Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan segala rahmat karunia dan hidayah
serta inayah Nya sehingga penulis ini dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“Makalah MANAJEMEN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN PEMECAHAN
MASALAH”. Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Manajemen.yang diampu oleh M. Adi Trisna Wahyudi,
S.Sos., M.M.Tak lupa shalawat serta salam kita junjungkan pada kehadirat Nabi besar
Muhammad SAW yang telah menjadi suri tauladan ummat. Selanjutnya penulis
mengucapkan rasa terima kasih kepada kepada pihak pihak yang terlibat dalam
pembuatan makalah ini.
Semoga atas bimbingan, dukungan, dan bantuan dalam makalah ini akan
mendapatkan balasan dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa Makalah ini terdapat
banyak kekurangan maka dari itu, penulis memohon untuk kritik dan saran dari
pembaca sekalian dan semoga segala ikhtiar kita mendapatkan ridho dari Allah SWT
serta semoga pandemic yang melanda saat ini segera berakhir amin amin ya Rabbal
Alamin.

Surabaya, 11 Oktober 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...............................................................................................................1

B. Rumusan Masalah..........................................................................................................1

C. Tujuan............................................................................................................................1

BAB II Pembahasan

A. Sifat Pengambilan Keputusan........................................................................................2

B. Perspektif Rasional dan Pengambilan Keputusan.........................................................4

C. Aspek Perilaku Pengambilan Keputusan.......................................................................8

BAB III Penutup

A. Kesimpulan..............................................................................................................11

B. Saran........................................................................................................................11

Daftar Pustaka .....................................................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah merupakan sesuatu yang lumrah bagi siapapun dan dimanapun. Seseorang
dituntut untuk dapat menyelesaikan masalahnya dan dapat mengambil keputusan untuk
menghindari masalah yang berkelanjutan. Masalah bisa terjadi pada siapapun maupun
instansi apapun. Maka dari itu, penting bagi kita untuk bisa mengambil sebuah keputusan
agar masalah yang terjadi bisa teratasi dengan baik.
Setiap perusahaan maupun instansi pemerintahan tidak akan pernah luput dari
masalah. Terutama masalah yang berhubungan dengan pengelolaan manajemen. Masalah itu
bisa datang dari internal maupun eksternal. Oleh karena itu, memiliki kemampuan
pengelolaan manajemen yang baik wajib dimiliki oleh setiap manajer. Sehingga ketika terjadi
masalah di perusahaan, manajer tersebut bisa mengambil keputusan yang tepat.
Kualitas keputusan-keputusan manajer akan menentukan efektifitas rencana yang
disusun. Pengambilan keputusan yang baik merupakan bagian vital dari manajemen yang
baik karena setiap keputusan yang diambil akan menentukan bagaimana sebuah organisasi
dapat mencapai tujuan-tujuannya.  seorang manajer harus dapat menetapkan dan memutuskan
keputusan yang harus diambil yaitu keputusan terbaik dengan mempertimbangkan hal-hal
yang menyangkut perusahaan secara menyeluruh.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud sifat pengambilan keputusan ?
2. Bagaimana perspektif rasional dan pengembalian keputusan ?
3. Bagaimana aspek perilaku pengambilan keputusan ?

C. Maksud dan Tujuan


1. Untuk mengetahui sifat pengambilan keputusan
2. Untuk mengetahui perspektif rasional dan pengambilan keputusan
3. Untuk mengetahui aspek perilaku pengambilan keputusan

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. SIFAT PENGAMBILAN KEPUTUSAN


Dalam pengertian pengambilan keputusan banyak ahli memiliki pendapat yang
berbeda-beda terkait sikap pengambilan keputusan. Menurut Siagian (dalam Hasan, 2002:10)
pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap hakikat alternatif
yang dihadapi dan mengambil tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang
paling tepat. Atmosudirjo (1982: 97) mengatakan, pengambilan keputusan selalu bersifat
memilih diantara berbagai alternatif untuk menyelesaikan masalah. Sedangkan menurut
James pengambilan keputusan (dalam Hasan, 2002:10) adalah proses yang digunakan untuk
memilih suatu tindakan sebagai cara pemecahan masalah. Baron (1986: 69) mengatakan
bahwa pengambilan keputusan adalah suatu proses terjadinya identifikasi masalah,
menetapkan tujuan pemecahan, pembuatan keputusan awal, pengembangan dan penilaian
alternatif-alternatif, serta pemilihan salah satu alternatif yang kemudian dilaksanakan dan
ditidaklanjuti. Moorhead dan Griffin (1995: 82) menyatakan pengambilan keputusan sebagai
kegiatan pemilihan diantara berbagai alternatif yang tersedia1.
Hadari Nawawi mendefenisikan bahwa keputusan pada dasarnya berarti hasil akhir
dalam mempertimbangkan sesuatu yang akan dilaksanakan secara nyata. Keputusan juga
dapat diartikan sebagai hasil terbaik dalam memilih satu diantara dua atau beberapa alternatif
yang dihadapi. Sementara itu, pengambilan keputusan merupakan proses atau rangkaian
kegiatan menganalisis berbagai fakta, informasi, data dan teori/pendapat yang akhirnya
sampai pada satu kesimpulan yang dinilai paling baik dan tepat. Proses pengambilan
keputusan ini dapat dilakukan sendiri dan dapat pula dilaksanakan dengan bantuan atau
pengikutsertaan orang lain2.
Gatot Suradji dan Engelbetus Martono mendefenisikan bahwa keputusan merupakan
proses pemikiran yang menetapkan satu pilihan diantara alternatif pilihan guna memecahkan
suatu masalah. Sementara itu, pengambilan keputusan merupakan proses analisis
informasimasalah sampai penetapan suatu keputusan3
Ahli lain, yaitu Gibson, dkk, (1997: 103) menjelaskan pengambilan keputusan sebagai
proses pemikiran dan pertimbangan yang mendalam yang dihasilkan dalam sebuah
1
Raihan Pengambilan Keputusan Dalam Kepemimpinan Manajemen Dakwah (Jurnal Al-Bayan : VOL. 22 NO. 34
JULI - DESEMBER 2016)
2
Hadari Nawawi, Kepemimpinan Menurut Islam, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1993),hal. 152
3
Gatot Suradji dan Engelbetus Martono, Ilmu Dan Seni Kepemimpinan, (Bandung: Pustaka Reka Cipta, 2013),
hal. 152

2
3

keputusan. Pengambilan keputusan merupakan sebuah proses dinamis yang dipengaruhi oleh
banyak kekuatan termasuk lingkungan organisasi dan pengetahuan, kecakapan dan motivasi.
Dunnette dan Hough (1998: 25) mendefinisikan pengambilan keputusan sebagai
pemilihan tindakan 168 dari sejumlah alternatif yang ada. Senada dengan itu Wood dkk,
(1998: 57) mendefinisikan pengambilan keputusan adalah “process of identifying a problem
or opportunity and chooshing among alternative courses of action.”
De Janasz dkk (2002: 19) mengemukakan bahwa pengambilan keputusan adalah suatu
proses dimana beberapa kemungkinan dapat dipertimbangkan dan diprioritaskan, yang
hasilnyadipilih berdasarkan pilihan yang jelas dari salah satu alternatif kemungkinan yang
ada. Duncan (Putti dkk, 1998: 34) mendefinisikan pengambilan keputusan sebagai suatu
respon yang sesuai dari seseorang yang berinteligensi pada suatu situasi yang membutuhkan
tindakan yang tepat.
Sedangkan menurut ahli lain (Putti dkk, 1998: 34) pengambilan keputusan adalah
suatu tindakan memilih salah satu alternatif yang ada atas pertolongan para manajer yang
menentukan suatu tindakan pada situasi yang telah ditentukan. Stoner (1990: 52) berpendapat
bahwa pengambilan keputusan adalah proses pemilihan suatu arah tindakan untuk
memecahkan suatu masalah tertentu.
Untuk menghasilkan suatu keputusan yang tepat maka Berman & Cutler (1996: 61)
dalam penelitian mereka menjelaskan bahwa para pengambil keputusan yang dengan tujuan
untuk menghasilkan suatu keputusan yang akurat harus berhati-hati dengan informasi yang
tidak konsisten dari karyawan, sehingga para pengambil keputusan itu dapat mengenali dan
mendapatkan suatu keputusan yang tepat sebagai hasil pemilihan dari beberapa alternatif
pilihan yang tersedia.
Dari pendapat para ahli yang mengemukakan banyak pengertian dari sikap
pengambilan keputusan, namun ada satu kirannya dapat dijadikan pengangan yaitu
pengambilan keputusan adalah proses memilih salah satu alternatif terbaik di antara sekian
banyak alternatif yang ada yang dilakukan dalam rangka menyelesaikan masalah. Dapat
diartikan juga bahwa pengambilan keputusan adalah memilih dan menetapkan satu alternatif
yang dianggap paling tepat dari beberapa alternatif yang dirumuskan. Keputusan itu harus
bersifat fleksibel, analitis dan mungkin untuk dilaksanakan dengan dorongan sarana
prasarana dan sumber daya yang tersedia (berupa manusia dan material).
Landasan pengambilan keputusan pada dasarnya bersumber dari Allah SWT sebagai
Zat Yang Maha Memutuskan. Allah SWT berfirman dalam Surah Shaad ayat 26 yang
berbunyi :
4

ِ ‫ق َواَل تَتَّبِ ِع ۡٱلهَ َو ٰى فَي‬


ِّ ‫اس بِ ۡٱل َح‬ ‫أۡل‬ ٰۡ
َ‫ضلُّون‬
ِ َ‫ك عَن َسبِي ِل ٱهَّلل ۚ ِ إِ َّن ٱلَّ ِذينَ ي‬
َ َّ‫ُضل‬ ِ َّ‫ٱح ُكم بَ ۡينَ ٱلن‬
ۡ َ‫ض ف‬ ِ ‫ٰيَدَا ُوۥ ُد إِنَّا َج َعلنَكَ خَ لِيفَ ٗة فِي ٱ َ ۡر‬
٢٦ ‫ب‬ ْ ‫اب َش ِدي ۢ ُد بِ َما نَس‬
ِ ‫ُوا يَ ۡو َم ۡٱل ِح َسا‬ ٞ ‫عَن َسبِي ِل ٱهَّلل ِ لَهُمۡ َع َذ‬

“Hai Daud, Sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, Maka
berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti
hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang
yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari
perhitungan.”
Sesuai dengan ayat di atas kita dianjurkan untuk mengambil keputusan dengan adil
dan tidak menuruti hawa nafsu.

B. PERSPEKTIF RASIONAL DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Pengambil keputusan rasional analitis mempertimbangkan semua alternatif dengan


segala akibat dari pilihan yang diambilnya, menyusun segala akibat dan memperlihatkan dan
memperhatikan skala pilihan (scale of preference) yang pasti, dan memilih alternatif yang
memberikan hasil maksimum.
Sasaran yang ingin dicapai dengan model rasionalitas adalah bahwa dengan
mempertimbangkan keterbatasan yang ada, organisasi memperoleh hasil terbaik yang paling
mungkin dicapai. Sikap pengambil keputusan, norma-norma serta kebijaksanaan organisasi
berperan penting dalam menentukan kriteria apa yang dimaksud dengan hasil terbaik yang
mungkin dicapai itu. Menurut Rainey (1991) rasionalitas memiliki arti dan dimensi yang
bermacam-macam, tetapi dalam ilmu-ilmu sosial rasionalitas itu meliputi komponen-
komponen sebagai berikut:
a) Para pembuat keputusan mengetahui secara jelas tujuan-tujuannya secara relevan.
b) Pembuat keputusan mengetahui dengan jelas kriteria untuk menilai tujuan-tujuan itu dan
dapat menyususn peringkat dari tujuan-tujuan tersebut.
c) Mereka memeriksa semua alternatif untuk mencapai tujuan mereka.
d) Mereka memilih alternatif yang paling efisien untuk memaksimalkan pencapaian tujuan.

Model optimasi didasar pada berbagai kriteria dan yang menonjol diantaranya adalah:
1. Kriteria Maximin.
Metode maximin menjelaskan bahwa pembuat keputusan seharusnya memusatkan
perhatiannya pada atribut terlemah yang dimilikinya. Metode ini tidak banyak menggunakan
informasi yang tersedia. Kriteria ini mencari alternative yang maximum dari hasil yang
5

minimum dari setiap alternative. Pertama, dicari hasil minimum dari setiap alternative, dan
selanjutnya memilih alternative dengan nilai terbesar dari yang terkecil tadi. Karena kriteria
ini memilih alternative yang memiliki kerugian terkecil, disebut sebagai kriteria keputusan
pesimistik. Dengan kata lain model ini pada intinya berarti memaksimalkan hasil usaha
dalam batasan-batasan minimum yang diperhitungkan akan dicapai.

2. Kriteria Maximax.
Model ini didasarkan pada asumsi yang optimistik yang menyatakan bahwa keputusan
yang diambil akan mendatangkan hasil yang maksimum. Dalam prakteknya apa yang
kemudian terjadi ialah lebih memaksimalkan usaha agar hasil yang diperoleh betul-betul
semaksimal mungkin.

3. Kriteria melewatkan kesempatan.


Model ini bertitik tolak dari pandangan bahwa merupakan hal yang alamiah apabila
para pengambil keputusan berpikir dan bertindak dalam kerangka dilewatkannya peluang-
peluang tetentu, apabila melewatkan peluang ituberakibat pada tersedianya peluang yang
lebih besar demi meraih keuntungan yang lebih besar pula. Segi penting dari model ini ialah
mengidentifikasikan secara teliti biaya yang harus dipikul karena hilangnya peluang tertentu,
dan memperkecil kerugian yang harus diderita karena ingin memanfaatkan peluang yang
lebih besar dimasa yang akan datang.

4. Kriteria probabilitas.
Model ini berarti bahwa pengambilan keputusan harus menggunakan kriteria
kemungkinan diperolehnya hasil tertentu sebagai dasar untuk menjatuhkan pilihan.
Probabilitas bisa mulai dari nol, dalam arti tidak ada kemungkinan tercapainya hasil yang
diharapkan hingga satu, dalam arti bahwa terdapat kepastian akan diraihnya hasil yang
diharapkan dengan diambilnya suatu keputusan tertentu.

5. Kriteria nilai materi yang diharapkan.


Kriteria nilai materi yang diharapkan. Dalam praktek penggunaannya dimulai dengan
penentuan nilau atas hasil yang diperoleh dari setiap alternative yang dipilih untuk
diterapkan. Model ini juga memperhitungkan kemungkinan apa yang akan timbul jika
alternatif tertentu ditempuh.
6

6. Kriteria manfaat.
Kriteria ini merupaka kelanjutan dari kriteria nilai materi. Terlihat bahwa dengan
penggunaan kriteria itu pengambilan keputusan tidak memperdulikan risiko yang mungkin
harus dihadapi apabila pilihan dijatuhkan atas berbagai alternative yang tersedia.
Pengambilan keputusan dengan perspektif rasionalitas memiliki kelebihan dan
kekurangan. Beberapa kelebihan dan kekurangannya antara lain :
- Kelebihan
Dapat memfokuskan diri pada pengumpulan data dan kriteria yang telah ditetapkan.
Dapat mengurangi subyektifitas, yaitu mengambil keputusan berdasarkan opini seseorang.
- Efisien, karena berdasarkan pemilihan alternatif yang terbaik.

- Kekurangan

- Diasumsikan atau dianggap bahwa ada pengetahuan yang telah dihasilkan.


- Model optimasi ini tidak dinamis, harus mengikuti langkah-langkah yang terkait.
- Dimunculkan sebagai obyektif namun pengambilan keputusan oleh siapapun
membutuhkan justifikasi pribadi (tidak bebas nilai).

Setiap keputusan yang diambil itu merupakan perwujudan kebijakan yang telah
digariskan. Oleh karena itu, analisis proses pengambilan keputusan pada hakikatnya sama
saja dengan analisis proses kebijakan. Menurut Maulana (2010). Proses pengambilan
keputusan meliputi :
1. Lakukan kebutuhan akan suatu keputusan
2. Menentukan kriteria yang diputuskan
3. Menentukan kriteria yang berbobot
4. Mengembangkan alternatif
5. Menilai beberapa alternatif
6. Memilih alternatif

Menyusun alternatif dengan memperhitungkan untung rugi untuk setiap alternatif


dengan mempertimbangkan/ memperhitungkan/ memperkirakan kemungkinan timbulnya
macam macam kejadian yang akan datang yang merupakan dampak dari kejadian terhadap
alternatif yang dirumuskan. Sehingga akan didapat keputusan optimal, karena setidaknya
telah memperhitungkan semua fakta yang berkaitan dengan keputusan tersebut.
7

Ketika semua informasi yang diperlukan untuk mengambil keputusan lengkap dan
hasil dari tindakan dapat diprediksi secara tepat, maka pengambilan keputusan dikatakan
dalam keadaan atau situasi ada kepastian. Sebaliknya, jika semua informasi tidak dapat
diketahui secara pasti namun dapat diketahui masih ada nilai kemungkinan dalam
memprediksi secara tepat, maka pengambilan keputusan dikatakan dalam keadaan ada resiko.
Pengambilan keputusan dalam keadaan ketidakpastian akan terjadi bila hasil keputusan sama
sekali tidak diketahui karena hal yang akan diputuskan belum pernah terjadi sebelumnya.
Pengambilan keputusan dalam situasi konflik terjadi bila kepentingan dua pengambil
keputusan atau lebih saling bertentangan dalam situasi yang kompetitif.

Sementara itu Herbert A Simon sebagaimana yang dikutip oleh H.B Siswanto
mengemukakan jenis pengambilan keputusan kepada dua kategori, yaitu:
1. Pengambilan keputusan yang diprogram
Pengambilan keputusan yang diprogram adalah pengambilan keputusan yang telah
diprogramkan karena terus berjalan secara rutin dan berulang sehingga dapat dikembangkan
prosedur tertentu untuk menanganinya.
2. Pengambilan keputusan tidak terpogram
Pengambilan keputusan tidak terpogram adalah pengambilan keputusan yang baru dan
tidak tersusun. Oleh karena pengambilan keputusan tersebut memiliki karakteristik demikian
maka tidak ada prosedur yang pasti untuk menangani permasalahan.
Jenis-jenis keputusan di atas dapat diaplikasikan pada segala bidang, baik pada tataran
individu maupun kelompok. Di samping jenis-jenis pengambilan keputusan sebagaimana
yang telah dikemukakan di atas, khusus pada tataran kepemimpinan manajemen, Sondang P
Siagian mengemukakan bahwa pada umumnya terdapat tiga tingkatan keputusan yang
terdapat dalam suatu kepemimpinan dalam organisasi/manajemen, yaitu keputusan strategik,
keputusan teknis dan keputusan operasional. Semakin tinggi kedudukan kepemimpinan
manajemen (manajerial) seseorang, maka ia semakin banyak terlibat dalam pengambilan
keputusan strategik. Pada tingkat kepemimpinan manajemen menengah sifat keputusan yang
diambilnya lebih banyak bersifat teknis. Sedangkan pada jenjang kepemimpinan manajemen
yang terendah, maka keputusan yang diambilnya adalah keputusan operasional.
8

C. ASPEK PERILAKU PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Keputusan (decision) secara harfiah berarti pilihan (choice). Pilihan yang dimaksud di
sini adalah pilihan dari dua atau lebih kemungkinan. Definisi tersebut mengandung
pengertian, dalam keputusan yaitu ada pilihan atas dasar logika atau pertimbangan; ada
beberapa alternatif yang harus dipilih salah satu yang terbaik; dan ada tujuan yang ingin
dicapai dan keputusan itu makin mendekatkan pada tujuan tersebut.

Pengambilan keputusan merupakan suatu proses pemilihan alternatif terbaik dari


beberapa alternatif secara sistematis untuk ditindaklanjuti (digunakan) sebagai suatu cara
pemecahan masalah yang terdiri dari beberapa orang untuk mencapai tujuan bersama didalam
organisasi. Langkah-langkah pengambilan keputusan :
1. Pengenalan dan pendefinisian atas suatu masalah atau suatu peluang.

Langkah ini merupakan respon terhadap suatu masalah, ancaman yang dirasakan, atau
kesempatan dibayangkan. Untuk mengenali dan mendefinisikan masalah atau peluang, para
pengambil keputusan memerlukan informasi mengenai lingkungan, keuangan, dan operasi.

2. Pencarian atas tindakan alternatif dan kuantifikasi atas konsekuensinya.


Ketika definisi dari masalah atau peluang selesai, pencarian untuk program alternatif
tindakan dan kuantifikasi konsekuensi mereka dimulai. Pada langkah ini, sebagai alternatif
praktis sebanyak mungkin diidentifikasi dan dievaluasi. Pencarian sering dimulai dengan
melihat masalah serupa yang terjadi di masa lalu dan tindakan yang dipilih pada saat itu. Jika
saja dipilih tindakan bekerja dengan baik, mungkin akan diulangi. Jika tidak, pencarian
alternatif tambahan akan diperpanjang.Dalam tahap ini, sebanyak mungkin alternatif yang
praktis didiefinisikan dan dievaluasi.

3. Pemilihan alternatif yang optimal atau memuaskan.

Tahap yang paling penting dalam proses pengambilan keputusan adalah memilih salah
satu dari beberapa alternatif. Meskipun langkah ini mungkin memunculkan pilihan rasional,
pilihan terakhir sering didasarkan pada pertimbangan politik dan psikologis daripada fakta
ekonomi.
9

4. Penerapan dan tindak lanjut.

Kesuksesan atau kegagalan dari keputusan akhir bergantung pada efisiensi


penerapannya. Pelaksanaan hanya akan berhasil jika individu-individu yang memiliki kontrol
atas sumber daya organisasi yang diperlukan untuk melaksanakan keputusan (misalnya, uang,
orang, dan informasi) benar-benar berkomitmen untuk membuatnya.

Menurut Sunarto, riset tentang gaya pengambilan keputusan telah mengidentifikasi


empat pendekatan individual yang berbeda terhadap pengambilan keputusan. Model ini telah
dirancang untuk digunakan oleh para manajer dan mengaspirasikan para manajer, tetapi
kerangka kerja umumnya dapat digunakan dalam pengambil keputusan individual apa saja.
Adapun empat gaya pengambilan keputusan tersebut yaitu sebagai berikut.
1. Gaya Direktif.
Orang yang menggunakan gaya direktif memiliki toleransi yang rendah atas
ambiguitas dan mencari rasionalitas. Mereka itu efisien dan logis, tetapi efisiensi mereka
mempertahankan hasil dalam keputusan yang diambil dengan informasi minimal dan dengan
beberapa alternatif. Tipe direktif mengambil keputusan cepat dan berorientasi pada jangka
pendek.

2. Gaya Analitik.
Memiliki toleransi yang jauh lebih besar terhadap ambiguitas dibanding pengambil
keputusan direktif. Ini mengarah ke keinginan lebih banyak informasi dan pertimbangan atas
alternatif yang lebih banyak ketimbang alternatif yang lebih benar bagi tipe direktif. Para
manajer analitik sangat dicirikan sebagai pengambil keputusan yang cermat dengan
kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan situasi yang baru.

3. Gaya Konseptual.
Para individu dengan gaya konseptual cenderung menjadi sangat luas dalam
pandangan mereka dan mempertimbangkan banyak alternatif. Orientasi mereka adalah jangka
panjang dan mereka sangat baik dalam menemukan so-lusi yang kreatif dari maslah-masalah.

4. Gaya Perilaku.
10

Kategori gaya perilaku dicirikan dengan pengambil keputusan yang bisa bekerja baik
dengan yang lain. Mereka memperhatikan rekan kerja dan bawahan serta reseptif terhadap
usulan-usulan dari yang lain, sangat mengandalkan pertemuan untuk berkomunikasi. Gaya
manajer ini mencoba untuk menghindari konflik dan mengupayakan penerimaan.

Dalam konteks pengambilan keputusan diperlukan motif kesadaran. Segala sesuatu


yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu yang masih berada dalam
tingkat kesadaran seseorang disebut motif kesadaran. Terdapat dua faktor penting dari motif
kesadaran dalam konteks pengambilan keputusan, yaitu :

1. Keinginan akan kestabilan atau kepastian.


Keinginan akan kestabilan menegaskan adanya kemampuan untuk memprediksikan
Ini menjadi pendorong bagi keinginan kita untuk membuat bagian- bagian dari konsep yang
cocok satu sama lain secara konsisten. Motif ini mengaktifkan baik pikiran sadar dan bawah
sadar untuk membuat masuk akal suatu ketidakseimbangan, ambigu, atau ketidakpastian
informasi.
2. Keinginanan akan kompleksitas dan keragaman.
Motif kompleksitas menimbulkan keinginan akan suatu stimulus dan eksplorasi serta
mengaktifkan pikiran sadar dan bawah sadar untuk mencari data baru dari ingatan atau
lingkungan, kemudian menyeimbangkannya dan mengaturnya dengan motif. Selain itu,
faktor yang berhubungan erat dengan prediksi adalah perbedaan dalam teori keputusan secara
matematis antara kepastian, risiko, dan ketidakpastian. Kepastian didapat ketika semua akibat
dari suatu alternatif keputusan tidak diketahui. Risiko dapat terjadi ketika seseorang
menentukan suatu pilihan dari berbagai alternatif yang ada. Ketidakpastian timbul ketika
seseorang tidak dapat menentukan kemungkinan konseuensi yang timbul dari tindakan yang
dilakukannya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan dalam makalah di atas dapat disimpulkan bahwa Manajemen Pengambilan
Keputusan dan Pemecahan Masalah yaitu pada dasarnya berarti hasil akhir dalam
mempertimbangkan sesuatu yang akan dilaksanakan secara nyata. Keputusan juga dapat
diartikan sebagai hasil terbaik dalam memilih satu diantara dua atau beberapa alternatif yang
dihadapi. Sementara itu, pengambilan keputusan merupakan proses atau rangkaian kegiatan
menganalisis berbagai fakta, informasi, data dan teori/pendapat yang akhirnya sampai pada
satu kesimpulan yang dinilai paling baik dan tepat. Proses pengambilan keputusan ini dapat
dilakukan sendiri dan dapat pula dilaksanakan dengan bantuan atau pengikutsertaan orang
lain.

Sedangkan Keputusan (decision) secara harfiah berarti pilihan (choice). Pilihan yang
dimaksud di sini adalah pilihan dari dua atau lebih kemungkinan. Definisi tersebut
mengandung pengertian, dalam keputusan yaitu ada pilihan atas dasar logika atau
pertimbangan; ada beberapa alternatif yang harus dipilih salah satu yang terbaik; dan ada
tujuan yang ingin dicapai dan keputusan itu makin mendekatkan pada tujuan tersebut.

B. Saran
Dalam penulisan makalah ini tentu saja banyak mengalami kesalahan dan
kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan adanya saran dan kritik yang membangun
demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya bagi pembaca pada umumnya.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna, meskipun dalam
penyelesaiannya sudah diupayakan secara optimal. Kedepan kami akan lebih baik lagi
dalam menjelaskan tentang makalah tersebut dengan sumber-sumber yang lebih luas dan
dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, kami juga mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari berbagai pihak.

11
DAFTAR PUSTAKA
Internet :
www.goole.com
www.wikipedia.com
http://dinny182.multiply.com/journal/item/2
http://nadiapritta.blogspot.com/2009/11/sim-dalam-pemecahan-masalah-
sistem.html
http://d_ikasari.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/10105/konsep+pengambilan+k
eputusan.doc.
http://id.shvoong.com/tags/pemecahan-masalah/
http://alanmn.wordpress.com/2009/10/17/pengambilan-keputusan-dalam-manajemen/
http://pksm.mercubuana.ac.id/new/elearning/files_modul/93021-5-
127081754191.doc.
Buku :
Handoko Hani T.Manajemen edisi 2.Yogyakarta.BPFE Yogyakarta.1986
Suprihanta John.Manajemen umum sebuah pengantar.Yogyakarta.BPFE Yogyakarta.
1988
Jurnal :

12

Anda mungkin juga menyukai