Anda di halaman 1dari 5

TEMA PROPOSAL KEPERAWATAN JIWA

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESIKO PERILAKU ADIKSI


BERMAIN GAME ONLINE PADA REMAJA SISWA

Oleh :
Nama : Nurul Apriliana Hasanah
Semester/Kelas : VII/B

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
2021/2022
A. LATAR BELAKANG
Verbal abuse menjadi salah satu factor yang bisa mempengaruhi kesehatan mental
seorang remaja. Remaja sedang mengalami masa peralihan, dimana sangat rentan
mengalami permasalahan kesehatan mental yang pada akhirnya menimbulkan
efek negatif pada dirinya sendiri maupun pada orang lain. Seperti yang kita
ketahui saat ini banyak kenakalan remaja yang terjadi. Mereka sering
menyebutkan perilaku tersebut hanyalah sebagai penunjukkan lambang sesuatu
keberanian dirinya, namun perilaku remaja yang negatif ini, banyak masyarakat
menganggap sebagai suatu perilaku yang amat memprihatinkan bagi kalangan
remaja di Indonesia.

Kenakalan remaja (juvenile delinquency) adalah perilaku yang menyimpang dari


norma-norma hukum pidana yang dilakukan oleh remaja. Banyak sekali jenis dari
kenakalan remaja, mulai dari merokok, tawuran, membolos, dan melanggar
peraturan-peraturan sekolah. Kenakalan remaja tersebut bukan semata-mata
dilakukan tanpa alasan, namun banyak sekali penyebab/factor yang menjadi dasar
dari tindakan menyimpang tersebut, baik faktor internal maupun factor eksternal.
Faktor internal diantaranya adalah adanya krisis identitas maupun kontrol diri
yang lemah dari remaja itu sendiri. Sedangkan faktor eksternal yang sering
menjadi latar belakang dari kenakalan remaja diantaranya adalah kurangnya kasih
sayang orang tua/keluarga broken home (baik karena perceraian orang tua
maupun karena orang tua yang sering bertengkar), pengaruh dari teman
sebaya/teman bermain yang kurang baik, pengaruh lingkungan yang buruk,
maupun kemajuan informasi dan teknologi yang bersifat negative.

Masa remaja boleh dibilang masa peralihan, peralihan tidak berarti terputus
dengan atau berubah dari apa yang telah terjadi sebelumnya, melainkan lebih-
lebih sebuah peralihan dari satu tahap perkembangan ke tahap berikutya. Artinya,
apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan bekasnya pada apa yang
akan terjadi sekarang dan akan datang. Bila anak-anak beralih dari masa kanak-
kanak ke masa remaja, anak-anak harus meninggalkan segala sesuatu yang
bersifat kekanak-kanakkan dan juga harus mempelajari pola perilaku dan sikap
baru untuk menggantikan perilaku dan sikap yang sudah ditinggalkan (Gatot
Marwoko, 2019).

Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun,
menurut Peraturab Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014, remaja adalah
penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun dan menurut Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana (BKKBN) rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan
belum menikah (Amita Diananda, 2018).

Menurut Johnson (2000) Kekerasan verbal ( Verbal Abuse ) adalah setiap ucapan
yang ditujukan kepada seseorang yang mungkin dianggap merendahkan, tidak
sopan, menghina, mengintimidasi, rasist, seksis, homofobik, ageism atau
menghujat. Termasuk membuat pernyataan sarkastik, menggunakan nada suara
yang merendahkan atau menggunakan keakraban yang berlebihan dan tidak
diinginkan ( Dalam jurnal Edo Dwi Cahyo, 2020)

Menurut Soetjiningsih (2002) Hal hal yang bisa menyebabkan orang tua
melakukan kekerasan verbal adalah 1. Faktor dari dalam ( Intern) seperti tingkat
pengetahuan orang tua dan pengalam orang tua, 2. Faktor dari luar (Ekstern)
seperti factor ekonomi dan factor lingkungan (Dalam Jurnal Erniwati, 2020) .

Menurut WHO kesehatan merupakan suatu keadaan sejahtera baik secara fisik,
mental dan sosial yang lengkap yang tidak hanya bebas dari penyakit atau
kecacatan (Robiatul, 2012). Kesehatan mental menurut seorang ahli kesehatan
Merriam Webster, merupakan suatu keadaan emosional dan psikologis yang baik,
dimana individu dapat memanfaatkan kemampuan kognisi dan emosi berfungsi
dalam komunitasnya, dan memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari (Dewi
dalam Zulkarnain dan Fatimah, 2019).

Kriminolog, Reza Indragiri, seperti dikutip oleh CNN Indonesia (2020)


menyatakan kesulitan ekonomi dan rasa frustasi selama pembatasan sosial
berskala besar (PSBB) dapat memicu seseorang untuk melakukan tindak
kekerasan dan kejahatan. Informasi dan data yang ditemukan menunjukkan
bahwa saat ini Negara Indonesia sedang mengalami peningkatan masalah
kesehatan mental terutama sejak masa pandemic berlangsung.

Menurut hasil suvey yang dilakukan oleh Perhimpunan Dokter Spesialis


Kedokteran Jiwa Indonesia, dari 2.364 responden yang berasal dari 34 provinsi
diketahui bahwa terdapat 31% tidak ada masalah psikologis dan 69% mengalami
masalah psikologis. Dan diketahui juga bahwa terdapat 68% responden yang
mengalami cemas, 67% depresi dan 77% trauma psikologis. Responden yang
mengalami depresi berpikir kematian 49%. Menurut hasil Survei Kesehatan
Rumah Tangga (SKRT) yang dilakukan Badan Penelitian dan Pengembangan
Departemen Kesehatan pada tahun 1995 menunjukan bahwa gangguan mental
pada remaja dan dewasa dialami oleht 140 per 1.000 anggota rumah tangga dan
gangguan mental pada anak usia sekolah terdapat 104 per 1000 anggota rumah
tangga (Suhaimi, 2015).

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian


dengan judul “ Hubungan antara Perilaku Verbal Abuse Orang tua Terhadap
Kesehatan Mental Pada Remaja ”
DAFTAR PUSTAKA

Amita Diananda. 2018. Psikologi remaja dan permasalahannya. ISTIGHNA, Vol. 1,


No. 1
Budi Artini. (2018 ). Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Kenakalan Remaja.
Jurnal Keperawatan, 7(1).
Edo Dwi Cahyo, dkk. (2020). Kekerasan Verbal (VERBAL ABUSE) Dan Pendidikan
Karakter. Jurnal Elementaria Edukasi, Volume 3 No 2
Erniwati & Fitriani. (2020). Faktor-faktor Penyebab Orang Tua Melakukan
Kekerasan Verbal Pada Anak Usia Dini. Yaa Bunayya: Jurnal Pendidikan
Anak Usia Dini, Volume 4, No. 1
Feri Agung Saputra, dkk. (2018). Kesehatan Mental dan Koping Strategi di
Kudangan, Kecamatan Delang, Kabupaten Lamandau Kalimantan Tengah:
Suatu Studi Sosiodemografi. Humanitas Volume 2 Nomor 1
Marwoko, gatot. (2019). Psikologi Perkembangan Masa Remaja. TASYRI’: JURNAL
TARBIYAH-SYARI’AH ISLAMIYAH, 26(01), 60-75.
Yuli Asmi Rozali, dkk. (2021). Meningkatkan Kesehatan Mental Di Masa Pandemic.
Jurnal Abdimas Volume 7 Nomor 2

Anda mungkin juga menyukai