Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM ORGANISASI

Dosen Pengampu:
Tri Wulida Afrianty, S.Sos., M.Si., MHRM, Ph.D

Disusun Oleh:

Assyara Jasminta (185030201111074)

Sulis Wisudawati (185030201111075)

Friska Maria (185030201111076)

Syifa Adinda (185030201111078)

FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan semesta alam, yang dengan segala
nikmat karunia-Nya lah penulis dapat menyusun makalah ini dengan sebaik-
baiknya. Makalah dengan judul “Pengambilan Keputusan dalam Organisasi” ini
disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Administrasi, yang diberikan
oleh dosen Tri Wulida Afrianty, S.Sos., M.Si., MHRM, Ph.D.

Makalah ini memuat tentang penjelasan mengenai pengambilan keputusan


dalam organisasi pada model pengambilan keputusan, model rasional kompehensif,
model kepuasan inkrementalis, pendekatan scanning campuran, dan pendekatan
rasional ekstra, yang dalam penyusunannya pun melibatkan berbagai pihak. Maka
kami ucapkan terima kasih kepada pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah
ini.

Namun walaupun sudah berupaya menyusun dengan sebaik-baiknya, kami


menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasanya. Oleh karena itu kami menerima saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Demikian yang dapat penulis sampaikan. semoga penyusunan makalah ini


dapat menambah wawasan keilmuan penulis dan pembaca.

Malang, 27 Januari 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI
COVER ...................................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .............................................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................... 1
1.3 Tujuan ...................................................................................................................... 2
1.4 Manfaat .................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3
2.1 Model Pengambilan Keputusan .................................................................................... 3
2.2 Model Rasional Kompehensif ....................................................................................... 5
2.3 Model Kepuasan Inkrementalis .................................................................................... 6
2.4 Pendekatan Scanning Campuran ................................................................................. 7
2.5 Pendekatan Rasional Ekstra ......................................................................................... 8
BAB III PENUTUP ................................................................................................................10
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................................10
3.2 Saran .............................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................11

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Teori klasik tidak mengembangkan teori tentang pengambilan keputusan dan


penelitian yang cermat terhadap pandangan mereka tentang mengintegrasi
kebutuhan pendekatan yang lebih rasional dalam proses manajemen perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian. Namun, pada pertengahan abad
ke-20, gagasan teori pengambilan keputusan telah muncul karena Herbert Simon
yang mengidentifikasi hubungan antara pengembalian keputusan dan organisasi.
Para ahli hanya berfokus pada struktur, proses, atau bahkan pada orang-orang untuk
menemukan jawaban efisiensi organisasi.

Menurut Simon, organisasi adalah sistem yang kompleks di mana keputusan


dibuat di setiap titik, dan semua anggota organisasi adalah pengambil keputusan.
Beberapa ahli teori bersaing untuk mendapatkan prioritas dalam pengembangan
teori pengambilan keputusan. Telah diamati bahwa pengembangan teori-teori baru
telah mengikuti pola di mana teori-teori yang ada telah dikritik dan upaya untuk
menggantinya dengan teori yang paling mirip dengan situasi nyata. Maka menjadi
jelas bahwa kerangka nilai dari para ahli teori ini membentuk bagian penting dari
konstruksi teoretis mereka.

Oleh karena itu, dalam makalah ini kami akan membahas lebih lanjut mengenai
pengambilan keputusan dalam organisasi.

1.2 Rumusan Masalah

Berikut rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini:

1.2.1 Bagaimana penjelasan lebih lanjut mengenai model pengambilan


keputusan?
1.2.2 Bagaimana penjelasan lebih lanjut mengenai model rasional
kompehensif?
1.2.3 Bagaimana penjelasan lebih lanjut mengenai model kepuasan
inkrementalis?
1.2.4 Bagaimana penjelasan lebih lanjut mengenai pendekatan scanning
campuran?
1.2.5 Bagaimana penjelasan lebih lanjut menenai pendekatan rasional ekstra?

1.3 Tujuan
Berikut tujuan dari penyusunan makalah berdasarkan rumusan masalah:
1.3.1 Memahami penjelasan mengenai model pengambilan keputusan
1.3.2 Memahami penjelasan mengenai model rasional kompehensif
1.3.3 Memahami penjelasan mengenai model kepuasan inkrementalis
1.3.4 Memahami penjelasan mengenai pendekatan scanning campuran
1.3.5 Memahami penjelasan mengenai pendekatan rasional ekstra

1.4 Manfaat
Manfaat dari penyusunan makalah ini adalah agar pembaca dapat
memahami lebih dalam mengenai keilmuan tentang pengambilan keputusan dalam
organisasi pada model pengambilan keputusan, model rasional kompehensif, model
kepuasan inkrementalis, pendekatan scanning campuran, dan pendekatan rasional
ekstra.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Model Pengambilan Keputusan


Terdapat dua factor yang menentukan kondisi dan situasi pengambilan
keputusan, yaitu sepakat atau tidak sepakatnya para pengambilan keputasan
mengenai cara (agree/disagree on methods), dan sepakat atau tidak sepakatnya para
pengambil keputusan mengenai tujuan atua definisi permasalahan (agree/disagree
on goals or problem definitions).

Berdasarka kombinasi dari dua factor ini, terdapat empat model proses
pengambilan keputusan yang efektif, yaitu (Hatch, 1997: 275—9)

 Proses keputusan rasional: jika cara dan tujuan/definisi asalah relatif


disepakati
 Proses keputisan koalisi: jika cara disepakati tetapi. tujuan/definisi masalah
tidak disepakati.
 Proses keputusan coba-coba: jika cara tidak disepakati tetapi tujuan/definisi
masalah disepakati
 Proses keputisan tong sampah: jika cara maupun tujuan/definisi masalah
tidak disepakati

Sebagaimana telah dijelaskan, kelemahan proses keputusan rasional adalah


pada situasi-situasi ambiguitas dan tidak lengkapan informasi. Namun ketika caa
ndan tujuan disepakati oleh para pengambil keputusan, proses keputusan rasional
bukan sesuatu yang tidak mungkin dilakukan. Khususnya untuk masalah-masalah
teknis yang terdefinisi secara jelas (misalnya permasalahan-permasalahan dalam
ruang lingkup engineering), biasanya pengambil keputusan dibekali dengan
berbagai perangkat atau alat bantu pengambilan keputusan seperti prosedur-
prosedur statistik, teknik-teknik pemrograman linier, analisis sistem, dan lain-lain.
Melalui bantuan berbagai perangkat analisis tersebut, permasalahan-permasalahan
yang sangat kompleks sekalipun biasanya masih dapat dijabarkan secara sederhana,
sehingga memudahkan pengambilan keputusan secara rasional.

3
Pada situasi lain, pihak-pihak yang membuat keputusan sudah sepakat
tentang tujuan-tujuan yang hendak dicapai, tetapi tidak sepakat mencapai cara
penyampaiannya. Di sini biasanya ditempuh proses coba-coba (trial-and-error
decision-making process). Disini keputusan tidak diambil secara drastis, malainkan
dicoba dulu satu langkah kecil atau terbatas, kemudian dilihat dampak atau
hasilnya. Jika hasilnya posotif, maka dilanjutkan dengan langkah yang lebih besar
dan luas. Namun jika hasilnya ternyata negatif, diambil langkah atau solusi
alternatif yang berbeda dari sebelumnya (plan B), demikian seterusnya. Dengan
demikian, dapat tercapai pemecahan masalah yang bersifat menyeluruh.

Pada situasi di mana kesepakatan tentang cara dicapai tetap terjadi ketidak
sepakatan mengenai tujuan/definisi permasalahan, proses keputusan koalisi adalah
model yang lebih sesuai untuk diterapkan. Ini biasanya terjadi dalam pengambilan
keputusan di organisasi-organisasi besar, di mana berpagai kepentingan dan
kelompok saling memperebutkan sumber daya organisasi untuk mewujudkan
tujuannya sendiri. Model keputusan koalisi (di mana suara terbanyak adalah
pemenang atau semacam voting) barangkali tidak ideal untuk keuntungan
organisasi secaea keseluruhan. Model keputusan ini cenderung mempertajam friksi
dalam organisasi, di mana pihak-pihak yang kalah akan merasa tersingkir dan
berusaha mencari cara lain memperjuangkan kepentingannya. Akan tetapi, pada
kondisi di mana ketidaksepakatan mengenai tujuan/definisi sedemikian tajam,
tampaknya tidak ada cara lain yang lebih efektif selain proses ‘pemungutan suara’.
Jika tidak maka pengambilan keputusan akan menemukan jalan buntu, tanpa
menghasilkan keputusan apa pun yang dapat menjadi pedoman oleh anggota
organisasi.

Pada situasi terburuk, di mana tidak ada kesepakatan tentang cara maupun
tujuan diantara para pengambil keputusan, proses keputusan tong sampah (garbage
can model) adalah model yang terjadi. Model ini di populerkan oleh Michael D.
Cohen, James G. March, dan Johan P. Olsen pada sebuah artikel berjudul “A
Garbage Can Model of Organizational Choice”, dalam jurnal Administrative
Science Quartertly tahun 1972. Dalam hal ini, seperti sebuah tong sampah,
keputusan-keputusan diambil secara acak, oleh peserta yang silih-berganti, dan

4
melalui perumusan masalah yang tidak ada hubungannya satu sama lain. Jadi,
organisasi hanya semacam wadah yang menampung beraneka jenis keputusan dari
peserta yang berbeda-beda. Sebenarnya dalam model ini, masalah dalam
pengambilan keputusan bukanlah tidak adanya kesepakatan mengenai cara dan
tujuan, melainkan lebih pada sifat aktivitas anggota organisasi yang terpecah-
pecah. Atau terbagi-bagi oleh macam-macam urusan yang berbeda sehingga tidak
ada waktu untuk senantiasa ikut serta memperoses keputusan secara penuh.
Organisasi seperti universitas, menurut Hatch (1997: 278), merupakan salah satu
contohnya. Dengan berbagai macam aktor kunci yang relatif memiliki independensi
tinggi dalam profesinya (dosen, peneliti, mahasiswa, dan lain-lain), cukup sulit
untuk benar-benar memperoses keputusan secara rasional, koalisi, atau trial-and-
eror. kendati demikian, bukan berarti tidak ada keputusan yang dihasilkan.
Mengingat aktor-aktor tersebut memiliki kualifikasi teknis dan profesional yang
tinggi, situasi anarki biasanya tidak terjadi dan keputusan-keputusan yang ‘rasional’
tetap dihasilkan dari proses yang bersifat random tersebut.

Adanya empat jenis proses pengambilan keputusan tersebut


menggambarkan bahwa dewasa ini situasi yang dihadapi organisasi tidak selalu
sama. Suatu model pengambilan keputusan bisa cocok pada suatu situasi tertentu,
tetapi tidak efektif bila diterapkaan pada situasi lain yang berbeda. Seorang
pengambil keputusan perlu mempelajari dan mengenali adanya perbedaan-
perbedaan semacam ini agar mampu menggunakan cara-cara yang paling efektif
sesuai dengan situasi yang dihadapinya.

2.2 Model Rasional Kompehensif


Model pengambilan keputusan yang ideal ini didasarkan pada teori
ekonomi klasik, yang mengasumsikan bahwa pembuat keputusan melewati proses
pengumpulan-informasi dan analisis data yang komprehensif untuk sampai pada
keputusan optimal, yang akan memberikan keputusan -membuat keuntungan bersih
tertinggi. Charles Lindblom, seorang ilmuwan politik di Universitas Yale,
menggambarkan metode analisis ini sebagai berikut:

 Pembuat keputusan dihadapkan dengan masalah khusus yang dapat


diisolasi dari masalah lain.

5
 Sasaran atau nilai dipilih dan diberi peringkat sesuai dengan
kepentingannya.
 Semua pendekatan yang mungkin untuk mencapai tujuan atau nilai
diketahui.
 Konsekuensi dan biaya dari setiap pendekatan alternatif dapat
diprediksi.
 Konsekuensi dari setiap pendekatan dapat dibandingkan dengan semua
alternatif lainnya.
 Pembuat keputusan kemudian memilih alternatif yang memiliki
konsekuensi yang paling jelas sesuai dengan tujuan yang telah
ditentukan.

Tujuan dari metode ini adalah untuk mencapai keputusan yang rasional
melalui metode investigasi ilmiah dan pemecahan masalah ilmiah. Model ini
dibangun di atas proses di mana analis mendefinisikan masalah, mengembangkan
alternatif, menempatkan nilai pada konsekuensi dari alternatif, menilai probabilitas
bahwa itu akan terjadi dan membuat pilihan berdasarkan asumsi logis bahwa
keputusan akan menghasilkan kepuasan bersih tertinggi.

2.3 Model Kepuasan Inkrementalis


Perhatian utama dari Charles Lindblom adalah pengambilan keputusan di
arena pembuatan kebijakan publik, berpendapat bahwa teori pengambilan
keputusan yang 'ideal' perlu direvisi. Dia kemudian mengusulkan pendekatan
alternatif untuk pengambilan keputusan, yang melampaui pandangan Simon
dengan menekankan pentingnya pembatasan yang menyeluruh dalam pengambilan
keputusan manusia dan organisasi. Sebagai gantinya, pendekatan rasional untuk
pengambilan keputusan, ia menyarankan metode 'perbandingan terbatas berturut-
turut', dimana administrator hanya mempertimbangkan serangkaian alternatif
kebijakan terbatas yang merupakan inkremental atau modifikasi dari serangkaian
kebijakan yang lebih luas.

Lindblom berpendapat bahwa masalah kebijakan publik yang rumit tidak


dapat diselesaikan melalui pendekatan rasional-komprehensif, karena

6
kemungkinan konflik antara pihak yang berkepentingan dan yang bersaing, dan
mengingat keterbatasan kemampuan manusia dan kendala waktu dan material.

Pendekatan tambahan adalah metode praktis pengambilan keputusan yang


menggunakan proses 'penyesuaian timbal balik yang saling menguntungkan' dan
hanya mempertimbangkan nilai-nilai tujuan sosial yang menjadi tujuan para
pembuat keputusan disepakati. Dalam model ini, ukuran keputusan 'baik' adalah
sejauh mana para pembuat keputusan setuju, sementara keputusan 'buruk' adalah
mengabaikan peserta yang mampu mempengaruhi tindakan yang sudah
direncanakan.

Kritik utama dari pendekatan ini adalah bahwa ia menganut teori pluralis
dan dengan mudah memberikan dukungan ideologis untuk pemeliharaan status quo.

2.4 Pendekatan Scanning Campuran


Saat menyetujui serangan Lindlomb pada pendekatan rasional, yang
bergantung pada sumber daya yang lebih besar daripada perintah pembuat
keputusan, Amital Etzioni juga mengidentifikasi kelemahan serius dalam model
inkremental. Kritik utamanya adalah bahwa dalam pendekatan pengambilan
keputusan incremental, terjadi hal-hal berikut :

 Kepentingan dari member yang paling berkuasa mungkin dapat bagian lebih
besar sebagai perhatian pengambil keputusan
 Inovasi sosial dasar tidak dianjurkan.
 Pendekatan inkremental tidak berlaku untuk keputusan mendasar (seperti
deklarasi perang).

Oleh karena itu, Etzioni mengusulkan model yang mewakili kompromi


antara dua, yang ia sebut 'scanning campuran'. Pendekatan ini merupakan jalan
tengah antara rasionalitas ekonomi murni dan rasionalitas politik murni. Dia
menyarankan penggunaan teknik yang analog dengan sistem pengamatan cuaca,
menggunakan kamera kembar. Satu kamera menyurvei seluruh langit secara
teratur, mengumpulkan informasi sebanyak mungkin tanpa merinci dan
menghindari analisis yang mahal. Kamera lainnya berfokus pada area yang

7
membutuhkan studi mendalam dan, menerapkan pendekatan inkrementalis,
manajer berfokus pada bidang-bidang di mana para pembuat keputusan
menggabungkan pembuatan kebijakan fundamental tingkat tinggi, yang
menetapkan arahan dasar, dengan pemeriksaan yang lebih mendalam terhadap
bidang-bidang di mana “pola serupa telah berkembang di masa lalu, di beberapa
daerah terdekat ”.
Dalam strategi 'mixed scorning' ini, manajer dapat memasukkan fitur
rasionalisme dan inkrementalisme. Pendekatan ini menghilangkan keterbatasan
dalam menggunakan salah satu model pengambilan keputusan atau kebijakan dan,
sebaliknya, mengakomodasi dua ekstrem di mana terdapat analisis yang ketat atas
informasi yang tersedia dengan penyesuaian timbal balik partisan kuantitatif, yang
merupakan persyaratan dalam membuat keputusan pemerintah/politik.

2.5 Pendekatan Rasional Ekstra


Pendekatan lain dalam pembuatan kebijakan, yang disajikan sebagai
kebalikan dari rangkaian rasionalitas murni, adalah model 'ekstra-rasional'.
Berbeda dengan struktur pengambilan keputusan yang diajukan oleh sebagian
besar teoritikus 'rasional', fase atau linear, proses pengambilan keputusan ini
bersifat nonlinier, melainkan “terdiri dari reaksi terus menerus dari apa yang
diputuskan, baik pada pembuat keputusan maupun pada konteks di mana
keputusan itu terjadi. "

Teori ekstra-rasional diuraikan oleh Sir Geoffrey Vickers, yang dengan


tegas menolak teori-teori rasional dan inkrementalis dan menggantinya dengan
konsep 'penghargaan'. Dia menentang sifat rasionalitas murni dalam pengambilan
keputusan mulai dengan pandangan bahwa pengambilan keputusan adalah
nonlinier dan bahwa arah keputusan bukanlah aliran tanpa henti di sepanjang
sebuah rangkaian.

Penghargaan, di sisi lain, tidak memperhatikan fakta obyektif karena, apa


yang tampak sebagai fakta biasanya dikenakan interpretasi individu. Namun,
penghargaan, meskipun 'tidak rasional' tidak menyarankan tidak adanya tindakan
dari pihak pembuat keputusan (sebagai administrator).

8
Dalam pandangannya, pengambilan keputusan terdiri dari reaksi
berkelanjutan terhadap apa yang diputuskan, baik pada pembuat keputusan dan
pada konteks di mana keputusan itu dibuat. Sir Geoffrey menguraikan posisinya
pada pendekatan nonmekanis dan nonkausalnya dengan menyatakan itu

“Dalam perilaku institusional, konsep tentang apa yang seharusnya


dianggap dapat diatur, standar yang dengannya mereka harus diatur, cara-cara
merekonsiliasi tuntutan yang tidak konsisten yang mereka hasilkan, tidak konstan
atau diberikan, tetapi merupakan fungsi dari proses yang mereka seharusnya
memerintah ”.

9
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari Paparan atau penjelasan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa
sesuai dengan makalah “Pengambilan Keputusan Dalam Organisasi” dapat
mengembangkan teori tentang pengambilan keputusan dan penelitian yang cermat
terhadap pandangan mereka tentang mengintegrasi kebutuhan pendekatan yang
lebih rasional dalam proses manajemen perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengendalian. Teori pengambilan keputusan telah muncul karena
Herbert Simon yang mengidentifikasi hubungan antara pengembalian keputusan
dan organisasi. Para ahli hanya berfokus pada struktur, proses, atau bahkan pada
orang-orang untuk menemukan jawaban efisiensi organisasi.

3.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas
dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di
pertanggungjawabkan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Barrett, Inna R. 2012. Administration and Management Theory and Techniques: A


Guide for Practising Managers. Bloomington: Author House.

Kusdi. 2013. Teori Organisasi dan Administrasi. Jakarta: Salemba Humanika.

11

Anda mungkin juga menyukai