Anda di halaman 1dari 13

Digital

Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN


KESEHATAN JIWA REMAJA DI SMPN KOTA MALANG

Yeni Fitria1, Rahmawati Maulidia2


STIKes Maharani Malang
(Korespondensi: yeni.fitria040@gmail.com)

ABSTRAK
Pendahuluan: Gangguan jiwa pada anak dan remaja adalah perilaku yang tidak sesuai
dengan tahapan usianya, menyimpang bila dibandingkan dengan norma budaya yang
mengakibatkan kurangnya atau terganggunya fungsi adaptasi. Pada masa muda dengan
perilaku gangguan dan penyalahgunaan zat, masalah hukum, agresi, menjadikan risiko
tinggi bunuh diri pada remaja. Banyaknya masalah dan perilaku menyimpang pada masa
remaja menunjukkan bahwa remaja merupakan kelompok risiko terhadap masalah
kesehatan jiwa. Metode: Penelitian ini menggunakan desain analitik korelasional dengan
pendekatan crossectional untuk mengetahui hubungan antara dukungan social keluarga
dengan kesehatan jiwa pada remaja di SMPN Malang. Sampel penelitian terdiri 94
responden. Teknik sampling mengunakan proportionate stratified random sampling.
Pengambilan data menggunakan kuesioner dukungan sosial dan kuesioner Depression
Anxiety Stress Scale (DASS). Data dianalisis dengan uji korelasi Spearman rank. Hasil
dan analisis: Sebagian besar responden mendapatkan dukungan sosial dari keluarga
dalam kategori tinggi, yaitu sebanyak 81 responden (86,2%) dan lebih dari setengah
responden memiliki kesehatan jiwa dalam kategori normal, yaitu sebanyak 55 responden
(58,5%). Dari uji statistik didapatkan nilai signifikansi sebesar 0,021 (<0,05), yang
artinya terdapat hubungan signifikan antara dukungan sosial keluarga dengan kesehatan
jiwa remaja. Diskusi dan Kesimpulan: Dukungan keluarga merupakan bentuk hubungan
interpersonal yang meliputi sikap, tindakan dan penerimaan terhadap remaja, sehingga
remaja merasa ada yang memperhatikan. Perlu adanya dukungan sosial keluarga yang
tinggi untuk mencegah timbulnya masalah kesehatan jiwa pada remaja dalam
menghadapi masa transisi.

Kata Kunci: Dukungan sosial keluarga, Kesehatan Jiwa, Remaja


.
ABSTRACT
Introduction: Mental disorders in children and adolescents are behaviors that are not in
accordance with their age, deviate when compared to cultural norms that result in a lack
or disruption of the adaptation function. In youth, with behavioral disorders and
substance abuse, legal problems, aggression, make a high risk of suicide in adolescents.
The number of problems and deviant behavior in adolescence shows that adolescents are
a risk group for mental health problems. Method: This study uses a correlational
analytic design with a crossectional approach to determine the relationship between
family social support with mental health in adolescents in Malang State Junior High
School. The study sample consisted of 94 respondents. The sampling technique uses
proportionate stratified random sampling. Data collection used a social support
questionnaire and the Depression Anxiety Stress Scale (DASS) questionnaire. Data were
analyzed by Spearman rank correlation test. Results and analysis: Most respondents get
social support from the family in the high category, as many as 81 respondents (86.2%)
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember

and more than half of the respondents have mental health in the normal category, as
many as 55 respondents (58.5%). From the statistical test obtained a significance value
of 0.021 (<0.05), which means there is a significant relationship between family social
support with adolescent mental health. Discussion and Conclusion: Family support is a
form of interpersonal relationship that includes attitudes, actions and acceptance of
adolescents, so that teenagers feel someone is paying attention. There needs to be high
family social support to prevent the emergence of mental health problems in adolescents
in the face of transition.

Keywords: Family social support, Mental Health,and Adolescent.

PENDAHULUAN menyebabkan kebingungan peran (role


confusion) (Keliat, et al, 2013;
Salah satu tahap tumbuh kembang Townsend, 2013). Selain itu juga dapat
individu adalah masa remaja. Menurut menimbulkan kurangnya rasa percaya
World Health Organization (WHO) diri, yang akan diekspresikan pada
tahun 2015, masa remaja merupakan perilaku kenakalan remaja (Townsend,
suatu fase perkembangan antara masa 3013). Sehingga dampak yang muncul
kanak-kanak dan masa dewasa yang adalah berbagai perilaku menyimpang
berlangsung antara usia 10 sampai 19 seperti perilaku agresif (Williford, et al,
tahun. Masa ini merupakan masa transisi 2011). Masalah perilaku anak dan
dari anak- anak menuju dewasa. remaja seperti perilaku agresif dapat
Menurut teori Interpersonal yang berkembang menjadi gejala positif
dikemukakan oleh Sullivan, pada fase skizotipal (Fagel, 2014).
remaja awal (usia 12 – 14 tahun), remaja Masalah kesehatan jiwa terjadi
mulai mengembangkan identitas diri, pada 15 -22 % anak-anak dan remaja,
dan mulai tidak tergantung pada namun yang mendapatkan pengobatan
orangtua. Pada fase ini salah satu stresor jumlahnya kurang dari 20 %. Diagnosa
yang dialami remaja yaitu perubahan, gangguan jiwa pada anak- anak dan
terutama secara fisik (Townsend, 2013). remaja adalah perilaku yang tidak sesuai
Menurut Stuart (2013) perubahan dengan tingkat usianya, menyimpang
fisik, kognitif dan emosional yang bila dibandingkan dengan norma budaya
dialami pada fase remaja dapat yang mengakibatkan kurangnya atau
menimbulkan stress dan memicu terganggunya fungsi adaptasi
perilaku unik pada remaja. Apabila (Kusumawati, 2010).
terjadi kegagalan dalam mencapai tugas Tren remaja yang mengalami
perkembangan pada masa remaja dapat masalah cenderung meningkat dari tahun
Jurnal Kesehatan Hesti Wira Sakti No 6 Vol 2 tahun 2018
Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember

ke tahun. Hasil Survey Demografi menunjukkan bahwa remaja merupakan


Kesehatan Indonesia pada tahun 2007 kelompok risiko terhadap masalah
menunjukkan beberapa kenakalan kesehatan jiwa.
remaja diantaranya adalah kasus tentang Tekanan pada remaja dapat
miras, rokok dan narkoba. Pada masa bersumber dari keluarga, sekolah dan
remaja dengan perilaku penyalahgunaan masyarakat. Keluarga yang tidak
zat, masalah hukum, agresi/tawuran menyenangkan, kurangnya komunikasi
pelajar, menjadikan risiko tinggi bunuh dalam anggota keluarga ataupun
diri pada remaja (Brent et al, 1999, kesulitan ekonomi yang dialami keluarga
1993e; Marttunen, Aro, Henrikson, & sering kali membuat tekanan pada
Lonnqvist, 1994b dalam Bridge, A et al. remaja. Tekanan pada remaja di
2006). lingkungan sekolah dapat muncul karena
Berdasarkan hasil penelitian Aulia adanya stresor seperti pekerjaan rumah
(2016), didapatkan bahwa sebagian besar yang terlalu berlebihan, sosok guru yang
remaja memiliki ide bunuh diri yang tidak menyenangkan atau
tinggi. Ide dan percobaan bunuh diri ketidakcocokan dengan teman sebaya
dapat timbul sebagai akibat dari perasaan ataupun teman sebaya yang membawa
harga diri rendah (Espelage & Holt, pengaruh negatif. Sementara di
2012). Hal ini sesuai dengan penelitian lingkungan masyarakat banyak kejadian
Simbar, Ruindungan, dan Solang (2015) kejadian berdampak seperti kebiasaan
bahwa 26,7% remaja memiliki harga diri buruk yang dilakukan oleh orang dewasa
rendah akibat bullying. Berdasarkan data di lingkungannya seperti; berbicara
Komisi Perlindungan Anak Indonesia kotor, merokok, mabuk-mabukan
(KPAI) meyebutkan bahwa antara tahun ataupun berkelahi (Santrock, 2003).
2012 – 2015 ditemukan sebanyak 87% Apabila berbagai perilaku
mengalami kasus kekerasan termasuk menyimpang yang terjadi pada masa
bullying. Dan hasil kajian konsorsium remaja dibiarkan terus berlanjut, maka
Nasional Pengembangan Sekolah akan semakin banyak remaja yang tidak
Karakter tahun 2014 menyebutkan siap untuk melaksanakan perannya
bahwa hampir setiap sekolah di sebagai generasi penerus. National
Indonesia ada kasus bullying. Service Framework (NSF) for Children
Banyaknya masalah dan perilaku and Young People menyampaikan
menyimpang pada masa remaja bahwa masa transisi harus dibimbing,

Jurnal Kesehatan Hesti Wira Sakti No 6 Vol 2 tahun 2018


Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember

dididik, dan merupakan proses terapeutik guru BK 10-15 siswa/bulan. Adapun


tidak hanya sebatas proses administratif. jenis permasalahan yang dihadapi antara
Transisi yang efektif juga harus lain siswa yang mengalami kesulitan
memberikan kesempatan pada remaja belajar, penurunan minat belajar,
untuk mengalami perubahan secara luas, perselisihan dengan teman, dan siswa
lebih dari sekedar kebutuhan klinis dengan keluarga broken home.
remaja (RCN, 2013). Dukungan sosial Berbagai masalah kesehatan jiwa yang
baik dari keluarga, sekolah, maupun kompleks pada remaja dan mengingat
lingkungan luar merupakan hal yang pentingnya dukungan sosial yang
penting bagi kesehatan jiwa remaja, diterima oleh remaja untuk menghadapi
dalam menjalani masa transisi. masa transisi, mendorong peneliti untuk
Penatalaksanaan gangguan jiwa melakukan penelitian tentang analisis
remaja diantaranya yaitu pencegahan faktor dukungan sosial terhadap
primer melalui berbagai program sosial kesehatan jiwa remaja.
yang ditujukan untuk menciptakan
lingkungan yang kondusif dan BAHAN DAN METODE
pencegahan sekunder dengan
menemukan kasus secara dini pada Penelitian ini menggunakan desain
remaja yang mengalami kesulitan di analitik korelasional dengan pendekatan
sekolah sehingga tindakan yang tepat crossectional. Sampel penelitian terdiri
dapat segera dilakukan (Kusumawati, 94 responden yang terdiri dari kelas VII
2010). Dengan menemukan kasus secara dan VIII SMP Negeri 11 Kota Malang.
dini dapat meminimalkan tingkat Teknik sampling proportionate stratified
keparahan masalah kesehatan jiwa pada random sampling pada responden yang
remaja dan memberikan benefit secara memenuhi kriteria inklusi. Kriteria
ekonomi mengingat bahwa pengobatan inklusi responden sebagai berikut: Siswa
gangguan jiwa memerlukan waktu dan SMPN 11 Kota Malang yang masih aktif
biaya yang tidak sedikit (Aidyn, L et al., TA 2017 – 2018, siswa yang berusia 12
2015). – 16 tahun, siswa yang bersedia menjadi
Berdasarkan studi pendahuluan responden. Sedangkan kriteria eksklusi:
yang dilakukan di SMPN 11 Kota siswa yang tidak hadir pada saat
Malang, didapatkan bahwa rata - rata pengambilan data.
jumlah masalah/kasus yang ditangani

Jurnal Kesehatan Hesti Wira Sakti No 6 Vol 2 tahun 2018


Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember

Penelitian dilakukan mulai bulan yaitu sebanyak 81 responden (86,2%).


April 2018 di SMPN 11 Kota Malang. Berdasarkan kesehatan jiwa responden
Pengambilan data menggunakan diketahui bahwa lebih dari setengah
kuesioner dukungan sosial dan kuesioner responden memiliki kesehatan jiwa
Depression Anxiety Stress Scale dalam kategori normal, yaitu sebanyak
(DASS). Data dianalisis dengan uji 55 responden (58,5%) dan sebagian kecil
korelasi Spearman rank. responden mengalami distress psikologi
dalam kategori sedang, yaitu sebanyak
HASIL 10 responden (10,6%).
Berikut akan disajikan hasil Berdasarkan hasil uji statistik
penelitian dan analisis data yang menggunakan uji korelasi spearman rank
dilakukan pada bulan April 2018 dengan dapat diketahui bahwa antara dukungan
jumlah sampel 94 responden yang terdiri sosial keluarga dengan kesehatan jiwa
dari kelas VII dan VIII SMP Negeri 11 remaja didapatkan nilai signifikansi
Kota Malang. Menurut hasil penelitian sebesar 0,021 (<0,05), yang artinya
data umum responden didapatkan terdapat hubungan signifikan antara
sebagian besar usia 12-14 tahun sebesar dukungan sosial keluarga dengan
82 responden (87%), sebagian besar kesehatan jiwa remaja. Adapun nilai
responden berjenis kelamin perempuan koefisien korelasinya sebesar 0,237 yang
48 responden (51,1%), sebagian besar menunjukkan bahwa hubungannya
orang tua responden berpendidikan sedang dan dengan arah positif. Hal ini
perguruan tinggi (PT) sebanyak 37 berarti bahwa semakin tinggi dukungan
responden (39,4%) dan SMA sebanyak sosial keluarga, maka semakin baik
35 responden (37,3%), sebagian besar kesehatan jiwa remaja.
orang tua responden memiliki pekerjaan
sebagai pegawai swasta sebanyak 49 PEMBAHASAN
responden (52,2%), dan sebagian besar Masa Remaja merupakan masa
penghasilan orang tua < 2.470.000 transisi dari anak- anak menuju dewasa.
sebanyak 64 responden (68%). Pada fase ini salah satu stresor yang
Sedangkan menurut data khusus dialami remaja yaitu adanya perubahan,
didapatkan bahwa sebagian besar terutama secara fisik (Townsend, 2013).
responden mendapatkan dukungan sosial Apabila terjadi kegagalan dalam
dari keluarga dalam kategori tinggi, mencapai tugas perkembangan pada

Jurnal Kesehatan Hesti Wira Sakti No 6 Vol 2 tahun 2018


Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember

masa remaja dapat menyebabkan sehingga lebih rentan mengalami


unculnya masalah kesehatan jiwa pada ansietas dan depresi.
remaja. Berdasarkan hasil penelitian
Hasil penelitian menunjukkan didapatkan hubungan signifikan antara
bahwa lebih dari setengah responden dukungan sosial keluarga dengan
memiliki kesehatan jiwa dalam kategori kesehatan jiwa remaja. Keluarga
normal, yaitu sebanyak 55 responden merupakan support system terdekat bagi
(58,5%), 19 responden (30,9%) remaja. Dukungan keluarga adalah suatu
mengalami distress psikologi dalam bentuk hubungan interpersonal yang
kategori ringan dan sebagian kecil meliputi sikap, tindakan dan penerimaan
responden mengalami distress psikologi terhadap anggota keluarga, sehingga
dalam kategori sedang, yaitu sebanyak anggota keluarga merasa ada yang
10 responden (10,6%). memperhatikan. Menurut Friedman
Berdasarkan karakteristik jenis (2010), ada 4 dimensi dukungan
kelamin remaja, didapatkan bahwa keluarga yaitu dukungan informasional,
sebagian besar remaja yang mengalami dukungan penghargaan, dukungan
distress psikologis baik ringan maupun instrumental dan dukungan emosional.
sedang adalah perempuan yaitu 74,3%. Berdasarkan hasil penelitian
Hal ini sesuai dengan pendapat Van didapatkan bahwa dukungan keluarga
Droogenbroeck et al.(2018) yang yang paling banyak diberikan yaitu
menyatakan bahwa perempuan memiliki dukungan emosional dalam bentuk
skor lebih tinggi terhadap kejadian kehadiran keluarga yang dapat membuat
distress psikologis, ansietas dan depresi remaja merasa nyaman ketika
jika dibandingkan dengan laki – laki. Hal menghadapi masalah, yaitu sebanyak
ini dikarenakan laki – laki lebih sulit 78,7%. Selain itu bentuk dukungan
mengakui masalah mental yang dialami emosional yang lain adalah dengan
dan cenderung diekspresikan dalam adanya perhatian keluarga terhadap
bentuk perilaku agresif, kepribadian pergaulan remaja, yaitu sebanyak 68%.
antisosial, dan penyalahgunaan napza. Selain dukungan emosional bentuk
Sedangkan perempuan memiliki sifat dukungan keluarga yang diberikan
emosi yang lebih sensitif, dan cenderung adalah dukungan instrumental. Sebanyak
menginternalisasi masalah yang dialami 76,6% keluarga selalu memberikan

Jurnal Kesehatan Hesti Wira Sakti No 6 Vol 2 tahun 2018


Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember

kebutuhan sekolah yang diperlukan keluarga dengan penghasilan dibawah


remaja. UMR.
Hasil penelitian ini sejalan Menurut Gottlieb (1983) dalam
dengan Triyanto (2014) yang Astuti (2016) dukungan sosial yang
menyatakan bahwa terdapat pengaruh diberikan, baik dalam bentuk informasi
signifikan antara dukungan keluarga atau nasehat verbal maupun non verbal,
yang optimal terhadap peningkatan bantuan nyata ataupun tindakan berperan
perilaku adaptif remaja. Salah satu efektif dalam mengatasi tekanan
perkembangan pada masa remaja adalah psikologis yang dialami individu pada
emosi yang masih labil. Hal ini akan masa-masa sulit. Hal tersebut
menjadi tantangan bagi keluarga dalam memungkinkan individu melakukan
menyikapi perubahan emosional remaja. upaya pemecahan masalah yang
Perhatian keluarga, khususnya dari dihadapinya menggunakan strategi
orangtua dalam menghadapi perubahan koping berfokus masalah. Dengan
psikologis remaja akan membantu demikian akan meminimalkan distress
remaja mencapai kematangan emosional. psikologis individu.
Selain itu dengan memberikan perhatian
terhadap pergaulan remaja, maka dapat KESIMPULAN DAN SARAN
meminimalkan remaja terjerumus dalam KESIMPULAN
pergaulan yang tidak baik. Berdasarkan hasil analisis dan
Dukungan instrumental keluarga pembahasan didapatkan kesimpulan,
berkaitan dengan faktor ekonomi. yaitu: Sebagian besar responden
Menurut Yusuf (2009) rendahnya mendapatkan dukungan sosial keluarga
dukungan material disebabkan karena dalam kategori tinggi, yaitu sebanyak 81
rendahnya faktor ekonomi. Dan kondisi orang (86,2 %). Lebih dari setengah
ekonomi keluarga yang rendah responden memiliki kesehatan jiwa
berhubungan dengan depresi dan dalam kategori normal, yaitu sebanyak
kenakalan remaja (Coley, et al., 2018). 55 orang (58,5%). Terdapat hubungan
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian ini signifikan antara dukungan sosial
bahwa sebagian besar (80%) remaja keluarga dengan kesehatan jiwa remaja,
yang mengalami distress psikologis dengan kekuatan hubungan sedang (ρ =
dalam kategori sedang, berasal dari 0,021; r = 0,237).

Jurnal Kesehatan Hesti Wira Sakti No 6 Vol 2 tahun 2018


Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember

SARAN Astuti, Yuli. 2016. Hubungan dukungan


Bagi pihak Sekolah diharapkan sosial orangtua dengan strategi
koping berfokus masalah siswa
dapat memberikan dukungan kepada
SMKN 3 Yogyakarta. E-journal
guru BK dalam menjalin kerjasama dan
Bimbingan dan Konseling (1:5)
komunikasi dengan orangtua mengingat Baron, Robert A. & Byrne, Donn. 2005.
pentingnya dukungan sosial keluarga Psikologi Sosial. Edisi Kesepuluh.
Jilid 2. (Penerjemah: Ratna
bagi kesehatan jiwa remaja. Selain itu Djuwita, dkk). Jakarta: Erlangga.
juga pihak sekolah dapat menciptakan BKKBN. 2012. Fenomena Kenakalan
Remaja. available from:
suasana yang kondusif dalam http://ntb.bkkbn.go.id/Lists/Artike
memberikan dukungan sosial kepada l/DispForm.aspx?ID=673&Conte
ntTypeId=0x01003DCABABC04
remaja, baik dukungan instrumental, B7084595DA364423DE7897
informasional, emosional, maupun Bridge, A.J, Goldstein, R.T, David, A.D.
2006. Adolescent suicide and
penghargaan suicidal behavior. Journal of
Bagi remaja diharapkan lebih Child Psychology and Psychiatry
47:3/4 doi:10.1111/j.1469-
meningkatkan koping adaptif terhadap 7610.2006.01615.x
stressor yang dialami, dengan Coombs. T. 2005. Australian Mental
Health Outcomes and
memanfaatkan support system yang ada, Classification Network.
khususnya dari keluarga Availablefrom:http://amhocn.org/
static/files/assets/bae82f41/MHI_
Bagi Peneliti selanjutnya perlu Manual.pdf
penelitian lanjutan tentang faktor lain Coley, et al. 2018. Locating economic
risk for adolescent mmental &
yang berhubungan dengan kesehatan
behavioral health: poverty and
jiwa remaja, seperti konsep diri dan
affluence in family,
ketrampilan memecahkan masalah. neighborhoods, and school. Child
Development (18:1).
DAFTAR PUSTAKA Davdson G C. 2006. Psikologi
Aidyn L. Iachini, Elizabeth Levine Abnormal. Jakarta: Raja Gravindo
Brown, Annahita Ball, Jennifer Persada.
E. Gibson & Steven E. Lize. Department of Health and Ageing. 2003.
2015. School mental health early Mental health national outcomes
interventions and academic and casemix collection:
outcomes for at-risk high school Overview of clinician-rated and
students: a meta-analysis, consumer selfreport measures.
Advances in School Mental Available from:
Health Promotion, 8:3, 156-175, http://www.mhcc.org.au/docume
DOI: nts/NOCC Measures Overview
10.1080/1754730X.2015.104425
2

Jurnal Kesehatan Hesti Wira Sakti No 6 Vol 2 tahun 2018


Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember

Espelage & Holt. 2012. Suicidal ideation Santrock, W, J. 2003. Adolescene:


and School Bullying experience Perkembangan Remaja. Jakarta:
after controlling for depression Erlangga.
and delliguency.Journal of Saryono. (2011). Metodologi Penelitian
Adolescent health. Kesehatan. Jogjakarta: Mitra
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pub Cendekia.
med/23790197. Sastroasmoro, Sudigdo & Ismael. 2011.
Fagel, Selene, Sonneville, Leo de, Dasar – dasar Metodologi
Engeland, Herman van, & Swaab, Penelitian Klinis. Jakarta:
Hanna. 2014. School-associated Sagung Seto.
problem behavior in childhood Simbar, Ruindungan, & Solang. (2015).
and adolescence and development Analisis mengenai harga diri
of adult schizotypal symmptoms:a korban bullying (studi pada siswa
follow-up of a clinical cohort. koraban bullying di SMA
Journal Abnorm child psychol, 42, Nasional kawangkoan dan SMA
813-823. Kristen Kawangkoan). Jurnal
Friedman. 2010. Keperawatan Fakultas Ilmu Pendidikan (JFIP).
Keluarga: Teori & Praktik. Vol 3: 1.
Soetjiningsih, 2004. Tumbuh kembang
Jakarta: EGC
remaja dan permasalahannya.
Gunarsa, Singgih. 2011. Perkembangan CV. Sagung seto; Jakarta
Anak dan Remaja. PT. BPK Sugiyono. 2009.
Gunung Mulia; Jakarta MetodePenelitianKuantitatif,
Keliat, Budi Anna et al. 2013. Kualitatifdan R&D. Bandung:
Keperawatan kesehatan jiwa Alfabeta
komunitas:CMHN (Basic Course). Taylor, Shelley E. (2012). Health
Jakarta: EGC. Psychology.8th.ed. New York:
Komisi Perlindungan Anak Indonesia. McGraw-Hill Companies, Inc.
2013. Sidang HAM ke-2; Triyanto, endang. 2014. Pengaruh
Membongkar kekerasan.
dukungan keluarga dalam
www.kpai.go.id.
Kusumawati, F. 2010. Buku Ajar meningkatkan perilaku adaptif
Keperawatan Jiwa. Jakarta remaja pubertas. FK & IK
:Salemba Medika. Universitas Jendral Sudirman.
Notoatmodjo, Soekijo. 2010. Metodologi
Purwokerto
Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT.
Rineka Cipta. Van Droogenbroeck et al. (2018).
RCN (Royal College of Nursing). 2013. Gender difference in mental
Adolescent transition care: RCN health problems among adolescent
guidance for nursing staff.
and role of social support. BMC
Riduwan&Kuncoro. 2011. Cara Mudah
Menggunakan dan Memaknai Psychiatry (18:6).
Path Analysis (Analisis Jalur). Williford, Anne Powell, Bank, Shandra
Bandung; Alfabeta. Forrest, Bender, Kimberly A.,
Santoso, M.I E. 2011. Buku Ajar Etik Brisson, Daniel, & Jenson, Jeffrey
Penelitian Kesehatan. Malang: UB M. (2011). Patterns of aggressive
Press. behavior to early and peer
victimization from childhood to
early adolescence:A latent class

Jurnal Kesehatan Hesti Wira Sakti No 6 Vol 2 tahun 2018


Digital
Digital Repository
Repository Universitas
Universitas Jember
Jember

analysis. Journl youth


adolescence, 40, 644-655.
WHO. 2015. Mental Health Quality of
suicide mortality data. Website:
http://www.who.int/mental_health
/prevention/suicide/wspd/en/

Jurnal Kesehatan Hesti Wira Sakti No 6 Vol 2 tahun 2018

Anda mungkin juga menyukai