Anda di halaman 1dari 17

PAPER

TEORI DASAR PENGAMBILAN KEPUTUSAN


(Untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Teori Pengambilan Keputusan)
Dosen Pengampu :
Dr. I Wayan Sudartha W, SE., M.Sc

Disusun Oleh:

Kelompok M-3 Kelas A4 Manajemen


1. Intan Gumilang Puntang Aulia 41033402211212
2. Adhan Rasyid 41033402211210
3. Rahmat A 41033402211209

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA
BANDUNG
2023
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat dan hidayat-Nya kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas ini dengan baik.

Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas dalam mata kuliah Teori
Pengambilan Keputusan dengan judul “Teori Dasar Pengambilan Keputusan”.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih kurang


sempurna oleh karena itu saran dan kritik yang sifatnya membangun dari semua
pihak sangat diharapkan.

Akhirnya melalui kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada


teman semuanya yang telah membantu hingga makalah ini dapat terselesaikan.
Penulis mengharapkan semoga makalah ini berguna bagi penulis khususnya dan
pembaca pada umumnya.

Bandung, 3 Maret 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......………………………………………………………...ii

DAFTAR ISI .....................................................................................................iiii

BAB I .................................................................................................................. 1

PENDAHULUAN ............................................................................................... 1

A. Latar Belakang ......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................... 2

C. Tujuan ...................................................................................................... 2

BAB II……………………………………………………………………………..3

TEORI PUSTAKA………………………………………………………………...3

2.1. Pengertian Pengambilan Keputusan……………………………………….3

2.2. Tujuan Pengambilan Keputusan…………………………………………...3

BAB III................................................................................................................ 4

PEMBAHASAN .................................................................................................. 4

3.1. Jenis Keputusan ........................................................................................ 4

3.2. Pendekatan dalam Proses Pengambilan Keputusan ................................... 5

3.3. Tindakan Memutuskan ............................................................................. 7

3.4. Pentingnya Kerangka Konseptual ............................................................. 9

BAB IV ............................................................................................................. 13

PENUTUP ......................................................................................................... 13

4.1. Kesimpulan ............................................................................................ 13

4.2. Saran ...................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia di dalam menjalani kehidupannya tidak akan pernah lepas dari
pengambilan keputusan, manusia adalah makhluk pengambil keputusan
(decisionmaking- man). Pengambilan keputusan begitu dekat dengan kehidupan
manusia. Pengambilan keputusan terjadi setiap saat sepanjang hidup manusia.
Kehidupan manusia adalah kehidupan yang selalu diisi oleh peristiwa
pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan merupakan prasyarat penentu
tindakan. Pengambilan keputusan yang tidak tepat akan menimbulkan banyak
masalah atau mungkin saja berupa penyesalan yang tidak kunjung padam. Oleh
sebab itu ketika kita menyadari bahwa pengambilan keputusan adalah salah satu
bagian penting dari episode kehidupan yang selanjutnya maka kita dituntut untuk
memperhatikan berbagai faktor atau hal -hal yang akan muncul ketika suatu
keputusan kita ambil. Memang kita tidak tahu apa yang akan terjadi esok hari atau
masa yang akan datang namun itu bukanlah alasan untuk menunda atau bahkan
tidak membuat suatu keputusan.
Dalam suatu organisasi, pengambilan keputusan merupakan faktor yang
sangat menentukan keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan yang sudah
ditetapkan. Pengambilan Keputusan merupakan salah satu fungsi seorang
pemimpin, oleh karena itu setiap pemimpin harus menyadari posisinya yang
strategis tersebut dan sekaligus berupaya agar mampu mengambil setiap
keputusan dengan tepat. Di samping harus menguasai berbagai pendekatan
pengambilan keputusan, ia juga harus mampu mengimplementasikannya dengan
benar. Karena pada akhirnya bawahanlah yang akan melaksanakan setiap
keputusan yang diambil maka keterlibatan bawahan dalam setiap proses
pengambilan keputusan yang diambil seorang pemimpin memang akan sangat
bergantung pada gaya yang dianutnya akan tetapi setiap pemimpin perlu
menyadari bahwa situasi yang diharapkan tidaklah selalu sama untuk semua
kondisi. Di sinilah pentingnya seorang pemimpin senantiasa mempertimbangkan
situasi yang dihadapi setiap kali hendak mengambil keputusan.

1
Setiap keputusan yang diambil akan mempengaruhi kehidupan saat ini
maupun kehidupan yang akan datang. Dalam setiap kebijakan yang akan diambil
atau yang akan dipilih maka seorang pemimpin harus terlebih dahulu memutuskan
tentang apa yang harus dikerjakan dan adakah pilihan alternatif yang tersedia,
berikutnya dari setiap alternatif tersebut dipertimbangkan pula kelebihan dan
kekurangan atau dampak yang akan ditimbulkan dari setiap alternatif tersebut.
Pengambilan keputusan merupakan ilmu dan seni yang harus dicari, dipelajari,
dimiliki dan dikembangkan secara mendalam oleh setiap orang. Pengambilan
keputusan disebut sebagai seni karena kegiatan tersebut selalu dihadapkan pada
sejumlah peristiwa yang memiliki karakteristik keunikan tersendiri. Keputusan
yang diambil dalam kasus penentuan pembelian bangunan untuk kantor organisasi
dengan keputusan yang diambil untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia memerlukan pendekatan dan pengambilan keputusan yang berbeda-beda.
Berdasarkan hal tersebut, maka penulis membuat makalah yang berjudul
“Teori Pengambilan Keputusan”.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah penulisan makalah ini, antara lain:
1) Apa saja jenis keputusan pada teori pengambilan keputusan?
2) Apa saja pendekatan dalam proses pengambilan keputusan?
3) Apa saja dasar dalam tindakan pengambilan keputusan?
4) Bagaimana pentingnya kerangka konseptual ?

C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini, antara lain:
1) Mengetahui jenis keputusan pada teori pengambilan keputusan
2) Mengetahui pendekatan dalam proses pengambilan keputusan
3) Mengetahui dasar dalam tindakan pengambilan keputusan
4) Mengetahui pentingnya kerangka konseptual

2
BAB II
TEORI PUSTAKA
2.1. Pengertian Dasar Pengambilan Keputusan
Menurut Salusu (2004), pengambilan keputusan adalah suatu proses
memilih suatu alternatif cara bertindak dengan medote yang efisien sesuai situasi.
Sedangkan, Pengambilan keputusan menurut Harold dan Donnell (1997) dalam
Ariati (2014) adalah pemilihan diantara alternatif mengenai suatu cara bertindak
yaitu inti dari perencanaan, suatu rencana tidak dapat dikatakan tidak ada jika
tidak ada keputusan, suatu sumber yang dapat dipercaya, petunjuk atau reputasi
yang telah dibuat.
Teori pengambilan keputusan merupakan ilmu yang mempelajari tentang
cara memilih alternatif yang tepat yang akan dijadikan sebuah keputusan dan
berhubungan dengan perilaku seseorang dalam proses pengambilan keputusan.
Teori ini menyatakan bahwa seseorang memiliki keterbatasan pengetahuan dan
bertindak hanya berdasarkan persepsinya terhadap situasi yang sedang dihadapi.
Jadi pengambilan keputusan adalah memilih satu dari beberapa alternatif
yang tersedia.
2.2. Tujuan dalam Pengambilan Keputusan
Secara umum tujuan dari pengambilan keputusan adalah untuk
memperoleh pilihan terbaik dari alternatif-alternatif yang tersedia agar tujuan
yang dacapai dapat berjalan dengan baik. Tujuan pengmabilan keputusan dapat
dibedakan menjadi 2 antara lain :
1) Tujuan yang Bersifat tunggal
Tujuan pengambilan keputusan yang bersifat tunggal hanya dapat
menyelesaikan satu maslah saja dan keputusan tunggal ini tidak
memiliki kaitan dengan masalah yang lainnya
2) Tujuan yang Bersifat Ganda
Tujuan pengambilan keputusan yang bersifat ganda terjadia apabila
keputusan yang dihasilkan terdapat lebih dari satu masalah, yang artiya
bahwa keputusan yang diambil tersebut dapat menyelesaikan
permasalahan tersebut secara sekaligus.

3
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Jenis Keputusan
Teori pengambilan keputusan diklasifikasikan menjadi keputusan
terprogram dan tidak terprogram, setiap keputusan tersebut memiliki
perbedaannya masing-masing, yaitu :
1. Keputusan Terprogram
Dianggap suatu keputusan yang dijalankan secara rutin saja, tanpa ada
persoalan-persoalan yang bersifat krusial. Karena setiap pengambilan
keputusan yang dilakukan hanya berusaha membuat pekerjaan yang
terkerjakan berlangsung secara baik dan stabil. Keputusan terprogram
mampu diselesaikan ditingkat lini paling rendah tanpa harus membutuhkan
masukan dari pihak middle dan top management. Jika dibutuhkan
keterlibatan middle management hanya pada pelurusan beberapa bagian
teknis. Contoh keputusan yang terprogram adalah pekerjaan yang
dilaksanakan dengan rancangan SOP (Standard Operation Procedure) yang
sudah dibuat sedemikian rupa. Pada dasarnya suatu keputusan yang
terprogram akan dapat terlaksana dengan baik jika memenuhi beberapa
syarat, yaitu :
a. Memiliki sumber daya manusia yang memenuhi syarat sesuai standar
yang diinginkan.
b. Sumber informasi baik yang bersifat kualitatif dan kuantitatif lengkap
tersedia, serta informasi yang diterima adalah dapat dipercaya.
c. Pihak organisasi menjamin dari segi ketersediaan dana selama
keputusan yang terprogram tersebut dilaksanakan
d. Aturan dan kondisi eksternal organisasi mendukung terlaksananya
keputusan terprogram ini hingga tuntas. Seperti peraturan dan berbagai
ketentuan lainnya tidak ikut menghalangi, bahkan sebaliknya turut
mendukung.
2. Keputusan yang tidak terprogram
Keputusan yang diambil dalam usaha memecahkan masalah-masalah
baru yang belum pernah dialami sebelumnya, tidak bersifat pengulangan,

4
tidak terstruktur dan sukar mengenali bentuk, hakikat dan dampaknya.
Karena itu keputusan tidak terprogram adalah keputusan yang secara
relatif tidak terstruktur dan muncul lebih jarang daripada suatu keputusan
terprogram. Pengambilan keputusan ini lebih bersifat rumit dan
membutuhkan komptensi khusus untuk menyelesaikannya, seperti top
management dan para konsultan dengan tingkat skill yang tinggi.
Contohnya : penyelesaian kasus unjuk rasa.
3.2. Pendekatan dalam Proses Pengambilan Keputusan
Lahirnya sebuah keputusan tidak serta merta berlangsung secara sederhana
begitu saja, sebab sebuah keputusan itu selalu lahir berdasarkan dari proses yang
memakan waktu, tenaga dan pikiran hingga akhirnya terjadi suatu pengkristalan
dan lahirlah keputusan tersebut. Saat pengambilan Keputusan adalah saat dimana
kita sepenuhnya memilih kendali dalam bertindak, sedangkan saat kejadian tak
pasti adalah saat dimana sesuatu diluar diri kitalah yang menentukan apa yang
akan terjadi, artinya kendali di luar kemampuan kita. Selanjutnya yang dianggap
penting adalah pertanggungjawaban dari keputusan itu sendiri kepada pihak yang
berkepentingan. Dalam proses pengambilan keputusan terdiri dari beberapa tahap,
yakni : mengidentifikasi masalah, memilih suatu alternatif dan mengevaluasi
keputusan.
Kualitas merupakan mutu dari pekerjaan atau hasil yang telah dicapai
dengan proses yang dilakukan. Sehingga kualitas keputusannya merupakan mutu
yang dihasilkan dari hasil keputusan tersebut yang telah diaplikasikan atau telah
diuji secara maksimal dan terlihat hasilnya secara maksimal serta dinilai secara
maksimal juga. Penilaian secara maksimal tentunya akan menjadi lebih jelas dan
lebih bisa dipertanggung-jawabkan kebenarannya daripada penilaian secara tidak
maksimal tentunya. Maka dari itu untuk menilai suatu kualitas keputusan yang
dibuat haruslah diuji melalui pendekatan yang dapat dipertanggung-jawabkan
secara ilmiah. Pendekatan keilmuan yang dipakai disini haruslah berdasarkan
pada ruang lingkup dimana asal mula proses awal berdirinya keputusan tersebut.
Jika keputusan tersebut dipakai dalam bidang ekonomi, teknik, kedokteran dan
sosiologi, maka harus berlandaskan pada azas-azas dan aturan-aturan pada bidang

5
ilmu tersebut. Agar menghindarkan terjadinya tumpang-tindih atau kekacauan
dalam penerapan keputusannya.
Pengambilan Keputusan adalah memilih salah satu alternatif dari alternatif
yang ada. Untuk dapat mengambil keputusan diperlukan prinsip dan pendekatan
sehingga keputusan tersebut merupakan keputusan yang paling tepat dengan
resiko yang paling minim. Berikut ini adalah pendekatan dalam pengambilan
keputusan yaitu:
1. Pendekatan yang interdisipliner.
Proses pengambilan keputusan tidak bisa dilihat sebagai suatu
tindakan tunggal dan tidak sebagai suatu tindakan yang Seragam yang
berlaku untuk semua keadaan serta dapat digunakan oleh pengambil
keputusan yang berbeda dengan tingkat efektifitas yang sama. Proses
pengambilan keputusan terdiri dari berbagai ragam keterampilan dan
pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman dalam kehidupan
berorganisasi.
2. Pendekatan yang sistematis.
Suatu proses logis yang melibatkan pengambilan langkah-langkah
secara berturut atau sekuensial dengan merinci proses tersebut menjadi
bagian-bagian yang lebih kecil (pendekatan atomik). Pendapat lain
mengatakan proses pengambilan keputusan menyangkut dengan naluri,
daya pikir, dan serangkaian metode intuitif yang keseluruhannya
dirangkum yang menjadi suatu kreatifitas (pendekatan holistik).
3. Pendekatan berdasarkan informasi.
Pengambilan keputusan tanpa informasi berarti menghilangkan
kesempatan belajar secara adaptif. Seorang manajer harus memiliki
pengetahuan yang memadai tentang Informatika untuk pengambilan
keputusan yang efektif serta harus menuntut agar tersedia baginya
informasi yang memenuhi persyaratan kemutakhiran, kelengkapan,
dapat dipercaya dan disajikan dalam bentuk yang tepat.
4. Memperhitungkan faktor-faktor ketidakpastian.
Betapa pun telitinya perkiraan keadaan, dalamnya kajian terhadap
berbagai alternatif, tetap tidak ada jaminan bebas dari resiko

6
ketidakpastian. Untuk itu pengambilan keputusan harus dapat
Memperhitungkan probabilitas (kemungkinan) keberhasilan atau
kekurang-berhasilan pelaksanaan suatu keputusan.
5. Diarahkan pada tindakan nyata.
Mengambil suatu tindakan harus dapat ditentukan secara pasti,
kapan pemecahan berakhir dan proses pengambilan keputusan dimulai.
Masalah dan sasaran sering mempunyai siklus pertumbuhan dan
penyusutan, demikian juga faktor-faktor yang mempengaruhi. Hal
tersebut harus dikenali secara tepat karena akan sangat mempengaruhi
keputusan untuk bertindak.
Secara umum dampak perubahan keputusan tersebut dapat dikelompokkan
menjadi dua kelompok, yaitu :
1. Incremental Changes, merupakan dampak perubahan keputusan yang
dapat diperkirakan atau ditaksir berapa prosentase perubahan yang akan
terjadi ke depannya, tentu berdasarkan data-data yang terjadi di masa lalu.
2. Turbulance Changes, merupakan pengambilan keputusan dalam kondisi
perubahan yang sulit diperkirakan. Contohnya : bencana alam, perubahan
kondisi politik, demonstrasi buruh dan sebagainya. Walaupun data–data
tersebut ada namun kejadian seperti ini belum tentu memiliki kesamaan
kondisi dan situasi seperti dulu. Perlu dipahami, bahwa data keputusan
yang terlalu lama sulit untuk dijadikan sebagai data prediksi di masa
depan. Tingkat ketepatan atau akurasinya juga menjadi bagian yang
diragukan hasilnya.
3.3. Tindakan Memutuskan
Agar pengambilan keputusan dapat lebih terarah, maka perlu diketahui
unsur-unsur / komponen-komponen dari pengambilan keputusan tersebut. Unsur-
unsur / komponen-komponen dari pengambilan keputusan yaitu:
1. Tujuan dari pengambilan keputusan
2. Identifikasi alternatif-alternatif keputusan untuk memecahkan masalah.
3. Perhitungan mengenai faktor-faktor yang tidak dapat diketahui
sebelumnya / diluar jangkauan manusia.

7
4. Sarana atau alat untuk mengevaluasi atau mengukur hasil dari suatu
pengambilan keputusan.
Sedangkan dasar-dasar dari pengambilan keputusan yang berlaku, yaitu:
1. Intuisi
Pengambilan keputusan yang berdasarkan atas intuisi atau perasaan
memiliki sifat subjektif, sehingga mudah terkena pengaruh. Dalam
pengambilan keputusan berdasarkan intusi ini, meskipun waktu yang
digunakan untuk mengambil keputusan relatif pendek, tetapi keputusan
yang dihasilkan seringkali relatif kurang baik karena seringkali
mengabaikan dasar-dasar pertimbangan lainnya.
2. Pengalaman
Pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman memiliki manfaat
bagi pengetahuan praktis. Karena pengalaman seseorang dapat
memperkirakan keadaan sesuatu, dapat memperhitungkan untung ruginya,
baik buruknya keputusan yang akan diambil.
3. Fakta
Pengambilan keputusan berdasarkan fakta dapat memberikan
keputusan yang sehat, solid, dan baik. Dengan fakta, maka tingkat
kepercayaan terhadap pengambilan keputusan dapat lebih tinggi, sehingga
orang dapat menerima keputusan-keputusan dengan lapang dada.
4. Wewenang
Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang biasanya
dilakukan oleh pimpinan terhadap bawahannya atau orang yang lebih
tinggi kedudukannya kepada orang yang lebih rendah kedudukannya.
Hasil keputusannya dapat bertahan dalam jangka waktu yang cukup lama
dan memiliki otentisitas (otentik), tetapi dapat menimbulkan sifat rutinitas,
mengasosiasikan dengan praktek diktatorial dan sering melewati
permasalahan yang seharusnya dipecahkan sehingga dapat menimbulkan
kekaburan.
5. Rasional
Pada pengambilan keputusan yang berdasarkan rasional, keputusan
yang dihasilkan bersifat objektif, logis, lebih transparan, konsisten untuk

8
memaksimalkan hasil atau nilai dalam batas kendala tertentu, sehingga
dapat dikatakan mendekati kebenaran atau sesuai dengan apa yang
diinginkan. Pengambilan keputusan secara rasional ini berlaku sepenuhnya
dalam keadaan yang ideal. Pada pengambilan keputusan secara rasional
terdapat beberapa hal sebagai berikut:
a. Kejelasan masalah: tidak ada keraguan dan kekaburan masalah.
b. Orientasi tujuan: kesatuan pengertian tujuan yang ingin dicapai.
c. Pengetahuan alternatif: seluruh alternatif diketahui jenisnya dan
konsekuensinya.
d. Preferensi yang jelas: alternatif bisa diurutkan sesuai kriteria.
e. Hasil maksimal: pemilihan alternatif terbaik berdasarkan atas hasil
ekonomis yang maksimal.
3.4. Pentingnya Kerangka Konseptual
Pengambilan keputusan merupakan suatu hasil akhir yang didapat dari
adanya suatu masalah/ problem dan dengan adanya pengambilan keputusan ini
diharapkan bertujuan mengatasi atau memecahkan masalah yang bersangkutan
sehinga dapat tercapainya tujuan yang dimaksud dengan hasil yang efektif. Setiap
proses pengambilan keputusan selalu menghasilkan satu pilihan final.
Keluarannya bisa berupa suatu tindakan (aksi) atau suatu opini terhadap pilihan.
Pengambilan Keputusan berkaitan dengan Kebijakan, Kebijakan itu sendiri
merupakan suatu tindakan yang mengarah pada tujuan tertentu yang dilakukan
oleh seorang aktor atau beberapa aktor berkenaan dengan suatu masalah.
Tindakan para aktor kebijakan dapat berupa pengambilan keputusan yang
biasanya bukan merupakan keputusan tunggal, artinya kebijakan diambil dengan
cara mengambil beberapa keputusan yang saling terkait dengan masalah yang ada.
Pengambilan keputusan dapat diartikan sebagai pemilihan alternatif terbaik dari
beberapa pilihan alternatif yang tersedia.
Adanya kerangka konseptual yang mantap juga sangat penting artinya
apabila terasa dan terlihat adanya tekanan untuk segera mengambil keputusan.
Pada kesempatan demikian yang mungkin diperlukan adalah tersedianya cukup
waktu untuk digunakan untuk memikirkan secara tenang tentang hakikat masalah
yang dihadapi dan faktor-faktor yang menimbulkannya, serta dampak dari

9
berbagai alternative yang mungkin ditempuh. Singkatnya, adanya kerangka
konseptual yang mantap, akan mencegah seorang pengambil keputusan bertindak
tergesa-gesa, suatu tindakan yang sangat mungkin akan disesalinya kemudian
Kerangka konseptual yang mantap akan menambah keyakinan dalam diri
pengambilan keputusan yang bersangkutuan, bahwa situasi memutuskan didekati
hati-hati dan dengan cara berfikir yang logis. Dengan kerangka demikian,
perhatian yang lebih besar akan secara tepat tertuju kepada penilaian berbagai
penilaian yang tersedia beserta semua implikasinya, terlepas dari pendekatan yang
digunakan untuk mengenali situasi problematic yang dihadapi.
Kerangka konseptual yang mantap juga akan sangat membantu seorang
manajer untuk menentukan skala prioritas kerjanya, disamping meningkatkan
kemampuannya untuk menentukan situasi problematic mana yang akan
diserahkan kepada orang lain seperti kepada para bawahannya untuk diselesaikan.
Tidak kurang pentingnya untuk di perhatikan ialah, dengan adanya skala prioritas
yang jelas, seorang manajer akan mampu bertindak dengan ebih efektif dengan
jaminan keberhasilan yang lebih besar, sebab manajer yang bersangkutan,
mempunyai cukup waktu untuk menjelaskan sifat dan jenis keputusan yang
diambilnya kepada para pelaksana. Penjelasan demikian sangat penting karena
dengan pemahaman yang tepat para pelaksana akan mempunyai keterkaitan yang
lebih besar untuk melaksanakan keputusan dengan sebaik-baiknya.
Akan tetapi dengan segala pemanfaatan tersebut pun, perlu diingat bahwa
adanya kerangka konseptual yang mantap itu bukan lah panacea bagi
penanggulangan situasi problematic yang dihadapi. Kerangka konseptual tidak
pula sebagai pengganti kebutuhan untuk bertindak. Di samping itu kerangka
konseptual tidak dimaksudkan untuk mengganti peranan yang secara wajar dapat
dimainkan oleh akal sehat, buah pikiran, pembuktian atau analisis yang bersifat
kuantitatif. Juga bukan pengganti kepemimpinan yang efektif. Kerangka
konseptual tidak lebih dan tidak kurang dari suatu alat bantu yang penting artinya.
Kerangka konseptual tidak pernah dimaksudkan untuk digunakan secara kurang
teliti. Artinya kerangka konseptual jangan sampai membatasi cara berfikir seorang
manajer karena dalam menghadapi situasi problematic, seseorang tetap
memerlukan pendekatan yang kreatif dan inovatif dibarengi oleh analisis yang

10
andal. Kerangka konseptual tidak dimaksudkan untuk mempersempit ruang gerak
seorang manajer, melainkan memperluasnya, baik dalam arti perluasan wawasan
maupun dalam arti peningkatan kemampuan bertindak.
Langkah-langkah kerangka konseptual dalam pengambilan keputusan yaitu:
1. Pemantauan Keadaan
Seorang manajer bertanggungjawab untuk mematau secara terus
menerus keadaan yang mempengaruhi tindakannya sebagai seorang
manajer, yang bersifat intern dan ekstern, terutama situasi lingkungan
yang mempunyai dampak tertentu terhadap jalannya roda organisasi
yang dipimpinnya.
2. Medefinisikan Situasi Problematik yang Dihadapi
Situasi problematic yang dihadapi itu antara lain mencakup:
a. Gejala-gejala penyimpangan yang ada.
b. Faktor-faktor penyebab timbulnya situasi yang tidak diinginkan,
baik yang sifatnya simptomatis maupun generis.
c. Sifat situasi problematic itu apakah termasuk kategori urgen atau
penting.
d. Batas-batas situasi problematic yang hendak diatasi. Definisi situasi
problematic secara tepat akan memungkinkan diambilnya langkah-
langkah mengatasinya secara tepat.
3. Spesifikasi Sasaran yang ingin Dicapai.
Yang perlu ditempuh adalah menjabarkan sebaik mungkin sasaran
apa yang ingin dicapai dengan diambilnya suatu keputusan tertentu,
hasil-hasil apa yang ingin dicapai dengan diambilnya suatu keputusan
tertentu, hasil-hasil apa yang diharapkan, penghalang apa yang mungkin
timbul, dan resiko apa yang mungkin harus dihadapi.
4. Melakukan Diagnosa yang tepat.
Apabila sebuah organisasi menghadapi situasi problematic yang
tidak diinginkan ia di tuntut untuk melakukan diagnosa yang tepat
mengapa situasi problematic yang tidak di inginkan itu timbul dengan
berusaha mengidentifikasi faktor-faktor penybabnya. Diperlukan

11
kemampuan analaisis agar identifikasi faktor-faktor penyebab itu tidak
hanya tepat akan tetapi juga tuntas.
5. Mengembangkan Alternative Tindakan atau Jalan Keluar yang mungkin
Ditempuh.
Usaha untuk mencari dan menemukan untuk berbagai alternative
mengatasi situasi problematic yang dihadapi itu.
6. Menetapkan Metodolgi dan Kriteria Penilaian Alternative.
Metodologi dan kriteria yang digunakan tidak hanya bersifat teknis
saja, akan tetapi juga harus mempertimbangkan faktor-faktor yang
sifatnya tidak teknis. Ini berarti bahwa teori dari berbagai disiplin ilmu
perlu pula dimanfaatkan. Misalnya, apabila suatu perusahaan yang
bergerak dalam pencarian minyak dilepas pantai ingin ikut tender yang
diadakan oleh perusahaan minyak dan gas bumi nasional suatu Negara.
Keputusan untuk turut atau tidak dalam tender demikian tidak semata-
mata di dasarkan atas kemampuan teknis perusahaan yang bersangkutan
untuk mencari dan menambang minyak dan gas bumi dilepas pantai
akan tetapi juga didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan yang
menyangkut.
7. Peringkat Sasaran yang ingin Dicapai
Adanya peringkat yang tepat tidak hanya penting dalam
pembatasan jumlah alternative yang ingin diciptakan, akan tetapi juga
dalam keterbukaan melakuakan pendekatan dalam usaha mencari dan
menemukan alternative-alternatif baru apabila alternative yang ada di
pandang kurang memadai.
8. Keterbukaan terhadap Kemungkinan adanya Alternative Baru.
Keterbukaan terhadap ide baru dapat ditumbuhkan dan
dikembangkan dengan menggunakan berbagai teknik dan cara seperti
diskusi terbuka, brainstroming, dsb. Usaha mencari alternatif baru dapat
pula dilakukan dengan efektif apabila serangkaian pertanyaan dirasakan
perlu ditanyakan disusun dengan baik.

12
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan dapat disimpulkan bahwa :
1. Teori pengambilan keputusan diklasifikasikan menjadi keputusan
terprogram dan tidak terprogram.
2. Pendekatan dalam pengambilan keputusan yaitu: pendekatan yang
interdisipliner, pendekatan yang sistematis, pendekatan berdasarkan
informasi, memperhitungkan faktor-faktor ketidakpastian dan diarahkan
pada tindakan nyata.
3. Dasar-dasar dari pengambilan keputusan yang berlaku, yaitu Intuisi,
pengalaman,fakta wewenang dan rasional
4. Adanya kerangka konseptual yang mantap juga sangat penting artinya
apabila terasa dan terlihat adanya tekanan untuk segera mengambil
keputusan. Pada kesempatan demikian yang mungkin diperlukan adalah
tersedianya cukup waktu untuk digunakan untuk memikirkan secara
tenang tentang hakikat masalah yang dihadapi dan faktor-faktor yang
menimbulkannya
4.2. Saran
Untuk menilai suatu kualitas keputusan yang dibuat haruslah diuji melalui
pendekatan yang dapat dipertanggung-jawabkan secara ilmiah. Pendekatan
keilmuan yang dipakai disini haruslah berdasarkan pada ruang lingkup dimana
asal mula proses awal berdirinya keputusan tersebut.

13
DAFTAR PUSTAKA

Salusu. (2015). Pengambilan Keputusan Stratejik. Jakarta : Kompas Gramedia

Harold O’Donnell. (1997). Manajemen. Jakarta : Erlangga

Ariati K, Kurnia dan Raharja. 2014. Pengaruh Kompetensi Auditor Terhadap

Kualitas Audit Dengan Kecerdasan Spiritual Sebagai Variabel

Moderating Studi persepsi Auditor pada Badan Pengawasan Keuangan

dan Pembangunan Provinsi Jawa Tengah. Skripsi Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Diponegoro, Semarang.

Febriansah, R. E., & Meiliza, D. R. (2020). Buku Ajar Teori Pengambilan

Keputusan. Umsida Press, 1-114.

Syaekhu, A. (2021). Teori Pengambilan Keputusan. Zahir Publishing.

14

Anda mungkin juga menyukai