Dosen Pengampu:
Tri Wulida Afrianty, S.Sos., M.Si., MHRM, Ph.D
Disusun Oleh:
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan semesta alam, yang dengan segala
nikmat karunia-Nya lah penulis dapat menyusun makalah ini dengan sebaik-
baiknya. Makalah dengan judul “Pengambilan Keputusan dalam Organisasi” ini
disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Administrasi, yang diberikan
oleh dosen Tri Wulida Afrianty, S.Sos., M.Si., MHRM, Ph.D.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER ...................................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .............................................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................... 1
1.3 Tujuan ...................................................................................................................... 2
1.4 Manfaat .................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3
2.1 Model Pengambilan Keputusan .................................................................................... 3
2.2 Model Rasional Kompehensif ....................................................................................... 5
2.3 Model Kepuasan Inkrementalis .................................................................................... 6
2.4 Pendekatan Scanning Campuran ................................................................................. 7
2.5 Pendekatan Rasional Ekstra ......................................................................................... 8
BAB III PENUTUP ................................................................................................................10
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................................10
3.2 Saran .............................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Oleh karena itu, dalam makalah ini kami akan membahas lebih lanjut mengenai
pengambilan keputusan dalam organisasi.
1.3 Tujuan
Berikut tujuan dari penyusunan makalah berdasarkan rumusan masalah:
1.3.1 Memahami penjelasan mengenai model pengambilan keputusan
1.3.2 Memahami penjelasan mengenai model rasional kompehensif
1.3.3 Memahami penjelasan mengenai model kepuasan inkrementalis
1.3.4 Memahami penjelasan mengenai pendekatan scanning campuran
1.3.5 Memahami penjelasan mengenai pendekatan rasional ekstra
1.4 Manfaat
Manfaat dari penyusunan makalah ini adalah agar pembaca dapat
memahami lebih dalam mengenai keilmuan tentang pengambilan keputusan dalam
organisasi pada model pengambilan keputusan, model rasional kompehensif, model
kepuasan inkrementalis, pendekatan scanning campuran, dan pendekatan rasional
ekstra.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Berdasarka kombinasi dari dua factor ini, terdapat empat model proses
pengambilan keputusan yang efektif, yaitu (Hatch, 1997: 275—9)
3
Pada situasi lain, pihak-pihak yang membuat keputusan sudah sepakat
tentang tujuan-tujuan yang hendak dicapai, tetapi tidak sepakat mencapai cara
penyampaiannya. Di sini biasanya ditempuh proses coba-coba (trial-and-error
decision-making process). Disini keputusan tidak diambil secara drastis, malainkan
dicoba dulu satu langkah kecil atau terbatas, kemudian dilihat dampak atau
hasilnya. Jika hasilnya posotif, maka dilanjutkan dengan langkah yang lebih besar
dan luas. Namun jika hasilnya ternyata negatif, diambil langkah atau solusi
alternatif yang berbeda dari sebelumnya (plan B), demikian seterusnya. Dengan
demikian, dapat tercapai pemecahan masalah yang bersifat menyeluruh.
Pada situasi di mana kesepakatan tentang cara dicapai tetap terjadi ketidak
sepakatan mengenai tujuan/definisi permasalahan, proses keputusan koalisi adalah
model yang lebih sesuai untuk diterapkan. Ini biasanya terjadi dalam pengambilan
keputusan di organisasi-organisasi besar, di mana berpagai kepentingan dan
kelompok saling memperebutkan sumber daya organisasi untuk mewujudkan
tujuannya sendiri. Model keputusan koalisi (di mana suara terbanyak adalah
pemenang atau semacam voting) barangkali tidak ideal untuk keuntungan
organisasi secaea keseluruhan. Model keputusan ini cenderung mempertajam friksi
dalam organisasi, di mana pihak-pihak yang kalah akan merasa tersingkir dan
berusaha mencari cara lain memperjuangkan kepentingannya. Akan tetapi, pada
kondisi di mana ketidaksepakatan mengenai tujuan/definisi sedemikian tajam,
tampaknya tidak ada cara lain yang lebih efektif selain proses ‘pemungutan suara’.
Jika tidak maka pengambilan keputusan akan menemukan jalan buntu, tanpa
menghasilkan keputusan apa pun yang dapat menjadi pedoman oleh anggota
organisasi.
Pada situasi terburuk, di mana tidak ada kesepakatan tentang cara maupun
tujuan diantara para pengambil keputusan, proses keputusan tong sampah (garbage
can model) adalah model yang terjadi. Model ini di populerkan oleh Michael D.
Cohen, James G. March, dan Johan P. Olsen pada sebuah artikel berjudul “A
Garbage Can Model of Organizational Choice”, dalam jurnal Administrative
Science Quartertly tahun 1972. Dalam hal ini, seperti sebuah tong sampah,
keputusan-keputusan diambil secara acak, oleh peserta yang silih-berganti, dan
4
melalui perumusan masalah yang tidak ada hubungannya satu sama lain. Jadi,
organisasi hanya semacam wadah yang menampung beraneka jenis keputusan dari
peserta yang berbeda-beda. Sebenarnya dalam model ini, masalah dalam
pengambilan keputusan bukanlah tidak adanya kesepakatan mengenai cara dan
tujuan, melainkan lebih pada sifat aktivitas anggota organisasi yang terpecah-
pecah. Atau terbagi-bagi oleh macam-macam urusan yang berbeda sehingga tidak
ada waktu untuk senantiasa ikut serta memperoses keputusan secara penuh.
Organisasi seperti universitas, menurut Hatch (1997: 278), merupakan salah satu
contohnya. Dengan berbagai macam aktor kunci yang relatif memiliki independensi
tinggi dalam profesinya (dosen, peneliti, mahasiswa, dan lain-lain), cukup sulit
untuk benar-benar memperoses keputusan secara rasional, koalisi, atau trial-and-
eror. kendati demikian, bukan berarti tidak ada keputusan yang dihasilkan.
Mengingat aktor-aktor tersebut memiliki kualifikasi teknis dan profesional yang
tinggi, situasi anarki biasanya tidak terjadi dan keputusan-keputusan yang ‘rasional’
tetap dihasilkan dari proses yang bersifat random tersebut.
5
Sasaran atau nilai dipilih dan diberi peringkat sesuai dengan
kepentingannya.
Semua pendekatan yang mungkin untuk mencapai tujuan atau nilai
diketahui.
Konsekuensi dan biaya dari setiap pendekatan alternatif dapat
diprediksi.
Konsekuensi dari setiap pendekatan dapat dibandingkan dengan semua
alternatif lainnya.
Pembuat keputusan kemudian memilih alternatif yang memiliki
konsekuensi yang paling jelas sesuai dengan tujuan yang telah
ditentukan.
Tujuan dari metode ini adalah untuk mencapai keputusan yang rasional
melalui metode investigasi ilmiah dan pemecahan masalah ilmiah. Model ini
dibangun di atas proses di mana analis mendefinisikan masalah, mengembangkan
alternatif, menempatkan nilai pada konsekuensi dari alternatif, menilai probabilitas
bahwa itu akan terjadi dan membuat pilihan berdasarkan asumsi logis bahwa
keputusan akan menghasilkan kepuasan bersih tertinggi.
6
kemungkinan konflik antara pihak yang berkepentingan dan yang bersaing, dan
mengingat keterbatasan kemampuan manusia dan kendala waktu dan material.
Kritik utama dari pendekatan ini adalah bahwa ia menganut teori pluralis
dan dengan mudah memberikan dukungan ideologis untuk pemeliharaan status quo.
Kepentingan dari member yang paling berkuasa mungkin dapat bagian lebih
besar sebagai perhatian pengambil keputusan
Inovasi sosial dasar tidak dianjurkan.
Pendekatan inkremental tidak berlaku untuk keputusan mendasar (seperti
deklarasi perang).
7
membutuhkan studi mendalam dan, menerapkan pendekatan inkrementalis,
manajer berfokus pada bidang-bidang di mana para pembuat keputusan
menggabungkan pembuatan kebijakan fundamental tingkat tinggi, yang
menetapkan arahan dasar, dengan pemeriksaan yang lebih mendalam terhadap
bidang-bidang di mana “pola serupa telah berkembang di masa lalu, di beberapa
daerah terdekat ”.
Dalam strategi 'mixed scorning' ini, manajer dapat memasukkan fitur
rasionalisme dan inkrementalisme. Pendekatan ini menghilangkan keterbatasan
dalam menggunakan salah satu model pengambilan keputusan atau kebijakan dan,
sebaliknya, mengakomodasi dua ekstrem di mana terdapat analisis yang ketat atas
informasi yang tersedia dengan penyesuaian timbal balik partisan kuantitatif, yang
merupakan persyaratan dalam membuat keputusan pemerintah/politik.
8
Dalam pandangannya, pengambilan keputusan terdiri dari reaksi
berkelanjutan terhadap apa yang diputuskan, baik pada pembuat keputusan dan
pada konteks di mana keputusan itu dibuat. Sir Geoffrey menguraikan posisinya
pada pendekatan nonmekanis dan nonkausalnya dengan menyatakan itu
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari Paparan atau penjelasan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa
sesuai dengan makalah “Pengambilan Keputusan Dalam Organisasi” dapat
mengembangkan teori tentang pengambilan keputusan dan penelitian yang cermat
terhadap pandangan mereka tentang mengintegrasi kebutuhan pendekatan yang
lebih rasional dalam proses manajemen perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengendalian. Teori pengambilan keputusan telah muncul karena
Herbert Simon yang mengidentifikasi hubungan antara pengembalian keputusan
dan organisasi. Para ahli hanya berfokus pada struktur, proses, atau bahkan pada
orang-orang untuk menemukan jawaban efisiensi organisasi.
3.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas
dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di
pertanggungjawabkan.
10
DAFTAR PUSTAKA
11