden
Dari penjelasan diatas, sudah dapat menerapkan pola asuh demokratis
diketahui bahwa terdapat hubungan yang sebanyak 174 (70,4%), menerapkan pola
signifikan antara pola asuh orang tua asuh otoriter sebanyak 37 (15,0%), dan
dengan tingkat kejadian depresi pada yang menerapkan pola asuh permisif
remaja usia 16-18 tahun di SMA Negeri 2 sebanyak 36 (14,6%).
Bondowoso, yang mana orang tua yang 2. Hasil penelitian didapatkan data
menerapkan pola asuh demokratis yang sebanyak 22 (8,9%) siswa tidak
dapat membuat reaksi depresi pada siswa mengalami depresi, yang mengalami
usia 16-18 tahun. depresi ringan sebanyak 34 (13,8%),
Pada penelitian ini mendukung hasil yang mengalami depresi sedang
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh sebanyak 43 (17,4%), yang mengalami
(Syurkianti (2017), yang mendapatkan hasil depresi berat sebanyak 41 (16,6%), dan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara yang mengalami depresi sangat berat
pola asuh orang tua dengan tingkat depresi sebanyak 107 (43,3%).
pada remaja, dari 136 responden di dalam 3. Hasil uji regresi linear sederhana
penelitian tersebut, sebanyak 99 orang tua diperoleh hasil signifikan sebesar 0,000
responden menerapkan pola asuh < 0,05 yang menyatakan bahwa terdapat
demokratis sebanyak 49 responden hubungan antara pola asuh orang tua

49 Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi 4.0 Internasional


JUKEJ: Jurnal Kesehatan Jompa Vol. 2. No. 1 Juni 2023
https://jurnal.jomparnd.com/index.php/jkj e-ISSN: 2830-5558 p-ISSN: 2830-5744

dengan tingkat kejadian depresi pada Aryani, R. (2012). Kesehatan Remaja :


remaja usia 16-18 tahun di SMA Negeri Problem dan Solusinya. Salemba.
Ayun, Q. (2017). Pola Asuh Orangtua dan
2 Bondowoso. Metode Pengasuhan dalam
Membentuk Kepribadian Anak.
UCAPAN TERIMAKASIH Thufula, 5(1). https://doi.org/doi:
Ucapan terimakasih penulis 10.21043/thufula.v5i1.2421
Azzahra, A. A., Shamhah, H., Kowara, N.
sampaikan kepada Ibu Miftakhul Ulfa,
P., & Santoso, M. B. (2021).
S.Kep., Ners., M.Kep, Ibu Waifti Amalia, Pengaruh Pola Asuh Orang Tua
S.ST., M.Keb, dan Ibu Mizam Ari Terhadap Perkembangan Mental
Kurniyanti, S.Kep., Ners., M.Kep yang Remaja. Jurnal Penelitian Dan
Pengabdian Kepada Masyarakat
telah memberikan petunjuk, koreksi, serta (JPPM), 2(3), 461.
saran sehingga terwujudnya penelitian ini. https://doi.org/10.24198/jppm.v2i3.3
Penulis sampaikan juga kepada Bapak Drs. 7832
Butcher, J. N., Hooley, J. M., & Mineka, S.
Jarimin, M.Pd selaku Kepala Sekolah SMA (2013). Abnormal Psychology.
Negeri 2 Bondowoso yang telah Pearson.
memberikan izin untuk melakukan Devita, Y. (2020). Hubungan Pola Asuh
Orang Tua Dengan Masalah Mental
penelitian serta siswa dan siswi kelas X dan
Emosional Remaja. Jurnal Ilmiah
XI IPA IPS yang telah bersedia menjadi Universitas Batanghari Jambi, 20(2),
responden di dalam penelitian ini. 503–513.
Fitriana, V., & Mustafida, S. (2019).
DAFTAR PUSTAKA Gambaran Pola Asuh Keluarga
Dengan Tingkat Depresi Pada
Albert, P. R. (2015). Why is Depression Remaja. Jurnal Profesi Keperawatan,
More Prevalent in Women? J 6(1), 91–104.
Psychiatry Neurosci, 40(4), 219–221. Fitriani, A., & Hidayah, N. (2012).
Aldiabat, K. M., Matani, N. A., & Navene, Kepekaan Humor Dengan Depresi
C. L. . (2014). Aldiabat, K.M., Pada Remaja Ditinjau Dari Jenis
Matani, N.A., & Navene, C.L.L. Kelamin. HUMANITAS: Indonesian
(2014). Mental health among Psychological Journal, 9(1), 76.
undergraduate university students: a https://doi.org/10.26555/humanitas.v
background paper for administrators, 9i1.351
educators and healthcare providers. Haryanto, H., Wahyuni, H. D., & Nandiroh,
Universal Journal of Public Health, S. (2016). Sistem Deteksi Gangguan
2(8), 209–214. Depresi Pada Anak-Anak dan
Andriani. (2020). Hubungan Pola Asuh Remaja. Jurnal Ilmiah Teknik
Orangtua terhadap Perubahan Industri, 14(2), 142–152.
Emosional Remaja di SMP IT Al- Hidayanti, & Bariyyah, K. (2016). Konsep
Kindi Pekanbaru tahun 2019. Health Diri, Adversity Quotient dan
Care Media, 4. Penyesuaian Diri pada Remaja. Jurnal
Apriastuti, & Anisa, D. (2013). Analisis Psikologi Indonesia, 5(2), 137–144.
Tingkat Pendidikan dan Pola Asuh https://doi.org/doi:
Orang Tua dengan Perkembangan 10.30996/persona.v5i02.730.
Anak Usia 48-60 Bulan. Jurnal Hidayanti, K. B., & Farid, M. (2016).
Ilmiah Kebidanan, 4(1). Konsep Diri, Adversity Quotient dan
50 Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi 4.0 Internasional
JUKEJ: Jurnal Kesehatan Jompa Vol. 2. No. 1 Juni 2023
https://jurnal.jomparnd.com/index.php/jkj e-ISSN: 2830-5558 p-ISSN: 2830-5744

Penyesuaian Diri Pada Remaja. Pratiwi, J., & Undarawati, A. (2014).


Persona: Jurnal Psikologi Indonesia, Suicide Ideation Pada Remaja Di
5(2). Kota Semarang. Developmental and
Hoskins, D. H. (2014). Consequences of Clinical Psychology, 3(1).
parenting on adolescent outcomes. http://journal.unnes.ac.id/%0Asju/ind
Societies, 4(3), 506–531. ex.php/dcp
https://doi.org/10.3390/soc4030506 Rahmadi, F. A., Hardaningsih, G., &
Indriyani, Diyan, & Asmuji. (2014). Buku Pratiwi, R. (2015). Prevalensi dan
Ajar Keperawatan Maternitas. jenis masalah emosional dan perilaku
Ar_Ruzz Media. pada anak usia 9-11 tahun dengan
Kamaliah, F., Prabawati, M., & Rusilanti. perawakan pendek di kabupaten
(2014). Perbedaan Pola Pengasuhan brebes. Jurnal Gizi Indonesia, 3(2),
Anak Berdasarkan Tingkat 116–119.
Pendapatan Keluarga. Jurnal Richardson, T., Elliot, P., & Roberts, R.
Kesejahteraan Keluarga Dan (2017). Relationship Between
Pendidikan, 1(1). Loneliness and Mental Health in
https://doi.org/doi.org/10.21009/JKK Students. Journal of Public Mental
P.011.07 Health, 16(2).
Mandasari, L., & Tobing, D. . (2020). https://doi.org/10.1108/JPMH-03-
Tingkat depresi dengan ide bunuh diri 2016-0013.
pada remaja. Jurnal Keperawatan, Riskesdas. (2018). Badan Penelitian dan
2(1), 1–7. Pengembangan Kesehatan
https://ijhd.upnvj.ac.id/index.php/ijhd Kementerian RI tahun 2018.
/article/view/33 http://www.depkes.go.id/resources/do
Mardotilah, A. (2015). Hubungan Pola w%0Anload/infoterkini/materi_rakor
Asuh Orang Tua Dengan Kecerdasan pop_20%0A18/Hasil Riskesdas
Anak Pra Sekolah (3-6 tahun) di TK 2018.pdf
Budi Utama Jorong Sebrang Parit Safitiri, Y., & Hidayanti, E. (2013).
Kota Tengah Batu Hampa Kecamatan Hubungan antara pola asuh orang tua
Kalibiru Kabupaten Lima Puluh dengan tingkat depresi remaja di
Kota. Jurnal Pola Asuh, 2(1), 23.30. SMK 10 November Semarang. Jurnal
Masni, H. (2017). Peran Pola Asuh Keperawatan Jiwa (JKJ): Persatuan
Demokratis Orangtua Terhadap Perawat Nasional Indonesia, 1(1).
Pengembangan Potensi Diri dan Santrock, J. W. (2012). Perkembangan
Kreativitas Siswa. Jurnal Ilmiah Masa Hidup (Edisi Keti). Erlangga.
Dikdaya, 6(1), 58–74. Schochib, M. (2010). Pola Asuh Orang
Oltmanns, T. F., & Emery, R. E. (2013). Tua. Rineka Cipta.
Psikologi Abnormal. Pustaka Pelajar. Stuart, G. W. (2013). Buku Saku
Pamungkas, B. A., & Kamalah, A. D. Keperawatan Jiwa. EGC.
(2021). Gambaran Tingkat Depresi Stuart, G. W. (2016). Keperawatan
Pada Remaja : Literature Review. Kesehatan Jiwa. Elsever.
Prosiding Seminar Nasional Supartini, Y. (2014). Buku Ajar Konsep
Kesehatan, 1, 1332–1341. Dasar Keperawatan Anak. EGC.
https://doi.org/10.48144/prosiding.v1i Supriatin, H., Yusuf, U., & Suhana, S.
.832 (2022). Restrukturisasi Kognitif
Papalia, D. ., Olds, S. W., & Feldman, R. Melalui Tadabbur Ayat Kursi Untuk
D. (2009). Human Development Menurunkan Tingkat Depresi Pada
(Edisi 10). Penerbit Salemba Penyalahguna Napza. Schema:
Humanika. Journal of Psychological Research,

51 Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi 4.0 Internasional


JUKEJ: Jurnal Kesehatan Jompa Vol. 2. No. 1 Juni 2023
https://jurnal.jomparnd.com/index.php/jkj e-ISSN: 2830-5558 p-ISSN: 2830-5744

36–42.
https://doi.org/10.29313/schema.v0i0.
6592
Suryanda, & Rustati, N. (2019). Hubungan
Pola Asuh Orang Tua Bekerja dengan
Kemandirian Anak Pra Sekolah.
Jurnal Ners Dan Kebidanan, 6(1).
https://doi.org/10.26699/jnk.v6i1.AR
T.p035–043
Syurkianti. (2017). Hubungan Antara Pola
Asuh Orangtua dengan Tingkat
Depresi Pada Remaja Di SMA Neg. 1
Sinjai Timur. Universitas Islam
Negeri Alauddin Makassar.
Tujuwale, A., Rottie, J., Wowiling, F.,
Kairupan, R., Studi, P., Keperawatan,
I., & Kedokteran, F. (2016).
Hubungan Pola Asuh Orang Tua
Dengan Tingkat Depresi Pada Siswa
Kelas X Di Sma Negeri 1 Amurang.
EJournal Keperawatan, 4(1), 1–8.
Warayaan, D. (2021). Pola Asuh Orang
Tua Dengan Terjadinya Depresi Pada
Remaja. In Program Studi S1 Ilmu
Keperawatan. Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Insan Cendikia Medika.
WHO. (2017). Depression and Other
Common Mental Disorder: Global
Health Estimates. World Health
Organization 24.
Yulianti, Taib, B., & Ummah, D. M.
(2020). Analisis Pola Asuh Otoriter
Orang Tua Terhadap Perkembangan
Moral Anak. Jurnal Ilmiah Cahaya
Paud, 2(1), 128–137.
https://doi.org/10.33387/cp.v2i1.2090
Yusuf, S. (2015). Psikologi Perkembangan
Anak dan Remaja. PT. Remaja
Rosdakarya.

52 Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi 4.0 Internasional

Anda mungkin juga menyukai