Oleh :
Nama : Nurul Apriliana Hasanah
Semester/Kelas : VII/B
Masa remaja boleh dibilang masa peralihan, peralihan tidak berarti terputus
dengan atau berubah dari apa yang telah terjadi sebelumnya, melainkan lebih-
lebih sebuah peralihan dari satu tahap perkembangan ke tahap berikutya. Artinya,
apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan bekasnya pada apa yang
akan terjadi sekarang dan akan datang. Bila anak-anak beralih dari masa kanak-
kanak ke masa remaja, anak-anak harus meninggalkan segala sesuatu yang
bersifat kekanak-kanakkan dan juga harus mempelajari pola perilaku dan sikap
baru untuk menggantikan perilaku dan sikap yang sudah ditinggalkan (Gatot
Marwoko, 2019).
Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun,
menurut Peraturab Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014, remaja adalah
penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun dan menurut Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana (BKKBN) rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan
belum menikah (Amita Diananda, 2018).
Menurut Johnson (2000) Kekerasan verbal ( Verbal Abuse ) adalah setiap ucapan
yang ditujukan kepada seseorang yang mungkin dianggap merendahkan, tidak
sopan, menghina, mengintimidasi, rasist, seksis, homofobik, ageism atau
menghujat. Termasuk membuat pernyataan sarkastik, menggunakan nada suara
yang merendahkan atau menggunakan keakraban yang berlebihan dan tidak
diinginkan ( Dalam jurnal Edo Dwi Cahyo, 2020)
Menurut Soetjiningsih (2002) Hal hal yang bisa menyebabkan orang tua
melakukan kekerasan verbal adalah 1. Faktor dari dalam ( Intern) seperti tingkat
pengetahuan orang tua dan pengalam orang tua, 2. Faktor dari luar (Ekstern)
seperti factor ekonomi dan factor lingkungan (Dalam Jurnal Erniwati, 2020) .
Menurut WHO kesehatan merupakan suatu keadaan sejahtera baik secara fisik,
mental dan sosial yang lengkap yang tidak hanya bebas dari penyakit atau
kecacatan (Robiatul, 2012). Kesehatan mental menurut seorang ahli kesehatan
Merriam Webster, merupakan suatu keadaan emosional dan psikologis yang baik,
dimana individu dapat memanfaatkan kemampuan kognisi dan emosi berfungsi
dalam komunitasnya, dan memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari (Dewi
dalam Zulkarnain dan Fatimah, 2019).