Anda di halaman 1dari 33

ANALISIS PENGELOLAAN SISTEM INFORMASI DALAM MENINGKATKAN

PENGAMBILAN KEPUTUSAN SEKTOR PUBLIK

Disusun untuk Memenuhi Tugas Terstruktur

Mata Kuliah Pengambilan Keputusan

Dosen Pengampu : Firda Hidayati S.Sos, MPA, DPA

Disusun oleh :

Kelompok 4

Elvira Maulida Ismawanti 185030101111021


Elfira Yasmine Noor Hanifa 185030101111042
Charisma Gustin Priantiari 185030101111062
Lalu Muhammad Andika Bisyri 185030107111007
Mata Kuliah/Kelas : Pengambilan Keputusan/E

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2021
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan hidayah–Nya, serta usaha yang Penulis lakukan akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan dengan baik dan lancar.

Makalah dengan judul “Analisis Pengelolaan Sistem Informasi Dalam Meningkatkan


Pengambilan Keputusan Sektor Publik” disusun untuk memenuhi tugas struktur pada mata kuliah
Pengambilan Keputusan. Dalam kesempatan ini, Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar – besarnya kepada yang terhormat :

1. Ibu Firda Hidayati S.Sos, MPA, DPA selaku dosen mata kuliah Pengambilan Keputusan
Kelas E.
2. Kepada teman – teman mahasiswa/I program studi Administrasi Publik angkatan 2018
yang bersedia memberi masukan serta semangat sehingga dapat terselesaikannya makalah
ini dengan maksimal.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karenanya, besar
harapan atas kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan dan kemajuan untuk
menyempurnakan makalah selanjutnya. Akhir kata Penulis berharap tulisan ini dapat bermanfaat
dan menambah wawasan bagi siapapun yang membacanya, atau paling tidak bermanfaat bagi diri
Penulis sendiri.

Malang, 19 April 2021

Penulis

1
DAFTAR ISI
Halaman Judul
KATA PENGANTAR ................................................................................................................................. 1
DAFTAR ISI................................................................................................................................................ 2
BAB I ............................................................................................................................................................ 3
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................................. 6
1.3 Tujuan ................................................................................................................................. 6
1.4 Manfaat ............................................................................................................................... 6
BAB II .......................................................................................................................................................... 7
TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................................................................. 7
2.1 Pengambilan Keputusan .................................................................................................... 7
2.2 Aspek Pengambilan Keputusan ........................................................................................ 7
2.3 Faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan .................................................. 8
2.4 Metode dalam Meningkatkan Pengambilan Keputusan ................................................ 8
2.5 Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor : 58 Tahun 2020 Tentang Sistem Kerja Pegawai Aparatur Sipil Negara Dalam
Tatanan Normal Baru ...................................................................................................... 16
BAB III....................................................................................................................................................... 19
PEMBAHASAN ........................................................................................................................................ 19
3.1 Urgensi Pemanfaatan Sistem Informasi dalam Meningkatkan Pengambilan
Keputusan di Masa Pandemi Covid-19 .......................................................................... 19
3.2 PeduliLindungi, Aplikasi Sistem Informasi Manajemen Pemerintah yang digunakan
sebagai salah satu Pertimbangan Pengambilan Keputusan Publik di Masa Pandemi
Covid-19 ............................................................................................................................ 20
3.3 Fitur Aplikasi PeduliLindungi ........................................................................................ 22
3.4 Dampak Aplikasi PeduliLindungi terhadap Pengambilan Keputusan ....................... 26
BAB IV ....................................................................................................................................................... 28
PENUTUP.................................................................................................................................................. 28
4.1 Kesimpulan ....................................................................................................................... 28
4.2 Saran .................................................................................................................................. 29
DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap individu atau kelompok selalu dihadapkan pada pilihan untuk mengambil
keputusan. Organisasi adalah wadah yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah, berfikir
kreatif, mengembangkan solusi alternatif, dan mengkoordinasikan tindakan yang berkaitan
dengan proses pengambilan keputusan. Prof. Dr. Sondang P. Siagian (1980:82)
mengemukakan pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap
hakekat suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta dan data, penentuan yang matang dari
alternatif yang dihadapi dan mengambil tindakan yang menurut perhitungan merupakan
tindakan yang paling tepat. Data merujuk pada fakta-fakta berupa angka, dokumen, suara,
atau kode-kode tertentu, yang diolah sehingga memiliki nilai dan arti. Pengolahan data atau
fakta tersebut menghasilkan sebuah informasi yang digunakan untuk memformulasikan suatu
keputusan. Informasi yang berkualitas akan menentukan efektivitas pengambilan keputusan
yang dibuat.
Seorang pemimpin berperan sebagai pengambil keputusan yang sentral dan strategis.
Dibawah komandonya pemimpin akan menentukan keputusan mana yang terbaik bagi
organisasinya, dengan pertimbangan informasi-informasi yang sebelumnya telah didapat.
Kendati demikian, pemimpin tidak dapat melaksanakan tugasnya seorang diri, perlu
partisipasi dari setiap elemen dalam organisasi untuk membatu proses penentuan pengambilan
keputusan. Lebih lanjut, Prof. Dr. Sondang P. Siagian juga mengungkapkan bahwa seorang
pemimpin yang baik adalah orang yang tidak melaksanakan tindakan-tindakan operasional,
tetapi mengambil keputusan, menentukan kebijaksanaan dengan menggunakan orang lain
untuk melaksanakan keputusan yang telah diambil sesuai dengan kebijaksanaan yang telah
digariskan. Untuk mengembangkan kemampuan membuat keputusan-keputusan yang
mantap, handal, dan tepat waktu, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan seperti,
kemampuan menggunakan nalar, meneliti semua faktor yang berhubungan dengan suatu
masalah sekaligus segenap alternatif pemecahannya; mampu menetapkan suatu pemecahan
terbaik yang dapat dilaksanakan dengan lancar dan juga dituntut untuk berwawasan jauh ke
depan agar dapat mengantisipasi dan merencanakan aksi dan reaksi yang akan muncul akibat

3
keputusan tersebut. Kedua; harus mempunyai watak kuat yang diperlukan untuk membuat
keputusan terbaik pada waktu yang tepat, dan mengumumkannya pada kondisi yang tepat
juga sehingga akan diperoleh hasil sesuai yang harapkan.
Wabah Covid-19 merupakan salah satu fenomena global yang menyebar kian pesat ke
seluruh penjuru dunia sejak Januari 2020. Wabah ini cukup berdampak besar terhadap
tantangan kehidupan setiap umat manusia, seperti di bidang sosial, agama, ekonomi, politik,
dan lain sebagainya. Untuk itu, pemerintah dan pemimpin dituntut dapat membuat keputusan
strategis dalam memanajemen perencanaan kebijakan publik yang bersinergi dengan
masyarakat sebagai bentuk daya tanggap memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Dunn
(1994) mengklasifikasikan tiga kelas masalah, pertama masalah yang sederhana (well-
structured) adalah masalah yang melibatkan satu atau beberapa pembuat keputusan dan
seperangkat kecil alternatif kebijakan; kedua masalah yang agak sederhana (moderately-
structured) adalah masalah yang melibatkan satu atau beberapa pembuat keputusan dan
sejumlah alternatif yang secara relatif terbatas; dan ketiga masalah yang rumit (ill-structured)
adalah masalah yang mengikutsertakan banyak pembuat keputusan, sebab masalah yang
ditangani krusial dan menimbulkan ketidakpastian. Krisis pandemi Covid-19 termasuk pada
masalah ketiga, yaitu masalah yang rumit dan penuh dengan ketidakpastian, sehingga perlu
adanya reaksi cepat dan efektif dari pemerintah guna mendorong penyelesaian masalah yang
sedang dihadapi serta diharapkan dapat memitigasi masalah yang kemungkinan akan terjadi
melalui kebijakan publiknya.
Pengambilan keputusan di masa pendemi Covid-19 berbeda dengan pengambilan
keputusan pada umumnya, para pembuat kebijakan memformulasikan keputusan secara
langsung dan membutuhkan waktu untuk dapat mendengar setiap aspirasi/usulan yang
disampaikan dari berbagai kalangan yang berimplikasi langsung dengan permasalahan
tersebut. Sedangkan di masa pandemi, waktu yang dibutuhkan untuk mengambil keputusan
cenderung lebih pendek karena pemerintah harus bergerak cepat, membuat langkah-langkah
strategis agar terhindar dari krisis yang lebih parah, juga masalah yang dihadapi tidak
terstruktur dan lebih kompleks, mengingat dampak yang ditimbulkan juga hampir
berpengaruh pada semua bidang kehidupan. Sehubungan dengan itu, G. Harison dalam
Krisyantono (2006) menyatakan bahwa ”A crisis is a critical period following an event that
might negatively affect an organization in which decisions have to be made that will affect the

4
bottom line of an organization. It is a time of exploration requiring rapid processing of
information and decisive action to attempt to minimize harm to the organization and to make
the most of a potentially damaging situation”. Sehingga, penanganan efek atau dampak
negatif krisis harus segera direspon agar tidak mempengaruhi keseluruhan operasional
organisasi dan publiknya.
Dengan demikian, untuk dapat mengatasi kompleksitas dari implikasi yang di
timbulkan dari berbagai bidang tersebut, pemerintah berhak menyatakan status kedaruratan
(emergency power) negara dan membuat keputusan atau kebijakan baru guna membangkitkan
dan memulihkan kondisi di tengah krisis. Keterbatasan kondisi, ketika setiap orang
diharuskan mengubah cara berinteraksi, dimana kontak fisik dibatasi dan jaga jarak harus
diterapkan, cukup menjadi hambatan bagi pembuat kebijakan dalam memformulasikan
kebijakan publik. Lalu, untuk dapat meningkatkan pengambilan keputusan di tengah
keterbatasan, pemerintah berupaya mentransformasikan segala bentuk aktivitas kerja melalui
pemanfaatan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (TIK), sehingga pemerintah tetap dapat
menjalankan aktivitasnya meskipun secara virtual. Pendekatan baru bertukar pikiran
menggunakan teknologi komputer membantu untuk meningkatkan hasil dari proses. Dalam
beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa brainstorming tatap muka tidak selalu
menghasilkan alternatif yang baik sebanyak orang yang bekerja sendiri. Itu kurangnya
anonimitas dalam kelompok tatap muka menghambat beberapa orang untuk menawarkan ide
mereka. Brainstorming elektronik menghubungkan orang dengan komputer jadi mereka tidak
melakukannya berinteraksi secara langsung. Peserta berperilaku tanpa nama dalam proses,
membiarkan mereka menawarkan ide tanpa takut tekanan sosial dari orang yang dominan
(Joseph E. Champoux, 2010).
Oleh karena itu, dalam kesempatan ini kami mengambil bahasan mengenai
pemanfaatan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (TIK) dalam perananya membantu
meningkatkan pengambilan keputusan di kala pandemi Covid-19, dan mengambil studi kasus
terkait apliksi PeduliLindungi. Sebuah aplikasi yang mengandalkan partisipasi masyarakat
untuk saling membagikan data lokasinya, sehingga dapat mendeteksi penelusuran riwayat
kontak dengan penderita Covid-19. Selanjutnya, dengan adanya aplikasi ini juga
dimanfaatkan pemerintah dalam mengetahui informasi penyebaran Covid-19, kemudian
dijadikan pertimbangan untuk pengambilan keputusan publik.

5
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Urgensi Pemanfaatan Sistem Informasi dalam meningkatkan Pengambilan
Keputusan di masa pandemi Covid-19?
2. Bagaimana Fitur yang ada di dalam Apikasi PeduliLindungi?
3. Bagaimana dampak Aplikasi PeduliLindungi terhadap Pengambilan Keputusan?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui dan memahami Urgensi pemnafaatan Sistem Informasi dalam meningkatkan
Pengambilan Keputusan.
2. Mengetahui dan memahami fitur yang ada di dalam Aplikasi PeduliLindungi.
3. Mengetahui dan memahami dampak dari Aplikasi PeduliLindungi terhadap Pengambilan
Keputusan.
1.4 Manfaat
1. Manfaat Teoritis.
Makalah ini secara teoritis diharapkan dapat bermanfaat dalam memberikan pemahaman
dan menambah wawasan serta pengetahuan terutama dalam bidang meningkatkan
pengambilan keputusan melalui system informasi.
2. Manfaat Praktis.
Hasil makalah ini diharapkan membawa manfaat
a. Bagi Penulis, dapat meningkatkan kemampuan dalam pembelajaran Pengambilan
Keputusan.
b. Bagi Pembaca, terutama yang memiliki perhatian dalam bidang pengambilan
keputusan untuk mengetahui tindakan pemerintah dalam meningkatkan pengambilan
keputusan.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan adalah pemilihan alternatif perilaku dari dua alternatif atau lebih.
Pengambilan keputusan merupakan bagian dari suatu peristiwa yang meliputi diagnosa dari
suatu peristiwa yang meliputi diagnosa, seleksi tindakan dan implementasi (Beach dan
Connolly, dalam Moordiningsih dan Faturochman: 2006). Selain itu, Baron dan Byrne (dalam
Kusumawardani, Diah Nurayu, Joevarian, Nezza Nehemiah, dkk: 2013) mengungkapkan
pengambilan keputusan adalah suatu proses melalui kombinasi individu atau kelompok dan
mengintegrasikan informasi yang ada dengan tujuan memilih satu dari berbagai kemungkinan
tindakan. Pengambilan keputusan sebagai suatu proses mengevaluasi pilihan-pilihan yang ada
untuk mendapatkan hasil yang diharapkan. Sehingga, pembuatan keputusan terjadi di dalam
situasi-situasi yang meminta seseorang harus membuat prediksi kedepan, memilih salah satu
diantara dua pilihan atau lebih, membuat estimasi atau prakiraan mengenai frekuensi
prakiraan yang akan terjadi.
Dalam buku Managerial Decision Making (Rowe & Boulgarides, 1992) menjelaskan
adanya dua dimensi yang berbeda di dalam gaya pengambilan keputusan, yaitu orientasi nilai
dan toleransi terhadap ambiguitas. Tipe pengambil keputusan yang fokusnya pada tugas dan
masalah teknis atau fokus terhadap orang lain dan masalah sosial adalah pengambil keputusan
yang berorientasi nilai. Toleransi terhadap ambiguitas mengindikasikan tingkat di mana
seseorang memiliki kebutuhan yang tinggi terhadap struktur atau kendali dalam hidupnya.
Dua dimensi ini, ketika dikombinasikan, akan menghasilkan empat gaya pengambilan
keputusan, yaitu: direktif, analitis, konseptual, dan behavioral.
2.2 Aspek Pengambilan Keputusan
Terdapat tiga (3) aspek dalam pengambilan keputusan (Janis & Mann, 1977), yaitu:
1. Kemampuan mempertimbangkan beberapa alternatif yang tersedia. Individu tidak hanya
memikirkan manfaat terbesar yang akan didapatkan, tetapi juga berbagai macam
pertimbangan dari pilihan yang dipilih maupun yang tidak dipilih.
2. Kemampuan menghadapi tantangan untuk mencapai situasi yang diinginkan. Berbagai
tantangan yang kemungkinan akan dihadapi oleh individu dapat dilalui dengan baik

7
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Hal ini terkait dengan ketidakpastian,
sehingga pilihan yang telah dipilih tidak dapat diubah lagi.
3. Kemampuan untuk menerima risiko yang ada dan melaksanakan keputusan yang telah
dipilih. Individu mampu untuk menerima konsekuensi dari keputusannya dan
melaksanakan keputusan yang telah ditetapkan oleh dirinya sendiri.
2.3 Faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan
Menurut Hasan (dalam Tjiong, 2014), terdapat beberapa faktor yang memengaruhi
pengambilan keputusan yaitu;
1. Posisi atau kedudukan. Ketika mengambil sebuah keputusan, posisi seseorang dapat dilihat
dari letak posisi, apakah individu sebagai pembuat keputusan atau sebagai seorang staf,
dan tingkatan posisi, yaitu sebagai strategi, kebijakan, peraturan, organisasional,
operasional, atau teknis.
2. Masalah. Masalah bisa jadi penghambat tercapainya suatu tujuan dan penyimpangan dari
tujuan yang diharapkan.
3. Situasi. Situasi adalah keseluruhan faktor yang terjadi dalam suatu keadaan yang saling
berhubungan satu sama lain dan memberi pengaruh terhadap diri seseorang dan apa yang
akan dilakukan.
4. Kondisi. Kondisi adalah keseluruhan dari faktor-faktor yang menentukan perbuatan
seseorang.
5. Tujuan. Keinginan yang hendak dicapai, baik tujuan individu maupun kelompok umumnya
telah ditentukan. Tujuan dalam pengambilan keputusan merupakan tujuan objektif.
2.4 Metode dalam Meningkatkan Pengambilan Keputusan
Berdasarkan (Champoux, 2010), terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk
meningkatkan pengambilan keputusan dalam organisasi. Beberapa metode tersebut adalah
metode berbasis manusia dan menggunakan komputer dan teknologi.
1. Metode Berbasis Manusia
Metode berbasis manusia untuk meningkatkan pengambilan keputusan dirancang
untuk menghasilkan lebih banyak alternatif keputusan atau untuk meningkatkan kritik
terhadap alternatif tersebut. Beberapa metode juga dapat meningkatkan konflik dalam
kelompok pembuat keputusan untuk mengimbangi kewajiban kelompok tersebut.

8
1) Brainstorming
Brainstorming adalah metode untuk meningkatkan pengambilan keputusan yang
melibatkan pembuatan ide secara spontan sambil menunda evaluasi kritis dari ide-ide
tersebut. Perannya dalam proses pengambilan keputusan adalah untuk menciptakan
sekumpulan alternatif keputusan, bukan untuk memilih alternatif terakhir. Terdapat
empat (4) aturan untuk memandu brainstorming. Pertama, anggota kelompok
menghasilkan ide dengan gaya yang bebas. Kedua, pada tahap ini tidak ada kritik
terhadap ide apa pun, tidak peduli seberapa aneh atau hambarnya. Ketiga, banyak ide
yang diinginkan. Asumsinya adalah, jika orang menyarankan banyak ide, beberapa
akan bagus. Keempat, setelah gagasan disajikan, anggota kelompok menyarankan cara
untuk menggabungkan atau memperbaiki ide. Yang terakhir, pengambil keputusan
harus memiliki banyak alternatif solusi untuk suatu masalah. Beberapa manfat
brainstorming antara lain:
1. Brainstorming menciptakan ide-ide baru, karena setiap anggota memberikan
kontribusi spontan ide-ide segar yang mampu memicu ide-ide lainnya atau
pengembangan dari sebuah ide secara bersama-sama;
2. Brainstorming dilakukan dalam teknik diskusi bagi proses kreatifitas dan
improvement, merupakan teknik yang sangat kuat dan efektif;
3. Brainstorming dapat membantu memecahkan masalah, karena diskusi yang
dilakukan berfokus pada alternatif pencarian solusi dan langkah-langkah yang perlu
diambil serta resikonya;
4. Brainstorming menciptakan ide-ide baru dan memecahkan masalah, memotivasi
dan mengembangkan tim;
5. Brainstorming mampu memotivasi karena melibatkan anggota tim dalam isu-isu
manajemen yang lebih besar, saling keterbukaan, satu visi dan saling bekerja sama.
2) Brainstorming Elektronik
Pendekatan baru untuk brainstorming dengan menggunakan teknologi komputer
dalam meningkatkan hasil proses. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa
brainstorming tatap muka tidak selalu menghasilkan alternatif yang baik sebanyak
orang yang bekerja sendiri. Brainstorming elektronik menghubungkan orang dengan
komputer sehingga mereka tidak berinteraksi secara langsung. Peserta berperilaku

9
tanpa nama dalam proses, membiarkan mereka menawarkan ide tanpa takut tekanan
sosial dari orang yang dominan.
3) Penyelidikan dialektis
Penyelidikan dialektis adalah metode terstruktur, logis, dan analitis untuk
memeriksa alternatif keputusan. Prosesnya dimulai dengan mendeskripsikan alternatif
keputusan yang disukai dan data yang digunakan untuk memilihnya. Proses tersebut
menganalisis asumsi yang dipegang oleh pengambil keputusan saat memilih alternatif.
Alternatif keputusan lain kemudian dipilih untuk dipertimbangkan. Alternatif itu bisa
saja yang baru atau yang ditolak lebih awal dalam proses pengambilan keputusan. Bukti
penelitian menunjukkan bahwa teknik ini juga dapat membantu dalam mencapai
keputusan berkualitas tinggi.
Metode berbasis manusia lainnya ada untuk meningkatkan pengambilan keputusan
kelompok. Metode yang beragam ini memiliki banyak nama, termasuk "manajemen
apresiatif" dan "Teknologi Partisipasi". Mereka menyadari bahwa kelompok pembuat
keputusan semakin beragam, dengan banyak sudut pandang berbeda. Tujuan dari metode
ini adalah untuk memanfaatkan perbedaan, mengurangi konflik disfungsional, dan
memfokuskan anggota yang beragam pada tujuan organisasi.
2. Metode Berbasis Komputer
Metode berbasis komputer untuk meningkatkan keputusan dalam organisasi
mencakup sistem informasi manajemen, sistem pendukung keputusan, dan sistem pakar.
1) Sistem Informasi Manajemen
Sistem informasi manajemen adalah sistem pemrosesan informasi yang digunakan
oleh organisasi untuk mendukung aktivitas operasi sehari-hari dan fungsi pengambilan
keputusan. Sistemnya bisa manual, tetapi paling kuat bila berbasis computer yang
membuat informasi tersedia bagi para pengguna yang memiliki kebutuhan sepupa
(McLeod, Schell:2011). Sistem informasi manajemen mengintegrasikan berbagai
subsistem sesuai dengan rencana manajemen informasi umum. Data di dalam
subsistem sesuai dengan spesifikasi sistem terintegrasi, memungkinkan pembagian
yang mudah ke seluruh sistem. Beberapa pengguna mencapai sistem informasi
manajemen dengan terminal atau komputer pribadi (PC). Pengguna mendapatkan
berbagai macam data, model keputusan, dan metode kueri database. Sistem informasi

10
manajemen sangat mendukung kegiatan analitis, perencanaan strategis, dan
pengambilan keputusan suatu organisasi. Selain itu, Sistem Informasi Manajemen
berguna sebagai sebuah alternatif bagi para manajer dalam menyediakan dan
mengelola informasi yang dipergunakan dalam perencanaan, pengendalian,
pengevaluasian, dan perbaikan berkelanjutan serta menyediakan informasi untuk
pengambilan keputusan.
Sebagai pengguna sistem informasi manajemen, tingkatan manajemen ini dapat
diklasifikasikan ke dalam tiga tingkatan (Hendra, 2013: 10), yaitu:
a) Manajer tingkat perencanaan stratejik (strategic planning)
Manajer tingkat perencanaan stratejik merupakan manajer tingkat atas,
seperti para jajaran Menteri, para Pejabat Eselon I, di 11 mana keputusan-keputusan
yang dibuatnya berkenaan dengan perencanaan stratejik yang meliputi proses
evaluasi lingkungan luar organisasi, penetapan tujuan organisasi, dan penentuan
strategi organisasi.
b) Manajer tingkat pengendalian manajemen (management control)
Manajer tingkat pengendalian manajemen (management control) yang
dikenal juga dengan istilah manajer tingkat menengah, mempunyai tanggung jawab
untuk menjabarkan rencana stratejik yang sudah ditetapkan ke dalam
pelaksanaannya dan meyakinkan bahwa tujuan organisasi akan tercapai. Termasuk
dalam kelompok ini misalnya adalah Pejabat Eselon II, Kepala Kantor Wilayah,
Kepala Dinas, dan Eselon III, Kepala Bagian/Bidang.
c) Manajer tingkat pengendalian operasi (operational control)
Manajer tingkat pengendalian operasi (operational control) merupakan
manajer tingkat bawah misalnya Pejabat Eselonselon IV dan V, bertanggung jawab
melaksanakan rencana yang sudah ditetapkan oleh manajer tingkat menengah, yang
terwujud dalam operasi/kegiatan organisasi.
Penggolongan manajer menurut tingkatnya mempunyai pengaruh signifikan dalam
mendesain sistem informasi yang berkaitan dengan sumber informasi, cara penyajian,
dan jenis keputusannya. Manajer tingkat perencanaan stratejik akan lebih banyak
menerima informasi yang berasal dari lingkungan luar organisasi daripada informasi
intern, dan sebaliknya untuk manajer tingkat bawah. Dari segi penyajiannya, manajer

11
tingkat atas lebih menyukai informasi dalam bentuk ringkas, bukan detil. Sebaliknya,
manajer tingkat bawah lebih menekankan pada informasi detil, bukan ringkas. Sedang
berdasarkan jenis keputusan yang diambil, keputusan yang dibuat oleh manajer tingkat
atas lebih tidak terstruktur dibandingkan keputusan yang diambil oleh manajer tingkat
yang lebih rendah.
2) Sistem Pendukung Keputusan (Decision Support Systems)
Sistem pendukung keputusan adalah sistem berbasis komputer yang dirancang
untuk membantu penilaian pembuat keputusan manusia. Sistem ini tidak
mengotomatiskan proses keputusan organisasi, sebaliknya, mereka mendukung proses
tersebut dan membantu pembuat keputusan mengambil keputusan yang lebih baik.
Sistem pendukung keputusan adalah sistem dinamis yang berubah dan berkembang
saat pembuat keputusan menggunakannya. Mereka juga dapat disesuaikan dengan cara
pembuat keputusan membuat keputusan. Suatu organisasi dapat memiliki beberapa
sistem pendukung keputusan untuk pembuat keputusan dan kelas keputusan yang
berbeda.
Decision Support System (DSS) adalah bagian dari Sistem Informasi berbasis
kompter, termasuk sistem berbasis pengetahuan (manajemen pengetahuan) yang
dipakai untuk mendukung pengambilan keputusan dalam suatu organisasi atau sebuah
perusahaan. Teori umum yang mendasari DSS, yaitu:
a) Herbert A. Simon
Menggunakan konsep keputusan terprogram dan tidak terprogram
dengan phase pengambilan keputusan yang merefleksikan terhadap
pemikisan Decision Support Systems (DSS) saat ini.
b) G Anthony Gory dan Michael S Scott Morton
Menggunakan tahapan dalam pengambilan keputusan dengan
membedakan antara struktur masalah dan tingkat keamanan. Dapat juga
dikatakan sebagai sistem komputer yang mengolah data menjadi informasi
untuk mengambil keputusan dari masalah baik yang bersifat terstuktur, tidak
terstuktur, maupun semi-terstuktur.
Sistem pendukung keputusan dapat memberikan dukungan dalam membuat
keputusan dalam semua tingkatan level manajemen, baik individual maupun grup,

12
terutama dalam situasi semi terstruktur dan tidak terstruktur, membawa kepada
keputusan bersama dan informasi yang objektif. (Turban, 2004). Tujuan tersebut
mengacu pada tiga prinsip dasar dalam Decision Support System (DSS) diantaranya:
a) Struktur Masalah
Yaitu untuk masalah terstruktur, penyelesaian dapat dilakukan dengan
menggunakan rumus-rumus yang sesuai, sedangkan untuk masalah tak
terstruktur tidak dapat dikomputerisasi. Sementara mengenai Decision Support
System (DSS) dikembangkan khususnya untuk masalah yang semi-terstruktur.
b) Dukungan Keputusan
Yaitu Decision Support System (DSS) tidak dimaksudkan untuk
menggantikan manajer, karena komputer berada di bagian terstruktur,
sementara manajer berada di bagian tak terstruktur untuk memberi penilaian
dan melakukan analisis. Manajer dan komputer bekerja sama sebagai sebuah
tim pemecah masalah semi terstruktur.
c) Efektivitas Keputusan
Yaitu merupakan tujuan utama dari Decision Support System (DSS), bukan
untuk mempersingkat waktu dalam pengambilan keputusan, tapi agar
keputusan yang dihasilkan dapat lebih baik.
DSS menyajikan kepada pengguna satu perangkat alat yang fleksibel dan memiliki
kemampuan tinggi untuk analisis data penting. Dengan kata lain, DSS menggabungkan
sumber daya intelektual seorang individu dengan kemampuan komputer dalam rangka
meningkatkan kualitas pengambilan keputusan, namun tidak untuk menggantikan
pertimbangan manajemen dalam pengambilan keputusannya. Hal ini juga
memungkinkan para manajer untuk melihat dampak-dampak yang mungkin timbul dari
berbagai keputusan yang diambil yang disebut model yang dapat memperkirakan
dampak sebuah keputusan. DSS yang didasarkan pada web dan internet dapat
mendukung pengambilan keputusan dengan menyajikan akses on-line terhadap
berbagai database dan informasi dengan menggunakan perangkat lunak untuk analisis
data. Berapa karakteristik dan kapabilitas DSS yang dapat diidentifikasi adalah sebagai
berikut (Hendra, 2013: 31), yaitu:

13
a) Memberikan dukungan bagi pengambil keputusan, terutama dalam situasi semi-
terstruktur atau tidak-terstruktur;
b) Memberikan dukungan untuk berbagai tingkatan manajemen, mulai dari tingkat
manajemen puncak hingga ke tingkat manajemen yang paling bawah dan para
pegawai lainnya;
c) DSS dapat beradaptasi terhadap waktu dan fleksibel; pengguna dapat menambah,
menghapus, mengkombinasikan, mengubah, atau menata kembali elemen-elemen
dasar;
d) Tampilan DSS akrab dengan pengguna, memiliki kapabilitas yang besar, dan
dirancang agar dapat interaktif sehingga mudah untuk digunakan.
e) DSS mampu untuk meningkatkan efektivitas pengambilan keputusan dengan fokus
pada keakuratan, ketepatan waktu, dan kualitas hasil, serta mengefisiensikan biaya
dalam proses pengambilan keputusan.
f) Pengguna-akhir mampu mengkonstruksi dan memodifikasi sistem yang sederhana
oleh mereka sendiri. Sedangkan untuk sistem yang lebih besar, biasanya dapat
dibangun dengan dukungan dari spesialis sistem informasi.
g) DSS biasanya menggunakan model-model dalam analisis situasi pengambilan
keputusan yang mudah untuk dioperasikan oleh pengguna.
Dampak dari pemanfaatan Decision Support System (DSS) antara lain (Saliman,
2010), yaitu:
a) Masalah-masalah semi struktur dapat dipecahkan.
b) Problem yang kompleks dapat terselesaikan.
c) System dapat berinteraksi dengan pemakainya.
d) Dibandingkan dengan pengambilan keputusan secara intuisi, pengambilan
keputusan dengan DSS dinilai lebih cepat dan hasilnya lebih baik.
e) Menghasilkan acuan data untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh
manajer yang kurang berpengalaman.
f) Untuk masalah yang berulang, DSS dapat memberi keputusan yang lebih efektif.
g) Fasilitas untuk mengambil data, dapat memberikan kesempatan bagi beberapa
manajer untuk berkomunikasi dengan lebih baik.
h) Meningkatkan produktivitas dan kontrol dari manajer.

14
3) Expert Systems (sistem pakar)
Expert Systems mendukung pengambilan keputusan dengan mensimulasikan
pengetahuan pakar dan proses keputusan. Sistem pakar yang dirancang untuk
membantu diagnosis medis, misalnya, memiliki database gejala dan seperangkat aturan
keputusan yang memandu pengguna melalui diagnosis. Pengguna mengakses sistem
interaktif melalui terminal atau PC. Pengguna tidak perlu menjadi ahli di bidang yang
dicakup oleh sistem pakar. Sistem ini biasanya digunakan jika organisasi harus
memberikan keputusan atas suatu masalah yang kompleks. Secara khusus, Expert
Systems adalah paket komputer untuk memecahkan atau mengambil keputusan atas
suatu masalah spesifik atau terbatas, yang kemampuan pemecahannya dapat sama atau
melebihi suatu tingkat kemampuan seorang pakar. Secara umum, suatu Expert Systems
mengandung komponen-komponen berikut (Hendra, 2013: 41), yaitu:
a) Subsistem pemerolehan pengetahuan (knowledge acquisition sub system).
Pemerolehan pengetahuan adalah pengumpulan, pemindahan, dan
pentransformasian keahlian pemecahan masalah para pakar atau pendokumentasian
sumber-sumber pengetahuan ke program komputer yang digunakan untuk
mengkonstruksikan atau memperluas basis pengetahuan. Karena pemerolehan
pengetahuan dari para pakar adalah pekerjaan yang kompleks, biasanya dibutuhkan
perantara, yaitu teknisi pengetahuan (knowledge engineer).
b) Basis pengetahuan. Basis pengetahuan mengandung pengetahuan yang diperlukan
untuk memahami, memformulasikan, dan memecahkan masalah. Basis ini terdiri
dari dua elemen utama, yaitu fakta dan kelaziman. Informasi dalam basis
pengetahuan dimuat dalam program komputer melalui suatu proses yang disebut
representasi pengetahuan (knowledge representation).
c) Mesin inferensi. Otak dari sistem pakar adalah mesin inferensi, yang juga dikenal
sebagai stuktur pengendali atau penginterpretasi kelaziman. Mesin inferensi
biasanya memiliki tiga elemen utama, yaitu suatu penginterpretasi, penjadwalan,
dan penegak konsistensi.
d) Pengguna.
e) Tampilan pengguna.

15
f) Papan belakang (ruang kerja). Papan belakang adalah suatu area memori kerja
untuk menguraikan kondisi yang ada, yang ditentukan oleh data masukan.
g) Subsistem penjelasan (penjustifikasi). Subsistem ini dapat menelusuri tanggung
jawab atas simpulan-simpulan yang diberikan kepada sumbernya. Biasanya, secara
interaktif, subsistem ini menjawab pertanyaan seperti: Kenapa suatu pertanyaan
diajukan oleh Expert Systems? Bagaimana suatu simpulan dicapai? Kenapa
alternatif tertentu justru ditolak?
h) Sistem pengurai pengetahuan (knowledge refining system). Sistem ini menganalisis
pengetahuannya sendiri dan penggunaannya, belajar dari ini, dan meningkatkannya
untuk konsultasi berikutnya.
2.5 Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor : 58 Tahun 2020 Tentang Sistem Kerja Pegawai Aparatur Sipil Negara Dalam
Tatanan Normal Baru
Menindaklanjuti Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 2020 tentang Penetapan
Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) dan Keputusan
Presiden Nomor 12 Tahun 2020 tentang Penetapan Bencana Non alam Penyebaran Corona
Virus Disease 2019 (Covid-19) Sebagai Bencana Nasional, serta memperhatikan arahan
Presiden Republik Indonesia untuk menyusun tatanan normal baru yang mendukung
produktivitas kerja namun tetap memprioritaskan kesehatan dan keselamatan masyarakat,
perlu dilakukan perubahan sistem kerja Pegawai Aparatur Sipil agar dapat beradaptasi
terhadap perubahan tatanan normal baru produktif dan aman Covid-19.
Sehubungan dengan hal tersebut, untuk menjaga keberlangsungan pelaksanaan tugas dan
fungsi dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik dengan tetap
memprioritaskan kesehatan dan keselamatan Pegawai Aparatur Sipil Negara, perlu ditetapkan
Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Sipil dan Reformasi Birokrasi tentang Sistem
Kerja Pegawai Aparatur Sipil dalam Tatanan Normal Baru, dalam Penyesuaian Sistem Kerja
sebagai berikut:
a. Pegawai Aparatur Sipil Negara wajib masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja
sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan di bidang kepegawaian.
Namun demikian, untuk beradaptasi dengan kondisi pandemi Covid-19 perlu

16
dilakukan penyesuaian sistem kerja bagi Pegawai Aparatur Sipil Negara dengan cara
menjalankan protokol kesehatan dalam aktivitas Keseharian.
b. Penyesuaian sistem kerja dlaksanakan untuk mewujudkan budaya kerja yang adaptif
dan berintegritas guna meningkatkan kinerja Pegawai Aparatur Sipil Negara.
c. Penyesuaian sistem kerja dimaksud dapat dilaksanakan melalui fleksibilitas dalam
pengaturan lakasi bekerja bagi Pegawai Aparatur Sipil Negara, yang meliputi :
1) Pelaksanaan tugas kedinasan di kantor (work from office); dan/atau
2) Pelaksanaan tugas kedinasan di rumah/tempat tinggal (work from home).
d. Pelaksanaan tugas kedinasan di kantor (work from office)
Pegawai Aparatur Sipil Negara melaksanakan tugas kedinasan di kantor sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kepegawaian.
e. Pelaksanaan tugas kedinasa di rumah/tempat tinggal (work from home)
Pegawai Aparatur Sipil Negara melaksanakan tugas kedinasan di rumah/tempat
tinggal dimana Pegawai Aparatur Sipil Negara di tempatkan/ditugaskan pada instansi
pemerintah. Pelaksanaan tugas kedinasan yang dimaksud, dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kepegawaian.
f. Terhadap fleksibilitas dalam pengaturan lokasi bekerja, Pejabat Pembina
Kepegawaian pada Kementerian/Lembaga/Daerah:
1) Mengatur sistem kerja yang akuntabel dan selektif bagi pejabat/pegawai di
lingkungan unit kerjanya yang dapat melaksanakan tugas kedinasan di kantor
(work from office) dan/atau di rumah/tempat tinggal (work from home) dengan
memperhatikan kondisi penyebaran Covid-19 di daerah masing-masing.
2) Menentukan Pegawai Aparatur Sipil Negara yang dapat melaksanakan tugas
kedinasan di rumah/tempat tinggal (work from home), dengan
mempertimbangkan:
a) Jenis pekerjaan pegawai.
b) Hasil penilaian kinerja pegawai.
c) Kompetensi pegawai dalam mengoperasikan sistem dan teknologi
informasi.
d) Laporan disiplin pegawai.
e) Kondisi kesehatan/faktorkomordibilitas pegawai.

17
f) Tempat tinggal pegawai berada di wilayah dengan penetapan
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
g) Kondisi Kkesehatan keluarga pegawai (dalam status orang dalam
pemantauan/orang dalam pengawasan/dikonformasi Covid-19).
h) Riwayat perjalayanan dalam neeri/luar negeri pegawai dalam 14
(empat belas) hari kalender terakhir.
i) Riwayat interaksi pegawai dengan penderita terkonformasi positif
Covid-19 dalam 14 (empat belas) hari kalender terakhir.
j) Efektivitas pelaksanaan tugas dan pelayanan unit organisasi.

18
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Urgensi Pemanfaatan Sistem Informasi dalam Meningkatkan Pengambilan Keputusan
di Masa Pandemi Covid-19
Pada era sekarang, informasi dirasa sudah menjadi kebutuhan dalam tatanan
aktivitas kehidupan disemua kalangan masyarakat. Dalam banyak hal informasi dianggap
mampu merubah berbagai kehidupan masyarakat, entah itu dibidang ekonomi, sosial budaya,
pengetahuan, sains, pertahanan dan keamanan, bahkan keagamaan. Dengan perkembangan
ilmu dan teknologi informasi menjadikan cara pandang dan gaya hidup masyarakat dalam
melakukan aktivitas berubah. Secara umum, keberadaan sistem informasi manajemen adalah
suatu sistem yang dibuat untuk mengendalikan kinerja organisasi yang melibatkan tenaga
kerja manusia, dokumen, prosedur, dan teknologi. Sehingga, akan berpengaruh terhadap
kinerja yang berjalan lebih tepat sasaran dan efektif, untuk menangkap peluang-peluang
pengambilan keputusan yang ditawarkan melalui berbagai program dan sinergi antar
stakeholder terkait. Hal ini sehubungan dengan apa yang dikatakan Baron dan Byrne (dalam
Kusumawardani, Diah Nurayu, Joevarian, Nezza Nehemiah, dkk: 2013) mengungkapkan
pengambilan keputusan adalah suatu proses melalui kombinasi individu atau kelompok dan
mengintegrasikan informasi yang ada dengan tujuan memilih satu dari berbagai kemungkinan
tindakan.

Terlebih ketika menghadapi krisis pendemi Covid-19, pemerintah mewajibkan


seluruh masyarakat di dunia untuk mematuhi protokol kesehatan dan membatasi aktivitas
yang berpotensi menimbulkan kerumunan. Akibatnya, setiap orang terpaksa harus menata
ulang strategi dan berinovasi untuk menjaga keberlangsungan hidupnya. Di tengah
ketidakpastian yang terjadi identifikasi informasi mutlak diperlukan untuk mengambil
keputusan yang logis. Sehingga, pengelolaan sistem informasi dan komunikasi berperan
dalam mengidentifikasi pemahaman tentang masalah yang dihadapi, berikut pengetahuan
mengenai strategi dan alternatif solusinya. Menurut Frank Dance dalam Littlejohn et al.,
(2011), salah satu aspek penting di dalam mengelola informasi komunikasi adalah konsep
reduksi ketidakpastian. Hal itu muncul karena adanya kebutuhan untuk mengurangi
ketidakpastian, supaya dapat bertindak secara efektif demi melindungi atau memperkuat ego
yang bersangkutan dalam berinteraksi secara individual maupun kelompok. Informasi yang

19
akurat diperlukan pemerintah, masyarakat maupun sektor swasta yang memiliki kepedulian
terhadap penanggulangan masalah. Pengelolaan sistem informasi yang tepat akan
menghasilkan suatu keputusan yang maksimal, disamping hal tersebut kualitas suatu
informasi juga diandalkan, seperti informasi harus akurat, tepat waktu dan relevan
(Blumberg dan Atre, 2003).

Sebelum keputusan diambil, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan


meliputi, tujuan pengambilan keputusan, identifikasi alternatif keputusan untuk
menyelesaikan masalah, perhitungan faktor-faktor yang tidak dapat diketahui sebelumnya
atau di luar jangkauan manusia (kejadian yang tidak terkendali) dan sarana atau alat yang
digunakan untuk mengevaluasi atau mengukur hasil keputusan disituasi tertentu. Pemanfaatan
teknologi menjadi salah satu alternatif sarana atau alat yang dapat digunakan untuk mengelola
sistem informasi pengambilan keputusan.

Dewasa ini, sistem informasi yang digunakan lebih berfokus pada sistem informasi
berbasis komputer (computer-based information system). Harapan yang ingin diperoleh di
sini adalah bahwa dengan penggunaan teknologi informasi atau sistem informasi berbasis
komputer, informasi yang dihasilkan dapat lebih akurat, berkualitas, dan tepat waktu,
sehingga pengambilan keputusan dapat lebih efektif dan efisien. Meskipun sistem informasi
berbasis komputer menggunakan teknologi komputer untuk memproses data menjadi
informasi yang memiliki arti, ada perbedaan yang cukup tajam antara komputer dan program
komputer di satu sisi dengan sistem informasi di sisi lainnya. Komputer dan perangkat lunak
komputer yang tersedia merupakan fondasi teknis, alat, dan material dari sistem informasi
modern. Komputer dapat dipakai sebagai alat untuk menyimpan dan memproses informasi.
Program komputer atau perangkat lunak komputer merupakan seperangkat instruksi operasi
yang mengarahkan dan mengendalikan pemrosesan informasi

3.2 PeduliLindungi, Aplikasi Sistem Informasi Manajemen Pemerintah yang digunakan


sebagai salah satu Pertimbangan Pengambilan Keputusan Publik di Masa Pandemi
Covid-19
Tuntutan mematuhi protokol kesehatan, seperti pembatasan sosial dan pembatasan
fisik mengakibatkan beberapa aktivitas pekerjaan menjadi terhambat. Seperti halnya dalam
masalah perumusan kebijakan publik, pemerintah yang berwenang perlu melakukan

20
koordinasi dari berbagai pihak dan meninjau lapangan untuk dapat mengidentifikasi masalah
yang sedang terjadi, kemudian mencari alternatif solusi. Namun, sebagai bentuk dari
pelaksanaan kebijakan mematuhi protokol kesehatan, maka semua aktivitas masyarakat
utamanya kegiatan bertemu dengan sesama “face to face”, kini semua kegiatan manusia hanya
boleh dilakukan di rumah. Menurut Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi Nomor 58 Tahun 2020 tentang Sistem Kerja Pegawai Aparatur Sipil
Negara dalam Tatanan Normal Baru (SE MENPANRB 58/2020) memuat sistem kerja bagi
pegawai Aparatur Sipil Negara (ASN) dalam penyelenggaraan pemerintahan di lingkungan
kementerian/lembaga/daerah untuk beradaptasi dengan tatanan normal baru produktif dan
aman COVID-19. Pegawai ASN wajib masuk kerja, namun perlu dilakukan penyesuaian
sistem kerja dengan cara menjalankan protokol kesehatan dalam aktivitas keseharian.
Penyesuaian sistem kerja tersebut dilakukan melalui fleksibilitas pengaturan lokasi bekerja,
pegawai ASN yang WFH melaksanakan tugas kedinasan di rumah/tempat tinggal di mana ia
ditempatkan/ditugaskan pada instansi pemerintah, yang tetap dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kepegawaian. Hal ini sedikit banyak pasti
akan menyulitkan pekerjaan dalam menetapkan keputusan strategis yang membutuhkan
koordinasi dari berbagai pihak. Kendati demikian, pemimpin dituntut tetap mengupayakan
pengambilan keputusan agar proses perumusan kebijakan publik untuk mencapai “common
good” dapat terus bejalan. Mengingat kebijakan merupakan suatu ketetapan yang memuat
prinsip-prinsip untuk mengarahkan cara-cara bertindak yang dibuat secara terencana dan
konsisten untuk mengatasi masalah dan untuk mencapai tujuan tertentu (Farazmand, 2009).

Selanjutnya, pemerintah berinovasi untuk memanfaatkan sistem informasi berbasis


komputer, untuk meningkatkan pengambilan keputusan publik. Karena dalam sistem
informasi memuat berbagai informasi penting mengenai orang, tempat, dan segala sesuatu
yang ada di dalam atau di lingkungan. Informasi sendiri mengandung suatu arti yaitu data
yang telah diolah ke dalam suatu bentuk yang lebih memiliki arti dan dapat digunakan untuk
pengambilan keputusan. Data sendiri merupakan fakta-fakta yang mewakili suatu keadaan,
kondisi, atau peristiwa yang terjadi atau ada di dalam atau di lingkungan fisik organisasi.
Akhirnya Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (Kominfo RI)
merbitkan satu aplikasi yang bernama PeduliLindungi. PeduliLindungi adalah aplikasi yang

21
dikembangkan untuk membantu instansi pemerintah terkait dalam melakukan pelacakan
untuk menghentikan penyebaran Covid-19.

Aplikasi PeduliLindungi ini merupakan Computer-Based Method, dimana


Informasi diproses menggunakan teknologi yang akhirnya dijadikan Big-Data untuk
mengambil sebuah keputusan. Diadakannya aplikasi ini merupakan suatu Keputusan dari
pemerintah untuk meningkatkan fasilitas layanan kepada masyarakat dibalik keterbatasan
yang ada. Selain itu, PeduliLindungi juga termasuk Decision Support Systems atau Sistem
pendukung keputusan merupakan interaksi sistem informasi dengan pengalaman agar dapat
digunakan oleh manajer dalam pengambilan keputusan. Ide dasar dari DSS adalah untuk
menyoroti peran of komputer dalam proses pengambilan keputusan dan sebagai proses
menyediakan lingkungan dan kondisi, mekanisme dan teknologi yang melayani industri untuk
membuat keputusan yang baik (Shubair, 2015). DSS bergantung pada komputasi, metode
konvensional dan teknik kuantitatif cerdas untuk mendukung pengambil keputusan dalam
menangani masalah semi struktural dan non struktural untuk mencapai keputusan atau
sekumpulan alternatif (Turban, 2015). Sehubungan dengan salah satu karakteristik DSS yang
dikemukakan Hendra, 2013: 31, bahwa mereka dirancang untuk membantu para pengambil
keputusan dalam penggunaan data dan model analitik tingkat lanjut dalam menangani
masalah di tingkat menengah dan atas. Selain itu, sebagai perangkat teknologi juga berfungsi
untuk memfasilitasi pengambilan keputusan, yang membutuhkan upaya yang besar dan
analisis yang mendalam. Dengan demikian, sistem pendukung keputusan bertanggung jawab
atas kinerja pembuatan informasi untuk keputusan, serta penyampaian keputusan dan
interaksi dengan pengguna.

3.3 Fitur Aplikasi PeduliLindungi


Saat ini tidak kurang 1 juta pengguna telah meng-install PeduliLindungi untuk memutus
mata rantai penyebaran COVID-19, melalui aplikasi PeduliLindungi yang telah ditetapkan
dengan Keputusan Menteri Kominfo No. 171 Tahun 2020 Keputusan ini sebagai dasar
penyelenggaraan tracing, tracking dan fencing melalui infrastruktur, sistem dan aplikasi
telekomunikasi untuk mendukung Surveilans Kesehatan melengkapi Keputusan Menteri
Komuniakasi dan Informatika sebelumnya yaitu Keputusan Menteri Kominfo No. 159 Tahun
2020. Keputusan Menteri ini bersifat khusus, berlaku hanya untuk keadaan darurat wabah

22
sampai dengan Pemerintah menyatakan keadaan kondusif dan keadaan darurat
diakhiri. Keputusan ini sekaligus untuk memberikan jaminan perlindungan data pribadi sesuai
perundang-undangan. Masyarakat dapat meggunakan Aplikasi PeduliLindungi dengan
memasukkan NIK dan Nomor WhatsApp untuk memudahkan komunikasi dan pelacakan.
Seperti yang diketahui, PeduliLindungi memiliki banyak fitur yang terdiri dari:

1. Tracking, mendeteksi pergerakan terpapar COVID-19 selama 14 hari ke belakang. Dengan


adanya fitur ini, akan ditunjukkan statitstik kasus penyebaran COVID-19 disekitar
lingkungan pengguna. Aplikasi juga dapat terhubung dengan operator selular lainnya untuk
menghasilkan visualisasi yang sama. Berdasarkan hasil tracking dan tracing, nomor di
sekitar pasien positif COVID-19 yang terdeteksi akan diberikan warning untuk segera
menjalankan protokol kesehatan. Aplikasi ini juga digunakan untuk memonitor pendatang
dari luar negeri dan pos lintas batas. Dari implementasi di lapangan terbukti
bahwa smartphone yang sudah meng-install akan diberikan notifikasi saat yang
bersangkutan berada di sekitar orang terpapar COVID-19 dan meminta menjauh tanpa tahu
siapa yang terpapar sebagai aspek perlindungan data pribadi. Aplikasi ini bekerja untuk
kepentingan masyarakat, semakin banyak masyarakat yang meng-install dan
menggunakannya maka tingkat akurasinya akan semakin tinggi, sehingga kita dapat
membantu sesama dalam menanggulangi penyebaran COVID-19. Aplikasi ini membantu
pelacakan penyebaran virus, menginformasikan zonasi dan notifikasi keramaian,
pemeriksaan kesehatan dan vaksinasi, serta zona resiko paparan COVID-19 terkini. Yang
terbaru adalah untuk Check In-Out lokasi hingga tiket vaksinasi. Pada saat pengguna sudah
mengunduh aplikasi PeduliLindungi, sistem akan meminta persetujuan untuk
mengaktifkan data lokasi. Dengan kondisi lokasi aktif, maka secara berkala aplikasi akan
melakukan identifikasi lokasi Anda serta memberikan informasi terkait keramaian dan
zonasi penyebaran COVID-19. Hasil tracing ini akan memudahkan pemerintah untuk
mengidentifikasi siapa saja yang perlu mendapat penanganan lebih lanjut agar penghentian
penyebaran COVID-19 dapat dilakukan. Sehingga, semakin banyak partisipasi masyarakat
yang menggunakan aplikasi ini, akan semakin membantu pemerintah dalam melakukan
tracing dan tracking. Dengan adanya Tracing dan Tracking ini, juga akan memudahkan
pemerintah dalam pengambilan data, dengan data itu, kemudian akan dijadikan bahan
pertimbangan Keputusan yang akan diambil. Pengguna juga dapat meninggalkan jejak

23
dalam setiap perjalanannya. Pada PeduliLindungi terdapat fitur Scan QR Code untuk
merekam jejeka pengguna. Sebagai contoh, jika pengguna memasuki Mall, maka dapat
melakukan Check-In dengan Scanning QR Code yang telah disediakan di Mall tersebut
(yang sudah terhubung dengan PeduliLindungi) dan juga dapagt melakukan Check-Out
jika sudah keluar dari Mall tersebut. Dengan adanya fitur ini, maka dapat memudahkan
pemerintah untuk melacak riwayat perjalanan pengguna jika suatu saat terpapar COVID-
19.

2. Teledokter, fitur ini merupakan fitur untuk menjaga kesehatan pengguna dengan fasilitas
Pihak Ketiga, yaitu aplikasi yang sudah ada sebelumnya. Jika pengguna mengalami gejala
COVID-19 maka fitur ini bisa menjadi pilihan untuk menentukan langkah apa yang harus
dilakukan. Dalam fitur ini, terdapat 2 pilihan yaitu Periksa Kesehatan Mandiri dan
Konsultasi Dokter. Pada pilihan Periksa Kesehatan Mandiri, akan dihubungkan dengan
aplikasi Prixa, BPPT, dan Good Doctor untuk mengisi form apa yang dirasakan pengguna.
Pada pilihan Konsultasi Dokter, akan terhubung dengan aplikasi Halodoc, Prosehat,
TelkoMedika, dan Good Doctor sebagai pihak ketiga. Pengguna dapat melakukan
konsultasi dengan dokter jika dirasa pengisian form saja tidak cukup.

3. Registrasi Vaksin, PeduliLindungi tidak hanya digunakan untuk membantu mangawasi,


namun juga menjadi akses masyarakat untuk menerima Vaksinasi. Pelaksanaan vaksinasi
COVID-19 bertujuan untuk memutus rantai penularan penyakit dan menghentikan wabah
COVID-19. Vaksin COVID-19 bermanfaat untuk memberi perlindungan tubuh agar tidak
jatuh sakit akibat COVID-19 dengan cara menimbulkan atau menstimulasi kekebalan
spesifik dalam tubuh dengan pemberian vaksin. Pelayanan vaksinasi COVID-19 dilakukan
oleh dokter, perawat atau bidan yang memiliki kompetensi dan dilaksanakan di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan milik Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota atau milik masyarakat/swasta yang memenuhi persyaratan yang
sudah ditentukan oleh Kementerian Kesehatan Indonesia. Pada tahap awal ini, vaksin
COVID-19 akan diberikan kepada seluruh Tenaga Kesehatan, Asisten Tenaga Kesehatan,
Tenaga penunjang serta mahasiswa yang menjalankan pendidikan profesi kedokteran yang
bekerja pada fasilitas pelayanan kesehatan. Vaksin akan diberikan kepada petugas
pelayanan publik yang terlibat secara langsung memberikan pelayanan kepada masyarakat.

24
Vaksin akan diberikan secara berkala. Masyarakat diberikan akses untuk mengetahui
apakah telah terdaftar sebagai penerima Vaksin atau belum. Jika terdapat tulisan tidak
terdaftar maka terdapat fitur Registrasi Vaksin, dimana masyarakat bisa mendaftar sebagai
penerima vaskin. Masyarakat dapat memasukkan NIK dan Nomor Ponsel yang terdaftar
untuk mengetahui kapan akan diberikan vaksin.

4. Paspor Digital, fitur ini disebut Paspor BASCOV yang digunakan sebagai tanda verifikasi
dalam bentuk QR Code yang diterbitkan oleh PeduliLindungi berdasarkan hasil tes
kesehatan (Rapid Test/Swab PCR) pengguna PeduliLindungi untuk memnunjukkan status
COVID-19nya. Untuk sementara data Paspor BASCOV hanya tersedia bagi pengguna
yang bekerja diperusahaan yang sudah terafiliasi dengan PeduliLindungi.

Dengan demikian, dari fitur-fitur yang ada pada Aplikasi PeduliLindungi


merupakan bagian dari DSS, dimana setiap data yang didapat dikonstruksi untuk menemukan
kesimpulan informasi yang lebih sederhana. Seperti yang sudah dikemukakan sebelumnya
bahwa perangkat dalam DSS tidak dapat menggantikan peran manusia sebagai pengambil
keputusan, melainkan sebagai pendukung untuk meningkatkan pengambilan keputusan.
Dengan cara menggabungkan sumber daya intelektual seorang individu dan kemampuan
komputer dalam memperoleh dan mengolah data. Dari informasi yang didapat tersebut juga
memungkinkan untuk melihat perkiraan kemungkinan atau dampak yang akan terjadi di
masa depan, sehingga hal inilah yang akan mendukung para pembuat keputusan untuk
mengambil keputusan akhir yang terbaik.

Selain itu, pemanfaatan DSS ini mampu untuk mengefektivkan proses pengambilan
keputusan, hal ini dapat dilihat bahwa melalui sebuah sistem, data mengenai sebaran virus
Covid-19 dapat secara mudah dilacak. Sehubungan dengan itu, cara kerjanya juga
memungkinkan pemerintah dalam mengefisienkan waktu, tenaga, biaya, bahkan keamanan
diri ketika memperoleh informasi. Terkait dengan keakuratan dan kualitas hasilnya pun juga
dapat dipertanggungjawabkan, sebab aplikasi ini di unduh oleh pengguna dengan
menyertakan identitas pribadi sesuai data kependudukan yang dimilikinya. Serta Kominfo
sebagai pihak yang bertanggungjawab mengelola aplikasi ini juga menjadi bagian dari
pemerintah sehingga kemungkinan adanya penyelewengan atau kualitas informasi yang
tidak sesuai dapat ditekan. Sejauh ini Aplikasi PeduliLindungi telah sedikit banyak telah

25
membantu dalam pengambilan keputusan pemerintah, terbukti dengan angka kasus positif
Covid-19 tidak secara signifikan melonjak tinggi pada masa darurat.

3.4 Dampak Aplikasi PeduliLindungi terhadap Pengambilan Keputusan


Secara tidak langsung pemerintah menuntut masyarakat untuk dapat mengikuti
perkembangan jaman. Pendiri Institute of Social Economic Digital (ISED) Sri Adiningsih
mengatakan Indonesia pada dasarnya membutuhkan waktu sekitar 10 tahun lagi untuk
bertransformasi ke digital. Namun, pandemi Covid-19 justru memaksa transformasi itu
menjadi lebih cepat. Meski begitu, kondisi tersebut setidaknya justru membawa sisi positif.
Digitalisasi telah menciptakan banyak lapangan kerja, terutama di kalangan bawah, termasuk
kalangan milenial. Dalam catatannya, ada sekitar 140-an asosiasi e-commerce Indonesia.
Selain itu, berdasarkan survei ISED 2020, sebanyak lebih dari 74 persen masyarakat senang
kerja dari rumah dan kantor secara fleksibel. Era digital telah mengubah cara orang-orang
muda berkomunikasi, membangun jaringan, mencari bantuan, mengakses informasi, dan
belajar. Kita harus menyadari bahwa kaum muda sekarang merupakan populasi online dan
aksesnya melalui berbagai cara seperti komputer, TV, dan telepon seluler.

Dalam mengambil sebuah keputusan, tentu akan melibatkan banyak orang dan dampak
yang diberikan juga akan tersebar ke seluruh masyarakat. Dengan adanya kemajuan teknologi
dan sumber daya manusia yang memadai Pemerintah dapat mencapai pemerataan pelayanan
publik salah satunya dengan Aplikasi PeduliLindungi. Saat ini, PeduliLindungi menjadi salah
satu Aplikasi yang daindalkan oleh Pemerintah untuk memantau perkembangan COVID-19
di Indonesia. Selain mematuhi protokol kesehatan, mayarakat sangat dianjurkan untuk
menggunakan aplikasi ini untuk membantu pemerintah dalam memberantas Pandemi ini.
Semakin banyak, semakin bermanfaat bagi masyarakat. Pembuatan Aplikasi PeduliLindungi
ini juga merupakan sebuah implementasi dari Pengambilan Keputusan. Di saat kondisi tidak
memungkinkan untuk pelacakan secara langsung, terjun di lapangan untuk mengetahui
keadaan masyarakat, maka pemerintah mengambil keputusan untuk menggunakan teknologi
sebagai media untuk menjangkau kebutuhan masyarakat. Keputusan ini tentu dibutuhkan
waktu yang tidak sebentar untuk dilaksanakan. Namun, dengan segala keterbatasan yang ada,
Pemerintah memutuskan untuk menggunakan Aplikasi untuk mencapai pelayanan yang baik
kepada masyarakat. Awalnya aplikasi PeduliLindungi dibuat untuk masyarakat agar terpantau

26
jika memiliki gejala maupun kondisi sekitarnya serta pemerintah agar mengetahui tingkat
darurat COVID-19 di Indonesia. Namun, dengan adanya data yang menunjukkan bahwa
angka Pandemi semakin meningkat dan sempat melonjak tinggi, aplikasi ini membantu
Pemerintah untuk mengambil keputusan berupa diperlukan adanya Vaksinasi. Dengan adanya
aplikasi PeduliLindungi maka pemerintah dapat mengambil keputusan berdasarkan dengan
apa yang benar-benar terjadi di lapangan. Keputusan yang diambil berdasarkan data dan fakta
akan meminimalisir timbulnya masalah-masalah baru. Aplikasi ini teah menjadi salah satu
alat bantu Pemerintah untuk mengambil langkah yang tepat untuk menangani COVID-19 ini,
terbukti dengan diberlakukannya vaksin di Indonesia merupakan dampak dari adanya aplikasi
ini.

27
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Sistem informasi manajemen dibuat untuk mempemudah kinerja organisasi.
Dengan adanya sistem informasi manajemen di sektor publik diharapkan prosedur pelayanan
akan lebih baik dan kinerja instansi akan meningkat. Sistem informasi manajemen dapat
membantu lembaga publik untuk mengambil sebuah keputusan. Dengan prosedur dan cara
kerja yang lebihh efektif dan efisien diharapkan dapat membantu pengambilan keputusan agar
lebih tepat dan sesuai keadaan. Pemerintah berinovasi untuk memanfaatkan sistem informasi
berbasis komputer, untuk meningkatkan pengambilan keputusan pada sektor publik.
Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (Kominfo RI) menerbitkan
satu aplikasi yang bernama PeduliLindungi. PeduliLindungi adalah aplikasi yang
dikembangkan untuk membantu instansi pemerintah terkait dalam melakukan pelacakan
untuk menghentikan penyebaran Covid-19. Aplikasi PeduliLindungi ini merupakan
Computer-Based Method, dimana Informasi diproses menggunakan teknologi yang akhirnya
dijadikan Big-Data untuk mengambil sebuah keputusan. Selain itu, PeduliLindungi juga
termasuk Decision Support Systems (DSS) atau Sistem pendukung keputusan merupakan
interaksi sistem informasi dengan pengalaman agar dapat digunakan oleh manajer dalam
pengambilan keputusan. Aplikasi ini dapat membantu untuk memperoleh data-data yang akan
dijadikan dasra-dasar yang dijadikan pertimbangan dalam pengambilan keputusan, Aplikasi
PeduliLindung memiliki banyak fitur yang terdiri dari tracking yang mendeteksi pergerakan
terpapar COVID-19 selama 14 hari ke belakang, teledokter yaitu fitur untuk menjaga
kesehatan pengguna dengan fasilitas Pihak Ketiga yaitu aplikasi yang sudah ada sebelumnya,
registrasi vaksin yang digunakan untuk menjadi akses masyarakat untuk menerima Vaksinasi,
dan paspor digital yaitu fitur yang digunakan sebagai tanda verifikasi dalam bentuk QR Code
yang diterbitkan oleh PeduliLindungi berdasarkan hasil tes kesehatan (Rapid Test/Swab PCR)
pengguna PeduliLindungi untuk memnunjukkan status COVID-19nya. Fitur yang ada pada
aplikasi ini merupakan bagian dari DSS. Dengan menkombinasikan kemampuan manusia dan
komputer maka data yang diperoleh dan pengambilan keputusan yang diambil juga akan lebih
akurat. Dari data tersebut juga akan menghasilkan informasi yang dapat memungkinkan untuk
melihat perkiraan kemungkinan atau dampak yang akan terjadi di masa depan, sehingga hal

28
inilah yang akan mendukung para pembuat keputusan untuk mengambil keputusan akhir yang
terbaik. Sehubungan dengan itu, cara kerjanya juga memungkinkan pemerintah dalam
mengefisienkan waktu, tenaga, biaya, bahkan keamanan diri ketika memperoleh informasi di
masa pandemi.

4.2 Saran
Seperti apa yang sudah dijelaskan di atas bahwa pemanfaatan sistem informasi dan sistem
pendukung keputusan sedikit banyak telah membantu meningkatkan proses pengambilan
keputusan. Hal ini bisa dilihat bahwa sistem informasi dapat mengefisien proses pengambilan
keputusan, dengan menggunakan sistem informasi, data akan lebih mudah diperoleh dan
tingkat akurasi dan kualitas hasilnya dapat dipertanggung jawabkan. Dengan menggabungkan
sumber daya intelektual seorang individu dan kemampuan komputer dalam memperoleh dan
mengolah data, maka pengambilan keputusan dapat lebih fleksibel, dapat meminimalisir
munculnya masalah baru, dan dapat melihat gambaran dampak yang akan terjadi kedepannya.
Sehubungan dengan banyaknya hal positif yang didapat dalam memanfaatkan sistem
informasi dan sistem pendukung keputusan diharapkan semakin banyak organisasi
pemerintah lain untuk mengadopsi metode serupa untuk meningkatkan proses pengambilan
keputusan.

29
DAFTAR PUSTAKA
Referensi Buku
Champoux, J. E. 2010. Organizational Behavior: Integrating Individuals, Groups, and
Organizations - Joseph E. Champoux - Google Buku (Fourth). Routledge.

Jaya, Hendra. (2020). Pemanfaatan Teknologi Informasi Dalam Proses Pengambilan Keputusan
Manajemen. Media Conten.

Dunn, William N. 1994. Pengantar Analisis Kebijakan Publik, Edisi, 2. Diterjemahkan oleh
Samodra Wibawa, Diah Asitadani, Agus Heruanto Hadna, dan Erwan Agus Purwanto.
Penerbitan, Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Referensi Jurnal
Kencana, W. H. 2020. Peran Dan Manfaat Komunikasi Pembangunan Pada Aplikasi Pelacak
Covid-19 Sebagai Media Komunikasi Kesehatan. Jurnal Komunikasi dan Media, 5(1). hal.
83-95, (2020). http://ejournal.upbatam.ac.id/index.php/commed/article/view/2495.
[22/4/21]

Putri, C. E., dan Hamzah, R. E. 2021. Aplikasi Pedulilindungi Mitigasi Bencana Covid-19 di
Indonesia. Jurnal Pustaka Komunikasi, 4(1). (2021).
https://journal.moestopo.ac.id/index.php/pustakom/article/view/1321/708. [22/4/21]

Nurkusuma, F. 2017. Perbedaan Gaya Pengembalian Keputusan Ditinjau dari yang Berpendidikan
Strata-1 di dalam Negeri dan di Luar Negeri (Doctoral dissertation, Universitas Medan
Area).
Mujahid, Rully. 2017. MANFAAT BRAINSTORMING. (https://reframepositive.com/manfaat-
brainstorming/#:~:text=Beberapa%20manfat%20brainstorming%20antara%20lain%3A&
text=Brainstorming). [22/4/21]
Santoso, Budi. 2013. Kunci Keberhasilan Proses Pengambilan Keputusan.
https://media.neliti.com/media/publications/147262-ID-kunci-keberhasilan-proses-
pengambilan-ke. [20/4/21]
Muliani. 2017. KEPEMIMPINAN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN.
https://osf.io/3yk5x/download/?format=pdf. [20/4/21]

Khasanah, U. 2017. Analisis Aktivitas Kritis Peserta Didik Dalam Menyelesikan Masalah Jenis
Well Structured Problem, Moderately Structured Problem Dan Ill Structured Problem
Pada Materi Segitiga Dan Segiempat. Skripsi.
http://eprints.walisongo.ac.id/9281/1/133511070. [22/4/21]

Kriyantono, Rachmat. Crisis Communication Strategy to Maintain Corporate Reputation. Jurnal


Manajemen. http://rachmatkriyantono.lecture.ub.ac.id/files/2013/01/Mater-2-Crisis-
Communication-Strategy-to-Maintain-Corporate-Reputation.pdf. [20/4/21]

Rifai, Achmad dan Anggi Haerani. 2020. Sistem Informasi Manajemen Mendukung
Kelangsungan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Dampak Situasi Pandemi Covid-
19. Jurnal Manajemen Dan Bisnis (Jumanis) Pro Di Kewirausahaan Vol. 2 No. 1.
http://ejournal.lppm-unbaja.ac.id/index.php/jmb/article/view/968/579. [24/4/21]

Musau, Gloria Meli, Ismail Ateya Lukandau, dan Bernard Shibwado Kasamani. 2018. Improving
The Decision-Making Process Using An Information Management System. International
Journal of Current Research, Vol. 3. https://journals.sagepub.com/author-
instructions/PPS. [24/4/21]

Malkawi, Nazem. M. M. 2018. How to Improve Decision Making Process through Decision
Support Systems & Business Intelligence: Evidence from Jordan University Hospital.
Journal of Economic & Management Perspectives, Vol. 12.
https://www.researchgate.net/profile/NazemMalkawi/publication/336578822_How_to_I
mprove_Decision_Making_Process_through_Decision-Support-Systems-Business-Intel
ligence-Evidence-from-Jordan-University-Hospital/links/5da6da84299bf1c1e4c39fcd/
Ho. [24/4/21]
Saliman, S. 2015. Mengenal DEcision Support System (DSS). EFISIENSI-Kajian Ilmu
Administrasi, 10(1). https://journal.uny.ac.id/index.php/efisiensi/article/view/3971/3429.
[28/4/21]
FITRIANA, F. 2020. DECISION SUPORT SYSTEM REKOMENDASI SUPPLIER CaO
(KALSIUM OKSIDA) DENGAN MENGGUNAKAN FUZZY MULTI CRITERIA
DECISION MAKING PADA CV. MAHESA PANTURA (Doctoral dissertation,
Universitas Muhammadiyah Gresik).
http://eprints.umg.ac.id/3514/3/2.%20BAB%20II.pdf. [28/4/21]
Peraturan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. 2020. Surat Edaran Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor : 58 Tahun 2020 Tentang Sistem
Kerja Pegawai Aparatur Sipil Negara Dalam Tatanan Normal Baru. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai