Anda di halaman 1dari 56

JAWABAN UJIAN AKHIR SEMESTER 2021

BERPIKIR SISTEM

DISUSUN OLEH :

20042010115/Iasa Nur Firdausi/A/

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI BISNIS

FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU POLITIK

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA


TIMUR

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang dengan Rahmat dan Hidayah-
Nya, saya dapat menyelesaikan tugas paper pada program studi Ilmu
Administrasi Bisnis mata kuliah Berpikir Sistem ini. Dalam kesempatan ini
saya ingin mengucapkan terimakasih kepada Ibu Lisa selaku dosen
pengampu mata kuliah Berpikir Sistem yang telah memberikan bimbingan
kepada saya sehingga paper ini berhasil dibuat.

Saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi


pembaca, saya pun menyadari bahwa di dalam makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya
mengharapkan adanya kritik dan saran demi perbaikan makalah yang akan
saya buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.

Mudah-mudahan makalah sederhana ini dapat dipahami oleh semua


orang khususnya bagi para pembaca. Dan semoga makalah yang telah
dibuat kiranya dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan
dan bagi para pembacanya.

Surabaya, 19 Desember 2021

Iasa Nur Firdausi

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI......................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG....................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH...............................................................5
1.3 TUJUAN.....................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................8
2.1 PERMODELAN BERPIKIR SISTEM..........................................8
2.2 MENTAL MODEL BERPIKIR SISTEM.......................................8
2.3 PEMECAHAN MASALAH BERPIKIR SISTEM..........................13
BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN.......................................16
3.1 PERMODELAN BERPIKIR SISTEM.........................................16
3.2 MENTAL MODEL BERPIKIR SISTEM......................................31
3.3 PEMECAHAN MASALAH BERPIKIR SISTEM.........................42
BAB IV KESIMPULAN...................................................................51
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................53

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berpikir merupakan kemampuan alamiah yang dimiliki


manusia sebagai pemberian berharga dari Allah SWT. Dengan
kemampuan inilah manusia memperoleh kedudukan mulia di sisi-
Nya yang membedakannya dengan makhlukmakhluk ciptaan Allah
SWT lainnya. Berpikir adalah satu keaktifan pribadi manusia yang
mengakibatkan penemuan yang terarah kepada suatu tujuan.

Proses berpikir juga merupakan suatu kegiatan mental untuk


membangun dan memperoleh pengetahuan. Dalam suatu proses
pembelajaran, kemampuan berpikir peserta didik dapat
dikembangkan dengan memperkaya pengalaman yang bermakna
melalui persoalan pemecahan masalah.

Pernyataan tersebut sejalan dengan apa yang dikemukakan


oleh Tyler (Mayadiana, 2005) mengenai pengalaman atau
pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk memperoleh keterampilan-keterampilan dalam pemecahan
masalah, sehingga kemampuan berpikirnya dapat dikembangkan.
Betapa pentingnya pengalaman ini agar peserta didik mempunyai
struktur konsep yang dapat berguna dalam menganalisis serta
mengevaluasi suatu permasalahan.

Berfikir sistem adalah suatu proses untuk memahami suatu


fenomena dengan tidak hanya memandang dari satu atau dua sisi
tertentu. Dalam berfikir sistem ini, juga dapat dilihat adanya satu
kesatuan yang terdiri dari komponen-komponen seperti atasan,

1
bawahan, klega, dan pihak terkait lainnya. Masing-masing
komponen ini memiliki kontribusi terhadap tujuan sistem.

Namun perlu disadari bahwa satu bagian komponen tidak


akan dapat berdiri sendiri dalam mencapai tujuan organisasi. Dalam
hal ini, interaksi, kerja sama, dan komunikasi yang baik
antarkomponen, antarpimpinan, bawahan, kolega, dan yang lainnya,
mutlak dibutuhkanSalah satu kemampuan berpikir yang termasuk ke
dalam kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah kemampuan
berpikir kritis. Ada empat alasan yang dikemukakan oleh Wahab
(1996), mengenai perlunya dibiasakan mengembangkan
kemampuan berpikir kritis, yakni:

1) Tuntutan zaman yang menghendaki warga negara dapat mencari,


memilih, dan menggunakan informasi untuk kehidupan
bermasyarakat dan bernegara,
2) Setiap warga negara senantiasa berhadapan dengan berbagai
masalah dan pilihan sehingga dituntut mampu berpikir kritis dan
kreatif,
3) Kemampuan memandang sesuatu dengan cara yang berbeda dalam
memecahkan masalah,
4) Berpikir kritis merupakan aspek dalam memecahkan permasalahan
secara kreatif agar peserta didik dapat bersaing secara adil dan
mampu bekerja sama dengan bangsa lain.

Dilihat dari manfaat pemikiran sistemik, pemikiran sistemik


sangat penting untuk diterapkan dalam dunia kesehatan. Masukan
(input) dalam pelayanan kesehatan adalah masyarakat yang
membutuhkan pelayanan kesehatan. Dalam proses pelayanan
kesehatan erat kaitannya dengan pemerintah, sistem kesehatan,
infrastruktur kesehatan, peratuaran dan panduan, dan sebagainya.
Hasil pelayanan kesehatan mencakup status kesehatan masyarakat
dan ketersediaan pelayanan kesehatan.

2
Dalam dunia bisnis, seperti pada dunia pemasaran misalnya,
kian menyadari bahwa ada kategori baru dalam ilmu pemasaran
akibat meledaknya layanan social media internet seperti facebook
atau twitter, yaitu social media marketing. Kategori ini timbul berbasis
kepada pemahaman bahwa pengambilan keputusan pembelian
ternyata tergantung pula kepada apa yang dibeli oleh teman kita.

Keterhubungan dengan teman yang semakin mudah terjalin


via media sosial, menciptakan kebutuhan ahli pemasaran untuk lebih
mengetahui dinamika komunikasi virtual dan pengaruhnya kepada
pengambilan keputusan untuk membeli suatu merk. Padahal 10
tahun yang lalu, mereka hanya berfokus kepada pengambilan
keputusan saja, yang dapat dipengaruhi oleh iklan di media massa.
Siapa yang menduga, ada sebuah perusahan berbasis internet,
yang namanya jika ditanyakan sebelum tahun 2005, tidak dikenal
orang.

Sebuah jejaring pertemanan yang tadinya hanya karena


tetangga, teman sekolah dan teman kantor, bisa meledak menjadi
ratusan bahkan ribuan. Coba anda tanyakan rekomendasi merek
untuk kebutuhan anda di status anda, maka teman-teman virtual ini
bisa merespons dengan berbagai rekomendasi pro dan kontra
berbagi merk yang ada dipasaran.

Kompleksitas akibat konektivitas, membuat pendekatan


mekanistis tidak cocok digunakan karena tidak memberikan fokus
yang lebih terhadap konektivitas, tetapi hanya kepada komponen.
Namun bukan berarti pendekatan ini tidak baik, tergantung dengan
kecocokan permasalahan yang dihadapi. Harus disadari pula bahwa
tidak semua permasalahan adalah kompleks, baik secara detail
maupun dinamis. Permasalahan yang kompleks biasanya lebih
terlihat tidak beraturan, tidak mengikuti sebuah pola umum yang
biasa atau berulang-ulang terjadi seandainya tidak diselesaikan

3
pada tingkat strukturnya. Ciri-ciri ini berasal dan merupakan akibat
kompleksitas dari struktur konektivitas permasalahannya
(Gharajedaghi 2006).

Dengan demikian, untuk permasalahan komples kita tidak lagi


bisa mengandalkan pemecahan masalah berbasis hanya kepada
komponennya, namun juga mempertimbangkan hubungan antar
komponen. Sehingga untuk ini ada 3 tahap yang harus bisa kita
mulai untuk mengubah fokus permasalahan:

1. Tahap pertama adalah mengubah fokus yang tadinya dari output


kejadian kepada proses
2. Tahap kedua adalah mengubah fokus proses kepada pola
3. Tahap kedua adalah mengubah fokus pola ke struktur yang
menimbulkan pola dan kejadian tersebut.

Tahap pertama, yaitu mengubah fokus dari kejadian kepada


proses adalah untuk mendorong analisa kita untuk melihat apa yang
ada dibelakang layar. Ketika kita melihat masalah kita tidak terjebak
hanya untuk melihat masalahnya saja, tapi proses penyebab dari
permasalahan tersebut. Banyak sekali diantara kita yang biasanya
lebih berfokus kepada output, tanpa mau mengeksplorasi
bagaimana proses yang mengakibatkan output tersebut.

Tahap kedua melanjutkan tahap pertama, karena seiring


dengan fokus kita melihat dan memahami proses maka kita bisa
mendapatkan dan memprediksi adanya pola output kejadian seiring
dengan berjalannya proses. Pola-pola itu misalnya :

 Ternyata masalah saat ini sebenarnya merupakan eskalasi dari


masalah sebelumnya, namun belum terdeteksi, sehingga jika proses
tidak berubah maka masalah akan meningkat terus.

4
 Ternyata ketika kita mengubah beberapa hal didalam proses, output
yang dihasilkan juga berubah. Jika perubahan ini dilakukan dalam
suatu rentang tertentu, maka sebuah pola kejadian bisa muncul.
 Ternyata ketika output berubah, proses juga mengalami perubahan
yang mengakibatkan output akan berubah secara permanen.

Tahap ketiga adalah berarti proses tidak cukup, karena kita


perlu mengidentifikasikan perubahan yang mungkin terjadi kepada
proses, artinya perlu diidentifikasikan input yang dibutuhkan, serta
bagaimana semua terhubung melalui umpan-balik. Karena setiap
proses tentu akan membutuhkan input, dan yang akan mengontrol
jalannya input dan proses adalah sebuah mekanisme umpan balik
dari output maupun dari proses.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah disampaikan di atas, rumusan


masalah terkait dengan penjelasan tersebut antara lain :

Materi pertama : Permodelan Berpikir Sistem

1. Apa pengertian pemodelan berpikir sistem?


2. Bagaimana Ruang Lingkup Pemodelan?
3. Bagaimana optimasi pemodelan berpikir sistem?
4. Bagaimana simulasi pemodelan berpikir sistem?
5. Bagaimana pengantar pemodelan sistem dinamis?

Materi kedua : Mental Model Berpikir Sistem

1. Apa pengertian mental model?


2. Bagaimana pembentukan mental model?
3. Bagaimana mental model dan organisasi?
4. Bagaimana mental model dan pemimpin?
5. Bagaimana makna pemahaman mental model?

5
6. Bagaimana mental model sebagai helm pikiran?

Materi ketiga : Pemecahan Masalah Berpikir Sistem

1. Apa saja bekal untuk memecahkan masalah?


2. Bagaimana proses pemecahan masalah berpikir sistem?
3. Bagaimana cara menyamakan presepsi tentang Analisa?
4. Apa saja perbedaan analisa dan analisa sistem?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dalam pembuatan tugas paper ini adalah sebagai


berikut :

Materi 1 : Pemodelan Berpikir Sistem

1. Agar Mengetahui pengertian dari pemodelan berpikir sistem


2. Agar mengetahui Ruang Lingkup Pemodelan
3. Agar mengetahui optimasi pemodelan berpikir sistem
4. Agar mengetahui simulasi pemodelan berpikir sistem
5. Agar mengetahui pengantar pemodelan sistem dinamis

Materi 2 : Mental Model Berpikir Sistem

1. Untuk mengetahui mental model


2. Untuk memahami pembentukan mental model
3. Untuk memahami mental model dan organisasi
4. Untuk memahami mental model dan pemimpin
5. Agar mengetahui makna pemahaman mental model
6. Agar mengetahui mental model sebagai helm pikiran

Materi 3 : Pemecahan Masalah Berpikir Sistem

1. Untuk mengetahui bekal untuk memecahkan masalah


2. Untuk mengetahui cara menyamakan presepsi tentang Analisa
3. Agar memahami proses pemecahan masalah berpikir sistem

6
4. Agar memahami perbedaan analisa dan analisa sistem

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pemodelan Berpikir Sistem

Sistem dalam ruang lingkup pemodelan sistem didefinisikan


sebagi sistem riil(nyata), yaitu objek dunia nyata yang akan
dimodelkan. Sistem didefinisikan sebagai sebuah entitas objek
dengan tujuan tertentu yang komponennya berinteraksi dalam
sebuah pola terstruktur sehingga yang komponennya berinteraksi
dalam sebuah pola terstruktur sehingga memiliki sebuah ciri utuh
yang bisa berbeda dengan hanya penjumlahan komponennya.

Sistem merupakan suatu keseluruhan yang terdiri dari dua


atau lebih bagian yang masing-masing dapat mempengaruhi sifat
atau kinerja dari seluruhnya. Tidak ada yang mempunyai efek
independen secara keseluruhan. Selain itu dikatakan juga bahwa
sistem tidak dapat dibagi menjadi bagian-bagian independen
ataupun subkelompok secara keseluruhan (Ackoff,1994).

Dari definisi yang dikatakan oleh para ahli yang bisa


disimpulkan bahwa sistem merupakan kesatuan komponen atau
entitas yang saling berinteraksi dalam kondisi tertentu untuk
mencapai tujuan tertentu.

2.2 Mental Model Berpikir Sistem

Pada bab tinjauan pustaka ini akan dibahas tentang mental


model yang merupakan salah satu dari Teori Lima Disiplin yang
diidentifikasikan oleh Peter Senge dan merupakan kunci
keberhasilan untuk mencapai keberhasilan organisasi.

8
- Personal mastery (keahlian pribadi)

Belajar untuk memperluas kapasitas personal dalam


mencapai hasil kerja yang paling diinginkan, dan menciptakan
lingkungan organisasi yang menumbuhkan seluruh anggotanya
untuk mengembangkan diri mereka menuju pencapaian sasaran dan
makna bekerja sesuai dengan harapan yang mereka pilih.

Organisasi pembelajar hanya terjadi melalui individu yang


belajar. Pembelajaran individu tidak menjamin pembelajaran
organisasi. Tapi tanpa itu tidak terjadi pembelajaran organisasi.
Penguasaan pribadi adalah disiplin terus memperjelas dan
memperdalam visi pribadi kita, memfokuskan energi kita,
mengembangkan kesabaran, dan melihat realitas obyektif.
Melampaui kompetensi dan keterampilan, meskipun melibatkan
mereka. Melampaui pembukaan rohani, meskipun melibatkan
pertumbuhan rohani. Penguasaan dipandang sebagai jenis khusus
dari kemahiran. Ini bukan tentang dominasi, melainkan sebuah
keterpanggilan. Visi adalah panggilan bukan hanya sekedar ide yang
baik.

Orang dengan penguasaan pribadi tingkat tinggi hidup dalam


modus belajar terus menerus. Kadang-kadang, bahasa seperti
penguasaan pribadi ‘istilah menciptakan rasa menyesatkan terhadap
kepastian. Tapi penguasaan pribadi bukanlah sesuatu yang Anda
miliki. Ini adalah sebuah proses. Ini adalah disiplin seumur hidup.
Orang dengan penguasaan pribadi tingkat tinggi sangat sadar akan
kebodohan mereka, ketidakmampuan mereka, daerah pertumbuhan
mereka. Namun mereka sangat percaya diri.

- Mental models (model mental)

Ini adalah ‘asumsi yang tertanam, generalisasi, atau bahkan


gambar dan gambar yang mempengaruhi bagaimana kita

9
memahami dunia dan bagaimana kita mengambil tindakan. Kita
sering tidak menyadari dampak dari asumsi seperti pada perilaku kita
– dan, dengan demikian, bagian mendasar dari tugas kita adalah
untuk mengembangkan kemampuan untuk mencerminkan tindakan.

Disiplin model mental dimulai dengan memutar cermin diri;


belajar untuk menggali gambar internal kita dari dunia, untuk
membawa mereka ke permukaan dan menahan mereka secara ketat
untuk pemeriksaan. Hal ini juga termasuk kemampuan untuk
melakukan ‘learningful’, di mana orang mengungkapkan pemikiran
mereka sendiri secara efektif dan membuat berpikir terbuka terhadap
pengaruh orang lain.

Jika organisasi adalah untuk mengembangkan kapasitas


untuk bekerja dengan model mental maka akan diperlukan bagi
orang untuk belajar keterampilan baru dan mengembangkan
orientasi baru, dan untuk mereka untuk menjadi perubahan
institusional yang mendorong perubahan tersebut. ‘Mental model
yang sudah berdiri kuat menggagalkan perubahan yang dapat
berasal dari sistem pemikiran. Proses bercermin, sinambung
memperjelas, dan meningkatkan gambaran diri kita tentang dunia
luar, dan melihat bagaimana mereka membentuk keputusan dan
tindakan kita.

- Shared vision (visi bersama)

Membangun rasa komitmen dalam suatu kelompok, dengan


mengembangkan gambaran bersama tentang masa depan yang
akan diciptakan, prinsip dan praktek yang menuntun cara kita
mencapai tujuan masa depan tersebut.

Jika ada satu ide tentang kepemimpinan telah mengilhami


organisasi selama ribuan tahun, tentunya itu adalah tentang
gambaran masa depan yang dapat kita buat. Visi itu memiliki

10
kekuatan untuk meningkatkan iman dan untuk mendorong
eksperimentasi dan inovasi.

Senge berpendapat bahwa itu juga dapat menumbuhkan


kukuatan jangka panjang, yang merupakan dasar dari ‘disiplin kelima
dalam bukunya. Praktek visi bersama melibatkan keterampilan
menggali bersama ‘gambar masa depan’ bahwa komitmen adalah
motif dasar manusia bukan hanya karena kepatuhan seseorang.

Visi menyebar karena ada proses penguatan. Ada


peningkatan kejelasan, antusiasme dan komitmen yang menular
pada orang lain dalam organisasi. ‘Sebagaimana orang berbicara,
visi tumbuh lebih jelas. Karena mendapat lebih jelas, antusiasme
untuk manfaatnya tumbuh.

Ada‘batas-batas pertumbuhan’ dalam hal ini, tetapi


mengembangkan jenis-jenis model mental yang diuraikan di atas
dapat secara signifikan memperbaiki masalah. Dimana organisasi
dapat melampaui cara pikir linier dan memahami sistem pemikiran
yang luas maka ada kemungkinan membawa visi ke sebuah hasil.

- Team learning (pembelajaran tim)

Pembelajaran dapat dianggap sebagai ‘proses


menyelaraskan dan mengembangkan kapasitas tim untuk
menciptakan hasil yang anggotanya sungguh-sungguh
menginginkannya. Ini didasarkan pada penguasaan pribadi dan visi
bersama tetapi ini tidak cukup.

Orang harus mampu untuk bertindak bersama-sama. Ketika


tim belajar bersama, Peter Senge menunjukkan, tidak hanya akan
ada hasil yang baik bagi organisasi, anggota akan tumbuh lebih
cepat dari yang bisa saja terjadi sebaliknya.

11
Disiplin belajar tim dimulai dengan ‘dialog’, kapasitas anggota
tim untuk menangguhkan asumsi dan masuk ke dalam suatu
kesatuan berpikir bersama. Bagi orang Yunani dialog artinya logos
yang berarti bebas mengalir jika makna melalui kelompok, yang
memungkinkan kelompok untuk menemukan wawasan dan tidak
dicapai secara individual. Itu juga mencakup belajar bagaimana
mengenali pola-pola interaksi dalam tim yang melemahkan belajar.

Senge berpendapat, ada kemungkinan untuk menciptakan


bahasa yang lebih cocok untuk menangani kompleksitas, dan
berfokus mendalam pada masalah struktural bukannya dialihkan
oleh pertanyaan dari gaya kepribadian dan kepemimpinan. Memang
sepertinya ada penekanan pada dialog dalam karyanya sehingga
hampir bisa diletakkan di samping sistem berpikir sebagai fitur
sentral dari pendekatannya.

Mentransformasikan pembicaraan dan keahlian berpikir


(thinking skills) sehingga suatu kelompok dapat secara sah
mengembangkan otak dan kemampuan yang lebih besar
dibandingkan ketika masing-masing anggota kelompok bekerja
sendiri.

- System thinking (berpikir sistem)

Cara pandang, cara berbahasa untuk menggambarkan dan


memahami kekuatan dan hubungan yang menentukan perilaku dari
suatu sistem. Suatu pandangan cemerlang Peter Senge adalah cara
dimana ia menempatkan teori sistem untuk bekerja. Berpikir sistemik
adalah landasan konseptual (The Fifth Discipline) dari
pendekatannya. Ini merupakan disiplin yang mengintegrasikan
orang lain, menggabungkan mereka menjadi suatu tubuh yang
koheren antara teori dan praktek.

12
Kemampuan sistem teori untuk memahami dan mengatasi
keseluruhan, dan untuk memeriksa keterkaitan antara bagian-bagian
yang menyediakan, baik insentif dan sarana untuk mengintegrasikan
disiplin ilmu. Peter Senge berpendapat bahwa salah satu masalah
utama yang banyak yang ditulis, dan dilakukan atas nama
manajemen, adalah bahwa kerangka kerja yang agak sederhana
diterapkan untuk sebuah sistem yang kompleks.

Orang cenderung untuk berfokus pada bagian parsial


daripada melihat keseluruhan, dan gagal untuk melihat organisasi
sebagai proses dinamis. Dengan demikian argumen tidak berjalan,
apresiasi yang lebih baik dari sistem akan tidak mengarah pada
tindakan yang lebih tepat.

Peter Senge mendukung penggunaan ‘sistem peta’ diagram


yang menunjukkan elemen kunci dari sistem dan bagaimana mereka
terhubung. Orang perlu melihat masalah sistem, dan dibutuhkan
kerja untuk memperoleh blok bangunan dasar dari teori sistem, dan
menerapkannya pada organisasi. Di sisi lain, kegagalan untuk
memahami dinamika sistem dapat membawa organisasi ke dalam
‘siklus menyalahkan dan membela diri: musuh selalu ada di luar
sana, dan masalah selalu disebabkan oleh orang lain.

2.3 Pemecahan Masalah Berpikir Sistem

A. Definisi pemecahan masalah

Dalam Kamus Besar Indonesia “masalah adalah sesuatu


yang harus diselesaikan atau di pecahkan”. Masalah dapat di artikan
sebagai sesuatu yang mengganjal dan belum dapat dipecahkan
ataupun jarak yang ada antara harapan dan kenyataan dan harus
menemukan sebuah solusi. Pemecahan masalah dapat dikenal juga
sebagai problem solving yang berasal dari Bahasa Inggris yang

13
terdiri dari kata problem yang berarti masalah dan kata solve yang
berarti pemecahan masalah.

B. Proses pemecahan masalah

(Woolfolk, 2010) mengemukakan bahwa dalam pemecahan


masalah ada 4 langkah yang dapat ditempu yaitu:

 Memahami masalah, Langkah pertama dalam pemecahan


masalah yaitu memahami dahulu apa masalahnya.
 Menyeleksi solusi, setelah menentukan akar masalah yang
sedang dihadapi maka langka selanjutnya yaitu menentukan
rencana.
 Memutuskan rencana, pada Langkah ini ditandai dengan
pemilihan suatu rencana yang matang untuk memecahkan suatu
masalah. Memutuskan suatu masalah suatu rencana berarti telah
mempertimbangkan semua kemungkinan dari masing – masing
solusi yang ada dan memilih solusi yang di anggap terbaik dari
sekian banyaknya solusi yang sudah ada.

C. Strategi pemecahan masalah

Pada proses pemecahan masalah sangat ditentukan oleh


kemampuan untuk berpikir terarah, disisi lain untuk dapat
memecahkan masalah diperlukan penyusunan strategi. Strategi
umum dalam memecahkan persoalan yaitu:

Strategi menyeluruh, persoalan dipandang sebagai suatu


keseluruhan dan coba dipecahkan dalam rangka keseluruhan.
Strategi ini lebih efektif, lebih cepat dan berguna apabila waktu yang
dimiliki sangat terbatas, dikarenakan hal-hal yang sama pada
beberapa bagian dapat diatasi sekaligus.

14
Strategi detailistis, disini persoalan dibagi-bagi dalam bagian-
bagian dan coba dipecahkan bagian demi bagian.

D. Teknik pemecahan masalah

Mengerti akan konsep Bahasa, dimana Bahasa dalam


hubungannya dengan perkembanagan berbicara berfungsi sebagai
instrument, regulasi, interpersonal, personal, heuristic, imaginative
dan informatif. Berbicara dan atau berbahasa dapat dilakukan
secara lisan, tulisan atau isyarat, manusia mengucapkan kata – kata
dan kalimat dengan cara tertentu dan setiap cara berbicara
memberikan arti tersendiri.

Pengertian Bahasa, definisi fungsional Bahasa adalah alat


yang dimiliki Bersama untuk mengucapkan suatu gagasan. Definisi
formal, Bahasa sebagai semua kalimat yang terbayangkan yang
dapat dibuat menurut peraturan tata Bahasa. Perkembangan
Bahasa merupakan proses yang majemuk, yaitu membantu
mengorganisasi presepsi, mengarahkan berpikir, mengontrol
tindaka, membantu ingatan dan mengubah emosional.

Dapat mengerti hubungan antara berfikir, berbicara dan


berbahasa disini terjadi melalui proses kerja otak dalam bentuk
pikiran yang diproses ke dalam Bahasa dan direalisasikan dalam
berbicara.

15
BAB III

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

MATERI PERTAMA

3.1 Pemodelan Berpikir Sistem

3.1.1 Arti Pemodelan Sistem

Sistem dalam ruang lingkup pemodelan sistem didefinisikan


sebagai sistem riil (nyata), yaitu obyek dunia nyata yang akan
dimodelkan. Sistem didefinisikan sebagai sebuah entitas obyek
dengan tujuan tertentu yang komponennya berinteraksi dalam
sebuah pola terstruktur sehingga memiliki sebuah ciri utuh yang bisa
berbeda dengan hanya penjumlahan komponennya.

Penggunaan kata sistem diberikan karena dalam proses


pemodelan kita harus mampu memecah obyek menjadi
komponennya, mencari fungsi dan hubungan antar komponen, dan
mendefinisikan tujuan hubungan. Beberapa proses yang
berhubungan erat dengan definisi sistem di atas.

Model adalah sebuah representasi dari sistem yang memiliki


sebagian besar atau beberapa karakteristik dari sistem aslinya.
Sebuah model pasti tidak selengkap sistem, karena jika sebuah
model selengkap sistem, maka model tersebut adalah sistem
sesungguhnya. Pengertian ini penting kita ingat ketika kita akan
melakukan verifikasi dan validasi dari sistem ini nantinya.

Pemodelan Sistem adalah sebuah proses untuk menyusun


sebuah model dari sistem nyata. Pemodelan harus mengikuti
metodologi dan kaidah-kaidah tertentu, karena hasil model akan
menjadi basis pengambilan keputusan pada dunia nyata. Sebuah

16
model yang salah akan memberikan dukungan pengambilan
keputusan yang salah sehingga beresiko tinggi untuk menghasilkan
keputusan yang salah.

Simulasi Sistem adalah ketika model diujicoba di dalam


sebuah situasi yang mirip dengan dunia nyata hasil dari alternatif
keputusan yang diambil. Simulasi juga memiliki kaidah-kaidah
tertentu karena hasil dari simulasi juga menjadi basis pengambilan
keputusan pada dunia nyata. Ini karena asumsi dasar bahwa hasil
simulasi dari sebuah model dunia nyata, akan sama dengan hasil
pada dunia nyata pada keputusan yang sama.

Pemodelan sistem adalah proses membangun atau


membentuk sebuah model dari suatu sistem nyata dalam bahasa
formal tertentu. Untuk memodelkan suatu sistem maka kita perlu
tahu gambaran permasalahan yang ada serta hubungan antar
komponen, variabel dan parameter-parameter sistemnya. Sehingga
agar kita dapat memodelkan suatu masalah yang rumit maka kita
memerlukan suatu metode untuk menggambarkan suatu situasi.

Karakteristik daripada Pemodelan Sistem, adalah sebagai


berikut :

 Dibuat dalam bentuk grafis dan tambahan keterangan secara


tekstual.
 Dapat diamati dengan pola top-down dan partitioned.
 Memenuhi persyaratan minimal redundancy.
 Dapat mempresentasikan tingkah laku sistem dengan cara yang
transparan.

3.1.2 RUANG LINGKUP PEMODELAN SISTEM

17
Dalam pencarian pengambilan keputusan terbaik maka
pemodelan sistem dapat dibagi menjadi dua dukungan: langsung
(pendekatan optimasi) atau tidak langsung (pendekatan simulasi).
Dukungan langsung berarti pemodelan sistem dilakukan untuk
mendapatkan hasil terbaik, sedangkan dukungan tidak langsung
berbarti pemodelan sistem memberikan pemahaman yang lebih baik
kepada permasalahan kompleks sehingga suatu keputusan optimal
dapat dipilih.

Alasan membedakan dukungan langsung dan tidak langsung


antara lain:

 Tidak semua permasalahan dapat dengan mudah didefinisikan


untuk dicari solusinya secara langsung.
 Tidak semua permasalahan dapat dengan benar dapat
dimodelkan akibat keterbatasan data yang tersedia atau
kemampuan pemodelannya.
 Terkadang terdapat sistem yang berubah sangat drastis
sehingga data-data lampau sebenarnya tidak lagi relevan untuk
dijadikan patokan untuk melakukan analisa.

3.1.3 OPTIMASI

Pendekatan optimasi merupakan pendekatan klasik dalam


dukungan kuantitatif berpikir sistem. Bertumpu kepada konsep Input-
Proses-Output-Umpan Balik, maka dalam optimasi memiliki konsep
variabel eksogen dan endogen. Variabel eksogen adalah variabel
yang tidak dipengaruhi oleh kalkulasi yang terjadi di dalam model.
sedangkan Variabel endogen adalah variabel yang berubah akibat
kalkulasi yang terjadi di dalam model. Perubahan ini biasanya
didorong oleh adanya perubahan variabel eksogen yang menjadi
input atau constraint (pembatas) dalam model yang disusun.

18
Komponen-komponen dalam optimasi, seperti: jenis variabel,
konstanta pembatas, output dan input serta prosesproses yang
harus dibuat persamaannya, menuntut pendefinisian yang jelas dari
problemnya. Perubahan ini biasanya didorong oleh adanya
perubahan variabel eksogen yang menjadi input atau constraint
(pembatas) dalam model yang disusun. Komponen-komponen
dalam optimasi, seperti: jenis variabel, konstanta pembatas, output
dan input serta prosesproses yang harus dibuat persamaannya,
menuntut pendefinisian yang jelas dari problemnya.

Pendefinisian yang jelas dari komponen biasanya didapatkan


pada permasalahan yang bersifat operasional. Permasalahan
operasional masih mengandung banyak sekali komponen kuantitatif
dibagikan permasalahan strategis. Mirip dengan 7 tools dan 7 new
tools dalam manajemen kualitas, 7 new tools sering disebut 7
management tools, karena lebih cocok digunakan pada tingkatan
strategis dimana permasalahan lebih bersifat kualitatif dan lebih
sering harus dimulai pada pendefinisian masalah.

Kebutuhan tinggi terhadap data historis sebagai basis dalam


menentukan pola prediksi hasil dari model membuat pendekatan
optimasi hanya cocok dilakukan untuk prediksi jangka pendek.
Sensitivitas terhadap data historis yang diinput membuat gangguan
eksogen terjadi diluar dari “kebiasaan” data historisnya maka output
yang dihasilkan tidak berbeda banyak karena model tidak memiliki
memori tentang bagaimana seharusnya hasil tersebut didapatkan.

Pendekatan optimasi mencakup berbagai pendekatan seperti


programa matematis, heuristik dan meta-heuristik. Model programa
matematis menyusun kumpulan persamaan matematis dari variabel
dan konstanta yang diambil dari topik permasalah sedemikian rupa
sehingga tujuan, syarat, kondisi dan batasan terakomodir dalam
programa tersebut. Persamaan yang disusun biasanya terdapat

19
sebuah fungsi tujuan dengan fungsi-fungsi batasan. Bentuk
persamaan ini bisa berupa programa linier, programa integer,
programa non-linear, programa stokastik dan lain-lain.

Penentuan programa yang tepat bisa tergantung dari


karakteristik permasalahan, yang dibahas kemudian.Pendekatan
heuristik adalah pendekatan berbasis kepada “pengalaman” sebagai
penyelesaian masalah. Kata heuristik sendiri berarti aturan ibu jari
(rule of thumb), berati sebuah perkiraan cerdas (educated guess),
penilaian berbasis intuisi atau hanya masuk akal. Aturan ibu jari
menunjukkan aplikasi penyelesaian yang tidak akurat dan handal
untuk semua situasi masalah, karena intuisi bisa berubah bahkan
masuk akal bisa berubah (ingat ada masa manusia berpikir bahwa
dunia tidak bulat).

Pendekatan meta-heuristik menggunakan konsep


“pengalaman” pada heuristik dengan menyeleksi pengalaman-
pengalaman penyelesaian masalah sebelumnya sehingga
didapatkan pengalaman solusi terbaik. Sebuah prosedur internal
disusun untuk melakukan dugaan awal kemudian melakukan literasi
berikutnya sehingga mendapatkan peningkatan kualitas solusi
sehingga didapatkan solusi terbaik. Dengan bantuan kecepatan
komputasi komputer yang kian terjangkau, meta-heuristik mampu
menghasilkan solusi yang mendekati optimal dengan waktu yang
lebih masuk akal.

Dasar pengalaman inilah yang membuat pendekatan meta-


heuristik akhirnya berpaling kepada fenomena alam yang timbul
untuk memproses pengalaman, terutama di dunia biologi, seperti
Genetic Algorithm, Ant Colony Optimization, dan Neural Network.
Sedangkan fenomena nonbiologis adalah tabu search dan simulated
annealing. Algoritma algoritma genetik (genetic algorithm)
menggunakan analogi dari proses seleksi penurunan ciri genetis

20
berbasis keturunan dan seleksi alam yang terjadi pada proses
evolusi makhluk hidup.

Dalam model optimasi, beberapa kelompok solusi dikeluarkan


secara acak yang direpresentasikan sebagai rangkaian karakter
yang mirip dengan rangkaian genetis DNA makhluk hidup. Setiap
karakter dalam rangkaian merepresentasikan satu atau beberapa
aspek dari solusi. Iterasi dilakukan untuk mendapatkan rangkaian
terkuat yang bisa menjadi “orang tua” pada iterasi berikutnya, serta
melemahkan rangkaian lainnya. Iterasi berlanjut sehingga
didapatkan secara terus-menerus rangkaian genetik yang terkuat
sehingga kemungkinan mendapatkan solusi terbaik semakin tinggi.

Algoritma koloni semut (ant colony pptimization)


menggunakan konsep adanya zat yang kasat mata yang
ditinggalkan oleh seekor semut untuk menandai jalur yang telah
dilewatinya, zat ini disebut feromon. Feromon ini berumur pendek
dan menghilang seiring dengan waktu. Itulah mengapa jika anda
memotong sebuah jalur semut dengan menggoreskan garis imajiner
dalam jalur mereka, semut yang berikutnya akan disorientasi karena
feromon lebih cepat lenyap akibat jari anda.

Jika seekor semut menemukan tempat gula anda yang tidak


tertutup rapat, maka dalam waktu tidak lama, ada barisan semut
berjalan menuju tempat gula tersebut. Yang lucu terkadang adalah
barisan tersebut biasanya tidak lurus, paling tidak pada saat awal,
dan bisa terdiri dari berbagai barisan. Barisan cukup lurus baru
terjadi setelah proses bolak-balik yang cukup lama dari semut untuk
membawa butiran gula, terutama ketika ada semut yang
menemukan jalur yang lebih pende. Apa yang terjadi? Jalur yang
lebih lurus memiliki jarak terdekat, sehingga secara kumulatif lebih
banyak semut yang melewati jalur tersebut. Akibatnya zat feromon

21
lebih kuat daripada jalur lama, sehingga semut berikutnya lebih
mengikut jalur yang lebih pendek.

Algoritma Jaringan Syaraf (neural network atau artificial


neural network) terinspirasi tentang bagaimana otak berubah dan
berkembang dalam mengabsorpsi pengetahuan dan pengalaman
yang dia terima. Sel-sel otak melakukan konektivitas baru dan
melupakan konektivitas yang tidak dibutuhkan dalam menyimpan
informasi. Algoritma dan metode optimasi tergantung kepada
karakteristik permasalahan yang ingin dibantu diselesaikan,
karakteristik ini mencakup;

 Apakah memiliki satu atau lebih tujuan


 Apakah kondisi analisa memiliki ketidakpastian yang harus
dipertimbangkan?
 Berapa dan berapa lama periode analisa (satu periode atau multi
periode)? Apakah perlu ada jendela waktu yang berbeda
karakteristiknya antar periode pada multi periode (time windows)
 Kemampuan komputasi (seberapa cepat dan kuat komputer
anda).

Programa integer biasanya membutuhkan kemampuan


komputasi yang tinggi. Jika dimungkinkan melakukan komputasi
paralel, seberapa banyak komputer yang dapat anda akses dan
bagaimana kecepatan konektivitas antar komputer. Kecepatan
konektivitas penting supaya tidak terjadi kelambatan akibat
kemampuan berkomunikasi antar komputer yang lebih rendah dari
kemampuan komputasinya.

3.1.4 SIMULASI

22
Pendekatan simulasi sebagai sebuah pendekatan yang
berfokus untuk mengetahui berbagai kemungkinan hasil dari
perubahan variable secara serentak didalam model.

Simulasi didefinisikan merupakan serangkaian kejadian yang


dirangkai sedemikian rupa berbasis pada rangkaian kejadian yang
terjadi di dunia nyata. Dalam sebuah aliran produksi misanya,
kejadian suatu stasiun kerja dipicu oleh datangnya material/barang
setengah jadi dari stasiun kerja sebelumnya, demikian pula
seterusnya.

Dalam simulasi ini disebut kejadian simulasi (simulation


event), yaitu perubahan yang dipicu oleh suatu kejadian. Pemicu
kejadian ini bisa dibagi menjadi dua besar, yaitu kejadian yang
dijadwalkan (scheduled events)-berbasis waktu dan kejadian akibat
kondisi tertentu (condition events). Contoh aliran produksi di atas
adalah kejadian akibat kondisi tertentu, sedangkan kejadian akibat
penjadwalan mengacu kepada sebuah jadwal atau kuantitas per
waktu selama selang waktu tertentu.

Pemahaman terhadap kejadian simulasi ini membuat


pendekatan simulasi dapat dibagi menjadi dua bagian: kejadian
diskrit dan kejadian kontinu. Kejadian kontinu membutuhkan
perhatian kepada setiap detail perubahan antara dua nilai,
sedangkan kejadian diskrit tidak membutuhkan perhatian yang
sama, karena memang tidak ada perubahan yang bisa atau perlu
dilihat antara dua nilai. Artinya jika pada kejadian kontinu kita
membelah di antara dua nilai maka kita menemukan perbedaan nilai
demikian pula pembelahan seterusnya.

Pada kejadian diskrit, pembelahan tidak memberikan


perbedaan nilai yang perlu diperhatikan. Sistem di dunia nyata juga
memiliki 2 kondisi kejadian ini, sistem kontinu seperti aliran cairan

23
pada proses industri kimia atau pengaruh kebijakan yang memang
bersifat kontinu. Analisa kebijakan umumnya dikategorikan sebagai
pemodelan kontinu, karena dampak dari kebijakan setelah
dikeluarkan akan mendorong secara terus menerus dalam lajur
tertentu terjadinya sebuah perubahan.

Sistem diskrit adalah sistem produksi manufaktur, dimana kita


tidak mungkin menerima kaos setengah jadi, proses dilakukan
setelah mendapatkan pemicu yang bisa dihubungkan dengan
kejadian lain (input dari output proses sebelumnya), dan sebagainya.
Pemodelan sistem dinamis merupakan bagian dari pemodelan
sistem kontinu, karena merepresentasikan sistem sebagai sebuah
aliran yang mengisi sebuah stok dengan laju tertentu.

3.1.5 Pengantar Pemodelan Sistem Dinamis

Pemodelan sistem dinamis adalah pemodelan struktur


independensi dengan fokus aspek endogen dari sebuah sistem
untuk mendapatkan perilaku dinamis dalam rangka pemahaman
yang lebih baik dari permasalahan yang dihadapi dan/atau
memperbaiki perilaku dari sistem tersebut berbasis kepada dari
sistem yang dianalisa. Paragraph berikutnya akan membedah satu
persatu dari definisi ini.

A. Struktur interdependensi

Struktur iterdepensi dengan fokus aspek endogen


sebagai pendukung berpikir sistem, maka syarat utama
pemodelannya adalah kemampuan untuk menggambarkan
struktur interdependensi dari sebuah sistem. Untuk itulah
aplikasi komputer untuk pemodelan SD secara umum
menggunakan antar muka berupa stock and flow diagram
(SFD) dalam menyusun modelnya. SFD merupakan

24
representasi klasik sebuah model dari sistem dengan
menggambarkan sistem sebagai kombinasi antara stok dan
aliran, walaupun ada pula aplikasi yang menggunakan CLD
sebagai antar mukanya.

Kedua antar muka ini dipilih, karena kemampuannya


untuk menggambarkan struktur interdependensi dari sebuah
sistem tanpa harus berkutat dengan formulasi diferensial
matematis yang sebenarnya berada dibelakang layar dari
antar muka tersebut. SFD akan dijelaskan lebih lanjut pada
sub-bagian berikutnya. Fokus kepada aspek endogen
merupakan ciri lain dari dari pemodelan SD, dimana perilaku
dan perubahan perilaku yang terjadi merupakan bagian dari
interaksi antar variabel dalam internal model, bukan hanya
didorong oleh perubahan variabel eksternal.

Bukan berarti model tidak memiliki variabel eksternal


atau independen, namun perubahan yang terjadi adalah
respons internal dari struktur internal sistemnya. Cara paling
mudah apakah sebuah model berubah karena aspek
eksternal saja atau ada respons adalah diperhatikan apakah
setelah perubahan eksternal dihentikan (dibuat konstan)
maka perilaku yang ditimbulkan juga konstan. Jika ini yang
terjadi maka model tersebut belum sepenuhnya model sistem
dinamis.

B. Perilaku Dinamis

Kata dinamis menunjukkan atensi kepada kumpulan


perubahan yang terjadi dalam selang waktu tertentu.
Kumpulan perubahan dalam selang waktu merupakan
representasi dari perilaku dari sebuah sistem. Jika anda ingin
menilai apakah seseorang memiliki perilaku yang baik, maka

25
kesimpulan ini anda dapatkan setelah anda mengumpulkan
berbagai kejadian pertemuan dengan orang tersebut.

Semua kejadian yang dikumpulkan akan memberikan


kesan baik yang anda dapatkan. Cara untuk menggambarkan
perilaku ini adalah dengan menggambarkan dalam sebuah
grafik garis dengan sumbu X adalah dimensi waktu. Grafik ini
disebut behavior over time (BOT) yang pada sub bagian
berikutnya akan dijelaskan lebih lanjut.

C. Pemahaman yang lebih baik


Tujuan pemodelan sistem dinamis (SD) memiliki salah
satu atau keduanya dari pemahaman sistem lebih baik dan
perbaikan perilaku sistem. Pemahaman sistem lebih baik
didapatkan dari dua hal utama: proses pembuatan model
sistem dinamisa dan simulasi dari model tersebut.

Proses pembuatan model memaksa modeler untuk


mencari dan membedakan data, fakta dan asumsi kemudian
menyusunnya dalam ke dalam model. Dalam pencariannya,
modeler bisa saja menggunakan metode atau cara lain seperti
statistik, analytical hierarchy process (AHP), analytic network
process (ANP), structural equation modeling (SEM), soft
system methodology (SSM) dan pendekatan lainnya, selama
semua pendekatan ini harus dilakukan dalam kerangka
metodologi SD, menggunakan asumsi spesifik sebelum bisa
diintegrasikan dalam model SD. Harus disadari bahwa
penggunaan SD memiliki spektrum yang luas, dari
penggunaan matematis kuat dan sangat teknik ke
penggambaran mental model dan sangat sosial.

Didalam pemodelan SD sendiri ada kubu yang sangat


kuat meminta validasi hubungan maupun matematis dari

26
setiap konektivitas antar variabel dalam model, ada lagi kubu
yang hanya meminta validasi berupa konfirmasi dari nara
sumbernya terhadap hasil model secara keseluruhan. Jadi
tergantung dari tujuan dari model itu sendiri dan biasanya ini
berhubungan langsung dengan untuk apa model dilakukan.

Jika model lebih banyak dibutuhkan untuk melakukan


proyeksi dan peramalan, lebih aman jika aspek kuantitatif
(hard) diperkuat. Namun jika model dibutuhkan untuk
melakukan eksplorasi permasalahan dan solusinya, maka
kombinasi seimbang antara variabel kuantitatif dan kualitatif
(soft) bisa digunakan. Namun bukan berarti pemodelan SD
adalah pemodelan kualitatif, sebuah pandangan yang sering
diajukan tapi sebenarnya kurang tepat.

Dalam perangkat lunak modern, proses pemodelan


sistem dinamis telah dipermudah dengan menggunakan SFD,
sehingga terkesan bahwa pendekatan pemodelan ini adalah
pendekatan kualitatif. Namun pada akhirnya, semua grafik
SFD ini akan diterjemahkan sebagai persamaan diferensial
kemudian dikalkulasi secara matematis serentak untuk
mendapatkan hasil yang didapatkan.

Dalam proses penyusunan SD memang dimungkinkan


memasukkan aspek kualitatif, namun apsek kualitatif tetap
harus di estimasi nilainya secara logis. Pada proses simulasi,
maka kita mengu bah satu atau beberapa variabel sekaligus
untuk melihat dampaknya terhadap perilaku sistem. Selain
variabel, kita juga bisa mengubah aliran interkoneksi,
menambahkan variabel baru atau sub-struktur baru untuk
melihat perubahan perilaku dari sistem.

27
Sama dengan konsep simulasi secara umumnya,
karena kita dengan mudah mengubah hampir semua variabel
atau menambahkannya saat ini, maka kita akan mendapatkan
ledakan alternatif perubahan dalam model. Untuk itu dalam
menyusun alternatif perubahan, kita harus mengusung prinsip
“plausible, not just possible”: yang bisa dilaksanakan, bukan
yang mungkin dilaksanakan. Prinsip ini akan membatasi
jumlah perubahan yang mungkin dilakukan.

D. Dan atau Solusi Struktural untuk meningkatkan perilaku


sistem

Tujuan lainnya adalah perbaikan struktural sistem


untuk meningkatkan perilaku sistem. Tujuan yang bersifat
pemecahan masalah ini memang difokuskan untuk mencari
solusi jangka panjang yang biasanya hanya bisa didapatkan
dengan melakukan modifikasi struktur sistem. Ini memastikan
bahwa solusi permasalahan bukanlah solusi jangka pendek
atau quick-fix.

Perbaikan struktural hanya bisa didapatkan dari


pemahaman yang dalam terhadap struktur sistem, yang
berarti mencakup tidak hanya mengubah variabel tetapi
mengubah aliran informasi, aliran material atau
menambahkan komponen sistem baru untuk mendapatkan
perilaku yang lebih baik Hasil yang menjadi patokan adalah
perilaku dari sistem, bukan hanya hasil terakhir dari sistem.

Banyak pemodelan sistem dinamis yang menghasilkan


prediksi akhir dari kondisi sistem, misalnya beberapa indikator
dari sistem pada 10 tahun kedepan. Di sistem dinamis, kita
tidak hanya berfokus kepada akhirnya, tapi ingin tahun
bagaimana perilaku sistem dari tahun 1 ke 10. Bisa saja

28
terlihat membaik di saat akhir, namun sebenarnya ternyata
ada kondisi yang lebih baik pada tahun ke-5, sehingga bentuk
perilakunya seperti kurva terbalik.

Penjelasan ke empat bagian definisi pemodelan sistem


dinamis menunjukkan kecocokan pendekatan pemodelan
sistem dinamis dengan kebutuhan dukungan terhadap
berpikir sistem. Itulah sebabnya sering sekali topik pelatihan
tentang berpikir sistem juga memasukkan unsur pemodelan
sistem dinamis, atau sebaliknya pelatihan sistem dinamis
dianggap sebagai representasi dari pelatihan berpikir sistem.

Jay W. Forrester dalam papernya di 1994 berjudul


System Dynamics, Systems Thinking, and Soft OR,
memberikan pandangan bagaimana ketiga pendekatan ini
saling mengisi dalam perspektif sistem dinamis (Forrester,
1994). Dimulai dari penjabaran proses Sistem Dinamis
kedalam 6 langkah. dengan langkah pertama adalah
mendeskripsikan sistem (konseptualisasi model). Langkah
pertama ini dipandang sebagai langkah terpenting dalam
pengembangan model sistem dinamis yang dapat dibantu
oleh pendekatan berpikir sistem dan soft-OR.

Namun tanpa membangun model secara langsung dan


melakukan simulasi terhadap model, maka pemahaman
terhadap sistem yang didapatkan tidak lengkap bahkan bisa
saja salah. Hal ini terjadi akibat ketidakadaan umpan balik
yang biasanya didapatkan dalam menyusun model sistem
dinamis dan mensimulasikannya. Pendapat ini diperkuat oleh
John D. Sterman, yang dalam tulisannya mengkritik proses
simplifikasi yang dilakukan dalam archetypes atau
pendekatan tanpa melakukan simulasi pemodelan.

29
30
MATERI KEDUA

3.2 Mental Model Berpikir Sistem

3.2.1 Definisi Mental Model

Model mental adalah serangkaian struktur ide, kepercayaan


dan kebiasaan yang kita miliki secara sadar atau tidak menjadi acuan
dalam mengambil keputusan dan memecahkan masalah. Pola
berpikir merupakan struktur pikiran kita, jadi pola berpikir sebenarnya
adalah sebuah model. Ini karena ketika kita berfikir untuk
memecahkan masalah dan mengambil keputusan, kita “mengolah”
informasi ke dalam suatu model dari masalah yang kita susun di
pikiran kita.

Kenapa ini kita lakukan? Karena kita tidak mungkin mengolah


semua informasi dari realita sesungguhnya karena keterbatasan
kemampuan otak kita. Sangat sering pula, informasi yang dibutuhkan
untuk mengambil keputusan tidak pernah tersedia secara lengkap.
Sedangkan definisi model adalah representasi dari dunia nyata.
Model menjadi semacam dunia virtual di pikiran kita untuk
melakukan uji coba berbagai alternatif keputusan kita ambil dan
diprediksi hasilnya.

Hasil yang didapatkan model virtual ini kita asumsikan sama


dengan yang kita dapatkan seandainya keputusan diaplikasikan di
dunia nyata nantinya. Sehingga kita sebenarnya tidak pernah
mengolah masalah yang sesungguhnya, kita mengolah model dari
masalah kita. Ini mirip seperti peta yang kita gunakan untuk menuju
sebuah tempat.

Sebuah peta adalah representasi dari kondisi geografis jalan


sesungguhnya. Tentu tidak mungkin membuat peta yang sangat
detail karena berarti semua batu, penjual minuman ataupun pohon-
pohon harus dipetakan. Hal ini menjadi tidak praktis dan memang

31
tidak perlu, karena ketika kita ingin mencapai sebuah tempat, kita
hanya membutuhkan titik-titik penanda lokasi yang bisa dilihat dari
jalan, seperti gedung, restoran, monumen dsb.

Peta adalah model simplifikasi dari dunia nyata. Peta


digunakan untuk mengambil keputusan jalur jalan mana yang akan
dipakai ketika kita bepergian. Banyak yang menyamakan model
mental dengan paradigma, pola pikiran (mindset), peta internal
logika, struktur pikiran, gelembung logika (logic bubble) atau lainnya.
Model mental memang memiliki beberapa aspek yang sama dengan
istilah-istilah ini, namun ada penekanan makna yang berbeda
dengan penggunaan kata model mental.

Memberikan pemahaman bahwa model mental adalah


simplifikasi dari dunia nyata yang berbasis kepada apa yang kita lihat
di dunia nyata. Apa yang kita lihat akan sangat terbatas tergantung
dari kemampuan kita. Kemampuan kita terus tumbuh seiring dengan
tambahan pengetahuan dan pengalaman. Ini berarti proses untuk
simplifikasi ini selalu dalam proses perubahan.

Ini berarti model mental adalah unik untuk setiap orang,


karena pembuatan model mental dari masalah tergantung dari
pendidikan, pengetahuan, pengalaman dan cara pandang masalah.
Seseorang yang memiliki latar belakang pendidikan keuangan
mungkin terbiasa melihat masalah berbasis kepada angka,
sedangkan yang berlatar belakang sosial lebih terbiasa melihat pada
konflik antar manusia. Mereka berdua benar dan salah.

Benar karena tidak ada yang salah dari model mental yang
mereka bangun, yang berlandaskan apa yang mereka tahu. Salah
karena tidak ada yang benar-benar utuh menggambarkan
masalahnya. Untuk itulah selain model mental individu, perlu
dibangun bersama model mental kelompok atau organisasi, melalui

32
eksplorasi tangga kesimpulan dengan berdialog yang akan di
jabarkan kemudian.

Model mental memiliki struktur logika yang konsisten secara


internal, sehingga jarang sekali kita melihat kelemahan dari model
mental kita. Apalagi jika sebuah model mental sering digunakan
berkali-kali, maka kita semakin buta dengan kelemahannya. Ketika
kita semakin buta, maka kita semakin sulit menerima model mental
orang lain, karena kita yakin model mental kita lebih baik atau lebih
benar.

Sederhananya, semakin sering kita menggunakan sebuah


peta terhadap daerah tertentu, maka jika ada peta orang lain
terhadap daerah yang sama memiliki tampilan berbeda, maka kita
langsung yakin bahwa peta dia salah. Itulah mengapa sering jika kita
mendapatkan informasi yang bertentangan dengan mental model
kita maka kita langsung melabelnya salah, sampai pada titik dimana
informasi tersebut datang berkali-kali atau dengan cara yang
berbeda.

Berapa kali anda akhirnya bisa menerima informasi


bertentangan tersebut, tergantung dari kekuatan mental model kita.
Anda baru mau menerima informasi itu setelah cukup dua kali, tiga
kali bahkan lebih. Ini juga tergantung pula darimana datangnya
informasi tersebut. Anda menanggapi berbeda ketika informasi
tersebut datang kembali dari sumber yang anda percaya.

Contohnya jika informasi tersebut itu awalnya dari anak buah


muda anda mungkin anda langsung melabelnya “ah mana mengerti
anak ini”, namun jika berasal dari rekan senior atau atasan maka
anda tidak membantahnya sama sekali. Proses pembuatan atau
perubahan model mental membutuhkan energi mental yang
signifikan sehingga kita selalu malas untuk merubahnya.

33
Energi mental adalah kombinasi antara energi pikiran dan
energi emosi. Jika harus diubah, maka kita memilih perubahan yang
paling sedikit membutuhkan energi mental, yang artinya paling
sedikit mikir dan emosi yang harus dilakukan. Itulah juga satu alasan
pula kenapa mental model sulit berubah.

3.2.2 Pembentukan Mental Model

Mental model berasal dari pengamatan dengan


pengetahuan,informasi membentuk skema-skema sehingga
terbentuklah mindset atau yang disebut model mental. Salah satu
teori dasar pembentukan mental model adalah yang disampaikan
oleh Cris Argyris yaitu dengan The Ladder of Inference atau tangga
Argyris, yang kemudian dikembangkan oleh Peter Senge.

“The Ladder Inference” adalah suatu proses seperti tangga


dalam mengambil kesimpulan. Teori ini berasal daro Chris Argyris
kemudian dikembangkan oleh Peter Senge dalam Learning
Organization. Menurut teori ini ada tingkatan dalam mengambil
kesimpulan yaitu:

1. Reality and fact (kenyataan dan fakta)


2. Selected reality (kenyataan yang terseleksi)
3. Interpreted reality (kenyataan yang diinterpretasikan)
4. Assumtion (asumsi)
5. Conclutions (kesimpulan-kesimpulan)
6. Beliefs (keyakinan)
7. Action (bertindak)

Dengan menerapkan the ladder inference akan membantu


kita terhindar dari membuat kesimpulan yang salah dan
mengabaikan fakta-fakta. Kepustakaan lain menyebutkan model

34
mental adalah suatu prinsip yang mendasar dari organisasi
pembelajar.

Model mental adalah suatu aktivitas perenungan yang


dilakukan dengan terus menerus mengklarifikasikan dan
memperbaiki gambaran-gambaran internal kita tentang dunia, dan
melihat bagaimana hal itu membentuk tindakan dan keputusan kita.
Model mental terkait dengan bagaimana seseorang berpikir dengan
mendalam tentang mengapa dan bagaimana dia melakukan
tindakan atau aktivitas dalam berorganisasi.

Didalam proses terbentuknya mental model terdapat hal tersebut


dibawah ini, yaitu :

1. Konstruksi: menciptakan sesuatu mencari pola dan makna yang


paling semu.
2. Penghapusan: memilih dan menyaring pengalaman menutupi
beberapa bagian.
3. Distorsi: pengalaman yang berliku mengubah pengalaman,
mengurangi dan melengkapi bagian memberikan arti yang
berbeda dengan kenyataan.
4. Generalisasi: gambaran umum atas semua kejadian yang sama
menciptakan sesuatu dari pengalaman dan mempresentasikan
kelompok.

Selain proses tersebut, didalam pembentukan suatu modal


mental terdapat teori Chris Argyris (Teori Dewasa dan Tidak Dewasa
yang merupakan pengembangan dari Teori X dan Y. Teori X dan
Teori Y oleh Mc.Gregor berdasarkan atas penelitiannya pada
organisasi tradisional dengan dengan ciri-cirinya yang sentralisasi
dalam pengambilan keputusan, hubungan piramida antara atasan
dan bawahan dan pengendalian kerja eksternal adalah pada

35
hakikatnya berdasarkan atas asumsi-asumsi mengenai sifat
manusia dan motivasinya.

Teori X menyatakan bahwa sebagian besar manusia lebih


suka diperintah dan tidak tertarik akan rasa tanggung jawab serta
menginginkan keamanan atas segalanya. Untuk menutupi asumsi
teori X itu, maka Mcgragor memberikan alternative teori lain yang
dinamakan teori Y.

3.2.3 Mental Model dan Organisasi

Mental model memungkinkan manusia bekerja dengan lebih


cepat. Namun dalam organisasi yang terus berubah, mental model
ini kadang-kadang tidak berfungsi dengan baik dan menghambat
adaptasi yang dibutuhkan. Dalam organisasi pembelajar,mental
model ini didiskusikan,dicermati, dan direvisi pada level
individual,kelompok dan organisasi. Adapun dimensi modal mental
meliputi:

1) Prinsip dan nilai-nilai : seluruh anggota organisasi mengetahui


dan memiliki prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang dimiliki bersama.
2) Mengkaji ulang kebiasaan : mengkaji ulang nilai bersama yang
ada untuk diselaraskan dengan kondisi lingkungan.
3) Memperkuat kebersamaan : anggota organisasi selalu berusaha
untuk memelihara dan memperkuat kebersamaan.

Jika organisasi adalah untuk mengembangkan kapasitas


untuk bekerja dengan model mental maka akan diperlukan bagi
orang untuk belajar keterampilan baru dan mengembangkan
orientasi baru, dan untuk mereka menjadi perubahan institusional
yang mendorong perubahan tersebut. Mental model yang sudah
berdiri kuat menggagalkan perubahan yang dapat berasal dari
sistem pemikiran.

36
3.2.4 Mental Model dan Pemimpin

Mental model kelihatannya lembut tetapi sebenarnya sangat


kuat dalam mempengaruhi tindakan seseorang. Yang pasti mental
model seorang pemimpin memberikan pengaruh pada bawahannya.

Dalam hal ini, pengaruh yang diharapkan dapat diberikan


kepada bawahannya tentu saja adalah pengaruh positif. Jika
pengaruh positif yang diharapkan berarti mental model yang dimiliki
oleh pemimpin juga harus mental model positif.

Menurut Webster Dictionary, definisi pemimpin adalah “ a


person or things who leads” (seseorang atau sesuatu yang
memimpin). Untuk dapat memimpin orang dengan baik, seorang
pemimpin tentu saja harus dapat memimpin dirinya sendiri terlebih
dahulu.

Pemimpin dapat dibedakan dalam dua hal yaitu: seorang


pemimpin dalam arti memimpin diri sendiri kemudia pemimpin yang
memimpin orang lain. Seseorang akan sulit untuk menjadi pemimpin
yang baik jika yang bersangkutan tidak dapat memimpin diri sendiri
terlebih dahulu.

Sebagai contoh seorang pemimpin mengharuskan agar


semua datang ke sekolah tepat waktu, sementara ia sendiri selalu
datang terlambat. Atau seorang pemimpin mengatakan berulang-
ulang supaya bekerja jangan tergantung projek, sementara ia sendiri
menunjukkan sikap kurang antusias ketika ada kewajiban pekerjaan
yang harus diselesaikan tetapi sudah tidak ada kompensasi yang
diharapkan. Jika hal ini terjadi,maka tipe pemimpin seperti ini hanya
akan menjadi topik pembicaraan yang menarik di antara staf.

37
Dalam mewujudkan ide dan gagasan cemerlang dalam suatu
organisasi kerap tidak dapat terwujud. Hal tersebut seringkali
disebabkan mental model(pola pandang dan persepsi) para anggota
organisasi terhadap suatu kejadian sekelilingnya tidak sama atau
berbeda satu sama lain dan hal ini akan mempengaruhi tindakan
terhadap pandangan realitas tersebut.

Tindakannya akan produktif bila mental modelnya sesuai atau


mendekati realitas. Bila mental modelnya tidak sesuai dengan
realitas keputusan akan berlawanan dengan realitas.

Dalam hal tersebut sangat penting bagi setiap pimpinan untuk


memiliki kemampuan untuk mengatasi model-model mental yang
tidak sesuai dengan tujuan organisasi, dengan tujuan meningkatkan
efetivitas keputusan dan menghindari konflik dan mempercepat
penyelesaian masalah.

Mental model yang tidak sesuai dengan realitas obyektif akan


menimbulkan keputusan atau tindakan keliru terhadap realitas
sehingga timbul konflik dan masalah tidak terselesaikan.

3.2.5 Makna Pemahaman Mental Model

Ada beberapa makna pemahaman terhadap mental model,

 Kita bertindak bukan berbasis kepada dunia nyata,tetapi kepada


mental model kita dari dunia nyata
 Tindakan kita berbasis kepada kebiasaan respons yang
bersumber dari berbagai koleksi mental model yang kita bentuk
sebelumnya. Kebiasaan ini bisa menguntungkan maupun
merugikan kita.

38
 Mental model kita hanya mampu untuk dikontruksi ulang hanya
jika kita mau membukanya untuk menerima umpan balik(double
loop learning) (Sterman,2000).

Ketika kita dihadapkan dengan masalah atau kesempatan,


maka proses dimulai dengan kita mengolah umpan balik dari dunia
nyata, masuk ke model mental kita (pola berpikir), mengambil
sebuah keputusan mental berbasis kepada model mental ini,
keputusan ini disampaikan di dunia nyata, untuk menghasilkan
umpan balik berikutnya.

Siklus ini berulang ketika fenomena dunia nyata memberikan


umpan balik yang tidak kita harapkan kepada kita untuk kita proses
kembali. Misalnya anda menghadapi masalah sebuah karyawan
yang sering terlambat masuk, maka model mental anda mungkin
memiliki keputusan untuk menegurnya karena takut ditiru oleh
karyawan lainnya, maka anda menegur sang karyawan.

Jika umpan balik berikutnya adalah ternyata dia


membangkang, maka model mental lain menggantikan model
mental pelanggaran absensi yaitu model mental pelanggaran disiplin
secara umum atau menentang atasan, maka prosesnya berulang
sampai fenomena dunia nyata yang anda dapatkan kembali seperti
yang anda harapkan.

Untuk itu setiap pengambil keputusan pasti memiliki berbagai


koleksi model mental. Kita memiliki model mental yang sederhana
untuk permasalahan sederhana, misalnya memiliki pasta gigi,
makan apa hari ini, dan model mental yang kompleks dan
membutuhkan berbagai data pendukung seperti melakukan
investasi, keputusan strategis di kantor dan lainnya.

Pada sebagian besar proses pengambilan keputusan,


memang kita menggunakan koleksi model mental ini secara

39
otomatis. Bahkan, semakin sering kita mendapatkan umpan balik
positif yang mempertegas sebuah model mental secara berulang-
ulang, maka model mental tersebut semakin menguat, sedemikian
rupa bisa membutakan kita terhadap kelemahan dari model mental
tersebut.

Umpan balik dari dunia virtual simulasi kita konfirmasi dengan


umpan balik yang terjadi pada dunia nyata,sehingga jika positif maka
mental model telah terbentuk,jika tidak maka modifikasi perlu
dilakukan untuk mendapatkan mental model akhir yang menurut kita
adalah yang terbaik.

Proses belajar otomatis yang terjadi setiap kali kita


menghadapi permasalahan baru atau berbeda, seharusnya bisa
diaplikasikan untuk memperbaiki dan meningkatkan model mental
kita yang sudah dimiliki. Kita seharusnya menyadari bahwa koleksi
model mental kita saat ini sudah baik, namun bisa lebih baik.

Jika kita memang berhasil mencapai tingkat keberhasilan


yang kita capai saat ini dengan koleksi model mental kita saat ini.
Namun dunia terus berubah, permasalahan menjadi semakin
meningkat kompleksitasnya seiring dengan meningkatnya
keberhasilan atau karir kita. Jadi akhirnya kita perlu menyiapkan diri
untuk memperbaiki koleksi model mental kita, melalui sebuah proses
belajar yang disebut Pembelajaran Melingkar Ganda (Double Loop
Learning).

3.2.5 Mental model sebagai helm pikiran

Jika kita menaiki kendaraan roda dua dan sedang


menggunakan helm pelindung kepala, maka kita tidak mampu
melihat seluruh warna atau bentuk helm yang sedang kita gunakan.

40
Pandangan kita juga terbatasi oleh helm yang kita gunakan. Apa
yang kita dengar juga berkurang akibat dari hel yang kita gunakan.

Helm “mengubah” sudut pandang dan pendengaran kita.


Kalau kita ingin memodifikasi helm tadi supaya bisa mendengar lebih
baik, maka di bagian kuping kita buat lubang yang cukup besar.
Namun sangat besar kemungkinan anda tidak melakukannya ketika
helm ini sedang digunakan.

Berarti helm mirip dengan model mental: membatasi cara


pandang kita dan untuk memodifikasinya harus diletakkan diatas
meja. Tidak mungkin memodifikasi model mental jika kita tidak
mengamatinya dengan seolah-olah melepaskannya dari diri kita
terlebih dahulu.

Namun karena model mental adalah subuah struktur pikiran


yang tidak terlihat maka untuk memulai prosesnya adalah dengan
melihat output atau produk dari model mental ini. Produk ini adalah
keputusan atau pendapat yang bisa dibaca dan didengar. Setiap kali
seseorang mengemukaan pendapat atau komentar atau setiap kali
keputusan dikeluarkan, maka ini adalah produk dari model mental.

Produk model mental ini (output) bisa dilihat sebagai sebuah


proses pengambilan kesimpulan (proses) dari sekumpulan data
yang tersedia (input). Ternyata banyak kesimpulan yang berbeda
akibat perbedaan proses dalam pengambilan kesimpulan, sehingga
kesadaran terhadap proses ini perlu dikenalkan. Proses ini kemudian
dijabarkan berbagai alat untuk melakukan pembentukan atau
modifikasi model mental. Proses ini dikenal sebagai tangga
kesimpulan (ladder of inference).

41
MATERI KETIGA

3.3 PEMECAHAN MASALAH BERPIKIR SISTEM

3.3.1 Bekal Untuk Pemecahan Masalah

Sebelum menjelaskan langkah-langkah pemecahan masalah,


kami ingin berbicara terlebih dahulu beberapa ketentuan yang
mungkin bermanfaat dalam memperbaiki masalah. Untuk alasan ini,
sangat penting untuk memahami sebelumnya pandangan luar biasa
tentang masalah, definisi evaluasi, dan perbedaan antara evaluasi
sehari-hari dan evaluasi struktur. Maka penting juga untuk mengenali
berbagai bentuk bantuan yang mungkin diterima dalam
menyelesaikan evaluasi.

A. Menyamakan Perspektif tentang Masalah

Perspektif merupakan cara pandang, dan penyamaan cara


pandang dalam berdiskusi adalah sangat penting. Sangat sering
dalam sebuah diskusi terjadi sebuah perdebatan akibat cara
pandang yang berbeda dan sebenarnya dapat dihindari dengan
penyamaan cara pandang terlebih dahulu atau dalam menjelaskan
pendapat, setiap anggota menjelaskan perspektif yang diambil
ketika ingin dikemukakan.

Ada beda antara menyetujui dan menerima. Persetujuan


terhadap perspektif atau pendapat, tidaklah berarti anda menerima
perspektif atau pendapat tersebut. Banyak orang yang salah
menangkap atau mengerti bahwa ketika menyatakan setuju berarti
menerima.

Masalah diterjemahkan berbeda-beda untuk setiap orang dan


secara umum bermakna negatif. Padahal ada masalah yang
bermakna positif. Masalah yang positif misalnya adalah masalah
yang timbul akibat kita ingin menjadi lebih baik. Cara terbaik

42
mendefinisikan masalah adalah adanya gap atau celah antara apa
yang idealnya diinginkan dengan apa yang terjadi saat ini (Hosotani
February 2004).

Definisi ini memberikan kenetralan terhadap cara pandang


masalah, baik untuk masalah negatif maupun positif. Masalah
negatif, adalah masalah “normal” yang timbul ketika suatu kondisi
terjadi dibawah dari yang kita harapkan. Masalah Positif adalah
ketika kita ingin menjadi lebih baik dari saat ini. kenapa kok malah
cari-cari masalah? Karena perubahan pasti selalu terjadi di sekitar
kita, jadi kita juga perlu berubah.

Tinggal kita memilih untuk berubah ke lebih baik atau ke lebih


buruk. Ketika kita membiarkan diri kita untuk tidak berubah ke lebih
baik, maka kita sebenarnya menuju ke lebih buruk. Kompetitor kita
akan selalu memaksa diri kita untuk terus berubah menjadi lebih
baik, maka dengan berdiam diri, kita pasti akan disalip oleh
kompetitor.

Semua pendekatan pemecahan masalah pada akhirnya


adalah sebuah analisa gap yang dilanjutkan dengan pengurangan
gap perbedaan-perbedaan antara yang diinginkan dengan kondisi
saat ini melalui usaha penyelesaian masalah.

Tentunya ada dua hal yang mungkin dilakukan yaitu


mengurangi target ideal yang diinginkan atau meningkatkan kondisi
saat ini. Meningkatkan kondisi menjadi lebih baik adalah upaya yang
dianggap wajar, namun bukan berarti mengurangi target ideal juga
tidak wajar. Tidak lazim mungkin mengurangi target, tetapi tanpa
banyak yang mau mengakuinya, hal ini sebenarnya lebih sering
dilakukan. Dalam konsep berpikir sistem, hal ini menjadi salah satu
gejala yang harus diidentifikasi dan kita diskusikan pada bagian lain.

B. Menyamakan Persepsi Tentang Analisa

43
Menganalisa adalah membagi menjadi komponen,
mengamati dan mencari hubungan, lalu mengambil kesimpulan.

i. Membagi Komponen

Pembagian sederhana yang dilakukan dalam analisa


adalah 5W+1H (What, Where, When, Who, Why + How).
5W+1H secara mudah dan cepat dapat memperjelas
pemahaman kita terhadap objek analisa.

 What: Apa tentunya dapat memaksa kita memperjelas


definisi kita sendiri terhadap objek analisa
 Where dan When: memberikan lingkupan kontekstual
yang membatasi objek analisa kita
 Why: memberikan pemahaman yang lebih dalam
terhadap objek analisa. Di dunia manajemen kualitas
(GKM, Six Sigma dsb), kita bahkan diwajibkan untuk
melakukan why sebanyak 5 kali untuk mendapatkan
akar permasalahan
 Who: memberikan makna manusia terhadap obyek
analisa, karena hampir semua permasalahan biasanya
memiliki aspek manusia didalamnya
 How: menggambarkan kepada kita tentang urutan,
proses dan langkah-langkah dari obyek analisa.

Pembagian Lainnya adalah bisa dengan 5M (Man,


Money, Machine, Material and Methods), Satuan waktu 3P
(Past, Present, Plausible Future), konsep teori pemasaran 4P
(Product, Place, Promotion, Price), atau si sederhana 3C
(Company, Competitor, Consumer).

ii. Mengamati dan Mencari Hubungan antar


Komponen

44
Khusus untuk interaksi ada rule sederhana untuk
melakukan analisanya yaitu:

 Co-incidence: bahwa komponen tersebut ada lebih


karena adanya “kecelakaan” atau kebetulan saja, dan
sebenarnya bukan merupakan komponen
sesungguhnya dalam sistem
 Correlated/Concurrent: ketika komponen yang memiliki
keterkaitan namun tidak memiliki hubungan causalitas.
Hubungan yang terjadi berjalan paralel seolah-olah
memiliki hubungan sebab akibat.
 Causality: ketika komponen yang dibandingkan
memang memiliki korelasi dan hubungan sebab akibat
antara keduanya. Hal ini yang dicari dalam Analisa.

iii. Mengambil Kesimpulan

Kesimpulan yang diambil tergantung dari kebutuhan


dari analisa, dari yang sederhana hingga kompleks.
Sederhana ketika analisa dibutuhkan untuk menjawab
Ya/Tidak atau Go/No-Go. Kompleks ketika analisa diminta
dilakukan untuk mengantisipasi segala kemungkinan yang
bisa terjadi jika satu atau beberapa komponen yang telah kita
bagi rusak.

Mengambil kesimpulan adalah berarti menjawab


pertanyaan yang sebenarnya diajukan kepada kita ketika
diminta menganalisa. Jika kita diminta untuk menganalisa
sesuatu hal yang negatif, berarti biasanya analisa kita adalah
untuk mencari solusinya. Tentunya jika memungkinkan anda
perlu mengklarifikasi kepada pemberi tugas tentang maksud
“analisa” yang diminta.

45
3.3.2 Perbedaan Analisa dan Analisa Sistem

A. Analisa (Biasa)
 Proses pencarian permasalahan untuk mencari komponen
yang rusak
 Satu tingkatan, masalah dibatasi hanya pada satu tingkatan,
dalam satu cara pandang/ perspektif, dalam jangka waktu
saat ini atau sangat terbatas, dalam jangka ruang yang
terbatas
 Sebuah analisa biasa berarti anda harus mencari komponen
yang rusak kemudian memperbaikinya. Struktur diatas
memiliki 4 komponen titik, jadi ada 4 kemungkinan kerusakan
yang dianalisa.
B. Analisa sistem
 Proses pencarian permasalahan mencakup tambahan
hubungan interaktif antar komponen disesuaikan dengan
tujuan dan secara endogenus
 Multi dimensi, Multi tingkatan/skala, multi aktor,
dipertimbangkan multi perspektif, baik dimensi waktu (dulu-
saat ini- akan datang), maupun geografis (disini atau disana)
 Sebuah analisa sistem mengharuskan anda untuk tidak saja
mencari komponen yang rusak namun juga hubungannya.
Struktur diatas memiliki 4 komponen titik dan 6 kemungkinan
hubungan, jadi ada 10 kemungkinan kerusakan yang
dianalisa. Pada struktur lebih dari 3 komponen, jumlah
kemungkinan interaksi akan melebihi dari dari jumlah
komponen.

Dalam penjelasan lebih lanjut nanti, berpikir sistem akan


membantu anda untuk melakukan analisa sistem, karena sama

46
dengan berpikir sistem, dari awal fokus perhatian adalah mencari
hubungan, keterkaitan dan ketergantungan.

3.3.3 Analisa Sistematik Secara Interatif Dengan Prinsip 4F

Kita bisa menggunakan kerangka 4F dalam melakukan


analisa sistemik, yaitu For, Function, Flow, and Forms. Seseorang
yang melakuka analisa sistem akan memiliki cara pandang yang
dinamis yang mencakup kemampuan mengubah perspektif
analisanya berbasis 4F:

Melihat Tujuan dari sistem pada tingkatan analisa tersebut - For

Melihat Fungsi secara kontekstual - Function

Melihat Struktur dan Komponen - Forms

Melihat bentuk dan saling keterhubungan dibandingkan sebab akibat


linier biasa. Melihat lingkaran umpan balik, sehingga bahasa yang
dipakai adalah keterkaitan dan umpan balik - Flow

Konsep 4F ini merupaka siklus yang iterative, yang berarti


akan saling berurutan dalam satu siklus yang lengkap, setelah
melengkapi satu siklus kemudian salah satu dimensi diubah untuk
memulai siklus berikutnya.

Kita bisa mengubah salah satu dimensi manapun dalam 4F


untuk melakukan proses analisanya. Anda bisa mengubah tujuan
dari sistem, kemudian memprediksi apakah fungsi, struktur dan
aliran akan berubah.

Anda juga bisa mengubah struktur untuk melihat apakah akan


mengubah aliran, tujuan dan fungsi dari sistem. Anda juga bisa
mengubah terus menerus hanya 1 dimensi saja, namun anda juga
bisa memvariasikan perubahan yang ingin anda lakukan.

47
Sebagai contoh perubahan batasan pada tubuh manusia. Jika
anda seorang alien dari luar bumi, maka bisa saja yang dia akan lihat
dulu adalah jantung sebagai komponen yang berisik dan konstan
(perut kosong juga berisik, namun tidak kita bahas disini).

Jika alien mengajak bicara si Jantung, ternyata si Jantung


tidak berespons, jadi si Alien mencari di tingatan mana “makhluk”
bumi bisa membalas pembicaraan. Maka mari kita ikuti analisa alien
ini. Jantung teryata adalah sebuah sistem pompa memiliki aliran
darah dengan tujuan mendorong aliran ini sehingga fungsi jantung
dapat tercapai: mengalirkan darah.

Batasan (forms) dinaikkan maka ditemukan bahwa jantung


terhubung dengan paru-paru sebagai sebuah sistem aliran
oksigenasi darah, sistem ini berfungsi untuk memperkaya oksigen
pada tubuh dengan sebuah pola tertentu dengan tujuan tingkat
oksigen tertentu yang tercapai. Jika diperluas dengan komponen
lain, ternyata ada sistem kesadaran dan akhirnya ke sistem manusia.
Sistem manusia inilah yang mampu merespons pertanyaan si alien
tadi.

Proses siklus iterative 4F memastikan kita untuk tidak terjebak


hanya dalam satu dimensi analisa saja dan memastikan kita secara
menyeluruh menganalisa secara sistem. Karena setiap sistem bisa
berubah tujuan dan fungsinya seiring dengan perluasan batasan dan
sebaliknya.

3.3.4 Lima Langkah Pemecahan Masalah Berbasis Sistem

Basis pemecahan masalah berbasis sistem menggunakan


pendekatan PDCA yang sudah sangat dikenal dalam manajemen
kualitas (Watanabe 2009; Hosotani February 2004). PDCA

48
merupakan singkatan dari Plan, Do, Check dan Action. Sejak
dikenalkan oleh Edward W.

Deming di Jepang, PDCA telah didetailkan menjadi 7 langkah


di Jepang (7 Steps of Quality Improvement) dan diadopsi di Amerika
menjadi 5 Langkah DMAIC dalam Six Sigma (Deming1982; Deming
2013). DMAIC merupakan singkatan dari Define, Measure, Analysis,
Improve dan Control. Untuk untuk lima langkah pemecaham
masalah akan menggunakan pula kerangka PDCA.

Berbasis PDCA, maka kita membagi pemecahan masalahan


berbasis sistem menjadi 5 langkah, yaitu:

Definisikan Sistem Permasalahan

Analisa Sistem Permasalahan

Petakan Gap Kondisi Ideal dan Hasil Eksplorasi

Buat dan Laksanakan Rencana Perbaikan

Kontrol dan Monitor Pelaksanaan Perbaikan

Jika kita perhatikan,maka kita kita bisa melihat bahwa pada


Plan, memiliki jumlah langkah paling banyak dibandingkan yang lain.
Plan adalah langkah awal terpenting karena kita seringkali terjebak
untuk untuk langsung memecahkan “masalah” ketika pada
kenyataannya kita baru melihat “gejala masalah”. Kesalahan ini
sering kita lakukan karena kita ingin segera membereskan
permasalahan yang terlihat tanpa mempetimbangkan sumber akar
permasalahan.

Kemudian juga memiliki makna penting lainnya, yaitu silahkan


menggunakan langkah pemecahan masalah apapun yang sudah
diaplikasikan oleh anda, apakah itu 7 Langkah, 5 DMAIC Six Sigma.
Kombinasi Lean Six Sigma atau apapun, namun pada fase

49
pemahaman masalah yang biasanya terjadi pada langkah awal,
gunakanlah pola berpikir sistem untuk memahami masalah tersebut.

Gunakan pula alat-alat manajemen yang biasa anda


gunakan, seperti 7 new tools, lean management tools atau alat
statistik lainnya, dalam kerangka berpikir sistem. Namun prinsip
utama dalam kualitas yaitu peningkatan kualitas berkelanjutan juga
berlaku untuk sebuah pemecahan masalah secara sistem.

Proses yang iteratif dalam analisa sistem diterjemahkan


sebagai proses siklus yang berulang untuk terus-menerus
mendapatkan hasil yang lebih baik.

50
BAB IV

KESIMPULAN

Berpikir merupakan kemampuan alamiah yang dimiliki


manusia sebagai pemberian berharga dari Allah SWT. Dengan
kemampuan inilah manusia memperoleh kedudukan mulia di sisi-
Nya yang membedakannya dengan makhlukmakhluk ciptaan Allah
SWT lainnya. Berpikir adalah satu keaktifan pribadi manusia yang
mengakibatkan penemuan yang terarah kepada suatu tujuan.

Proses berpikir juga merupakan suatu kegiatan mental untuk


membangun dan memperoleh pengetahuan. Dalam suatu proses
pembelajaran, kemampuan berpikir peserta didik dapat
dikembangkan dengan memperkaya pengalaman yang bermakna
melalui persoalan pemecahan masalah.

Berfikir sistem adalah suatu proses untuk memahami suatu


fenomena dengan tidak hanya memandang dari satu atau dua sisi
tertentu. Dalam berfikir sistem ini, juga dapat dilihat adanya satu
kesatuan yang terdiri dari komponen-komponen seperti atasan,
bawahan, klega, dan pihak terkait lainnya. Masing-masing
komponen ini memiliki kontribusi terhadap tujuan sistem.

Namun perlu disadari bahwa satu bagian komponen tidak


akan dapat berdiri sendiri dalam mencapai tujuan organisasi. Dalam
hal ini, interaksi, kerja sama, dan komunikasi yang baik
antarkomponen, antarpimpinan, bawahan, kolega, dan yang lainnya,
mutlak dibutuhkanSalah satu kemampuan berpikir yang termasuk ke
dalam kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah kemampuan
berpikir kritis.

Sistem dalam ruang lingkup pemodelan sistem didefinisikan


sebagi sistem riil(nyata), yaitu objek dunia nyata yang akan
dimodelkan. Sistem didefinisikan sebagai sebuah entitas objek

51
dengan tujuan tertentu yang komponennya berinteraksi dalam
sebuah pola terstruktur sehingga yang komponennya berinteraksi
dalam sebuah pola terstruktur sehingga memiliki sebuah ciri utuh
yang bisa berbeda dengan hanya penjumlahan komponennya.

Model mental adalah serangkaian struktur ide, kepercayaan


dan kebiasaan yang kita miliki secara sadar atau tidak menjadi acuan
dalam mengambil keputusan dan memecahkan masalah. Pola
berpikir merupakan struktur pikiran kita, jadi pola berpikir sebenarnya
adalah sebuah model. Ini karena ketika kita berfikir untuk
memecahkan masalah dan mengambil keputusan, kita “mengolah”
informasi ke dalam suatu model dari masalah yang kita susun di
pikiran kita.

52
DAFTAR PUSTAKA

Hidayatno, A. (2013). Berpikir System: Pola Berpikir Untuk Pemahaman


Yang Lebih Baik. Reseachgate, May, 127.

Pershing James A (2006). Handbook of Human Performance Technology;


third edition. Principles,Practices and Potential. Pfeiffer; San Francisco.

http://perilakuorganisasi.com/peter-m-senge-organisasi-pembelajar.html

https://huxleyi.wordpress.com/2010/12/18/learning-organization-
organisasi-pembelajaran.htm

http://kuliahqita.wordpress.com/2010/05/07/definisi-karakteristik-dan-
prinsip-prinsip-pemodelan-sistem/

http://repository.upm.ac.id/899/1/Bahan%20ajar%20Pemodelan%20siste
m.doc

https://id.scribd.com/embeds/456852341/content?start_page=1&view_mo
de=scroll&access_key=key-fFexxf7r1bzEfWu3HKwf

53

Anda mungkin juga menyukai