Anda di halaman 1dari 11

MEMPERKUKUH LANDASAN INTI: INOVASI PARENTING "TAKAR

(TANAM KARAKTER) DENGAN PENINGKATAN PENGETAHUAN


INTERAKTIF PADA ORANG TUA DAN ANAK DALAM RANGKA
PENCEGAHAN BULLYING PADA REMAJA

Diajukan untuk Mengikuti Essay Indonesian Nursing Student Competition


(INSCO) Ke-2 Asosiasi Institusi Pendidikan Ners Indonesia (AIPNI)

Disusun oleh :
Ketua Peneliti
Mima Safa Riska (2206812861)

Anggota Peneliti
Nama (NIM)
Nama (NIM)

ASOSIASI INSTITUSI PENDIDIKAN NERS INDONESIA


2023
Memperkukuh Landasan Inti: Inovasi Parenting "TAKAR" (Tanam
Karakter) dengan Peningkatan Pengetahuan Interaktif pada Orang Tua dan
Anak dalam Rangka Pencegahan Bullying pada Remaja

Fenomena bullying ibarat fenomena gunung es, tampak sedikit di


permukaan, tetapi sangat mudah ditemui di dalam keseharian. Prevalensi kasus
bullying pada remaja di Indonesia termasuk kategori yang tinggi, yaitu pada
pelajar berusia 15 tahun sebesar 41%, terdiri dari bullying secara langsung dengan
memukul, disuruh, diancam, diejek, dan perampasan barang, serta kasus bullying
secara daring, seperti penyebaran gambar-gambar yang bersifat privasi serta
melalui chat-chat lainnya (UNICEF, 2020).
Sudah banyak penelitian yang mengkaji mengenai fenomena bullying
terutama pada remaja. Bullying atau perundungan adalah bentuk perilaku
kekerasan, penindasan, bersamaan dengan pemaksaan psikologis dan fisik
terhadap individu yang dianggap lebih lemah. Pelaku bullying menganggap
dirinya sebagai individu dengan power yang lebih tinggi dibanding korban,
sebaliknya korban menganggap dirinya sebagai orang yang sangat lemah,
terancam, dan tidak berguna.
Bullying dalam sudut pandang beberapa tokoh memiliki arti bentuk
perilaku agresif yang bertujuan melukai individu lainnya, yang dilakukan secara
sengaja dan terus-menerus (Psychological Association dalam Wahab., et al. 2017).
Adapun pendapat lain yang menyimpulkan bahwasanya tindakan bullying
merupakan suatu bentuk agresi oleh pra-remaja dan remaja dengan melakukan
kekerasan fisik, psikologis, maupun verbal, serta adanya intimidasi yang
membahayakan bagi korban dan menyebabkan korban merasa takut hingga
mengalami distress (Lerner & Steinberg, 2004).
Remaja merupakan masa perkembangan atau transisi yang dialami oleh
seorang individu dari masa anak-anak dan masa dewasa (Pertiwi, 2019).
Singkatnya, masa remaja adalah masa mencari jati diri dalam membentuk
identitas diri. Tidak jarang pada masa ini remaja mengalami berbagai macam
perubahan, baik secara biologis, kognitif, maupun emosional. Remaja selalu
memiliki ketertarikan dalam mencoba atau meniru hal baru. Dengan demikian, hal
tersebut dapat mendorong perilaku bullying sebagai bentuk pemberontakan
(kestabilan emosi) dan pelampiasan yang dilakukan kepada orang lain.
Berdasarkan permasalahan tersebut, melalui esai ini penulis bertujuan
untuk memahami mengenai fenomena bullying yang kerap terjadi pada remaja
yang akan memberikan dampak kepada para korban. Kemudian, menyoroti solusi
yang akan kami berikan inovasi baru yang akan kami bahas dalam esai dengan
judul “Memperkukuh Landasan Inti: Inovasi Parenting "TAKAR" (Tanam
Karakter) dengan Peningkatan Pengetahuan Interaktif pada Orang Tua dan Anak
dalam Rangka Pencegahan Bullying pada Remaja”
Fenomena bullying yang menciptakan individu agresif dan dampak
merusak serta menghancurkan mental individu lain, terbentuk atas beberapa faktor
yang kompleks dan juga bervariasi. Faktor-faktor tersebut juga nantinya dapat
membantu dalam menciptakan solusi permasalahan tersebut. Faktor penyebab
terjadinya bullying yaitu faktor eksternal dan internal. Faktor internal adalah: (a)
karakteristik kepribadian (b) kekerasan pada masa lalu dan (c) sikap orangtua
yang memanjakan anak sehingga tidak membentuk kepribadian yang matang.
Sedangkan, faktor eksternal mencakup lingkungan sosial dan budaya (Hoover
1998, dalam Simbolon, 2012).
Pendapat lain juga menyatakan bahwa faktor penyebab terjadinya perilaku
bullying berasal dari lingkungan keluarga. Sebagai contoh pelaku bullying
biasanya berasal dari keluarga yang bermasalah, seperti orang tua yang sering
menghukum anaknya secara berlebihan, situasi rumah yang penuh stress, agresi
dan permusuhan. (Ariesto dalam Fransisca, 2011). Namun, tidak dapat dipungkiri
juga pelaku perundungan dapat berasal dari keluarga normal, hanya saja dengan
pola asuh yang kurang tepat.
Terdapat salah satu kejadian nyata yang terjadi baru-baru ini dimana
korban bullying membakar sekolahnya sendiri. Anak berinisial R, siswa SMP
Negeri 2 Pringsurat Temanggung mengaku mendapatkan perundungan dari teman
dan juga gurunya. Siswa 14 tahun itu mengaku sakit hati karena sering diejek
hingga dikeroyok oleh teman-temannya. Bahkan, anak tersebut juga berkata
bahwa seorang guru yang merupakan pendidik pun tidak menghargai karyanya.
Tanpa berkomentar apa-apa, guru tersebut langsung merobek karya yang
dibuatnya di depan anak tersebut. Saat diwawancarai, Kepala Sekolah SMP
Negeri 2 Prigsurat menilai siswa R caper (cari perhatian). Sangat menyedihkan
bahwa pihak pendidik terlihat membenarkan perilaku bullying tersebut yang
membuat R bertindak dengan membakar sekolahnya sendiri.
Ironisnya, bullying saat ini dilihat sebagai hal yang wajar. Tindakan
bullying dianggap hanya bagian dari cara anak-anak untuk bermain, padahal
dampak dari tindakan ini sangat berpengaruh pada psikologis korbannya. Selain
itu, bullying berdampak negatif terhadap kesehatan mental dan kesejahteraan
remaja, sehingga sudah seharusnya orang tua, guru-guru sekolah, maupun
pemerintah lebih memperhatikan korban dari pembullyan. Orang tua perlu
mengajarkan anak-anak mulai dari usia dini untuk berperilaku baik agar korban
dari dampak pembullyan dapat berkurang setiap tahunnya.
Pada dasarnya, anak-anak sering berhadapan langsung dengan keluarga
dan juga lingkungan tempat mereka tumbuh dan berkembang hingga dewasa.
Adanya faktor keluarga akan memberikan peran penting akan terbentuknya
karakter serta jati diri remaja. Salah satu yang dapat menciptakan perilaku
bullying adalah adanya pola pengasuhan yang tidak sehat. Pola asuh merupakan
salah satu cara yang dilakukan oleh orang tua dalam melakukan perannya untuk
memberikan pengajaran atau didikan terhadap anaknya yang meliputi pemberian
kasih sayang, menanamkan norma, dan membuat peraturan.
Mengacu pada kondisi diatas, Semua hal tersebut tidak lepas dari peran
pendidik. Perlu diketahui bahwa awal terbentuknya karakter adalah lingkungan
keluarga, yaitu bimbingan orang tua. Peran keluarga terutama orang tua sangat
dibutuhkan dalam membantu pembentukan berbagai karakter anak. Karakter yang
kuat tidaklah diperoleh secara instan, melainkan melalui suatu proses panjang
diiringi oleh usaha dan kesabaran dalam menanamkan karakter itu sendiri.
Pendidikan karakter adalah upaya sadar yang dilakukan oleh pendidik
untuk menginternalisasikan nilai-nilai karakter sebagai pencerahan untuk
mengetahui, berpikir, dan bertindak secara bermoral dalam menghadapi setiap
situasi (Fikriyah, S., et al. 2022). Menurut Lickona, pendidikan karakter
mengandung tiga unsur pokok, yaitu mengetahui kebaikan (knowing the good),
mencintai kebaikan (desiring the good), dan melakukan kebaikan (doing the
good).
Peran orang tua dalam memberikan pendidikan karakter sangatlah penting
terutama kepada anak-anak yang masih membutuhkan perhatian. Namun, masih
banyak orang tua yang tidak memperhatikan hal tersebut. Pada dasarnya seorang
anak yang masih bertumbuh kembang akan terus mencoba hal baru dan
mencontoh perilaku orang-orang terdekatnya. Faktor yang menyebabkan
terbentuknya perilaku bullying pada anak-anak remaja adalah ketidaksiapan orang
tua sebagai pendidik sehingga tidak dapat memberikan pengajaran yang baik
mengenai karakter anak yang sesungguhnya.
Hal tersebut akan memberikan dampak yang lebih buruk jika di dukung
oleh faktor lingkungan dan juga pergaulan para remaja. Nyatanya, ketidaksiapan
orang tua dalam memberikan pendidikan karakter akan menimbulkan kelalaian,
sehingga akan membiarkan anak mencari pengalaman tanpa diberi pembekalan.
Tentunya, di masa tumbuh kembang usia remaja akan berada dalam kebingungan
karena tidak adanya pondasi karakter yang kokoh dalam kepribadiannya.
Adanya tindakan bullying pada remaja yang disebabkan oleh faktor-faktor
di atas akan menciptakan karakter yang disebut harga diri rendah oleh para korban
bullying sehingga nantinya akan menciptakan perilaku enggan bersosial dan
menarik diri. korban bullying akan mengalami kerugian, baik secara fisik, psikis
atau mental, dan finansial. Perilaku bullying bertentangan dengan hak asasi
manusia karena akibat dari tindakan bullying yang diterima korban bullying
sangat mungkin mengalami penderitaan secara rohani dan jasmani (Dayakisni,
2013).
Pendapat lain juga mengatakan bahwa perilaku bullying yang dilakukan
oleh remaja baik dalam bentuk verbal maupun nonverbal akan memberikan
dampak buruk. Salah satu contohnya peristiwa bullying yang terdapat di sekolah
atau tempat tinggal memiliki dampak pada korban bullying seperti kurangnya
motivasi atau harga diri, mengalami masalah kesehatan mental, mimpi buruk,
memiliki rasa ketakutan dan tidak jarang tindak kekerasan pada anak berujung
pada kematian pada korban. Dampak lain yang dialami korban bullying yaitu
berbagai macam gangguan yang meliputi kesejahteraan psikologis yang rendah
(Novalia, 2016).
Berdasarkan pemaparan diatas, dapat diketahui bahwa dukungan sosial
sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kepercayaan diri korban bullying. Ketika
korban mendapatkan dukungan sosial yang tinggi dalam bentuk kasih sayang,
kepercayaan, kepedulian, rasa syukur, serta nilai-nilai positif dari lingkungan
sekitar, mereka tidak akan lagi merasa kesepian serta merasa diabaikan. Dukungan
sosial diibaratkan nyawa bagi korban untuk melawan rasa takut yang mereka
miliki. Siapapun dan dimanapun kita berada, sebagai pendidik atau bukan, sudah
seharusnya kita berada di pihak korban dengan memberi perlindungan kepada
korban agar fenomena bullying ini tidak membudaya.
Menyadari permasalahan tersebut, kami menyarankan untuk
menghadirkan suatu aplikasi berkonten video interaktif bagi orang tua dan anak.
Aplikasi ini bernama “TAKAR” atau Tanam Karakter yang bertujuan untuk
memperkenalkan, menanamkan, dan membangun karakter baik pada anak dan
remaja dalam rangka menghentikan perilaku bullying di sekolah maupun
lingkungan sosial. Orang tua juga berperan sebagai pendidik utama di rumah yang
memiliki tanggung jawab penuh terhadap aspek sosial sang anak. Oleh karena itu,
kami perlu mengajak para orang tua untuk turut berkontribusi dalam pembentukan
karakter anak.

(Gambar 1. Ilustrasi Inovasi TAKAR untuk remaja)


Aplikasi tersebut nantinya memuat 2 kategori, yaitu anak dan orang tua
yang masing-masing kategori menarik 3 tipe video. Pada kategori anak dan
remaja, urutannya adalah “mengenal diri sendiri”, “mengenal orang lain”, dan
“contoh penerapan”. Sebagai mahasiswa keperawatan, tentunya penulis membuat
kategori ini berdasarkan hal yang sudah dipelajari, yaitu Johari Window. Teknik
Johari Window adalah teknik untuk memahami diri kita sendiri sebagai bagian
dari proses komunikasi. Seperti yang kita ketahui, komunikasi merupakan aspek
yang penting dalam sosial. Dengan memahami diri sendiri dan cara komunikasi
yang baik, anak akan terhindar dari hal yang buruk. Selain memahami diri sendiri,
penulis juga mengajak anak untuk mengenal orang lain. Bullying terjadi karena
perbedaan. Kami mengemas edukasi dalam video tersebut dengan cara
mengenalkan bahwa keberagaman adalah keindahan sehingga anak memiliki
bekal untuk mencintai diri sendiri dan juga menghargai perbedaan.

(Gambar 1. Ilustrasi Inovasi TAKAR untuk orang tua)


Selain itu, kategori orang tua memuat 3 tipe video, dimulai dari “mengenal
diri sendiri”, “mengenal anak”, dan “the way of parenting”. Tidak sedikit orang
tua yang belum siap secara fisik dan mental yang berujung pada kondisi depresi.
Kami meyakini bahwa orang tua perlu mengenal dirinya sendiri terlebih dahulu,
seperti mencari definisi kebahagiaan bagi diri sendiri. Setelah selesai dengan diri
sendiri, para orang tua perlu mengenal anak. Dengan bercerita dan membangun
chemistry dengan sang anak akan membantu orang tua untuk membangun
karakter yang baik pada anak. Selain itu, tidak lain dan tidak bukan, kami
berfokus pada parenting. Parenting yang kami bahas dalam video meliputi
mencontohkan hal yang baik pada anak, cara menegur anak jika melakukan
kesalahan, cara berbicara dan berbahasa yang baik pada anak, serta memahami
mental anak. Semua bentuk penggambaran dan animasi kami sesuaikan untuk
para orang tua agar dapat menjadi pendidik yang cerdas demi membentuk anak
yang berkarakter.
Namun, kami juga menyadari bahwasanya dalam mengembangkan dan
memperkenalkan inovasi ini kepada masyarakat khususnya remaja dan orang tua.
Penyebaran informasi dan video edukasi menggunakan TAKAR masih menjadi
fokus utama dalam inovasi ini. Masih banyak masyarakat yang belum sadar dan
memiliki akses internet memadai. Untuk itu, kami masih perlu meningkatkan
secara komprehensif mengenai tantangan dan juga hambatan selama proses
pengembangan inovasi ini dengan terus melakukan pembaharuan dan membentuk
masa depan yang lebih baik. Tidak hanya itu, kami nantinya juga akan
mengajukan oleh pihak-pihak terkait untuk bekerja sama dalam proses
pembentukan inovasi ini berdasarkan manfaat yang didapatkan dalam aspek
kehidupan remaja.
Sebagai generasi bangsa tentunya harus memiliki kepekaan terhadap
permasalahan tersebut dengan memanfaatkan segala peluang. Dalam esai ini,
kami sudah melakukan analisis yang akan kami kembangkan dalam bidang
edukasi. Di era digital yang terus mengalami perkembangan ini memudahkan
dalam mengembangkan inovasi baru untuk meminimalisir sebuah permasalahan
salah satunya bullying. Seperti pembahasan sebelumnya kami melihat TAKAR
sebagai bentuk perubahan yang akan memberikan dampak positif untuk
menanamkan moral kepada anak-anak dan juga orang tua sebagai pendidik
pertama.
Daftar Pustaka
Fikriyah, S., et al. (2022). Peran Orang Tua terhadap Pembentukan Karakter
Anak dalam Menyikapi Bullying. Diakses dari
https://jurnal.rakeyansantang.ac.id/index.php/ths/article/download/306/79
Herawati, Novi., & Deharnita. (2019). Gambaran Faktor-Faktor Penyebab
Terjadinya Perilaku Bullying pada Anak 15(1). DOI:
https://doi.org/10.25077/njk.15.1.60-66.2019
Hidayati, E., et al. The Impact of Bullying on Teenagers Depression Level.
Diakses dari
https://medic.upm.edu.my/upload/dokumen/2021061711350711_MJMHS
_0289.pdf
Jelita, N. S. D., Iin, P., & Aniq, K. (2021). Dampak bullying terhadap kepercayaan
diri anak. Jurnal Ilmiah Kependidikan, 11(2), 232-240. Diakses dari
https://scholar.archive.org/work/gt2nafxvefeibppqsxng7sdcfm/access/way
back/https://jurnal.umk.ac.id/index.php/RE/article/download/5530/pdf
Korua, S. F., Kanine, E., & Bidjuni, H. (2015). HUBUNGAN POLA ASUH
ORANG TUA DENGAN PERILAKU BULLYING PADA REMAJA SMK
NEGERI 1 MANADO. JURNAL KEPERAWATAN, 3(2).
https://doi.org/10.35790/jkp.v3i2.7474
Lickona. (2013). Pendidikan Karakter (Panduan Lengkap Mendidik siswa
menjadi Pintar dan Baik). Bandung: Penerbit Nusa Media.
Rizqi, H., & Inayati, H. (2019). Dampak Psikologis Bullying Pada Remaja.
Wiraraja Medika: Jurnal Kesehatan, 9(1), 31-34. Diakses dari
https://ejournalwiraraja.com/index.php/FIK/article/view/694
Syofiyanti, Dessy. (2016). Pola Asuh Orang Tua Terhadap Perilaku Bullying
Remaja. 11(1). Diakses dari
http://jta.ejournal.unri.ac.id:7680/index.php/JPB/article/view/3656/3562
UNICEF. (2020). Perundungan di Indonesia: Fakta-fakta kunci, Solusi, dan
Rekomendasi. Diakses dari
https://www.unicef.org/indonesia/media/5691/file/Fact%20Sheet%20Perk
awinan%20Anak%20di%20Indonesia.pdf
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ESSAY

Saya yang bertandatangan dibawah ini:

Nama : Mima Safa Riska


NIM : 2206812861
Institusi : Universitas Indonesia

dengan ini menyatakan bahwa karya essay dengan judul : Memperkukuh


Landasan Inti: Inovasi Parenting "TAKAR" (Tanam Karakter) dengan
Peningkatan Pengetahuan Interaktif pada Orang Tua dan Anak dalam
Rangka Pencegahan Bullying pada Remaja

merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah dilombakan dan
dipublikasikan baik secara keseluruhan maupun sebagian, dalam bentuk jurnal,
makalah atau bentuk lain yang dipublikasikan secara umum.

Demikian pernyataan ini saya buat secara benar dengan penuh tanggung jawab
dan integritas.
Jakarta, 16 Juli 2023
Penyusun
Ketua Kelompok

(Mima Safa Riska)


NPM. 2206812861
Halaman Pengesahan

Judul Essay : Memperkukuh Landasan Inti: Inovasi


Parenting "TAKAR" (Tanam Karakter) dengan Peningkatan Pengetahuan
Interaktif pada Orang Tua dan Anak dalam Rangka Pencegahan Bullying
pada Remaja
Ketua Peneliti
a. Nama Lengkap : Mima Safa Riska
b. NIM : 2206812861
c. Nomor HP : 089673165628
d. Alamat Surel (e-mail) : mimasafariska@gmail.com
Anggota Peneliti : 1. Elma Yuliana

Dosen Pembimbing
a. Nama :
b. NIDN :
c. Alamat Surel (e-mail) :

Lokasi Penelitian :
Lama Penelitian :

..................., .............................. 2023


Pembimbing Ketua Peneliti

(.......................................) (.......................................)

Mengetahui
Pembina Kemahasiswaan

(.......................................)

Anda mungkin juga menyukai