Anda di halaman 1dari 28

Analisis Kepemimpinan dan Komunikasi dalam Manajemen

Konflik dalam Situasi Stres: Studi Kasus pada Kelompok


Tugas Mahasiswa Jurusan Sistem Informasi Tahun 2022

Disusun Oleh :

Ahmad Fauzi 1202220263

I Putu Bagus Widya Wijaya Pratama 1202223040

Muhammad Rafi Syihan 1202223384

PROGRAM STUDI STRATA 1 SISTEM INFORMASI


FAKULTAS REKAYASA INDUSTRI
UNIVERSITAS TELKOM
2023
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.........................................................................................................i
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1. Latar Belakang........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah...................................................................................2
1.3. Tujuan Makalah......................................................................................2
1.4. Batasan Masalah......................................................................................2
1.5. Manfaat Makalah....................................................................................3
1.6. Sistematika Penulisan.............................................................................4
BAB 2 LANDASAN TEORI....................................................................................5
2.1. Teori Kepemimpinan..............................................................................5
2.1.1. Pengertian Kepemimpinan..............................................................5
2.1.2. Jenis-Jenis Gaya Kepemimpinan...................................................5
2.2. Teori Self-Awareness...............................................................................6
2.3. Teori Komunikasi....................................................................................6
2.3.1. Pengertian Komunikasi...................................................................6
2.3.2. Jenis-Jenis Komunikasi...................................................................7
2.4. Teori Stress..............................................................................................8
2.4.1. Pengertian Stress..............................................................................8
2.4.2. Gejala Stress.....................................................................................8
2.5. Teori Konflik............................................................................................8
2.5.1. Pengertian Konflik...........................................................................8
2.5.2. Tipe Konflik......................................................................................9
2.6. Teori Memahami Orang Lain................................................................9
BAB 3 PEMBAHASAN.......................................................................................11
BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN.....................................................................15
4.1. Kesimpulan............................................................................................15
4.2. Saran.......................................................................................................16
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................iv
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................viii
PROPORSI PENGERJAAN TUGAS BESAR............................................................ix

ii
DAFTAR LAMPIRAN

Gambar 1 Pertanyaan kuisioner data diri..........................................................iv


Gambar 2 Pertanyaan kuisioner tentang konflik...............................................iv
Gambar 3 Pertanyaan kuisioner tentang stress..................................................v
Gambar 4 Pertanyaan kuisioner tentang kepemimpinan (i)..............................vi
Gambar 5 Pertanyaan kuisioner tentang kepemimpinan (ii).............................vi
Gambar 6 Pertanyaan kuisioner tentang komunikasi.......................................vii
Gambar 7 Pertanyaan kuisioner tentang self-awareness.................................vii

iii
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam masa menempuh pendidikan di perguruan tinggi, mahasiswa seringkali
dihadapkan pada beragam tuntutan akademik dan sosial yang dapat menyebabkan
stress yang tinggi. Salah satu contoh yang sering terjadi adalah tugas kelompok yang
sering kali diberikan oleh dosen kepada mahasiswa. Situasi stress dalam konteks ini
berpotensi memunculkan konflik antar anggota kelompok. Dari konflik tersebut dapat
menghambat kinerja kelompok dan berdampak negatif pada hasil akhir dari tugas yang
dikerjakan.
Manajemen konflik dan stress yang efektif merupakan sebuah hal yang sangat penting
untuk memastikan kelancaran dari kinerja Mahasiswa dalam mengerjakan tugas
kelompok. Namun, kehadiran kepemimpinan yang kuat serta komunikasi yang efektif
juga menjadi salah satu faktor keberhasilan dalam manajemen konflik. Kepemimpinan
yang baik dapat mempengaruhi dinamika kinerja kelompok dan meminimalisir potensi
konflik yang muncul, sementara komunikasi juga menjadi gerbang penghubung
pemahaman dan kerjasama antar anggota kelompok.
Tugas kelompok tentunya melibatkan kolaborasi antara individu dengan latar belakang,
pendapat, dan pemikiran yang berbeda-beda. Dari kasus ini, pemahaman diri yang baik
(self-awareness) dan kemampuan memahami orang lain juga menjadi faktor penting
dalam manajemen konflik dalam situasi stress pada kerja kelompok. Memiliki kesadaran
diri yang tinggi membantu individu mengenali dirinya sendiri dan dapat mengambil
langkah-langkah yang tepat untuk mengatasi situasi stress. Selain itu, kemampuan untuk
mehami orang lain memungkinkan seseorang untuk lebih peka pada perasaan,
kebutuhan, dan persepsi orang lain, sehingga konflik dapat diatasi dengan lebih efektif
dan efisien.
Melihat pentingnya kepemimpinan, komunikasi, self-awareness, mehami orang lain,
stress, dan manajemen konflik dalam pengerjaan tugas kelompok mahasiswa, makalah
ini bertujuan untuk melakukan analisis mendalam terhadap beberapa topik faktor
tersebut. Makalah ini akan melibatkan studi kasus yang berfokus dalam situasi tugas
kelompok mahasiswa untuk mengindentifikasi strategi kepemimpinan, komunikasi,
memahami orang lain, manajemen konflik dan stress. Dan dengan dibuatnya mahalah
ini, diharapkan para pemimpin kelompok, anggota kelompok, dan pembaca dapat

1
menghadapi tantangan dalam kelompok dengan lebih efektif dan mencapai hasil dan
tujuan yang lebih baik bagi para pemimpin kelompok, anggota kelompok, dan pembaca.

1.2. Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari tugas besar ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana tingkat self-awareness anggota kelompok tugas mahasiswa
berkontribusi terhadap manajemen konflik dalam situasi stress?
2. Bagaimana gaya kepemimpinan yang efektif dapat mempengaruhi penanganan
konflik dalam kelompok tugas mahasiswa yang mengalami tingkat stress yang
tinggi?
3. Apa saja faktor-faktor stres yang paling mempengaruhi dinamika konflik dalam
kelompok tugas mahasiswa?
4. Bagaimana peran komunikasi yang efektif dalam memitigasi dan menyelesaikan
konflik dalam kelompok tugas mahasiswa yang berada dalam tekanan dan situasi
stres?

1.3. Tujuan Makalah


Adapun tujuan dari dibuatnya tugas besar ini adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis pentingnya komunikasi efektif dalam mengatasi konflik tim dalam
situasi stres.
2. Menganalisis peran kepemimpinan dalam mengelola konflik tim dalam situasi stres
di lingkungan pendidikan tinggi.
3. Menjelaskan strategi dan langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengatasi
tantangan tersebut dan mempromosikan penyelesaian konflik yang konstruktif di
dalam kelompok.

1.4. Batasan Masalah


Adapun Batasan masalah dari tugas besar ini adalah sebagai berikut:
1. Peserta: Penelitian ini dibatasi pada Mahasiswa angkatan 2022 jurusan Sistem
Informasi di Universitas Telkom.
2. Metodologi: Penelitian akan menggunakan metode kualitatif melalui survey.

2
3. Variabel: Penelitian ini akan menganalisis gaya kepemimpinan yang digunakan oleh
anggota kelompok tugas mahasiswa dalam mengelola konflik dan stres. Gaya
kepemimpinan otoriter, demokratis, dan Laissez-Fairedan akan menjadi fokus
dalam analisis serta tingkat self-awareness dan kemampuan memahami orang lain.
4. Tema: Penelitian akan berfokus pada tema yang berkaitan dengan Kepemimpinan
dan Komunikasi dalam Manajemen Konflik dalam Situasi Stres: Gaya kepemimpinan
dan self-awareness mahasiswa.
5. Waktu: Penelitian akan berfokus pada persepsi dan pengalaman Mahasiswa dalam
waktu 1 semester terakhir untuk menghindari informasi yang usang dan tidak
relevan.
6. Teori: Penelitian ini akan menggunakan teori model kontingensi fiedler untuk
memahami hubungan antara gaya kepemimpinan, kinerja organisasi, dan
manajemen konflik.

1.5. Manfaat Makalah


Adapun manfaat dari tugas besar ini adalah sebagai berikut:
1. Pemahaman yang lebih mendalam lagi tentang peranan kepemimpinan dan
komunikasi dalam manajemen konflik dalam situasi stress, khususnya dalam
konteks kelompok tugas mahasiswa.
2. Peningkatan skill kepemimpinan yang efektif dalam mengelola konflik ataupun
stress dan pembaca juga akan mendapat wawasan tentang berbagai gaya
kepemimpin yang dapat diaplikasikan untuk mengatasi konflik dan mencapai tujuan
kelompok yang lebih efektif.
3. Komunikasi yang lebih efisien dalam mengatas konflik dan stress dalam tugas
kelompok mahasiswa. Dengan mehami pentingnya komunikasi yang baik dan
benar, pembaca khususnya mahasiswa dapat meningkatkan kemampuan
komunikasi mereka untuk mengatasi perbedaan pendapat, menghindari
misinterpretasi, dan memberikan pemahaman yang lebih baik antar anggota
kelompok.
4. Manajemen konflik yang lebih baik dalam mengelola konflik yang mungkin muncul
dalam konteks akademi, sehingga meminimalisir dampak negatif pada kinerja
kelompok.

3
5. Peningkatan self-awareness dan empati dalam memahami orang lain dalam
mengelola konflik dan stress. Pembaca akan mendapatkan pemahaman yang lebih
baik tentang mengenali dirinya sendiri dan mengembangkan kemampuan empati
untuk memahami perspektif dan kebutuhan orang lain.
6. Peningkatan kinerja kelompok dan akademik dengan mempelajari dan menerapkan
apa yang dijelaskan dalam makalah ini. Pembaca dapat meningkatkan kinerja dan
mencapai hasil yang lebih baik dalam tugas akademik mereka dan membangun
lingkungan kerja kelompok yang lebih harmonis dan sehat.

1.6. Sistematika Penulisan


Berikut merupakan sistematika penulisan yang digunakan dalam pembuatan makalah
“Analisis Kepemimpinan dan Komunikasi dalam Manajemen Konflik dalam Situasi Stres:
Studi Kasus pada Kelompok Tugas Mahasiswa Jurusan Sistem Informasi Tahun 2022”:

Pendahuluan: Bagian ini memperkenalkan topik tulisan dan memberikan latar


belakang atau konteks yang relevan yang berkaitan dengan Analisis
Kepemimpinan dan Komunikasi dalam Manajemen Konflik dalam
Situasi Stres: Studi Kasus pada Kelompok Tugas Mahasiswa Jurusan
Sistem Informasi Tahun 2022. Pendahuluan mencakup pernyataan
tujuan penulisan, pembatasan masalah, dan gambaran umum
tentang isi tulisan.

Landasan Teori: Bagian ini berisi ringkasan penelitian atau sumber-sumber yang
relevan dengan analisi yang dilakukan. Tinjauan pustaka
memberikan dasar teoritis dan mendukung argumen atau
pernyataan yang dibuat dalam tulisan.

Pembahasan: Bagian ini menganalisis dan menafsirkan temuan yang didapatkan


dari survei. Pembahasan juga dapat membandingkan hasil dengan
penelitian sebelumnya, membahas implikasi temuan, korelasi
dengan landasan teori dan menyoroti keterbatasan atau saran
untuk penelitian lanjutan.

Kesimpulan: Bagian ini merangkum keseluruhan tulisan dan menyajikan


kesimpulan yang ditarik dari analisis yang telah dilakukan.

4
Daftar Pustaka: Bagian ini mencantumkan semua sumber yang dikutip atau dirujuk
dalam tulisan.

BAB 2 LANDASAN TEORI

2.1. Teori Kepemimpinan

2.1.1. Pengertian Kepemimpinan


Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi, memandu, dan
menginspirasi orang lain untuk mencapai tujuan bersama. Menurut Kadarusman (2012),
kepemimpinan dapat dibagi menjadi tiga kategori: Self Leadership, Team Leadership,
dan Organizational Leadership. Self-Leadership berfokus pada memimpin diri sendiri
untuk menghindari kegagalan dalam hidup. Team Leadership melibatkan memimpin
orang lain dengan pemahaman terhadap tanggung jawab kepemimpinannya,
keterlibatan dalam kondisi bawahannya, dan komitmen untuk mengembangkan potensi
individu dalam mencapai prestasi tertinggi. Sementara Organizational Leadership
melihat kepemimpinan dalam konteks organisasi, di mana pemimpin memahami dunia
bisnis, membangun visi dan misi, dan memiliki komitmen untuk menjadikan perusahaan
sebagai sumber berkah bagi komunitas. Secara umum, kepemimpinan melibatkan
pengaruh terhadap orang lain untuk mencapai tujuan bersama, tetapi tidak semua
orang yang mempengaruhi orang lain untuk tujuan tertentu dapat disebut sebagai
pemimpin (Mullins, 2005).

2.1.2. Jenis-Jenis Gaya Kepemimpinan


Berdasarkan model kontingensi fiedler, berdasarkan pendekatannya, tipe
kepemimpinan dapat dibagi menjadi tiga, antara lain:
1. Gaya kepemimpinan otoriter melibatkan pemimpin yang mengambil keputusan dan
kebijakan secara eksklusif. Ia mengendalikan semua pembagian tugas dan tanggung
jawab, sementara bawahan hanya diharapkan untuk melaksanakan tugas yang
diberikan. Gaya kepemimpinan ini cenderung berfokus pada tugas.
2. Gaya kepemimpinan demokratis melibatkan kemampuan untuk mempengaruhi
orang lain agar mereka bersedia bekerja sama dalam mencapai tujuan yang telah

5
ditetapkan. Pendekatan ini melibatkan partisipasi aktif dan keterlibatan bawahan
dalam pengambilan keputusan, di mana pimpinan dan bawahan bekerja secara
bersama-sama untuk merumuskan tindakan dan keputusan. Gaya kepemimpinan
demokratis mencerminkan kesetaraan, keterlibatan, dan konsultasi antara
pemimpin dan bawahan dalam proses pengambilan keputusan.
3. Gaya kepemimpinan laissez-fairedan, atau gaya kepemimpinan yang santai,
memberikan kebebasan kepada anggota tim untuk mengambil inisiatif. Pemimpin
dalam gaya ini memberikan sedikit interaksi dan kontrol, sehingga gaya ini hanya
efektif jika anggota tim memiliki tingkat kompetensi dan kepercayaan yang tinggi
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2.2. Teori Self-Awareness


Self-Awareness (kesadaran diri) ini adalah kemampuan seseorang untuk memahami dan
mengenali dirinya sendiri secara dalam, termasuk pemahaman tentang kekuatan dan
kelemahan, nilai-nilai, tujuan, emosi, dan perilaku. Kesadaran diri ini merupakan dasar
dari kecerdasan emosional (EQ) dan merupakan keterampilan penting dalam
mengembangkan kecerdasan emosional.(Goleman, 2001)
Kesadaran diri juga dapat membantu seseorang dalam memahami pengalaman dan
pikiran pribadinya, serta menyadari bagaimana tindakan, kata-kata, dan sikap mereka
dapat mempengaruhi orang lain dan situasi di sekitar mereka. Dengan memiliki
kesadaran diri yang baik, seseorang dapat mengambil langkah-langkah yang lebih efektif
dalam mencapai tujuan dan meningkatkan kualitas hidupnya. Hal ini juga dapat
membantu dalam pengelolaan emosi yang ada dalam diri, sehingga seseorang dapat
menghadapi berbagai tantangan kehidupan dengan lebih baik.

2.3. Teori Komunikasi

2.3.1. Pengertian Komunikasi


Istilah "komunikasi" berasal dari bahasa Latin "communicatus" atau "communicatio"
atau "communicare", yang memiliki arti berbagi atau menjadi milik bersama. Oleh
karena itu, dalam kamus bahasa, komunikasi mengacu pada upaya untuk mencapai
kebersamaan. Menurut kamus Webster New Collegiate, komunikasi adalah proses

6
pertukaran informasi antara individu melalui sistem simbol-simbol atau perilaku.
(Riswandi, 2009)

7
2.3.2. Jenis-Jenis Komunikasi
Bentuk komunikasi dapat dibedakan menjadi empat bentuk, yaitu:
1. Komunikasi Intrapersonal: Komunikasi dengan diri sendiri, melibatkan menerima
pesan, mengolah, menyimpan, dan menghasilkan tanggapan. Contohnya termasuk
berdoa, bersyukur, berimajinasi, dan lainnya.
2. Komunikasi Interpersonal: Komunikasi antara individu, di mana makna saling
dipertukarkan. Ini melibatkan perilaku verbal dan nonverbal, umpan balik pribadi,
hubungan berkesinambungan, dan persuasi.
3. Komunikasi Kelompok: Komunikasi tatap muka antara tiga orang atau lebih untuk
mencapai tujuan bersama, seperti berbagi informasi, pemeliharaan diri, atau
pemecahan masalah. Contohnya termasuk kuliah, rapat, seminar, dan lainnya.
4. Komunikasi Organisasi: Komunikasi antarmanusia dalam konteks hubungan
organisasi. Ini melibatkan komunikasi formal dan nonformal dalam struktur
organisasi. Komunikasi organisasi membahas struktur, fungsi, hubungan, proses
pengorganisasian, dan budaya organisasi.
Komunikasi dapat dibedakan menjadi dua jenis berdasarkan cara penyampaian
informasi, yaitu:
1. Komunikasi verbal (lisan), yang terjadi secara langsung tanpa batasan jarak, seperti
dialog antara dua orang. Dan yang terjadi secara tidak langsung akibat batasan
jarak, seperti komunikasi melalui telepon.
2. Komunikasi nonverbal (tertulis), seperti naskah yang digunakan untuk
menyampaikan kabar yang kompleks, serta gambar dan foto yang digunakan ketika
kata-kata atau kalimat tidak dapat menggambarkannya dengan baik.
Komunikasi dapat dibedakan berdasarkan perilaku menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Komunikasi formal, yang terjadi dalam kerangka organisasi atau perusahaan dengan
aturan yang telah diatur dalam struktur organisasi, seperti seminar.
2. Komunikasi informal, yang terjadi tanpa batasan formal dalam struktur organisasi
dan tidak memiliki kesaksian resmi, seperti kabar burung atau desas-desus.
3. Komunikasi nonformal, yang merupakan kombinasi antara komunikasi formal dan
informal, terkait dengan pelaksanaan tugas dalam organisasi atau perusahaan yang
juga mencakup kegiatan pribadi anggota, misalnya rapat terkait ulang tahun
perusahaan.

8
2.4. Teori Stress

2.4.1. Pengertian Stress


Stress merupakan situasi atau respon yang dihasilkan dari interaksi individu dan
lingkungan sekitarnya dan menyebabkan ketidakharmonisan antara tuntutan situasional
dan sumber daya biopsikososial (Sarafino, 2020). Stress dapat menyebabkan perubahan
fisik dan psikologis pada seseorang, seperti kecemasan, rasa tidak nyaman, sakit kepala,
dan insomnia. Selain itu, Stress juga dapat menyebabkan ketidakstabilan emosi pada
beberapa orang. Orang yang mengalami stress kronis atau tidak dapat mengatasi stres
dengan baik, dapat mengalami perubahan emosi yang tiba-tiba dan sulit dikendalikan.

2.4.2. Gejala Stress


Gejala stres kerja dapat dibagi menjadi tiga kategori, antara lain:
1. Gejala fisik, yang mencakup perubahan pada fungsi tubuh seperti peningkatan
denyut jantung, peningkatan tekanan darah, sakit kepala, dan sakit perut.
2. Gejala psikologis, yang melibatkan perubahan dalam sikap seperti ketegangan,
kegelisahan, ketidaktenangan, kebosanan, dan mudah marah.
3. Gejala perilaku, yang meliputi perubahan dalam perilaku yang dapat
mengindikasikan penurunan produktivitas, peningkatan absensi, perubahan pola
makan, meningkatnya konsumsi rokok atau minuman keras, gangguan tidur,
pembicaraan yang tidak tenang, dan sejenisnya.

2.5. Teori Konflik

2.5.1. Pengertian Konflik


Konflik mengacu pada sebuah fenomena yang muncul ketika terdapat perbedaan
pendapat, tujuan, atau kepentingan antara individu atau kelompok yang terlibat. Dalam
sebuah interaksi, konflik terjadi ketika satu pihak merasakan bahwa kepentingannya
tidak sejalan dengan pihak lain atau bahkan merasa bahwa kepentingannya terancam
atau terpengaruh secara negatif. Konflik dapat timbul dalam berbagai konteks, baik itu

9
dalam lingkungan pribadi, kelompok kerja, organisasi, maupun dalam hubungan
antarnegara.
Konflik sering kali disebabkan oleh perbedaan persepsi, nilai, kebutuhan, atau tujuan
yang berbeda antara pihak-pihak yang terlibat. Hal ini dapat mengarah pada
ketegangan, perselisihan, atau pertentangan yang mungkin sulit dihindari. Konflik bisa
bersifat terbuka, dengan adanya konfrontasi langsung, atau bisa juga bersifat
tersembunyi, dengan adanya ketegangan atau rivalitas yang tidak diungkapkan secara
terbuka..(Scolum, 2007)

2.5.2. Tipe Konflik


Menurut Henry dan Ongori (2009) terdapat dua jenis konflik dasar, yaitu konflik tugas
dan konflik hubungan.
1. Konflik Tugas (Task Conflict): Konflik tugas terjadi ketika anggota kelompok memiliki
perbedaan pendapat mengenai substansi diskusi atau tugas yang harus
diselesaikan. Dalam konflik tugas, perbedaan pandangan terkait dengan cara yang
berbeda dalam melihat dan memahami tugas serta tujuan kelompok. Konflik tugas
dapat berdampak positif dengan meningkatkan kualitas keputusan yang diambil
oleh kelompok, merangsang pemikiran kritis, dan mendorong perspektif yang
beragam. Ketika anggota kelompok saling berdebat dan berdiskusi secara
konstruktif, konflik tugas dapat menghasilkan pemecahan masalah yang kreatif dan
inovatif.
2. Konflik Hubungan (Interpersonal/Relationship Conflict): Konflik hubungan terjadi
ketika terdapat perselisihan pribadi antara anggota kelompok. Biasanya, konflik
hubungan berkaitan dengan perbedaan kepribadian atau terjadinya
ketidaksetujuan antara anggota kelompok. Konflik hubungan dapat muncul dalam
bentuk perbedaan pendapat dan persepsi terkait karakteristik personal, atau
bahkan melibatkan rasa tidak suka atau ketidakcocokan antara anggota kelompok.
Konflik hubungan cenderung mengganggu hubungan antaranggota kelompok dan
dapat mengalihkan fokus dari tujuan organisasi yang seharusnya diperjuangkan
bersama.

10
2.6. Teori Memahami Orang Lain
Empati, sebuah istilah yang berasal dari bahasa Yunani "empatheia" yang berarti "ikut
merasakan", awalnya digunakan oleh para teoretikus estetika untuk menjelaskan
kemampuan memahami pengalaman subjektif orang lain. Pada tahun 1920-an, istilah ini
diperkenalkan kembali dalam bahasa Inggris oleh E.B. Titchener, seorang psikolog
Amerika, dengan makna yang sedikit berbeda. Dalam teori Titchener, empati dijelaskan
sebagai suatu bentuk peniruan fisik dari beban orang lain yang kemudian menimbulkan
perasaan yang serupa dalam diri seseorang. Dia menggunakan istilah "empati" untuk
membedakannya dari istilah "simpati" yang lebih mengacu pada perhatian terhadap
kemalangan orang lain tanpa ikut merasakan apa yang dialami oleh orang tersebut.
Secara umum, empati didefinisikan sebagai kemampuan atau kecakapan untuk
mengidentifikasi atau memahami perasaan, pikiran, atau sikap orang lain seolah-olah
kita mengalami sendiri. Istilah ini sering dikaitkan dengan ungkapan seperti "berjalan
dengan memakai sepatu orang lain" atau "melihat dunia melalui mata orang lain".
Menurut Brooks dan Goldstein (2009), empati merupakan kemampuan untuk
mengetahui dan merasakan perasaan orang lain.
Daniel Goleman (1997) mengemukakan bahwa kemampuan berempati adalah
kemampuan untuk mengetahui perasaan orang lain. Empati merupakan akar dari
kepedulian dan kasih sayang dalam setiap hubungan emosional seseorang, karena
empati memungkinkan kita untuk menyesuaikan emosi kita dengan emosi orang lain.
Goleman juga mengungkapkan bahwa kunci untuk memahami perasaan orang lain
adalah dengan membaca pesan non-verbal seperti intonasi suara, gerakan tubuh,
ekspresi wajah, dan sebagainya. Ia menggambarkan empati sebagai sebuah ciri penting
dari kecerdasan emosional yang dapat dipelajari. Menunjukkan empati kepada orang
lain tidak berarti kita harus setuju dengan mereka, tetapi hal itu menunjukkan bahwa
kita menghargai dan mendukung sudut pandang mereka.
Dapat disimpulkan bahwa empati merupakan kemampuan untuk merasakan dan
memahami perasaan orang lain, baik secara emosional maupun mental. Kemampuan ini
melibatkan kemampuan membaca pesan non-verbal dan mengenali perasaan orang
lain. Empati adalah dasar dari hubungan emosional yang sehat, karena melalui empati
kita dapat memahami orang lain dengan lebih baik, menghargai sudut pandang mereka,
dan memberikan dukungan yang diperlukan.

11
BAB 3 PEMBAHASAN

Berdasarkan temuan hasil yang didapatkan melalui survey yang kami lakukan pada
mahasiswa Telkom University tahun 2022 prodi S1 Sistem Informasi, kami mendapatkan
data responden dengan mayoritas responden adalah laki-laki (72.7%) dengan usia 19
tahun (72.7%). Responden berasal dari berbagai kelas, namun mayoritas berasal dari
kelas SI-46-05 (54.5%). Data tersebut akan kami bahas sesuai dengan teori-teori yang
kami kutip dan sesuai dengan rumusan permasalahan yang sedang kami teliti.

Bagaimana hubungan antara kemampuan memahami orang lain dan tingkat self-
awareness anggota kelompok tugas mahasiswa dalam mengelola konflik dalam situasi
stres?
Dalam mengelola konflik dalam kelompok tugas mahasiswa yang mengalami situasi
stres, terdapat hubungan yang penting antara kemampuan memahami orang lain dan
tingkat self-awareness anggota kelompok. Kemampuan memahami orang lain dan
tingkat self-awareness merupakan konsep yang terkait erat dengan konsep-konsep
dalam psikologi sosial dan teori kepemimpinan. Tingkat self-awareness yang tinggi
memungkinkan individu untuk memahami kekuatan dan kelemahan mereka, nilai-nilai,
tujuan, emosi, dan perilaku diri. Sementara itu, kemampuan memahami orang lain
melibatkan kemampuan membaca ekspresi wajah, gerakan tubuh, dan intonasi suara
untuk meningkatkan saling pengertian dan mengurangi potensi konflik.
Data dari survei menunjukkan bahwa responden memiliki tingkat self-awareness yang
baik, dengan 81,8% menyatakan mereka memahami kemampuan diri mereka sendiri.
Selain itu, mayoritas responden menyatakan bahwa mereka biasanya dapat memahami
orang lain. Data ini menggambarkan pentingnya pemahaman diri dan kemampuan
memahami orang lain dalam mengelola konflik. Responden yang mampu memahami
kekurangan dan kelebihan anggota kelompok juga menunjukkan kesadaran terhadap
keberagaman dalam kelompok.
Dalam konteks pengelolaan konflik, anggota kelompok dapat meningkatkan self-
awareness dengan melakukan introspeksi diri dan mengembangkan kemampuan
komunikasi interpersonal. Dalam pembagian tugas, melibatkan semua anggota
kelompok dalam diskusi dan mempertimbangkan pemahaman diri dan kemampuan
individu dapat membantu mengoptimalkan potensi dan mengurangi konflik. Kombinasi

12
kemampuan memahami orang lain dan tingkat self-awareness yang tinggi membantu
menciptakan lingkungan kerja yang harmonis dan meningkatkan kerjasama dalam
kelompok.

Bagaimana gaya kepemimpinan yang efektif dapat mempengaruhi penanganan konflik


dalam kelompok tugas mahasiswa yang mengalami tingkat stress yang tinggi?
Dalam konteks kepemimpinan dalam kelompok tugas mahasiswa yang mengalami
tingkat stres yang tinggi, gaya kepemimpinan yang efektif dapat mempengaruhi
penanganan konflik. Berdasarkan data yang diberikan, sebagian besar responden
(81,8%) pernah menjadi pemimpin dalam kelompok tugas. Namun, dari responden yang
pernah menjadi pemimpin, gaya kepemimpinan yang paling sering diterapkan adalah
gaya Laissez-Fairedan (54,5%), diikuti oleh gaya Demokratis (27,3%) dan Otoriter
(18,2%).
Dalam teori kepemimpinan, gaya kepemimpinan Laissez-Fairedan (54,5%) adalah gaya
yang memberikan kebebasan kepada anggota tim untuk mengambil inisiatif dengan
sedikit interaksi dan kontrol. Gaya ini efektif jika anggota tim memiliki tingkat
kompetensi dan kepercayaan yang tinggi. Hasil survei juga menunjukkan bahwa
mayoritas responden setuju bahwa gaya kepemimpinan laissez-fairedan adalah tipe
kepemimpinan yang paling sukses dalam menekan kemungkinkan konflik dan stress
dalam tugas kelompok. Di sisi lain, gaya kepemimpinan Demokratis melibatkan
partisipasi aktif dan keterlibatan bawahan dalam pengambilan keputusan. Pendekatan
ini mencerminkan kesetaraan, keterlibatan, dan konsultasi antara pemimpin dan
bawahan. Hasil survei menunjukkan bahwa sebagian responden menganggap gaya
kepemimpinan ini dapat membantu menekan kemungkinan konflik dan stres dalam
kelompok. Dalam situasi tingkat stres yang tinggi, penting bagi seorang pemimpin untuk
memiliki keterampilan dalam meminimalisir kemungkinan terjadinya konflik dan stres.
Beberapa strategi yang diusulkan oleh responden adalah mendengarkan pendapat
semua anggota, memberikan kebebasan berinisiatif, dan memahami anggota kelompok.
Strategi-strategi ini dapat membantu dalam menciptakan lingkungan yang kooperatif
dan mencegah potensi konflik.
Secara keseluruhan, gaya kepemimpinan yang efektif dalam mengatasi konflik dalam
kelompok tugas mahasiswa yang mengalami tingkat stres yang tinggi adalah gaya
kepemimpinan Laissez-Fairedan. Namun, penting untuk dicatat bahwa setiap situasi dan

13
kelompok dapat memiliki dinamika yang berbeda, sehingga penting bagi pemimpin
untuk memahami konteks dan kebutuhan kelompok tugas secara spesifik.

Apa saja faktor-faktor stres yang paling mempengaruhi dinamika konflik dalam
kelompok tugas mahasiswa?
Berdasarkan data yang dihimpun melalui survey, terdapat beberapa faktor-faktor stres
yang paling mempengaruhi dinamika konflik dalam kelompok tugas mahasiswa.
Beberapa faktor tersebut adalah tidak terbaginya tugas dengan benar, perbedaan
pendapat, keegoisan, anggota pasif yang tidak mau bekerja sama, kurangnya inisiatif
untuk membantu, dan ketidaksesuaian pendapat antar anggota kelompok. Selain itu,
faktor-faktor lain yang mempengaruhi dinamika konflik dalam kelompok tugas
mahasiswa adalah ketidakcocokan antara anggota kelompok, ketidakmampuan anggota
kelompok untuk bekerja sama, deadline yang ketat, kompleksitas tugas yang tinggi, dan
konflik personal antara anggota kelompok. Dalam teori stres yang dikemukakan oleh
Sarafino, stres terjadi ketika terdapat ketidakharmonisan antara tuntutan situasional
dan sumber daya biopsikososial individu. Hal ini sesuai dengan data yang ditemukan
dalam survey, di mana beberapa faktor stres yang disebutkan oleh responden meliputi
perbedaan pendapat, egoisme, anggota pasif yang tidak mau bekerja sama, dan
ketidakcocokan dengan anggota kelompok. Ketidakmampuan anggota kelompok untuk
bekerja sama juga menjadi faktor stres yang signifikan, terutama ketika deadline tugas
yang ketat atau ketika tugas memiliki tingkat kompleksitas yang tinggi. Ketika faktor-
faktor stres ini terjadi dalam kelompok tugas mahasiswa, dapat timbul konflik personal
antara anggota kelompok. Konflik ini dapat memperburuk dinamika kelompok dan
mempengaruhi produktivitas serta kesejahteraan anggota kelompok. Selain itu, tekanan
dari dosen atau pembimbing juga dapat menjadi faktor stres yang mempengaruhi
dinamika konflik dalam kelompok.

Bagaimana peran komunikasi yang efektif dalam memitigasi dan menyelesaikan


konflik dalam kelompok tugas mahasiswa yang berada dalam tekanan dan situasi
stres?
Dalam konteks ini, komunikasi yang berlaku adalah komunikasi kelompok dan
komunikasi organisasi. Dalam kelompok tugas mahasiswa, peran komunikasi menjadi
sangat penting. Dalam teori komunikasi, komunikasi kelompok adalah komunikasi tatap

14
muka antara tiga orang atau lebih untuk mencapai tujuan bersama, seperti berbagi
informasi, pemeliharaan diri, atau pemecahan masalah. Berdasarkan data, 90,9%
responden menegaskan bahwa komunikasi efektif sangat penting dalam mengelola
konflik dalam kelompok. Mengacu pada teori komunikasi, komunikasi ini dapat berupa
komunikasi verbal atau nonverbal. Dalam konteks kelompok tugas, komunikasi verbal
biasanya dilakukan melalui diskusi tatap muka atau melalui telepon, sementara
komunikasi nonverbal bisa melalui pesan teks atau email. Selanjutnya, terkait perilaku
komunikasi, bisa dikatakan bahwa dalam kelompok tugas mahasiswa, terdapat
kombinasi antara komunikasi formal, nonformal, dan informal. Komunikasi formal
mungkin terjadi saat ada pembagian tugas atau diskusi terkait tugas yang diberikan oleh
dosen (sebagai "organisasi" dalam konteks ini). Komunikasi nonformal mungkin terjadi
saat ada diskusi informal mengenai tugas atau topik lain yang relevan, sementara
komunikasi informal mungkin terjadi saat anggota kelompok berinteraksi secara sosial
atau membicarakan topik non-akademik.
Dalam konteks manajemen konflik, strategi komunikasi yang diusulkan oleh responden
seperti:
 Mendengarkan kedua belah pihak dan memutuskan solusi terbaik.
 Melakukan komunikasi secara langsung.
 Mengadakan giliran untuk memberikan pendapat.
 Saling memaafkan saat terjadi konflik dan membicarakan masalah dengan baik-
baik.
 Melakukan tanya jawab dan diskusi seperti teman.
 Memanggil satu-persatu anggota secara bergilir untuk menyampaikan
pendapatnya.
 Melakukan diskusi sehingga semua anggota memiliki ruang untuk berpendapat.
Komunikasi ini membantu mencegah dan menyelesaikan konflik dengan
mempromosikan pemahaman dan kerjasama antara anggota kelompok. Secara umum,
hasil survei dan diskusi di atas menunjukkan bahwa pemahaman dan penerapan teori
komunikasi yang efektif dalam konteks kelompok tugas mahasiswa sangat penting
dalam memitigasi dan menyelesaikan konflik dalam kelompok tugas mahasiswa yang
berada dalam tekanan dan situasi stres. Dengan komunikasi yang efektif, kelompok
dapat bekerja secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan bersama mereka.

15
16
BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan
Hubungan antara kemampuan memahami orang lain dan tingkat self-awareness anggota
kelompok tugas mahasiswa dalam mengelola konflik dalam situasi stres sangatlah
penting. Kemampuan memahami orang lain dan tingkat self-awareness merupakan
konsep yang erat terkait dengan psikologi sosial dan teori kepemimpinan. Tingkat self-
awareness yang tinggi memungkinkan individu untuk memahami kekuatan, kelemahan,
nilai-nilai, tujuan, emosi, dan perilaku diri. Kemampuan memahami orang lain
melibatkan kemampuan membaca ekspresi wajah, gerakan tubuh, dan intonasi suara
untuk meningkatkan saling pengertian dan mengurangi potensi konflik.
Faktor-faktor stres yang paling mempengaruhi dinamika konflik dalam kelompok tugas
mahasiswa meliputi tidak terbaginya tugas dengan benar, perbedaan pendapat,
keegoisan, anggota pasif yang tidak mau bekerja sama, kurangnya inisiatif untuk
membantu, ketidaksesuaian pendapat antar anggota kelompok, ketidakcocokan antara
anggota kelompok, ketidakmampuan anggota kelompok untuk bekerja sama, deadline
yang ketat, kompleksitas tugas yang tinggi, dan konflik personal antara anggota
kelompok. Stres terjadi ketika terdapat ketidakharmonisan antara tuntutan situasional
dan sumber daya biopsikososial individu.
Gaya kepemimpinan yang efektif dalam penanganan konflik dalam kelompok tugas
mahasiswa yang mengalami tingkat stres yang tinggi adalah gaya kepemimpinan Laissez-
Fairedan. Gaya ini melibatkan partisipasi aktif dan keterlibatan bawahan dalam
pengambilan keputusan. Strategi yang diusulkan untuk pemimpin adalah mendengarkan
pendapat semua anggota, memberikan kebebasan berinisiatif, dan memahami anggota
kelompok. Namun, penting untuk memahami bahwa setiap situasi dan kelompok dapat
memiliki dinamika yang berbeda, sehingga pemimpin harus memahami konteks dan
kebutuhan kelompok secara spesifik.
Komunikasi yang efektif memainkan peran penting dalam memitigasi dan menyelesaikan
konflik dalam kelompok tugas mahasiswa yang berada dalam tekanan dan situasi stres.
Komunikasi kelompok, baik verbal maupun nonverbal, memungkinkan anggota
kelompok untuk berbagi informasi, memelihara diri, dan mencari pemecahan masalah
bersama. Strategi komunikasi yang diusulkan meliputi mendengarkan kedua belah
pihak, komunikasi langsung, memberikan kesempatan untuk memberikan pendepat,

17
memaafkan, saat terjadi konflik, melakukan diskusi, dan memberikan ruang bagi semua
anggota untuk berpendapat.

4.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dari penelitian di atas, beberapa saran dapat
diajukan sebagai berikut:
 Mahasiswa perlu meningkatkan kemampuan self-awareness dan memahami orang
lain. Hal ini dapat dilakukan melalui kegiatan introspeksi diri, pengembangan
kemampuan komunikasi interpersonal, dan peningkatan pemahaman terhadap
keberagaman dalam kelompok.
 Penting bagi mahasiswa yang menjadi pemimpin dalam kelompok tugas untuk
memahami gaya kepemimpinan yang efektif, terutama gaya kepemimpinan Laissez-
Fairedan. Pemimpin harus mengembangkan keterampilan dalam mengelola konflik,
mendengarkan pendapat semua anggota, memberikan kebebasan berinisiatif, dan
memahami anggota kelompok secara individu.
 Mahasiswa perlu menyadari faktor-faktor stres yang dapat mempengaruhi
dinamika konflik dalam kelompok tugas. Dengan mengetahui faktor-faktor tersebut,
mereka dapat mengantisipasi dan mengelola stres dengan lebih efektif, misalnya
dengan melakukan perencanaan tugas yang baik, mempromosikan kerja sama, dan
mengatur waktu secara efisien.
 Mahasiswa perlu mengembangkan keterampilan komunikasi yang efektif dalam
konteks kelompok tugas. Hal ini meliputi kemampuan mendengarkan dengan baik,
berkomunikasi secara langsung, memberikan kesempatan kepada semua anggota
untuk berpendapat, dan memahami pentingnya kerjasama dan pemecahan
masalah bersama.
 Dosen atau pembimbing perlu memberikan perhatian terhadap situasi stres yang
dialami mahasiswa dalam kelompok tugas. Mereka dapat memberikan panduan,
dukungan, dan bimbingan yang diperlukan untuk membantu mahasiswa mengatasi
konflik dan stres dengan lebih baik.
 Penelitian lebih lanjut dapat dilakukan untuk menggali faktor-faktor lain yang
mempengaruhi dinamika konflik dalam kelompok tugas mahasiswa, serta untuk
menguji efektivitas strategi penanganan konflik yang berbeda dalam konteks yang
lebih luas.

18
Dengan mengimplementasikan saran-saran di atas, diharapkan mahasiswa dapat
mengelola konflik dengan lebih baik dalam kelompok tugas, meningkatkan kerjasama,
dan mencapai tujuan bersama secara efektif.

19
DAFTAR LAMPIRAN

Gambar 1 Pertanyaan kuisioner data diri

Gambar 2 Pertanyaan kuisioner tentang konflik

iv
Gambar 3 Pertanyaan kuisioner tentang stress

v
Gambar 4 Pertanyaan kuisioner tentang kepemimpinan (i)

Gambar 5 Pertanyaan kuisioner tentang kepemimpinan (ii)

vi
Gambar 6 Pertanyaan kuisioner tentang komunikasi

Gambar 7 Pertanyaan kuisioner tentang self-awareness

vii
DAFTAR PUSTAKA

Arwin, A., Ciamas, E. S., Siahaan, R. F. B., Vincent, W., & Rudy, R. 2019. "Analisis Stress
Kerja Pada PT. Gunung Permata Valasindo Medan." In Seminar Nasional
Teknologi Komputer & Sains (SAINTEKS), Vol. 1, No. 1.
Brooks, R., & Goldstein, S. 2009. Rahasia Tahan Banting Memandu Anda Menjadi Pribadi
Tangguh dan Mudah Sukses. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.
Goleman, D. 1997. Emotional Intelligence. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Goleman, D. 2001. Emotional Intelligence. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Henry, R., & Ongori, P. 2009. "Organizational Conflict and its Effects on Organizational
Performance." Research Journal of Management, 2(1): 16-24.
Khairunnisa, H. 2017. "Self Esteem, Self-Awareness Dan Perilaku Asertif Pada Remaja."
Retrieved March 13, 2023, from https://eprints.umm.ac.id/43485/.
Lazarus, R., & Lazarus, B. 1994. Passion and Reason: Making Sense of Our Emotions. New
York: Oxford University Press.
Mattayang, B. 2019. "Tipe Dan Gaya Kepemimpinan: Suatu Tinjauan Teoritis." JEMMA |
Journal of Economics, Management, and Accounting, 2(2): 45.
https://doi.org/10.35914/jemma.v2i2.247
Mullins, L. J. 2005. Management and Organisational Behaviour. England: Pearson
Education Limited.
Kadarusman, D. 2012. Natural Intelligence Leadership: Cara Pandang Baru Terhadap
Kecerdasa dan Karakter Kepemimpinan. Jakarta: Raih Asa Sukses.
Yudiaatmaja, F. 2013. "KEPEMIMPINAN: KONSEP, TEORI DAN KARAKTERNYA," 12(220).
https://doi.org/https://doi.org/10.23887/mkfis.v12i2.1681
Pohan, D. D., & Fitria, U. S. 2021. "Cybernetics: Journal Educational Research and Social
Studies," 2(3). https://pusdikra-publishing.com/index.php/jrss
Rahadi, P. F., Adityawan, O., Prihandayani, A. K., & Handoko, W. 2022. "Perancangan
Buku Interaktif Sebagai Media Manajemen Stres Pada Fase Quarter-Life Crisis."
Wacadesain, 3(2): 92-101. https://doi.org/10.51977/wacadesain.v3i2.918
Sarafino, E. P., & Smith, T. W. 2020. Health Psychology: Biopsychosocial Interactions.
Wiley Global Education.
Slocum M, Hellriegel C. 2007. "Technostress in The Workplace: Managing Stress in The
Electronic Workplace." Journal American Academy of Business.

viii
PROPORSI PENGERJAAN TUGAS BESAR

Nama Bagian
Ahmad Fauzi BAB 1, BAB 2(Kepemimpinan,
Komunikasi), BAB 3, BAB 4
M. Rafi Syihan BAB 1, BAB 2(Memahami orang lain,
self-awareness), BAB 3, BAB 4
I Putu Bagus W.W.P BAB 1, BAB 2(Stress, konflik), BAB 3,
BAB 4

ix

Anda mungkin juga menyukai