Anda di halaman 1dari 29

TUGAS BAB 1 & II

1 Oktober 2023

PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP PERILAKU BULLYING


DIKALNGAN REMAJA MADYA

NUR ALFIAH
SUMARDIN 220701502101
KELAS : I

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2023
BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Remaja selalu menjadi sorotan pembicaraan masyarakat karena tingkat
kenakalan remaja yang meningkat, Saat ini banyak terjadi kasus kenakalan remaja
di Indonesia seperti salah satu contohnya kasus kenakalan remaja yakni perilaku
bullying. Bullying masalah yang dialami oleh hampir sepertiga remaja yang
ditindas di sekolah (Fitzpatrick & Bussey, 2011). Melihat data yang ada di
KPAI (Komisi Perlidungan Anak Indonesia) pada tahun 2011-2018 anak yang
mengalami bullying sebesar 2.845 (Putri, 2018). Laporan bullying yang diterima
KPAI antara lain tawuran pelajar, laporan kekerasan di sekolah, diskriminasi dalam
pendidikan, atau kasus illegal (Harefa & Rozali, 2020). Sementara itu, hasil laporan
UNICEF (2015), diduga anak-anak di Indonesia mengalami kekerasan. Sekitar 40%
anak usia antara 13 dan 15 tahun terkena setidaknya sekali setahun, 26% anak-anak
dianiaya secara fisik oleh pengasuh atau orang tua dan 50% anakanak menjadi
korban bullying (Suci dkk., 2021).

Bullying dikalangan remaja memiliki dampak buruk yang serius jika tidak
diatasi dengan tepat. Pertama, dampak yang paling umum adalah kerusakan
emosional. Korban bullying sering merasa rendah diri, cemas, dan depresi.
Mereka mungkin kehilangan minat pada kegiatan yang mereka sukai, serta
mengalami kesulitan dalam membentuk hubungan sosial yang sehat. Beberapa
kasus bahkandapat mengarah pada pemikiran dan tindakan bunuh diri.

Selain itu, korban bullying juga dapat mengalami gangguan psikologis seperti
post-traumatic stress disorder dan gangguan kecemasan. Ketidakmampuan remaja
atau kurangnya dukungan dari teman, keluarga, atau lembaga pendidikan untuk
mengatasi bullying dengan serius dapat berdampak jangka panjang pada
kesejahteraan mental mereka. Hal ini dapat berdampak negatif pada pencapaian
akademik mereka dan menghambat perkembangan mereka secara keseluruhan.
Dalam kondisi ideal, remaja akan merasa nyaman serta bisa percaya diri dalam
menjalin hubungan sosial antar individu. Mereka akan saling menghormati juga
mendukung satu sama lain, mampu terciptanya lingkungan yang inklusif dan
ramah. Dalam lingkungan yang tidak bermasalah, remaja akan mampu untuk
berfokus pada pendidikan dan pencapaian pribadinya, tanpa terhalang oleh rasa
takut atau tekanan dari perilaku bullying. Hal ini akan memungkinkan remaja
untuk tumbuh dan berkembang dalam lingkungan yang aman dan harmonis. Tanpa
adanya intimidasi dan penindasan, remaja akan memiliki kesempatan untuk
menunjukkan bakat dan potensi terbaik mereka. kondisi ideal yang tercipta jika
pada perilaku bullying dikalangan remaja dalam kondisi baik atau normal adalah
adanya hubungan yang baik antara siswa satu sama lain. Keterlibatan sosial
yang aktif dan positif menumbuhkan rasa empati dan pengertian antara remaja,
yang berarti mereka akan bersikap lebih peduli terhadap kesejahteraan dan perasaan
teman-teman sebaya mereka.
Dalam kondisi seperti ini, remaja tidak ingin melakukan bullying karena
mereka merasa ada konsekuensi sosial yang mungkin ditanggung, seperti
kehilangan teman atau popularitas. Selain itu, remaja juga memiliki pemahaman
yang baik tentang pentingnya keragaman dan toleransi, sehingga mereka menerima
perbedaan dan menghormati orang lain tanpa memandang penampilan, suku, atau
status sosial. Adanya rasa kesetaraan di antara remaja juga membuat mereka
mampu berkolaborasi dan membangun hubungan yang baik untuk mencapai
tujuan yang sama, lebih meningkatkan kehidupan sekolah yang lebih harmonis dan
mendukung.
Bullying berasal dari bahasa inggris kata bully artinya suatu kata yang
mengacu pada pengertian gertakan, mengertak, atau menganggu yang mengacu
pada pengertian adanya ancaman yang dilakukan seseorang terhadap orang lain
atau pelaku terhadap korban yang menimbulkan gangguan psikis bagi korbanya
berupa stres, tarauma yang muncul dalam bentuk gangguan fisik, atau psikis atau
keduanya (Kharis, 2019), sehingga arti yang lebih luas dari bullying adalah suatu
bentuk perilaku yang memberikan kontrol atas tindakan yang berulang untuk
menganggu anak lain yang dianggap lebih lemah dari mereka. Bullying dapat
berbentuk fisik, seperti pemukulan atau pemerkosaan fisik, verbal, seperti
menghina atau melecehkan secara lisan, dan juga dapat berbentuk psikologis,
seperti mengabaikan atau mengisolasi seseorang, perilaku dikangan remaja adanya
niat untuk menyakiti atau merugikan korban.
Pelaku dengan sengaja melakukan tindakan yang dapat menyebabkan
penderitaan fisik maupun emosional pada korban. Mereka mendapatkan kepuasan
atau rasa kuasa saat melihat korban menderita. Perilaku ini seringkali dilakukan
secara terus-menerus dan dalam jangka waktu yang lama, sehingga menyebabkan
dampak psikologis yang serius pada korban.

Bullying dikalangan remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat


menyebabkan perilaku tersebut menjadi baik atau buruk. Salah satu faktor yang
berpengaruh adalah lingkungan sosial. Lingkungan yang kurang harmonis, seperti
keluarga yang tidak harmonis atau teman-teman sebaya yang melakukan bullying,
dapat mendorong remaja untuk melakukan bullying. Selain itu, faktor psikologis
juga memainkan peran penting. Remaja yang memiliki gangguan mental atau
rendahnya rasa empati terhadap orang lain cenderung memperlihatkan perilaku
bullying.

Selain itu, faktor psikologis juga memainkan peran penting. Remaja yang
memiliki gangguan mental atau rendahnya rasa empati terhadap orang lain
cenderung memperlihatkan perilaku bullying. Faktor pendidikan juga
berpengaruh, di mana kurangnya pemahaman tentang etika dan nilai-nilai sosial
dapat membuat remaja terlibat dalam perilaku bullying. Oleh karena itu, peran
lingkungan, aspek psikologis, dan pendidikan yang baik sangatlah penting dalam
mencegah dan mengubah perilaku bullying menjadi lebih baik di kalangan remaja.

Berdasarkan hasil dari data awal Atau survey yang telah diperoleh dari 32
orang responden dimana peneliti hanya berfokus pada remaja tengah ( remaja
madya ) yang dimana sebanyak 32 responden tersebut 28 orang yang pernah
mengalami bullying sedangkan 4 orang yang tidak pernah menjadi korban
bullying, dari usia 15-18 tahun, terdapat 11 orang responden berjenis kelamin laki-
laki serta sebanyak 21 orang responden berjenis kelamin perempuan, terdapat 18
responden berusia 18 tahun, 10 responden berusia 17 tahun. 3 responden berusia 16
tahun dan 2 responden berusia 15 tahun.
Berdasarkan jika persentasekan terdapat (51,1%) yang mengalami bullying
secara verbal, (21,9%) yang mengalami bullying secara sosia, serta (25%)
yanga mengalami bullying secra fisik, (84,4%) responden yang pernah
melihat kasus bullying disekitarnya serta (15,6%) responden yang jarang
melihat kasus bullying, (96,9%) responden yang menganggap bullying
adalah masalah serius serta (3,1%) yang menjawab kasus bullying tidak
termasuk masalah yang serius, ( 100%) orang yang percaya akan
membawa efek negatif, ( 100%) responden setuju akan tindak lanjutan
terhadap perilaku bullying.

Perilaku bullying di kalangan remaja memiliki dampak yang serius


terhadap kesehatan fisik dan mental individu yang menjadi korban. Penting
bagi kita sebagai masyarakat dan lembaga pendidikan untuk meningkatkan
kesadaran dan menerapkan program anti-bullying yang efektif guna
melindungi remaja dari dampak negatif perilaku bullying.

Adapun hal yang mungkin korban bullying, antara lain munculnya


berbagai masalah mental seperti depresi, kegelisahan dan masalah tidur
yang mungkin akan terbawa hingga dewasa, rasa tidak aman saat berada
di lingkungan sekolah, dan penurunan semangat belajar dan prestasi
akademis. (ZAKIYAH et al., 2017), remaja pada tahap perkembangan
psikososial mengalami pencarian identitas vs kebingungan identitas (identity
vs identity confusion). ( Santrok, 2007 )

Remaja dihadapkan oleh berbagai peran baru pada tahap ini.


Remaja bereksperimen dengan berbagai peran baru dalam
mengeksplorasi dan mencari identitas (Santrock, 2007). Sehingga sering
dijumpai disetiap sekolah memiliki masalah dengan perilaku bullying dari
siswa, baik masih tingkat ringan, sedang, maupun berat. Berdasarkan
lembaga pendidikannya juga bervariasi mulai dari SD, SMP, SMA/sederajat
bahkan pendidikan tinggi. Siswa bisa menjadi pelaku bullying terhadap siswa
lain, atau menjadi saksi peristiwa bullying yang terjadi di lingkungan
sekolahnya
Berdasarkan hasil penelitia Susanti, I. G., & Wulanyani, N. M. S. (2019)
Salah satu kasus yang sempat terjadi di Denpasar, pada tahun 2015. Seorang
remaja berusia 15 tahun yang masih bestatus sebagai pelajar SMP di
Denpasar, tega membunuh temannya AS karena pelaku mengaku kerap
menjadi target perundungan sejak kelas satu SMP. Pelaku pembunuhan dijerat
dengan pasal 80 ayat 3 perlindungan anak dan masih di selidiki apakah
pembunuhan tersebut berencana atau tidak (daerah.sindonews.com, 2015).
Akan tetapi didalam penelitian ini hanya berfokus pada remaja awal
dikalangan anak sekolah menengah pertama ( SMP ). Prasetio, N., Daud, M.,
& Hamid, A. N. (2021) didalam penelitiannya Bullying merupakan perilaku
negatif yang banyak dilakukan siswa. Bullying merupakan perilaku negatif
yang banyak dilakukan siswa. Perilaku ini banyak terjadi di lingkungan
sekolah yang dilakukan oleh siswa senior terhadap junior. Kemampuan
individu dalam mengontrol emosi yang rendah menyebabkan gangguan
perilaku, sehingga memilih melakukan perilaku bullying. Salah satu faktor
yang memengaruhi perilaku bullying yaitu regulasi emosi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan regulasi emosi dengan


bullying pada siswa kelas XII di SMA Negeri 2 Makassar, dipenelitian ini
telah membahas perilaku bullying yang dilakukan subjek anak SMA atau
remaja madya akan tetapi kekurangan dari jurnal ini tidak membahas akan
pentingnya dukungan sosial yang akan diberikan oleh korban bullying

Ayu, R., & Muhid, A. (2022) didalam penelitiannya membahas Kasus


bullying masih sering terjadi di sekolah dan media sosial. Hal ini
memerlukan penanganan eksklusif, karena jika dibiarkan saja akan
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan serta menimbulkan trauma
pada korban. Bullying dapat dilakukan secara verbal dan fisik. Perilaku
bullying dapat berdampak negatif pada kepercayaan diri korbannya.
Agar mendapatkan percaya diri yang positif bagi korban bullying, peran
lingkungan sosial penting dalam mengungkapkan keprihatinan mereka
tentang risikonya. Salah satu peran lingkungan sosial yaitu dukungan
sosial. Adapun kelebihan dari penelitian ini telah membahasa bentuk-bentuk
bullying juga dampaknya akan tetapi kurang dari penelitian ini tidak
membahasa secara spesifik subjek yang dikaji
Berdasarkan analisis temuan dari masing-masing jurnal, dapat disimpulkan
bahwa jika ditambahkan dengan adanya dukungan sosial sangat berpengaruh
penting bagi korban bullying karena dapat mempengaruhi perilaku bullying
apalagi teruntuk pada remaja madya. Namun, masih diperlukan penelitian
lebih lanjut untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
pengaruh dukungan sosial serta bagaimana dukungan sosial pada perilaku
bullying kalangan remaja madya. Sehingga Penelitian ini dapat memberikan
kontribusi penting dalam upaya pencegahan dan penanganan bullying di
kalangan remaja madya. Maka dari itu peneliti mengambil judul mengenai “
Pengaruh dukungan sosial pada perilaku bullying dikalangan remaja madya”.
A. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang aka dikaji yakni :

1. Bagaimana dukungan sosial pada perilaku bullying kalangan remaja madya?

2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pengaruh dukungan sosial pada


perilaku bullying pada remaja madya?

B. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini yakni untuk mengetahui bagaimana dukungan
sosial pada perilaku bullying kalangan remaja madya serta adakah faktor apa saja yang
mempengaruhi pengaruh dukungan sosial pada perilaku bullying pada remaja madya.

C. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Mampu Menambah pemahaman tentang pengaruh dukungan sosial terhadap


perilaku bullying pada remaja madya. memberikan kontribusi pada pengembangan
teori tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku bullying pada remaja
madya.

2. Manfaat Praktis

Mampu Memberikan informasi yang berharga bagi remaja madya yang


mengalami perilaku bullying atau menjadi pelaku bullying. Dengan mengetahui
hubungan antara dukungan sosial dan perilaku bullying, remaja madya dapat
memahami bagaimana pengaruh dukungan sosial dalam kehidupan mereka dan
dapat mencari bantuan atau dukungan jika diperlukan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Perilaku Bullying

Bullying merupakan istilah yang diil hami dari kata dalam bahasa
Inggris bull yang artinya banteng yang suka menyerang dengan tanduknya
(menanduk). Penggunaan istilah bullying selalu dihu bungkan dengan
tindak kekerasan, seperti yang tertuang dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KKBI) bahwa bullying memiliki persamaan arti dengan
kekerasan. Keke rasan dimaksud adalah sebagai usaha untuk menyakiti
yang dilakukan oleh sebuah kelompok atau seseorang (Sejiwa, 2008), bahwa
bullying adalah perilaku agresif dan menekan, baik dalam bentuk tindakan
fisik secara langsung atau menyerang melalui kata-kata. Pelakunya tidak
hanya para senior, tetapi juga guru, orangtua dan orang-orang di lingkungan
sekitar (Muhammad, 2009)
Mengemukakan bullying merupakan perilaku agresif tipe proaktif
yang didalamnya terdapat aspek kesengajaan untuk mendominasi, menyakiti,
atau menyingkirkan, adanya ketidakseimbangan kekuatan baik secara fisik,
usia, kemampuan kognitif, keterampilan, maupun status sosial, serta
dilakukan secara berulang oleh satu atau beberapa anak terhadap anak lain.
Menurut Coloroso (2007) bullying ialah tindakan intimidatif yang dilakukan
pihak yang kuat terhadap pihak yang lemah, kuat secara fisik dan mental
serta dapat terindentifikasi melalui bentuk kekerasan secara fisik, kekerasan
secara verbal dan atau kekerasan secara relasional. Perilaku bullying yang
terjadi kenyataannya hampir atau sering terjadi
Berdasarkan pengertian diatas dari beberapa menurut ahli dapat
disimpulkan bahwa, perilaku bullying merupakan suatu tindakan kekerasan
yang di lakukan berkelompok maupun individu yang dapat menyakiti orang
lain baik secara verbal, fisik, maupun psikologinya dimana mampu melukai
orang lain secara terus- menerus juga bisa dilkaukakn oleh siapa saja dan
kapanpun, bullying juga perilaku negatif yang dilakukan dengan sengaja
oleh satu orang atau sekelompok orang yang lebih kuat untuk menyakiti
orang lain dan dilakukan terus menerus

B. Aspek-aspek Perilaku Bullying

Menurut Solberg dan Olweus (2003) perilaku bullying terdiri dari beberapa

aspek, yaitu :

a) Verbal adalah bullying dengan cara mengintimidasi melakukan

ancaman, misalnya melakukan panggilan telepon yang meledek,

pemerasan uang atau materi, mengancam, menghasut, berkata jorok,

berkata menekan, dan menyebarluaskan kejelekan korban.

b) Indirect yaitu bullying dapat dilakukan secara tidak langsung.

Bullying secara tidak langsung contohnya manipulasi pertemanan,

mengasingkan, tidak mengikutsertakan, mengirim pesan menghasut,

dan curang.

c) Physical atdalah bullying secara fisik yang merugikan orang lain

misalnya melalui tindakan seperti menggigit, menarik rambut,

memukul, menendang, meninju, mendorong, mecakar, meludahi, dan

merusak kepemilikan korban, menggunakan senjata tajam dan

perbuatan criminal.
C. Faktor-faktor yang memengaruhi Perilaku Bullying

Anderson dan Bushman (dalam Irvan Usman, 2002) mengungkapkan bahwa

faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku bullying meliputi faktor

personal dan faktor situasional.

a) Faktor personal adalah semua karakteristik yang ada pada siswa,

termasuk sifat-sifat kepribadian, sikap dan kecenderungan genetik

atau bawaan. Faktor personal ini secara konsisten bertahan pada diri

siswa setiap waktu dan situasi. Seperti contoh, siswa yang memiliki

self-esteem yang rendah cenderung mudah marah.

b) Faktor situasional yang mempengaruhi siswa dalam melakukan

perilaku bullying, antara lain adalah provokasi, frustasi dan drugs.

D. Teori mengenai Perilaku Bullying

- grand theory

Perilaku bullying adalah teori Sosial Kognitif yang dikemukakan oleh

Albert Bandura. Teori ini menjelaskan bahwa perilaku bullying dipengaruhi

oleh faktor-faktor lingkungan, kognitif, dan belajar. Menurut teori ini,

perilaku bullying dapat dipelajari melalui proses observasional dan

pengalaman pribadi. Individu yang terlibat dalam perilaku bullying sering

mengamati dan meniru perilaku agresif yang mereka saksikan dari orang lain,

baik dalam kehidupan nyata maupun melalui media. perilaku bullying adalah

teori Sosial Kognitif yang dikemukakan oleh Albert Bandura. Teori ini

menjelaskan bahwa perilaku bullying dipengaruhi oleh faktor-faktor

lingkungan, kognitif, dan belajar. Menurut teori ini, perilaku bullying dapat
dipelajari melalui proses observasional dan pengalaman pribadi. Individu

yang terlibat dalam perilaku bullying sering mengamati dan meniru perilaku

agresif yang mereka saksikan dari orang lain, baik dalam kehidupan nyata

maupun melalui media. Sebuah studi tahun 2019 yang dipublikasikan oleh

Kärnä, Voeten, Poskiparta, dan Salmivalli di Journal of Social and Personal

Relationships menemukan dukungan bagi teori strain, konflik, dan kontrol

sosial dalam menjelaskan perilaku bullying pada anak muda. Studi ini

menemukan bahwa perilaku bullying cenderung muncul pada anak-anak yang

mengalami tekanan atau stress dari berbagai situasi, seperti situasi rumah atau

sekolah yang tidak stabil dan konflik dalam interaksi sosial mereka. Temuan

ini mendukung teori bahwa perilaku bullying dapat menjadi mekanisme

koping bagi individu di bawah tekanan atau stress.

- middle range theory

Bullying merupakan perilaku agresif yang sering terjadi di kalangan anak-

anak dan remaja. Middle range theory adalah teori yang dapat menjelaskan

dan memprediksi fenomena-fenomena tertentu di dalam suatu domain yang

lebih spesifik, dalam hal ini adalah perilaku bullying. Salah satu teori middle

range yang dapat digunakan untuk memahami perilaku bullying adalah teori

strain. Teori strain menjelaskan bahwa individu yang memiliki tekanan atau

stres yang tinggi cenderung lebih rentan terhadap perilaku bullying.

Misalnya, dalam teori ini, tekanan atau stres yang tinggi dapat berkaitan

dengan masalah keluarga, tekanan akademik, atau masalah sosial. Individu

yang mengalami tekanan atau stres yang tinggi mungkin mencari cara untuk
menghilangkan atau melepaskan ketegangan yang mereka rasakan melalui

perilaku bullying terhadap orang lain.

Penelitian yang mengonfirmasi teori strain dalam konteks bullying dapat

ditemukan dalam jurnal "The Relationship Between Strain and Adolescent

Bullying: A Systematic Literature Review" yang ditulis oleh Evans et al.

(2017). Penelitian tersebut menemukan bahwa remaja yang mengalami

tekanan atau stres yang tinggi cenderung memiliki risiko yang lebih tinggi

untuk terlibat dalam perilaku bullying. Studi ini menunjukkan pentingnya

memperhatikan faktor strain dalam menjelaskan dan mencegah perilaku

bullying di kalangan anak-anak dan remaja.

- specific theory

Salah satu teori perilaku bullying adalah teori "Social Cognitive Theory"

yang dikembangkan oleh Albert Bandura. Teori ini mengatakan bahwa

perilaku bullying dapat dipahami melalui interaksi antara faktor-faktor sosial,

kognitif, dan perilaku. Faktor sosial yang mempengaruhi perilaku bullying

adalah norma-norma sosial dalam kelompok atau lingkungan yang

membenarkan atau bahkan memberikan insentif bagi perilaku bullying

Faktor kognitif terkait dalam teori ini adalah persepsi individu terhadap

pengalaman pribadi atau observasi mereka terhadap perilaku bully. Misalnya,

jika seseorang percaya bahwa tindakan bully akan menyebabkan konsekuensi

positif bagi dirinya, maka mereka cenderung terlibat dalam perilaku bully.

Selain itu, jika seseorang memiliki kepercayaan diri yang rendah, mereka

mungkin lebih rentan terhadap menjadi korban atau pelaku bullying.


E. Pengertian Dukungan Sosial

Dukungan sosial berasal dari orangorang penting yang dekat dengan

seseorang seperti keluarga, guru, atau teman. Pernyataan tersebut sejalan dengan

Sarason yang menyatakan bahwa dukungan sosial diperoleh dari hubungan

sosial yang akrab (orang tua, saudara, guru, teman sebaya, lingkungan

masyarakat) atau dari keberadaan individu yang membuat individu merasa

diperhatikan, dinilai dan dicintai (Fatwa, 2016). Menurut Sarafino (dalam Purba,

Yulianto & Widyanti, 2007) dukungan sosial merujuk pada kenyamanan,

kepedulian, harga diri atau segala bentuk bantuan lainnya yang diterima dari

orang lain atau kelompok.

Dalam menghadapi peristiwa-peristiwa yang menekan, individu

membutuhkan dukungan sosial. Individu yang memperoleh dukungan sosial

yang tinggi tidak hanya mengalami stres yang rendah, tetapi juga apat mengatasi

stres secara lebih berasil dibanding dengan mereka yang kurang memperoleh

dukungan sosial (Tayor dalam adawiyah, 2013). Menurut Ediati dan Raisa

(2016), dukungan sosial yang sesuai akan membantu seseorang memenuhi

kebutuhan saat mengalami kondisi yang sulit, dapat membantu menemukan cara

efektif untuk keluar dari masalah, membuat individu merasa dicintai dan

dihargai sehingga meningkatkan kepercayaan pada dirinya untuk mampu

menjalani kehidupan yang lebih baik.

Berdasarkan pengertian diatas dari beberapa menurut ahli dapat disimpulkan

bahwa, ukungan sosial adalah suatu bentuk perhatian, kepedulian, penghargaan,

rasa nyaman, ketenangan, dan bantuan yang diberikan oleh orang lain atau
kelompok lain kepada individu. Dukungan sosial dapat memberikan keuntungan

bagi individu dalam hubungan dengan orang lain, seperti meningkatkan

kemampuan dalam menghadapi permasalahan seseorang.

F. Aspek-aspek Dukungan Sosial

Sarafino (2011) menyebutkan bahwa dukungan sosial mencakup empat

aspek, yaitu :

a) Dukungan Emosi (Emotional Support)

Individu membutuhkan simpati, cinta, kepercayaan, dan kebutuhkan

untuk didengarkan sehingga dapat merasakan bahwa orang disekitarnya

memberikan perhatian pada dirinya, mendengarkan, simpati terhadap

masalah pribadi maupun pekerjaannya.

b) Dukungan Penghargaan (Appraisal Support)

Appraisal support atau dukungan penghargaan adalah penilaian terhadap

individu dengan cara memberi penghargaan atau memberi penilaiain

yang mendukung pekerjaan, prestasi, serta perilaku seseorang dalam

peranan sosial dan memberikan timbal balik yang saling bergantung.

c) Dukungan Informasi (Informational Support)

Informational Support atau dukungan informasi adalah menyediakan

informasi yang berguna bagi seseorang untuk mengatasi persoalan

pribadi maupun pekerjaan yang dapat berupa nasihat, pengarahan, dan

informasi lain yang sesuai dengan kebutuhan. d. Dukungan Instrumen

(Instrumental Support) Instrumental support atau dukungan instrument


juga disebut dukungan nyata atau dukungan secara materi berupa

bantuan pinjaman uang, trasportasi, membantu pekerjaan tugas, dan

meluangkan waktu.

G. Teori mengenai Dukungan Sosial

- grand theory

Teori ini pertama kali diajukan oleh Cassel pada tahun 1976 (Cassel,

1976) dan telah menjadi acuan dalam penelitian dukungan sosial.

Beberapa penelitian telah mendukung teori dukungan sosial ini. Sebagai

contoh, penelitian yang dilakukan oleh Berkman dan Syme (1979)

menunjukkan bahwa dukungan sosial memiliki hubungan yang positif

dengan kesehatan fisik dan mental. Penelitian lainnya juga menunjukkan

bahwa dukungan sosial dapat menurunkan tingkat stres dan

meningkatkan toleransi terhadap sakit kronis (Uchino, 2006). teori yang

mengasumsikan bahwa dukungan sosial secara keseluruhan memberikan

manfaat kesehatan secara positif. Teori ini menyatakan bahwa dukungan

sosial memiliki empat dimensi yang saling terkait: emosional,

informasional, instrumental, dan penilaian

- middle range theory

Teori rentang menengah tentang dukungan sosial adalah teori "Social

Convoy Model" yang dikembangkan oleh Kahn dan Antonucci pada

tahun 1980-an (Kahn & Antonucci, 1980). Model ini menggambarkan

dukungan sosial sebagai jaringan individu yang saling terhubung, terdiri


dari anggota keluarga, teman dekat, dan orang-orang lain yang

memberikan dukungan emosional, instrumental, dan informasional.

Menurut teori ini, dukungan sosial dari jaringan individu ini dapat

menyediakan sumber daya dan perlindungan yang penting dalam

perjalanan kehidupan individu, terutama dalam menghadapi situasi stres

atau transisi kehidupan. Dukungan sosial dapat membantu mengurangi

tekanan dan meningkatkan kemampuan individu untuk mengatasi

berbagai tantangan. Menurut teori ini, dukungan sosial dari jaringan

individu ini dapat menyediakan sumber daya dan perlindungan yang

penting dalam perjalanan kehidupan individu, terutama dalam

menghadapi situasi stres atau transisi kehidupan. Dukungan sosial dapat

membantu mengurangi tekanan dan meningkatkan kemampuan individu

untuk mengatasi berbagai tantangan.

- specific theory

Dukungan sosial yang spesifik adalah teori "Stress Buffering Model"

yang dikemukakan oleh Cohen dan Wills pada tahun 1985 (Cohen &

Wills, 1985). Teori ini berfokus pada peran dukungan sosial dalam

mengurangi dampak stres terhadap kesehatan mental dan fisik individu.

Menurut teori ini, dukungan sosial dapat bertindak sebagai pembalik

stres, yang berarti bahwa kehadiran dan persepsi adanya dukungan sosial

dapat melindungi individu dari efek negatif stres. Dukungan sosial dapat

mengurangi persepsi individu terhadap stresor, menyediakan sumber

daya dan informasi yang diperlukan untuk menghadapi stres, serta


memberikan dukungan emosional yang dapat meningkatkan koping dan

kesejahteraan individu. Namun, penting untuk dicatat bahwa efek

dukungan sosial dalam mengurangi dampak stres dapat bervariasi

tergantung pada faktor-faktor kontekstual, seperti jenis dukungan sosial

yang diterima, sumber dukungan, dan budaya individu.

H. Kaitan antara Perilaku Bullying dan Dukungan Sosial

Teori-teori yang menjembatani kaitan antara perilaku bullying dengan

dukungan sosial dapat memberikan pemahaman tentang faktor-faktor yang

terlibat dalam terjadinya perilaku bullying dan bagaimana dukungan sosial dapat

mempengaruhi dinamika tersebut. Berikut ini adalah dua teori yang sering

digunakan untuk menjelaskan hubungan antara bullying dan dukungan sosial:

1. Teori Stres-Salinan (Stress-Buffering Theory):

Teori ini berfokus pada peran dukungan sosial dalam melindungi individu

dari efek negatif stres. Dalam konteks bullying, teori ini berpendapat bahwa

dukungan sosial dapat bertindak sebagai penyangga atau pelindung terhadap

dampak psikologis yang merugikan dari bullying. Ketika seseorang

mengalami perilaku bullying, dukungan sosial yang ada dapat membantu

mengurangi tingkat stres dan memberikan sumber daya emosional yang

diperlukan untuk menghadapi situasi tersebut. Dengan kata lain, dukungan

sosial dapat mengurangi dampak negatif dari pengalaman bullying.

2. Teori Sosial-Kognitif:

Teori ini menyoroti peran penting norma sosial, persepsi, dan interpretasi

individu terhadap situasi sosial. Dalam konteks bullying, teori ini


berpendapat bahwa tingkat dukungan sosial yang diterima oleh individu

dapat mempengaruhi persepsi mereka terhadap bullying. Dukungan sosial

yang kuat dapat membantu individu merasa didukung dan dihargai, sehingga

mereka lebih mampu menghadapi perilaku bullying dengan keyakinan diri

yang lebih tinggi. Selain itu, dukungan sosial juga dapat mempengaruhi

norma sosial di lingkungan, sehingga perilaku bullying menjadi tidak

diterima atau dikecam oleh kelompok sosial yang memberikan dukungan.

Dalam kedua teori ini, dukungan sosial memainkan peran penting dalam

melindungi individu dari dampak negatif bullying. Dukungan sosial dapat

berasal dari berbagai sumber, termasuk teman sebaya, keluarga, guru, atau

institusi sosial lainnya. Pentingnya dukungan sosial dalam mengatasi

bullying menekankan pentingnya membangun lingkungan yang inklusif dan

mendukung, di mana individu merasa didengar, dihargai, dan didukung

dalam menghadapi situasi bullying.

I. Kerangka Teori
Aspek-aspek dukungan sosial
Dukungan emmosional
Faktor-faktor yang mempengaruhi Dukungan instrumental
perilaku bullying Dukungan informative
Faktor personal Dukungan penghargaan 5.
Faktor situasional

Faktor yang mempengaruhi dukungan sosia :


Empati
Pertukaran sosial
Norma dan nilai sosial

Perilaku bullying
Dukungan Sosial

J. Hipotesis
 Hipotesis nol (H0): Tidak ada pengaruh dukungan sosial terhadap

perilaku bullying dikalangan remaja madya.

 Hipotesis alternatif (H1): Terdapat pengaruh dukungan sosial terhadap

perilaku bullying dikalangan remaja madya.


DAFTAR PUSTAKA

Harefa, P. P. P., & Rozali, Y. A. (2020). Pengaruh dukungan sosial terhadap konsep diri
pada remaja korban bullying. JCA Psikologi, 1(1)

Kharis, A.(2019). Dampak Bullying terhadap Perilaku Remaja (Studi Pada


SMKNMataram).JIAP(JurnalIlmuAdminitrasiPublik),7(1).https://doi.org/10.
31764/jiap.v7i1.775

Fitzpatrick, S., & Bussey, K. (2011). The Development of The Social Bullying Involvement
Scales. Aggressive Behavior, 177-192.

Riskinanti, K., & Buntaran, F. A. A. (2017). Psikoedukasi Pencegahan Perundungan


(Bullying) pada Siswa SMP Yadika 11 Bekasi. Jurnal Abdi Masyarakat
(JAM), 2(2), 26-33.

Sugiariyanti, S. (2009). Perilaku Bullying Pada Anak Dan Remaja. Intuisi:


JurnalPsikologiIlmiah,1(2),101https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/INT
UISI/article/view/890

ZAKIYAH, E. Z., HUMAEDI, S., & SANTOSO, M. B. (2017). Faktor Yang


Mempengaruhi Remaja Dalam Melakukan Bullying. Prosiding Penelitian Dan
PengabdianKepadaMasyarakat,4(2), 324–330.
https://doi.org/10.24198/jppm.v4i2.14352

Febritanti, S. T. (2023). PERILAKU BULLYING PADA REMAJA. Jurnal

Pengabdian Dinamika, 10(1).

Santrock, J.W. (2007). Remaja, Edisi Kesebelas, Jilid 1 (Terjemahan). Jakarta: Erlangga.
Jelita, N. S. D., Purnamasari, I., & Basyar, M. A. K. (2021). Dampak Bullying
Terhadap Kepercayaan Diri Anak. Refleksi Edukatika : Jurnal Ilmiah
Kependidikan, 11(2), 232–240. https://doi.org/10.24176/re.v11i2.55
Ayu, R., & Muhid, A. (2022). Pentingnya Dukungan Sosial TerhadapKepercayaan Diri
Penyintas Bullying: Literature Review. Tematik, 3(2).

Prasetio, N., Daud, M., & Hamid, A. N. (2021). Hubungan Regulasi Emosi Dengan
Bullying Pada Siswa Kelas Xii Sma Negeri 2 Makassar. JIVA: Journal of Behaviour
and Mental Health, 2(1).

Putri, M. (2018). Hubungan kepercayaan diri dan dukungan teman sebaya dengan jenis
perilaku bullying di Mtsn lawang mandahiling kecamatan salimpaung.MenaraIlmu,
XII(8),107–116.https://jurnal.umsb.ac.id/index.php/men arailmu/article/view/872

Susanti, I. G., & Wulanyani, N. M. S. (2019). Pengaruh dukungan sosial teman sebaya dan
kontrol diri terhadap perundungan (bullying) pada remaja awal di Denpasar. Jurnal
Psikologi Udayana, 6(1), 182-192.

Suci, N., Jelita, D., Purnamasari, I., & Artikel, I. (2021). Dampak Bullying Terhadap
Kepercayaan Diri Anak. Refleksi Edukatika : Jurnal Ilmiah Kependidikan, 11(2), 232–240.
Adawiyah, R., & Blikololong, J. B. (2019). Hubungan antara dukungan sosial dan burnout
pada karyawan rumah sakit. Jurnal Psikologi, 11(2), 190-199.
http://dx.doi.org/10.35760/psi.2018.v11i2.2264

Antonucci, T. C., Lansford, J. E., & Akiyama, H. (2003). Impact of positive and negative
aspects of marital relationships and friendships on well-being of older adults. Applied
Developmental Science, 7(2), 76-89.

Bandura, A. (1997). Self-efficacy: The exercise of control. W.H.

Freeman. Bank, R. (2000). Bullying in schools. Eric Review, 7(1):12-14.

Coloroso, B. (2007). Stop Bullying: Memutus Mata Rantai Kekerasan Anak dari Prasekolah
hingga SMU (Terjemahan). Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta

Evans, C. B. R., Smokowski, P. R., & Cotter, K. L. (2017). The Relationship Between Strain
and Adolescent Bullying: A Systematic Literature Review. Trauma, Violence & Abuse,
18(4), 486–503. doi: 10.1177/1524838016643310

Ediati, A., & Raisa.(2016). Hubungan antara dukungan sosial dengan resiliensi pada
narapidana di lembaga permasyarakatan kelas IIA wanita Semarang.Jurnal Empati. 5(3).
https://doi.org/10.14710/empati.2016.15398

FATWA, T. (2016). DUKUNGAN SOSIAL DAN POST TRAUMATIC STRESS


DISORDER PADA ANAK PENYINTAS GUNUNG MERAPI. JURNAL PSIKOLOGI,
13(2). DOI: 10.14710/JPU.13.2.133-138.
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/psikologi/article/view/8084

Firmansyah, F. A. (2021). Peran Guru Dalam Penanganan Dan Pencegahan Bullying


di Tingkat Sekolah Dasar. 2(3), 205–216. https://doi.org/10.18592/jah.v2vi3i.5590

Irvan Usman. (TT). Perilaku Bullying ditinjau dari Peran Kelompok Teman Sebaya dan Iklim
Sekolah Pada Siswa SMA di Kota Gorontalo. Gorontalo: Fakultas Ilmu Pendidikan.
Skripsi. Diakses dari http://libraryung.ac.id/ diunduh pada tanggal 1 Oktober 2023

Muhammad, M. (2009). Aspek perlindung an anak dalam tindak kekerasan (bullying)


terhadap siswa korban kekerasan di sekolah. Jurnal Dinamika Hukum, 9(3) 20-29.
http://dx.doi.org/10.20884/1.jdh.2009.9.3.234

Oktavia, A. T. (2019). Hubungan Konformitas Teman Sebaya Dengan Perilaku Bullying


Pada Siswa Kelas 6 SD Negeri 170 Pekanbaru (Doctoral dissertation, Universitas Islam
Riau).

Prasetya, F. F. D., & Astuti, K. (2021, February). MENGAPA PERILAKU BULLYING


PADA SISWA DAPAT DIPENGARUHI OLEH KONTROL DIRI?. In PROSIDING
SEMINAR NASIONAL LPPM UMP (Vol. 2, pp. 392-397). https://e-
jurnal.iainsorong.ac.id/index.php/Publik/article/view/728

Purba, J., Yulianto. A., & Widyanti E. (2007). Pengaruh dukungan sosial terhadap burnout
pada guru. Jurnal Psikologi, 5(1), 78-87. https://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-
Journal-4982-johanaP.aries.pdf

Raisa, R., & Ediati, A. (2016). Hubungan antara dukungan sosial dengan resiliensi pada
narapidana di lembaga pemasyarakatan kelas iia wanita semarang. Jurnal empati, 5(3),
537-542. https://doi.org/10.14710/empati.2016.15398

Sejiwa. (2008). Bullying,mengatasi kekerasan di sekolah dan lingkungan sekitar


anak.Jakarta:Gramedia.https://www.researchgate.net/publication/339956876_KILL_BUL
LYING

Sarafino, E. P., & Smith T. W . 2010. Health Psychology Biopsychosocial Interactions.


Seventh Edition. New York : John Wiley & Sons, Inc.

Simbolon, M. (2012). Perilaku bullying pada mahasiswa berasrama. Jurnal psikologi, 39(2),
233-243.
SAKIT, P. K. R. (2018). HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN
BURNOUT. Jurnal Psikologi Volume, 11(2).

Septandari, Edilburga Wulan. 2013. Mengurangi Bullying melalui Program Pelatihan “Guru
Peduli”. Jurnal Psikologi, (Online), Vol. 40, No. 2. https://doi.org/10.22146/jpsi.6977

Solberg, M., & Olweus, D. (2003). Prevalence estimation of school bullying with the Olweus
Bully/Victim Questionnaire. Aggressive Behavior: Official Journal of the International
Society for

Wiyani, L., Ardy. (2012). Save Our Children From School Bullying . Jogjakarta : Arruzz
Media. Yuhbaba, Z. N. (2019). Eksplorasi perilaku bullying di pesantren. Jurnal
Kesehatan dr. Soebandi, 7(1), 63-71. https://doi.org/10.36858/jkds.v7i1.143
Lampiran

No. Nama/inisi Jenis Usia Instansi


al Kelamin
1. WD Perempuan 18 MAN 2 Kota
Makassar
2. FH Perempuan 18 MAN 2 Kota
Makassar
3. BT Perempuan 18 MAN 2 Kota
Makassar
4. KY Perempuan 17 MAN 2 Kota
Makassar
5. mughni Perempuan 18 MAN 2 Kota
Makassar
6. Sitti Perempuan 18 MAN 2 Kota
Aqilah Makassar
Salwa
7. Nadila Perempuan 18 MAN 2 Kota
Makassar
8. Reva Perempuan 18 MAN 2 Kota
Makassar
9. RM Perempuan 18 MAN 2 Kota
Makassar
10. Na Perempuan 18 MAN 2 Kota
Makassar
11. Ni Perempuan 17 MAN 2 Kota
Makassar
12. M Perempuan 17 MAN 2 Kota
Makassar
13. Kayla Perempuan 15 MAN 2 Kota
Makassar
14. NA Perempuan 17 MAN 2 Kota
Makassar
15. AN Perempuan 16 MAN 2 Kota
Makassar
16. SM Perempuan 17 MAN 2 Kota
Makassar
17. SS Perempuan 16 MAN 2 Kota
Makassar
18. SK Perempuan 17 MAN 2 Kota
Makassar
19. Fisda Perempuan 18 MAN 2 Kota
Makassar
20. YS Perempuan 17 MAN 2 Kota
Makassar
21. MY Perempuan 16 MAN 2 Kota
Makassar
22.. NA Perempuan 17 MAN 2 Kota
Makassar
23. Yasin Perempuan 17 MAN 2 Kota
Makassar
24. MYA Perempuan 18 MAN 2 Kota
Makassar
25. ammar Perempuan 18 MAN 2 Kota
Makassar
26. Winda Perempuan 18 MAN 2 Kota
Patrisia Makassar
Tabi
27. Aulia Perempuan 18 MAN 2 Kota
Rezki Makassar
Ramadha
ni
28. Fivah Perempuan 18 MAN 2 Kota
Makassar
29. Bahtiar Perempuan 18 MAN 2 Kota
Makassar
30. Steven Perempuan 15 MAN 2 Kota
Makassar
31. Cici Perempuan 17 MAN 2 Kota
Makassar
32. Ahmad Perempuan 18 MAN 2 Kota
Makassar
Apakah anda pernah mengalami atau menjadi korban bullying ?

YaTidak

13%

87%

Bentuk bullying seperti apa yang pernah anda alami

Apakah anda pernah melihat atau menyaksikan kasus bullying disekitarmu

PernahJarang

16%

84%
Apakah anda merasa bullying adalah masalah yang serius

YaTidak 3%

97%

Apakah anda percaya bahwa ada efek negatif jangka panjang dari bullying

Ya

100%

Apakah anda setuju bahwa perlu ada tindakan yang lebih tegas terhadap perilaku bullying

Sales
Ya

100%

Anda mungkin juga menyukai