Anda di halaman 1dari 32

“ Sistem Pengambilan

Keputusan ”
Tugas Pertemuan 12 Mata Kuliah Sistem Informasi Manajemen
Dosen Pembimbing : Yananto Mihadi Putra, SE, M.Si

Disusun Oleh :

Septia Ayu Lestari Anggraini (43216120138)

FAKULTAS EKONOMI BISNIS (AKUNTANSI)


UNIVERSITAS MERCU BUANA
2018

Page | 1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan
artikel tentang “ Sistem Pengambilan Keputusan ”.

Artikel ini saya susun dengan maksimal sebagai tugas pertemuan ke 12 (dua
belas) dalam mata kuliah SISTEM INFORMASI MANAJEMEN . Dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan artikel ini. Untuk
itu saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan artikel ini.

Terlepas dari semua itu, saya meyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya
dapat memperbaiki artikel ini.

Akhir kata saya berharap semoga artikel tentang “Sistem Pengambilan Keputusan”
ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Jakarta, Desember 2018

Penulis

Page | 2
DAFTAR ISI

COVER ......................................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR .................................................................................................... 2
DAFTAR ISI ................................................................................................................. 3
BAB I - PENDAHULUAN ............................................................................................. 4
Latar Belakang .......................................................................................................... 4
Rumusan Masalah .................................................................................................... 5
Tujuan ....................................................................................................................... 5
BAB II - PEMBAHASAN .............................................................................................. 7
1. Pengertian Pengambilan Keputusan ................................................................... 7
2. Fungsi dan Tujuan Pengambilan Keputusan .................................................... 10
3. Dasar- Dasar Pengambilan Keputusan ............................................................. 11
4. Proses Pengambilan Keputusan ....................................................................... 13
5. Permasalahan yang dihadapi dalam Pengambilan Keputusan ......................... 16
6. Pengambilan Keputusan yang Efektif dilakukan oleh Pemimpin ....................... 17
7. Pengaruh Pengambilan Keputusan yang Efektif bagi Kemajuan Organisasi .... 18
8. Manajemen Konflik ........................................................................................... 21
BAB III - PENUTUP .................................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 31

Page | 3
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Pengambilan keputusan ialah


proses memilih suatu alternatif cara bertindak dengan metode yang efisien sesuai
dengan situasi (Salusu, 1996: 47). Proses ini untuk menemukan dan menyeleseikan
masalah organisasi. Pernyataan ini menegaskan bahwa mengambil keputusan
memerlukan satu seri tindakan, memerlukan beberapa langkah. Dapat saja langkah-
langkah tersebut terdapat dalam pikiran seseorang yang sekaligus mengajaknya berfikir
sistematis. Dalam dunia manajemen proses atau seri tindakan itu lebih banyak tampak
dalam kegiatan diskusi.

Kehidupan sehari-hari seorang eksekutif, manajer, kepala, ketua, direktur, rektor,


bupati, gubernur, menteri, panglima, presiden, atau pejabat apapun, sesungguhnya
adalah kehidupan yang selalu bergumul dengan keputusan. Sering kali ia merasa hampa
apabila dalam satu hari tidak mengmbil suatu keputusan. Tidak menjadi soal apakah
keputusan itu benar atau mengandung kelemahan. Oleh sebab itu banyak manajer yang
berpendapat bahwa lebih baik membuat enam kesalahan dari sepuluh keputusan yang
ia buat daripada sama sekali tidak membuat keputusan. Bagi pejabat tersebut yang
paling penting timbul rasa kepuasan karena dapat mengmbil keputusan hari itu.

Ilustrasi itu menggambarkan bahwa pengambilan keputusan adalah aspek yang


paling penting dalam aspek manajemen. Keputusan merupakan kegiatan sentral dari
manajemen, merupakan kunci kepemimpinan, atau inti kepemimpinan (Siagian, 1988),
sebagai suatu karakteristik yang fundamental, sebagai jantung kegiatan administrasi
(Mitchell, 1978), suatu saat kritis bagi tindakan administrasi (Robins, 1978). Bahkan
Higgins (1979) melanjutkan bahwa pengambilan keputusan adalah kegiatan yang paling
penting dari semua kegiatan karena di dalamnya manajer terlibat.

Page | 4
Pada akhirnya, Robin Hughes dalam prakatanya pada Decision Making
berkesimpulan bahwa karena pengambilan keputusan terjadi di semua bidang dan
tingkat kegiatan serta pemikiran manusia, maka tidaklah mengherankan apabila begitu
banyak disiplin yang berusaha mengabalisis dan membuat sistematika dari seluruh
proses keputusan.

Pengambilan keputusan mempunyai arti penting bagi maju mundurnya suatu


organisasi, terutama karena masa depan suatu organisasi banyak ditentukan oleh
pengambilan keputusan sekarang. Pentinya pengambilan keputusan dilihat dari segi
kekuasaan untuk membuat keputusan, yaitu mengikuti pola desentralisasi atau pola
sentralisasi. Berbeda dengan hal tersebut, beberapa ahli memberi perhatian pada
pengambilan keputusan dari sudut kehadirannya, yaitu adanya teori pengambilan
keputusan administrasi, kita dapat meramalkan tindakan-tindakan manajemen sehingga
kita dapat menyempurnakan efektifitas manajemen.

Page | 5
2. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang di atas maka penulis mengangkat rumusan masalah
sebagai berikut.

1. Apakah pengertian pengambilan keputusan.


2. Bagaimana fungsi dan apakah tujuan pengambilan keputusan.
3. Apakah dasar-dasar pengambilan keputusan.
4. Bagaimana proses pengambilan keputusan.
5. Apakah permasalahan yang dihadapi dalam pengambilan keputusan.
6. Bagaimana Pengambilan Keputusan yang Efektif dilakukan oleh Pemimpin.
7. Apakah Pengaruh Pengambilan Keputusan yang Efektif bagi Kemajuan
Organisasi.
8. Apa itu Manajemen Konflik.

3. Tujuan

1. Mengetahui pengertian pengambilan keputusan


2. Mengetahui fungsi dan tujuan pengambilan keputusan
3. Mengetahui dasar- dasar pengambilan keputusan
4. Mengetahui proses pengambilan keputusan
5. Mengetahui permasalahan yang dihadapi dalam pengambilan keputusan
6. Mengetahui pengambilan keputusan yang efektif dilakukan oleh pemimpin
7. Mengetahui pengaruh pengambilan keputusan yang efektif bagi kemajuan
organisasi
8. Mengetahui manajemen konflik

Page | 6
BAB II
PEMBAHASAN

1. A. Pengertian Pengambilan Keputusan

Sebelum mulai dengan mengemukakan definisi pengambilan keputusan,


maka perlu disampaikan lebih dulu tentang apa pengertian keputusan itu.

1. Menurut Ralp C. Davis

Keputusan adalah hasil pemecahan yang dihadapinya dengan tegas.


Suatu keputusan merupakan jawaban yang pasti terhadap suatu pertanyaan.
Keputusan harus dapat menjawab pertanyaan tentang apa yang dibicarakan
dalam hubungannya dengan perencanaan. Keputusan dapat pula berupa
tindakan terhadap pelaksanaan yang sangat menyimpang dari rencana semula.

2. Menurut Mary Follet

Keputusan adalah suatu atau sebagai hukum situasi. Apabila suatu fakta
dapat diperolehnya dan semua yang terlibat, baik pengawas maupun pelaksana
mau mentaati hukumnya atau ketentuannya, maka tidak sama dengan mentaati
perintah. Wewenang tinggal dijalankan, tetapi itu merupakan wewenang dari
hukum situasi.

3. Menurut James A.F.Stoner

Keputusan adalah pemilihan di antara alternatif- alternatif

1. Ada pilihan atas dasar logika atau pertimbangan.


2. Ada beberapa alternatif yang harus dan dipilih salah satu yang terbaik.
3. Ada tujuan yang ingin dicapai, dan keputusan itu makin mendekatkan pada
tujuan tersebut.

4. Menurut Prof. Dr. Prajudi Atmosudirjo, SH

Keputusan adalah suatu pengakhiran daripada proses pemikiran tentang


suatu masalah atau problema untuk menjawab pertanyaan apa yang harus
diperbuat guna mengatasi masalah tersebut, dengan menjatuhkan pilihan pada

Page | 7
suatu alternatif.Dari pengertian- pengertian tersebut di atas dapat ditarik suatu
kesimpulan bahwa keputusan merupakan suatu pemecahan masalah sebagai
suatu hukum situasi yang dilakukan melalui pemilihan satu alternatif dari
beberapa alternatif (Hasan, 2002: 9)Setelah mengetahui definisi dari keputusan
maka selanjutnya akan dikemukakan definisi dari pengambilan keputusan.

1. Menurut George R. Terry

Pengambilan keputusan adalah pemilihan alternatif perilaku (kelakuan) tertentu


dari dua atau lebih alternatif yang ada.

2. Menurut S.P. Siagian

Pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis


terhadap perhitungan alternatif yang dihadapi dan mengambil tindakan yang
menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat

3. Menurut Jemes A.F Stoner

Pengambilan Keputusan adalah proses yang digunakan untuk memilih suatu


tindakan sebagai cara pemecahan masalah.

4. Menurut Ibnu Syamsi

Pengambilan keputusan adalah tindakan pimpinan untuk memecahkan


masalah yang dihadapi dalam organisasi yang dipimpinnya dengan melalui satu
diantara alternatif- alternatif yang memungkinkan.Selain beberapa pengertian di
atas, pengambilan keputusan itu juga berarti proses memilih suatu alternatif cara
bertindak dengan metode yang efisien sesuai dengan situasi (Salusu, 1996: 47).
Proses ini untuk menemukan dan menyeleseikan masalah organisasi.
Pernyataan ini menegaskan bahwa mengambil keputusan memerlukan satu seri
tindakan, memerlukan beberapa langkah. Dapat saja langkah-langkah tersebut
terdapat dalam pikiran seseorang yang sekaligus mengajaknya berfikir
sistematis. Dalam dunia manajemen proses atau seri tindakan itu lebih banyak
tampak dalam kegiatan diskusi.Dari pengertian- pengertian pengambilan
keputusan di atas, dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan merupakan
suatu proses pemilihan alternatif terbaik dari beberapa alternatif secara
sistematis untuk ditindaklanjuti (digunakan) sebagai suatu cara pemecahan
masalah.Persoalan pengambilan keputusan, pada dasarnya adalah bentuk
pemilihan dari berbagai alternatif tindakan yang mungkin dipilah yang prosesnya
melalui mekanisme tertentu, dengan harapan akan menghasilkan sebuah
keputusan yang terbaik (Wahab, 2008: 163). Penyusunan model keputusan
adalah salah satu cara untuk mengembangkan hubungan- hubungan logis yang
mendasari persoalan keputusan ke dalam suatu model matematis, yang
mencerminkan hubungan yang terjadi di antara faktor- faktor yang terlibat.
Apapun dan bagaimana pun prosesnya, satu tahapan yang paling sulit dihadapi

Page | 8
pengambilan keputusan adalah dalam segi penerapannya karena di sini perlu
meyakinkan semua orang yang terlibat, bahwa keputusan tersebut memang
merupakan pilihan terbaik. Semuanya akan merasa terlibat dan terikat pada
keputusan tersebut. Hal ini, adalah proses tersulit. Walaupun demikian, bila hal
tersebut dapat disadari, proses keputusan secara bertahap, sistematik,
konsisten, dan dalam setiap langkah sejak awal telah mengikut sertakan semua
pihak, maka usaha tersebut dapat memberikan hasil yang terbaik.

Page | 9
B. Fungsi dan Tujuan Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan sebagai suatu kelanjutan dari cara pemecahan


masalah memiliki fungsi antara lain sebagai pangkal permulaan dari semua
aktivitas manusia yang sadar dan terarah, baik secara individual maupun secar
kelompok, baik secara institusionalnya maupun secara organisasional. Selain itu
pengambilan keputusan juga merupakan sesuatu yang bersifat futuristik, artinya
bersangkut paut dengan hari depan, masa yang akan datang, di mana efeknya
atau pengaruhnya berlangsung cukup lama.

Kegiatan- kegiatan yang dilakukan dalam organisasi itu dimaksudkan untuk


mencapai tujuan organisasinya. Yang diinginkan semua kegiatan itu dapat
berjalan lancar dan tujuan dapat tercapai dengan mudah dan efisien. Namun
kerap kali terjadi hambatan- hambatan dalam melaksanakan kegiatan. Ini
merupakan masalah yang harus diselesaikan oleh pimpinan organisasi.
Pengambilan keputusan dimaksudkan untuk memecahkan masalah tersebut.
Kerap kali pengambilan keputusan itu hanya merupakan satu segi saja, misalnya
hanya menyangkut segi keungan saja dan kalau dipecahkan tidak menimbulkan
efek sampingan atau akibat lain. Tetapi ada kemungkinan dapat saja terjadi
masalah yang pemecahannya menghendaki dua hal kontradiksi terpecahkan
sekaligus (Syamsi, 2000: 5).

Oleh karena itu tujuan pengambilan keputusan itu dibedakan menjadi dua, yaitu
sebagai berikut.

Tujuan yang bersifat tunggal

Tujuan pengambilan keputusan yang bersifat tunggal terjadi apabila


keputusan yang dihasilkan hanya menyangkut satu masalah, artinya bahwa
sekali diputuskan, tidak akan ada kaitannya dengan masalah lain.

Tujuan yang bersifat ganda

Tujuan pengambilan keputusan yang bersifat ganda terjadi apabila


keputusan yang dihasilkan itu menyangkut lebih dari satu masalah, artinya
bahwa satu keputusan yang diambil itu sekaligus memecahkan dua masalah
(atau lebih), yang bersifat kontradiktif atau yang tidak bersifat kontradiktif.

Page | 10
C. Dasar- Dasar Pengambilan Keputusan

Dasar pengambilan keputusan itu bermacam- macam tergantung dari


permasalahannya. Keputusan dapat diambil berdasarkan perasaan semata-
mata, dapat pula keputusan dibuat berdasarkan rasio. Tetapi tidak mustahil,
bahkan banyak terjadi terutama dalam lingkungan instansi pemerintah maupun
di perusahaan, keputusan diambil berdasarkan wewenang yang dimilikinya.

Oleh George R. Terry, disebutkan dasar- dasar dari pengambilan keputusan


yang berlaku adalah sebagai berikut.

1. Intuisi

Pengambilan keputusan yang berdasarkan atas intuisi atau perasaan


memiliki sifat subjektif, sehingga mudah terkena pengaruh. Pengambilan
keputusan berdasarkan intuisi ini mengandung beberapa kebaikan dan
kelemahan.

Kebaikannya antara lain sebagai berikut.

1. Waktu yang digunakan untuk mengambil keputusan relatif lebih pendek.


2. Untuk masalah yang pengaruhnya terbatas, pengambilan keputusan akan
memeberikan kepuasan pada umumnya.
3. Kemampuan mengambil keputusan dari pengambil keputusan itu sangat
berperan, dari itu perlu dimanfaatkan dengan baik.

Kelemahannya antara lain sebagai berikut.

1. Keputusan yang dihasilkan relatif kurang baik.


2. Sulit mencari alat pembandingnya, sehingga sulit diukur kebenaran dan
keabsahannya.
3. Dasar- dasar lain dalam pengambilan keputusan sering kali diabaikan.
4. Pengalaman

Pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman memiliki manfaat bagi


pengetahuan praktis. Karena pengalaman seseorang dapat memperkirakan
keadaan sesuatu, dapat memperhitungkan untung dan ruginya, baik- buruknya
keputusan yang akan dihasilkan. Karena pengalaman, seseorang yang menduga
masalahnya walaupun hanya dengan melihat sepintas saja mungkin sudah
dapat menduga cara penyelesaiannya.

2. Fakta

Page | 11
Pengambilan keputusan berdasarkan fakta dapat memberikan keputusan
yang sehat, solid, dan baik. Dengan fakta, maka tingkat kepercayaan terhadap
pengambil keputusan dapat lebih tinggi, sehingga orang dapat menerima
keputusan dengan rela dan lapang dada.

3. Wewenang

Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang biasanya dilakukan


oleh pimpinan terhadap bawahannya atau orang yang lebih tinggi kedudukannya
kepada orang yang lebih rendah kedudukannya. Pengambilan keputusan
berdasarkan wewenang juga memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan.

Kelebihannya antara lain sebagai berikut.

1. Kebanyakan penerimanya adalah bawahan, terlepas apakah penerimaan


tersebut secara sukarela ataukah secara terpaksa.
2. Keputusan dapat bertahan dalam jangkia waktu yang cukup lama.
3. Memiliki otentisitan (otentik).

Kelemahannya antara lain adalah sebagai berikut

1. Dapat menimbulkan sifat rutinitas.


2. Mengasosiasikan dengan praktek diktatorial.
3. Sering melewati permasalahan yang sehatusnya dipecahkan sehim\ngga dapat
menimbulkan kekaburan.
4. Rasional

Pada pengambilan keputusan yang berdasar pada rasional, keputusan


yang dihasilkan bersifat obyektif, logis, lebih trasparan, konsisten untuk
memaksimumkan hasil atau nilai dalam batas kendala terentu, sehingga dapat
dikatakan mendekati kebenaran atau sesuai dengan apa yang diinginkan. Pada
pengambilan keputusan secara rasional ini terdapat beberapa hal, sebagai
berikut.

1. Kejelasan masalah: tidak ada keraguan dan kekaburan masalah.


2. Orientasi tujuan: kesatuan pengertian tujuan yang ingin dicapai.
3. Pengetahuan alternatif: seluruh alternatif diketahui jenisnya dan
konsekuensinya.
4. Preferensi yang jelas: alternatif bisa diurutkan sesuai kriteria.
5. Hasil maksimal: pemilihan alternatif terbaik didasarkan atas hasil ekonomis yang
maksimal.

Pengambilan keputusan secara rasional ini berlaku sepenuhnya dalam keadaan


yang ideal.

Page | 12
D. Proses Pengambilan Keputusan

Proses pengambilan keputusan merupakan tahap- tahap yang harus


dilalui atau digunakan untuk membuat keputusan. Tahap- tahap ini merupakan
kerangka dasar, sehingga setiap tahap dapat dikembangkan lagi menjadi
beberapa sub tahap (disebut langkah) yang lebih khusus/ spesifik dan lebih
operasional

(Hasan, 2002: 22).

Secara garis besarnya proses pengambilan keputusan terdiri atas tiga tahap
yaitu sebagai berikut.

Penemuan masalah

Tahap ini merupakan tahap di mana masalah harus didefinisikan dengan


jelas sehingga perbadaan antara masalah satu dan bukan masalah (misalnya
isu) menjadi jelas.

Pemecahan masalah

Tahap ini merupakan tahap di mana masalah yang sudah ada atau sudah
jelas itu kemudian diselesaikan. Langkah- langkah yang diambil adalah sebagai
berikut.

1. Identifikasi alternatif- alternatif keputusan untuk memecahkan masalah.


2. Perhitungan mengenai faktor- faktor yang tidak dapat diketahui sebelumnya atau
diluar jangkauan manusia, identifikasi peristiwa- peristiwa di masa datang (state
of nature).
3. Pembuatan alat (sarana) untuk mengevaluasi atau mengukur hasil, biasanya
berbentuk tabel hasil (pay of table).
4. Pemilihan dan penggunaan model pengambilan keputusan.
5. Pengambilan keputusan

Keputusan yang diambil adalah berdasarkan pada keadaan lingkungan atau


kondisi yang ada, seperti kondisi pasti, kondisi beresiko, kondisi tidak pasti dan
kondisi konflik.

Banyak para ahli yang berpendapat mengenai proses pengambilan suatu


keputusan, namun pada intinya proses pengambilan keputusan dapat
disimpulkan sebagai berikut.

Page | 13
Mengidentifikasi masalah

Suatu organisasi apabila menghadapi permasalahan lebih dulu harus


dibuat jelas apakah itu memang masalah (problem) atau sekedar isu (issue)
belaka. Yang dimaksud dengan masalah disini adalah persoalan yang harus
dipecahkan sedangkan isu adalah persoalan yang perlu dibicarakan (tidak harus
dipecahkan)

Menganalisis masalah

Untuk mengetahui penyebab timbulnya masalah, lebih dahulu harus


diperoleh data dan informasinya. Dengan kata lain, lebih dulu harus didapat
datanya. Data tersebut kemudian diolah menjadi informasi tentang penyebab
timbulnya masalah. Disini fungsi unit pengolah data sangat penting sebab
kemungkinan juga akan ada informasi yang masuk yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan.

Membuat beberapa alternatif pemecahan masalah

Untuk dapat membuat alternatif-alternatif pemecahan masalah, maka


lebih dahulu harus diketahui penyebab timbulnya masalah. Selanjutnya dibuatlah
beberapa alternative pemecahannya. Dalam pembuatan beberapa alternative,
maka masing-masing alternatif harus ditunjukkan kekurangan dan kelebihannya.

Penilaian dan pemilihan alternatif

Setelah berbagai alternatif diidentifikasi, kemudian dilakukan evaluasi


terhadap masing-masing alternatif yang telah dikembangkan dan dipilih sebuah
alternatif yang terbaik. Alternatif-alternatif tindakan dipertimbangkan berkaitan
dengan tujuan yang ditentukan, apakah dapat memenuhi keharusan atau
keinginan. Alternatif yang terbaik adalah dalam hubungannya dengan sasaran
atau tujuan yang hendak dicapai. Bidang ilmu statistik dan riset operasi
merupakan model yang baik untuk menilai berbagai alternatif yang telah
dikembangkan.

Melaksanakan keputusan

Jika salah satu dari alternatif yang terbaik telah dipilih, maka keputusan
tersebut kemudian harus diterapkan. Sekalipun langkah ini sudah jelas, akan
tetapi sering kali keputusan yang baik sekalipun mengalami kegagalan karena
tidak diterapkan dengan benar. Keberhasilan penerapan keputusan yang diambil
oleh pimpinan bukan semata-mata tanggung jawab dari pimpinan akan tetapi
komitmen dari bawahan untuk melaksanakannya juga memegang peranan yang
penting.

Page | 14
Dalam mengevaluasi dan memilih alternatif suatu keputusan seharusnya juga
mempertimbangkan kemungkinan penerapan dari keputusan tersebut.
Betapapun baiknya suatu keputusan apabila keputusan tersebut sulit diterapkan
maka keputusan itu tidak ada artinya. Pengambil keputusan membuat keputusan
berkaitan dengan tujuan yang ideal dan hanya sedikit mempertimbangkan
penerapan operasionalnya.

Evaluasi dan Pengendalian

Setelah keputusan diterapkan, pengambil keputusan tidak dapat begitu


saja menganggap bahwa hasil yang diinginkan akan tercapai. Mekanisme sistem
pengendalian dan evaluasi perlu dilakukan agar apa yang diharapkan dari
keputusan tersebut dapat terealisir. Penilaian didasarkan atas sasaran dan
tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan yang bersifat khusus dan mudah diukur
dapat mempercepat pimpinan untuk menilai keberhasilan keputusan tersebut.
Jika keputusan tersebut kurang berhasil, di mana permasalahan masih ada,
maka pengambil keputusan perlu untuk mengambil keputusan kembali atau
melakukan tindakan koreksi. Masing-masing tahap dari proses pengambilan
keputusan perlu dipertimbangkan dengan hati-hati, termasuk dalam penetapan
sasaran tujuan Setiap keputusan yang diambil itu merupakan perwujudan
kebijakan yang telah digariskan. Oleh karena itu analisis proses pengambilan
keputusan pada hakikatnya sama saja dengan proses kebijakan.

Diakui oleh banyak pihak, bahwa pengambilan keputusan yang benar- benar
tepat itu memeng sulit. Namun sekedar pedoman umum cara pengambilan
keputusan.

Page | 15
E. Permasalahan yang dihadapi dalam Pengambilan Keputusan

Kegiatan yang dilakukan oleh setiap organisasi itu diharapkan dapat


berjalan dengan lancar, tanpa mengalami suatu hambatan apapun. Tetapi dalam
prakteknya selalu ada saja masalah atau kendala yang dihadapi sehingga tujuan
tidak selalu dapat dicapai dengan mulus.Oleh karena itu yang pertama-tama
dilakukan dalam proses pengambilan keputusan adalah mengadakan identifikasi
masalahnya lebih dahulu. Masalah adalah sesuatu yang perlu dipecahkan, yang
kerap kali membutuhkan beberapa alternatif untuk kemudian dipilih satu yang
sekiranya paling tepat untuk masalah tersebut. Apabila dihubungkan dengan
kebijakan dalam pengambilan keputusan dalam suatu organisasi maka masalah
yang dihadapi itu merupakan nilai-nilai, kebutuhan-kebutuhan yang belum
sempat terealisasi namun apabila dapat diidentifikasikan akan dapat
dilaksanakan dengan baik melalui tindakan pengambil keputusan.Dalam
menghadapi masalah, hendaknya merici terlebih dahulu permasalahannya
dengan cermat. Dari masalah yang dirinci kemudian disusun manalah yang bulat
dan menyeluruh. Dunn memberikan memberikan pendapat bahwa penyusunan
masalah secara bulat melalui tiga tahap. Pertama, mengadakan konseptualisasi
permasalahannya. Kedua, mengadakan spesifikasi permasalahan dan ketiga
berusaha memehami permasalahan secara keseluruhan.

1. Quade mengemukakan langkah-langkah apa yang sekiranya perlu dilakukan


dalam menangani masalah: (1) mengusahakan keterangan dan penjelasan yang
lebih lanjut tentang masalah itu sendiri; (2) identifikasi sasaran dan tujuan
kegiatan yang akan dilakukan; (3) mengukur tingkat keberhasilannya; (4)
menentukan kriteria keberhasilan pencapaian tujuan; (5) memperhatikan sektor
lingkungan; (6) meneliti satu per satu alternatif pemecahan masalah sehingga
masing-masing dikrtahui kelemahan dan keunggulannya; (7) merumuskan model
mana saja yang dimungkinkan untuk pemecahan masalah; (8) mengumpulkan
data untuk pengukuran dan pemilihan alternatif yang paling tepat untuk
pemecahan masalah; (9) mengadakan perbandingan antara model yang satu
dengan model yang lain; (10) mengetes hasil analisis untuk lebih meyakinkan;
(11) mempertimbangkan juga apakah terdapat juga segi-segi ketidakefisienan
yang terjadi, dan (12) mengadakan ringkasan bilamana perlu menyertakan juga
saran-sarannya.

Page | 16
F. Pengambilan Keputusan yang Efektif dilakukan oleh Pemimpin

Pengambilan keputusan yang efektif biasanya dibutuhkan dalam situasi yang


mendesak. Agar dapat mengambil keputusan yang efektif, terdapat beberapa model
pengambilan keputusan yang didasarkan pada sekumpulan asumsi yang berbeda dan
menawarkan wawasan yang unik dalam proses pengambilan keputusan. Berdasarkan
kajian literatur tentang model pengambilan keputusan yang efektif menurut tiga ahli yaitu
Robert dan Kinicki (2005:5); Usman (2013:440); Weyne dan Miskel (2014) diperoleh
simpulan bahwa terdapat beberapa model yang sama yaitu model Simon, model
rasional, dan model klasik; namun demikian masih banyak model-model lain yang tidak
sama yang dikemukakan oleh tiga ahli tersebut.

Pandangan ketiga ahli di atas yang menyatakan bahwa pengambilan keputusan yang
efektif membutuhkan suatu model. Hal itu sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Wayan R. Susila dan Ernawati Munadi (2007) mengenai Penggunaan Analytical
Hierarchy Process Untuk Penyusunan Prioritas Proposal Penelitian, memperoleh hasil
bahwa pengambil keputusan memerlukan model pengambilan keputusan yang dapat
membantu mereka membuat pilihan secara komprehensif, logis, dan terstruktur.

Pandangan diatas sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rebekka
Rismayanti (2016), apapun gaya partisipasi pengambilan keputusan akan menjadi tepat
ketika pemimpin benar-benar memikirkan tujuan yang paling tepat dari suatu proses
pengambilan keputusan, memperhatikan betul referensi informasi yang diperoleh secara
komprehensif, serta mempertimbangkan kondisi yang terjadi sebelum mengambil suatu
keputusan. Ketiga hal ini diperlukan agar gaya partisipasi dapat dipilih secara tepat
sehingga keputusan yang diambil tidak menimbulkan kesalahpahaman, melainkan
dapat memberikan manfaat bagi kedua belah pihak yang melakukan proses komunikasi
secara bisnis.

Dari berbagai pengalaman empiris pengambilan keputusan tidak selalu hanya cocok
dengan satu model tertentu, namun biasanya melihat situasi dan kondisi. Dalam
keadaan tertentu bisa menggunakan model rasional, namun di situasi yang lain
dimungkinkan menggunakan model simon atau model klasik. Pemimpin harus jeli
melihat situasi yang ada bagaimana menentukan pilihan saat pengambilan keputusan,
dan menggunakan model apa yang terbaik dalam pengambilan keputusan tersebut. Di
sinilah diperlukan seni mengambil keputusan.

Sementara itu, Veithzal Rivai (2009:746) mengemukakan tahapan-tahapan


pengambilan keputusan yaitu meliputi:

1) Menetapkan masalah;
2) Identifikasi kriteria keputusan;
3) Alokasikan bobot pada kriteria;
4) Kembangkan alternatif;
5) Evaluasi alternatif;
6) Pilih alternatif terbaik.

Page | 17
G. Pengaruh Pengambilan Keputusan yang Efektif bagi Kemajuan
Organisasi

Sebagai mana yang telah dipaparkan oleh Usman, Husaini (2013 : 312), bahwa
kemajuan suatu organisasi dipengaruhi oleh cara pemimpin dalam mengambil
keputusan. Telah dilakukan beberapa penelitian yang searah dengan pendapat Usman
(2013) tersebut.Juliyanti, Mohammad Isa Irawan, dan Imam Mukhlash (2011) melakukan
penelitian tentang Pemilihan guru Berprestasi menggunakan metode AHP-TOPSIS.
Penelitian tersebut menghasilkan temuan yaitu adanya suatu sistem pengambilan
keputusan dapat membantu proses pemilihan berdasarkan kriteria-kriteria yang
ditentukan sehingga bisa dilakukan proses perhitungan yang lebih efektif dan efesien.

Penelitian senada dilakukan oleh Budiono (2014), tentang Pengaruh Komunikasi


Organisasi, Kecerdasan Emosi dan Pengambilan Keputusan terhadap Implementasi
Peran Kepemimpinan Kepala SD menemukan beberapa temuan yaitu: 1) Terdapat
pengaruh positif dan signifikan pada kecerdasan emosi yang dimiliki dan direalisasikan
kepala sekolah terhadap implementasi peran kepemimpinan; 2) Pengambilan keputusan
memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap implementasi peran
kepemimpinan sekolah dasar. Dengan kata lain, adanya pengambilan keputusan dapat
mempengaruhi kinerja seseorang dalam suatu organisasi/lembaga.

Wiwik Setyowati (2012) melakukan penelitian tentang Pengaruh Kepemimpinan,


Komunikasi, Kerjasama Kelompok dan Pengambilan Keputusan terhadap Kinerja Guru
dan Karyawan di SMK memperoleh hasil bahwa pengambilan keputusan mempunyai
pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja guru dan karyawan. Oleh sebab
itu faktor pengambilan keputusan perlu untuk dibina dan dipertahankan. Wiwik juga
menambahkan peluang pemimpin untuk mendorong peningkatan pengambilan
keputusan kerja guru dan karyawan dengan berlandaskan pada pemberdayaan guru
dan karyawan serta pemberian kesempatan yang lebih luas kepada guru dan karyawan
untuk bertindak atas inisiatif sendiri dengan melandasinya pada kebijakan otonomi
daerah sudah sepantasnya untuk dimulai pelaksanaanya.

Dari beberapa hasil penelitian di atas jelas bahwa pengambilan keputusan yang baik
dapat meningkatkan kualitas organisasi, walaupun memang sering ada variabel
perantara. Variabel perantara yang dimaksud adalah pengambilan keputusan yang baik,
bisa berpengaruh bagi kemajuan tim kerja dalam sebuah organisasi, yang pada
gilirannya kemajuan kinerja dapat berpengaruh terhadap peningkatan kualitas
organisasi itu sendiri. Misalnya kita mengambil contoh sebuah organisasi sekolah,
kepala sekolah bisa mengambil keputusan yang baik yang bisa menggerakkan guru dan
karyawan bisa meningkatkan kreativitas, inovasi, dan etos kerja maka dipastikan bahwa
sekolah tersebut akan mengalami kemajuan, sangat berbeda bila seorang kepala
sekolah tidak bisa mengambil keputusan dengan baik, bahkan keputusan yang diambil
cenderung kontra produktif, misalnya melemahkan semangat guru dan karyawan, tidak
memberikan suasana kreativitas guru dan karyawan maka dipastikan sekolah tersebut
akan mengalami kesulitan berkembang yang artinya organisasi sekolah tidak akan
mengalami peningkatan kualitas.

Page | 18
Mengapa Manajer Mengambil Keputusan yang Salah ?
Beberapa factor yang menyebabkan seorang manajer membuat keputusan yang salah
diantaranya yaitu :
1. Terpengaruh oleh kesan pertama
Ketika sedang memikirkan atau mempertimbangkan sebuah keputusan, pikiran sering
kali memberikan bobot yang tidak sesuai dengan informasi pertama yang diterimanya.
2. Membenarkan keputusan-keputusan yang lalu
Banyak manajer yang jatuh ke dalam jebakan dengan membuat pilihan yang
membenarkan keputusan-keputusan yang lalu, bahkan jika keputusan tersebut tidak lagi
sah.
3. Melihat apa yang akan dilihat
Sangatlah penting bagi manajer untuk jujur pada dirinya sendiri tentang motif yang
dimilikinya serta penting juga bagi manajer untuk menguji semua bukti yang ada dengan
cara menilai yang setara.
4. Mempertahankan status quo
Manajer mungkin mendasarkan keputusannya pada apa yang telah berhasil dimasa lalu
dan gagal mengeksplorisasi pilihan-pilihan baru, menggali informasi tambahan atau
menyelidiki teknologi baru.
5. Terpengaruh oleh kerangka masalah
Respons keputusan manajer dapat dipengaruhi oleh sekadar bagaimana masalah itu
disampaikan oleh kata-kata.
6. Terlalu percaya diri
Sebagian besar orang memandang terlalu tinggi terhadap kemampuannya dalam
memperkirakan hasil yang tidak pasti.

Pengambilan Keputusan Kelompok yang Inovatif


Manajer memang membuat beberapa keputusan sendirian, tetapi para pengambil
keputusan sering kali berkelompok. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
pengambilan keputusan keputusan kelompok yang inovatif yaitu :
a. Mulailah dengan curahan gagasan
Kunci untuk melakukan curahan gagasan yang efektif adalah bahwa setiap orang dapat
mengembangkan ide milik rang lain, semua ide dapat diterima meskipun ide tersebut
kedengaran gila. Tujuan dari curahan gagasan adalah untuk mengumpulkan ide
sebanyak mungkin.
b. Terlibat dalam perdebatan yang sengit
Kunci yang penting dalam membuat keputusan yang lebih baik adalah dengan
melakukan perdebatan yang sengit mengenai masalah yang ada. Perdebatan yang
sengit dapat dipicu dengan beberapa cara. Salah satu caranya yaitu dengan meyakinkan
diri bahwa suatu kelompok itu memiliki perbedaan usia dan jenis kelamin, bidang
keahlian, tingkat hirearki dan pengalaman kerja.
c. Hindari Groupthink
Groupthink adalah kecenderungan anggota kelompok untuk tidak mengutarakan opini-
opini yang bertentangan. Ketika para anggota kelompok yang jatuh dalam gropthink,
hasrat untuk selalu harmonis mengalahkan pertimbangan untuk mendapatkan
keputusan yang berkualitas. Anggota kelompok lebih mementingkan menjaga persatuan
daripada meragukan permasalahan dan alternative secara realistis.

Page | 19
d. Tahu kapan harus gagal
Dalam lingkungan yang bergerak cepat, manajer yang baik akan berani mengambil risiko
dan belajar dari kesalahan, tetapi manajer yang baik juga tidak ragu untuk menghentikan
hal yang tidak akan berhasil.

G. Manajemen Konflik

Page | 20
Konflik merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindarkan dalam kehidupan. Bahkan
sepanjang kehidupan, manusia senantiasa dihadapkan dan bergelut dengan konflik.
Demikian halnya dengan kehidupan organisasi. Anggota organisasi senantiasa
dihadapkan pada konflik. Perubahan atau inovasi baru sangat rentan menimbulkan
konflik (destruktif), apalagi jika tidak disertai pemahaman yang memadai terhadap ide-
ide yang berkembang.

Manajemen konflik sangat berpengaruh bagi anggota organisasi. Pemimpin organisasi


dituntut menguasai manajemen konflik agar konflik yang muncul dapat berdampak
positif untuk meningkatkan mutu organisasi.
Manajemen konflik merupakan serangkaian aksi dan reaksi antara pelaku maupun
pihak luar dalam suatu konflik. Manajemen konflik termasuk pada suatu pendekatan
yang berorientasi pada proses yang mengarahkan pada bentuk komunikasi (termasuk
tingkah laku) dari pelaku maupun pihak luar dan bagaimana mereka mempengaruhi
kepentingan (interests) dan interpretasi. Bagi pihak luar (di luar yang berkonflik)
sebagai pihak ketiga, yang diperlukannya adalah informasi yang akurat tentang situasi
konflik. Hal ini karena komunikasi efektif di antara pelaku dapat terjadi jika ada
kepercayaan terhadap pihak ketiga.

Menurut Ross (1993), manajemen konflik merupakan langkah-langkah yang diambil


para pelaku atau pihak ketiga dalam rangka mengarahkan perselisihan ke arah hasil
tertentu yang mungkin atau tidak mungkin menghasilkan suatu akhir berupa
penyelesaian konflik dan mungkin atau tidak mungkin menghasilkan ketenangan, hal
positif, kreatif, bermufakat, atau agresif. Manajemen konflik dapat melibatkan bantuan
diri sendiri, kerjasama dalam memecahkan masalah (dengan atau tanpa bantuan pihak
ketiga) atau pengambilan keputusan oleh pihak ketiga. Suatu pendekatan yang
berorientasi pada proses manajemen konflik menunjuk pada pola komunikasi
(termasuk perilaku) para pelaku dan bagaimana mereka mempengaruhi kepentingan
dan penafsiran terhadap konflik.

Sementara Minnery (1980:220) menyatakan bahwa manajemen konflik merupakan


proses, sama halnya dengan perencanaan kota merupakan proses. Minnery
(1980:220) juga berpendapat bahwa proses manajemen konflik perencanaan kota
merupakan bagian yang rasional dan bersifat iteratif, artinya bahwa pendekatan model
manajemen konflik perencanaan kota secara terus menerus mengalami
penyempurnaan sampai mencapai model yang representatif dan ideal. Sama halnya
dengan proses manajemen konflik yang telah dijelaskan diatas, bahwa manajemen
konflik perencanaan kota meliputi beberapa langkah yaitu: penerimaan terhadap
keberadaan konflik (dihindari atau ditekan/didiamkan), klarifikasi karakteristik dan
struktur konflik, evaluasi konflik (jika bermanfaat maka dilanjutkan dengan proses
selanjutnya), menentukan aksi yang dipersyaratkan untuk mengelola konflik, serta
menentukan peran perencana sebagai partisipan atau pihak ketiga dalam mengelola
konflik.

Page | 21
Keseluruhan proses tersebut berlangsung dalam konteks perencanaan kota dan
melibatkan perencana sebagai aktor yang mengelola konflik baik sebagai partisipan
atau pihak ketiga.

Pengelolaan Konflik
Konflik dapat dicegah atau dikelola dengan:

• Disiplin
Mempertahankan disiplin dapat digunakan untuk mengelola dan mencegah
konflik. Manajer perawat harus mengetahui dan memahami peraturan-
peraturan yang ada dalam organisasi. Jika belum jelas, mereka harus mencari
bantuan untuk memahaminya.
• Pertimbangan Pengalaman dalam Tahapan Kehidupan
Konflik dapat dikelola dengan mendukung perawat untuk mencapai tujuan
sesuai dengan pengalaman dan tahapan hidupnya. Misalnya; Perawat junior
yang berprestasi dapat dipromosikan untuk mengikuti pendidikan kejenjang
yang lebih tinggi, sedangkan bagi perawat senior yang berprestasi dapat
dipromosikan untuk menduduki jabatan yang lebih tinggi.
• Komunikasi
Suatu Komunikasi yang baik akan menciptakan lingkungan yang terapetik dan
kondusif. Suatu upaya yang dapat dilakukan manajer untuk menghindari konflik
adalah dengan menerapkan komunikasi yang efektif dalam kegitan sehari-hari
yang akhirnya dapat dijadikan sebagai satu cara hidup.
• Mendengarkan secara aktif
Mendengarkan secara aktif merupakan hal penting untuk mengelola konflik.
Untuk memastikan bahwa penerimaan para manajer perawat telah memiliki
pemahaman yang benar, mereka dapat merumuskan kembali permasalahan
para pegawai sebagai tanda bahwa mereka telah mendengarkan.

Teknik atau Keahlian untuk Mengelola Konflik


Pendekatan dalam resolusi konflik tergantung pada :

• Konflik itu sendiri


• Karakteristik orang-orang yang terlibat di dalamnya
• Keahlian individu yang terlibat dalam penyelesaian konflik
• Pentingnya isu yang menimbulkan konflik
• Ketersediaan waktu dan tenaga

Metode untuk Menangani Konflik


Metode yang sering digunakan untuk menangani konflik adalah pertama dengan
mengurangi konflik; kedua dengan menyelesaikan konflik. Untuk metode pengurangan
konflik salah satu cara yang sering efektif adalah dengan mendinginkan persoalan
terlebih dahulu (cooling thing down). Meskipun demikian cara semacam ini sebenarnya
belum menyentuh persoalan yang sebenarnya. Cara lain adalah dengan membuat
“musuh bersama”, sehingga para anggota di dalam kelompok tersebut bersatu untuk
menghadapi “musuh” tersebut. Cara semacam ini sebenarnya juga hanya mengalihkan
perhatian para anggota kelompok yang sedang mengalami konflik.

Page | 22
Cara kedua dengan metode penyelesaian konflik. Cara yang ditempuh adalah sebagai
berikut :
1. Dominasi (Penekanan)
Metode-metode dominasi biasanya memilki dua macam persamaan, yaitu :

(a) Mereka menekan konflik, dan bahkan menyelesaikannya dengan jalan


memaksakan konflik tersebut menghilang “di bawah tanah”;

(b) Mereka menimbulkan suatu situasi manang-kalah, di mana pihak yang kalah
terpaksa mengalah kaena otoritas lebih tinggi, atau pihak yang lebih besar
kekuasaanya, dan mereka biasanya menjadi tidak puas, dan sikap bermusuhan
muncul.

Tindakan dominasi dapat terjadi dengan macam-macam cara sebagai berikut :

a. Memaksa (Forcing)
Apabila orang yang berkuasa pada pokoknya menyatakan “Sudah, jangan
banyak bicara, saya berkuasa di sini, dan Saudara harus melaksanakan
perintah saya”, maka semua argumen habis sudah. Supresi otokratis demikian
memang dapat menyebabkan timbulnya ekspresi-ekspresi konflik yang tidak
langsung, tetapi destruktif seperti misalnya ketaatan dengan sikap permusuhan
(Malicious obedience) Gejala tersebut merupakan salah satu di antara banyak
macam bentuk konflik, yang dapat menyebar, apabila supresi (peneanan)
konflik terus-menerusa diterapkan.
b. Membujuk (Smoothing)
Dalam kasus membujuk, yang merupakan sebuah cara untuk menekan
(mensupresi) konflik dengan cara yang lebih diplomatic, sang manager
mencoba mengurangi luas dan pentingnya ketidaksetujuan yang ada, dan ia
mencoba secara sepihak membujuk phak lain, untuk mengkuti keinginannya.
Apabila sang manager memilki lebih banyak informasi dibandingkan dengan
pihak lain tersebut, dan sarannya cukup masuk akal, maka metode tersebut
dapat bersifat efektif. Tetapi andaikata terdapat perasaan bahwa sang menejer
menguntungkan pihak tertentu, atau tidak memahami persoalan yang berlaku,
maka pihak lain yang kalah akan menentangnya.
c. Menghindari (Avoidence)
Apabila kelompok-kelompok yang sedang bertengkar datang pada seorang
manajer untuk meminta keputusannya, tetapi ternyata bahwa sang manajer
menolak untuk turut campur dalam persoalan tersebut, maka setiap pihak akan
mengalami perasaan tidak puas. Memang perlu diakui bahwa sikap pura-pura
bahwa tidak ada konflik, merupakan seuah bentuk tindakan menghindari.
Bentuk lain adalah penolakan (refusal) untuk menghadapi konflik, dengan jalan
mengulur-ulur waktu, dan berulangkali menangguhkan tindakan, “sampai
diperoleh lebih banyak informasi”
d. Keinginan Mayoritas (Majority Rule)
Upaya untuk menyelesaikan konflik kelompok melalui pemungutan suara,
dimana suara terbanyak menang (majority vote) dapat merupakan sebuah cara

Page | 23
efektif, apabla para angota menganggap prosedur yang bersangkutan sebagai
prosedur yang “fair” Tetapi, apabila salah satu blok yang memberi suara terus-
menerus mencapai kemenangan, maka pihak yang kalah akan merasa diri
lemah dan mereka akan mengalami frustrasi.

2. Penyelesaian secara integratif


Dengan menyelesaikan konflik secara integratif, konflik antar kelompok diubah menjadi
situasi pemecahan persoalan bersama yang bisa dipecahkan dengan bantuan tehnik-
tehnik pemecahan masalah (problem solving). Pihak-pihak yang bertentangan
bersama-sama mencoba memecahkan masalahnya,dan bukan hanya mencoba
menekan konflik atau berkompromi.
Meskipun hal ini merupakan cara yang terbaik bagi organisasi, dalam prakteknya
sering sulit tercapai secara memuaskan karena kurang adanya kemauan yang sunguh-
sungguh dan jujur untuk memecahkan persoalan yang menimbulkan persoalan. .
Ada tiga macam tipe metode penyelesaian konflik secara integrative yaitu metode
(a) Consensus (concencus);
(b) Konfrontasi (Confrontation); dan
(c) Penggunaan tujuan-tujuan superordinat (Superordinate goals)
(Winardi, 1994 : 84- 89)

3. Kompetisi
Penyelesaian konflik yang menggambarkan satu pihak mengalahkan atau
mengorbankan yang lain. Penyelesaian bentuk kompetisi dikenal dengan istilah win-
lose orientation.

Win-Lose Orientation
Terdiri dari lima orientasi sebagai berikut:

a. Win-Lose (Menang – Kalah)


Paradigma ini mengatakan jika “saya menang, anda kalah “. Dalam gaya ini
seseorang cenderung menggunakan kekuasaan, jabatan, mandat, barang milik,
atau kepribadian untuk mendapatkan apa yang diinginkan dengan
mengorbankan orang lain. Dengan paradigma ini seseorang akan merasa
berarti jika ia bisa menang dan orang lain kalah. Ia akan merasa terancam dan
iri jika orang lain menang sebab ia berpikir jika orang lain menang pasti dirinya
kalah. Jika menang pun sebenarnya ia diliputi rasa bersalah karena ia
menganggap kemenangannya pasti mengorbankan orang lain. Pihak yang
kalah pun akan menyimpan rasa kecewa, sakit hati, dan merasa diabaikan.
Sikap Menang-Kalah dapat muncul dalam bentuk :
• Menggunakan orang lain , baik secara emosional atau pun fisik, untuk
kepentingan diri.
• Mencoba untuk berada di atas orang lain.
• Menjelek-jelekkan orang lain supaya diri sendiri nampak baik.
• Selalu mencoba memaksakan kehendak tanpa memperhatikan perasaan
orang lain.
• Iri dan dengki ketika orang lain berhasil

Page | 24
b. Lose-Win (Kalah – Menang).
Dalam gaya ini seseorang tidak mempunyai tuntutan, visi, dan harapan. Ia
cenderung cepat menyenangkan atau memenuhi tuntutan orang lain. Mereka
mencari kekuatan dari popularitas atau penerimaan. Karena paradigma ini lebih
mementingkan popularitas dan penerimaan maka menang bukanlah yang
utama. Akibatnya banyak perasaan yang terpendam dan tidak terungkapkan
sehingga akan menyebabkan penyakit psikosomatik seperti sesak napas, saraf,
gangguan sistem peredaran darah yang merupakan perwujudan dari
kekecewaan dan kemarahan yang mendalam.
c. Lose-Lose (Kalah – Kalah)
Biasanya terjadi jika orang yang bertemu sama-sama punya paradigma
Menang-Kalah. Karena keduanya tidak bisa bernegosiasi secara sehat, maka
mereka berprinsip jika tidak ada yang menang , lebih baik semuanya kalah.
Mereka berpusat pada musuh, yang ada hanya perasaan dendam tanpa
menyadari jika orang lain kalah dan dirinya kalah sama saja dengan bunuh diri.
d. Win (Menang)
Orang bermentalitas menang tidak harus menginginkan orang lain kalah. Yang
penting adalah mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan. Orang
bermentalitas menang menjadi egois dan akan mencapai tujuannya sendiri.
Jika hal ini menjadi pola hidupnya maka ia tidak akan bisa akrab dengan orang
lain, merasa kesepian, dan sulit kerja sama dalam tim.
e. Win-Win (Menang-Menang)
Menang-Menang adalah kerangka pikiran dan hati yang terus menerus mencari
keuntungan bersama dalam semua interaksi. Menang-Menang berarti
mengusahakan semua pihak merasa senang dan puas dengan pemecahan
masalah atau keputusan yang diambil. Paradigma ini memandang kehidupan
sebagai arena kerja sama bukan persaingan. Paradigma ini akan menimbulkan
kepuasan pada kedua belah pihak dan akan meningkatkan kerja sama kreatif.

4. Kompromi
Melalui kompromi mencoba menyelesaikan konflik dengan menemukan dasar yang di
tengah dari dua pihak yang berkonflik. Cara ini lebih memperkecil kemungkinan untuk
munculnya permusuhan yang terpendam dari dua belah pihak yang berkonflik, karena
tidak ada yang merasa menang maupun kalah. Meskipun demikian, dipandang dari
pertimbangan organisasi pemecahan ini bukanlah cara yang terbaik, karena tidak
membuat penyelesaian yang terbaik pula bagi organisasi, hanya untuk menyenangkan
kedua belah pihak yang saling bertentangan atau berkonflik.
Yang termasuk kompromi diantaranya adalah:
a. Akomodasi
Penyelesaian konflik yang menggambarkan kompetisi bayangan cermin yang
memberikan keseluruhannya penyelesaian pada pihak lain tanpa ada usaha
memperjuangkan tujuannya sendiri. Proses tersebut adalah taktik perdamaian
b. Sharing
Suatu pendekatan penyelesaian kompromistis antara dominasi kelompok dan
kelompok damai. Satu pihak memberi dan yang lain menerima sesuatu. Kedua
kelompok berpikiran moderat, tidak lengkap, tetapi memuaskan.

Page | 25
5. Konflik Antara Karyawan dengan Pimpinan
Konflik jenis ini relatif sulit karena sering tidak dinyatakan secara terbuka. Umumnya
karyawan pihak karyawan lebih cenderung untuk diam, meskipun mengalami
pertentangan dengan pihak atasan. Yang penting bagi suatu organisasi adalah agar
setiap konflik hendaknya bisa diselesaikan dengan baik. Kebanyakan suatu konflik
menjadi makin berat karena lama terpendam. Karena itulah penting bagi suatu
organisasi “menemukan” konflik atau sumbernya sedini mungkin.
Cara yang ditempuh adalah dengan menggalakkan saluran komunikasi ke atas ( up
ward channel of communication ).
Menurut Heidjrachman Ranupandojo ada beberapa cara yang bisa dipakai untuk
menemukan konflik atau sumbernya, yaitu :
• Membuat prosedur penyelesaian konflik (grievance procedure)
Dengan adanya “grievance procedure” ini memberanikan karyawan untuk
mengadu kalau dirasakan adanya ketidak adilan. Keberanian untuk segera
memberitahukan masalah, merupakan suatu keuntungan bagi
organisasi/perusahaan.
• Observasi langsung
Tidak semua konflik disuarakan oleh karyawan. Oleh karena itu ketajaman
observasi dari pimpinan akan dapat mendeteksi ada tidaknya suatu (sumber)
konflik, sehingga dapat segera ditangani sebelum mengalami eskalasi.
• Kotak saran (suggestion box)
Cara semacam ini banyak digunakan oleh perusahaan atau lembaga-lembaga
lain. Cara ini cukup efektif karena para karyawan ataupun para pengadu tidak
perlu bertatap muka dengan pimpinan. Bahkan bisa merahasiakan identitasnya.
Namun, lembaga juga harus hati-hati karena adanya kemungkinan adanya
“fitnah” dari kotak saran tersebut.
• Politik pintu terbuka
Politik pintu terbuka memang sering diumumkan, tetapi hasilnya sering tidak
memuaskan. Hal ini sering terjadi karena pihak pimpinan tidak sungguh-
sungguh dalam “membuka” pintunya. Paling tidak ini dirasakan oleh karyawan.
Juga adanya keseganan dari pihak karyawan sering menjadi penghalang
terhadap keberhasilan cara semacam ini.
• Mengangkat konsultan personalia
Konsultan personalia pada umumnya seorang ahli dalam bidang psikologi dan
biasanya merupakan staf dari bagian personalia. Kadang-kaang karyawan
segan pergi menemui atasannya, tetapi bisa menceritakan kesulitannya pada
konsultan psikologi ini.
• Mengangkat “ombudsman”
Ombudsman adalah orang yang bertugas membantu “mendengarkan”
kesulitan-kesulitan yang ada atau dialami oleh karyawan untuk diberitahukan
kepada pimpinan. Ombudsman biasanya adalah orang yang disegani karena
kejujuran dan keadilannya.

Page | 26
Langkah-langkah Manajemen Untuk Menangani Konflik

a. Menerima dan mendefinisikan pokok masalah yang menimbulkan ketidak


puasan.
Langkah ini sangat penting karena kekeliruan dalam mengetahui masalah yang
sebenarnya akan menimbulkan kekeliruan pula dalam merumuskan cara
pemecahannya.
b. Mengumpulkan keterangan/fakta
Fakta yang dikumpulkan haruslah lengkap dan akurat, tetapi juga harus
dihindari tercampurnya dengan opini atau pendapat. Opini atau pendapat
sudah dimasuki unsur subyektif. Oleh karena itu pengumpulan fakta haruslah
dilakukan denganm hati-hati
c. Menganalisis dan memutuskan
Dengan diketahuinya masalah dan terkumpulnya data, manajemen haruslah
mulai melakukan evaluasi terhadap keadaan. Sering kali dari hasil analisa bisa
mendapatkan berbagai alternatif pemecahan.
d. Memberikan jawaban
Meskipun manajemen kemudian sudah memutuskan, keputusan ini haruslah
dibertahukan kepada anggota organisasi.
e. Tindak lanjut
Langkah ini diperlukan untuk mengawasi akibat dari keputusan yang telah
diperbuat.
f. Pendisiplinan
Konflik dalam organisasi apabila tidak ditangani dengan baik bisa menimbulkan
tindakan pelecehan terhadap aturan main yang telah disepakati bersama. Oleh
karena itu pelecehan ataupun pelanggaran terhadap peraturan permainan
(peraturan organisasi) haruslah dikenai tindakan pendisiplinan agar peraturan
tersebut memiliki wibawa.
Tindakan pendisiplinan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pendisiplinan yang
bersifat positif dan yang bersifat negatif. Yang positif adalah dengan memberi
nasihat untuk kebaikan pada masa yang akan datang, sedangkan cara-cara
yang negatif mulai dari yang ringan sampai yang berat, antara lain dengan :
* diberi peringatan secara lesan
* diberi peringatan secara tertulis
* dihilangkan/dikurangi sebagian haknya
* didenda
* dirumahkan sementara ( lay-off )
* diturunkan pangkat/jabatannya
* diberhentikan dengan hormat
* diberhentikan tidak dengan hormat
Menurut Heidjarachman Ranupandojo pendisiplinan perlu memperhatikan
beberapa pedoman, seperti :
* Pendisiplinan hendaknya dilakukan secara pribadi/individual. Tidak
seharusnya memberikan teguran kepada bawahan di hadapan orang banyak.
Hal ini akan memalukan bawahan yang ditegur (meskipun mungkin benar
bersalah), sehingga bisa menimbulkan rasa dendam.

Page | 27
* Pendisiplinan haruslah bersifat membangun. Memberikan teguran hendaknya
juga disertai dengan saran tentang bagaimana seharusnya berbuat untuk tidak
mengulangi kesalahan yang sama untuk waktu yang akan datang.
* Pendisiplinan haruslah dilakukan oleh atasan langsung dengan segera.
Jangan menunda-nunda pemberian pendisiplinan sampai masalahnya
terlupakan. Sewaktu kesalahan masih segar teguran akan lebih efektif daripada
diberikan selang beberapa waktu.
* Keadilan dalam pendisiplinan sangat diperlukan. Suatu kesalahan yang sama
hendaknya diberikan hukuman yang sama pula. Jangan melakukan
pendisiplinan dengan pilih kasih.
* Pimpinan tidak seharusnya memberikan pendisiplinan pada waktu bawahan
sedang absen.
* Setelah pendisiplinan sikap pimpinan haruslah wajar kembali.
Tidak dibenarkan apabila setelah melakukan pendisiplinan pimpinan tetap
bersikap membenci bawahan yang telah melakukan kesalahan. Rasa
membenci hanya akan menimbulkan perlakuan yang tidak adil.

APLIKASI MANAJEMEN KONFLIK

Salah satu contoh organisasi yang dapat mengelola konflik dengan baik adalah UKM
Pramuka UGM. Unit kegiatan Mahasiswa yang hampir mencapai usia ke-26 tahun ini
ternyata memiliki mekanisme unik dalam merespon konflik yang ada di tubuhnya. Baik
konflik internal anggota, anggota-pimpinan, maupun antar pimpinan itu sendiri.
Dalam mengambil beberapa kputusan, acapkali sebuah organisasi kesulitan dalam
mengakomodir segenap kepentingan anggota di dalamnya. Tidak terkecuali di tubuh
UKM Pramuka UGM sendiri. Ketika pimpinan dipegang oleh sebuah kepengurusan
baru, maka ada beberapa prosedur dan mekanisme wajib yang harus dijalankan.
Sesuai dengan prinsip dasar dan metode kepramukaan, maka setiap keputusan yang
diambil harus melalui jalan musyawarah untuk mufakat.

Di UKM Pramuka UGM dikenal istilah musyawarah kerja yang merupakan forum
tertinggi untuk menentukan program kerja apa saja yang akan dijalankan oleh mereka.
Namun sebelum masuk forum tersebut, rancangan program kerja harus dibahas pada
forum yang lebh kecil di Pimpinan Dewan Racana (Pengurus Operasional) dan di
Dewan Racana (Pengelola secara umum yang telah Pandega). Konflik yang kerap
muncul adalah knflik interpersonal dankepentingan golongan. Hal ini sangat wajar
mengingat Pramuka merupakan organisasi yang berlandaskan prinsip kekeluargaan.
Selain pada rapat-rapat formal, konflik juga sering muncul pada kehidupan sehari-hari
di Sanggar Bakti (semacam secretariat di Gelanggang Mahasiswa UGM). Interaksi
yang terjadi hari sangat memungkinkan terjadinya konflik antar anggota. Baik yang
sifatnya laten maupun terbuka. Konflik-konflik tersebut kerap mewarnai perjalanan dan
kehidupan di Sanggar. Sehingga dinamika yang timbul karenanya seringkali
menyulitkan sekaligus menjadi sebuah tantangan bagi pimpinan dalam
mengntisipasinya.

Page | 28
Dalam menyikapi konflik yang terjadi di internal anggota, personil yang secara
fungsional bertanggungjawab adalah pemangku adat. Peran yang biasanya dipegang
oleh anggota yang paling tua di antara pimpinan lainnya ini adalah sebagai seseorang
yang memediasi konflik yang terjadi. Namun, selain secara personal, terdapat
beberapa badan yang dijadikan alat untuk menyelesaikan konflik jika konflik yang
dirasa tidak dapat dilaksanakan oleh pemangku adat secara personal. Badan tersebut
adalah pendamping dan Dewan Kehormatan.

Pendamping merupakan seorang kakak (sudah pandega) yang bertugas mendampingi


adiknya (calon pandega) untuk menempuh SKU Pand Pendamping, Pemangku Adat,
dan Dewan Kehormatan adalah beberapa alat yang digunakan untk melakukan proses
komunikasi antaranggota di UKM Pramuka UGM. (GBHKR Jangka Pendek 2006-2007
Gerakan Pramuka Racana Gadjah Mada dan Racana Tribhuwanatunggadewi).
Sebagai seorang pendamping, ia bertanggungjawab atas perilaku dan watak adik
dampingannya itu. Begitu pula dengan konflik yang mungkin muncul dari hubungan
tesebut. Dalam hal ini pendamping berfungsi laiknya orangtua yang mengawasi dan
memantau perkembangan kepribadian dan segala macam kegiatan adik
dampingannya itu. Maka tak jarang seorang dampingan seringkali memiliki karakter
yang sama dengan pendampingnya.

Dengan pendampingnya inilah seorang anggota bercerita dan berkomunikasi lebih


intens dibandingkan anggota atau kakak lainnya. Seorang dampingan dan pendamping
memiliki tingkat kepercayaan lebih tinggi bila dibandingkan anggota lainnya.
Selain itu juga terdapat Badan Kehormatan. Badan Dewan Kehormatan sedikitnya
dihadiri oleh Ketua Racana, Pemangku Adat, dan Pembina selaku penasihat. Bahkan
jika dipandang perlu, dapat pula dihadiri oleh seluruh anggota Dewan Racana (yang
telah Pandega).

Konflik atau permasalahan yang dibawa ke badan ini adalah yang menyangkut
persoalan serius terkait pelanggaran Dasa Dharma dan Tri Satya Gerakan Pramuka,
Adat Racana, GBHKR, AD/ ART Gerakan Pramuka, maupun konflik laten
antarpersonal yang sulit dipecahkan. Sementara posisi Pembina dalam badan ini
adalah sebagai penasihat yang hanya dimintai bantuan ketika persoalan dipandang
sulit diselesaikan.

Page | 29
BAB III
PENUTUP

Pengambilan keputusan merupakan suatu proses pemilihan alternatif terbaik dari


beberapa alternatif secara sistematis untuk ditindaklanjuti (digunakan) sebagai suatu
cara pemecahan masalah. Pengambilan keputusan sebagai suatu kelanjutan dari cara
pemecahan masalah memiliki fungsi antara lain sebagai pangkal permulaan dari semua
aktivitas manusia yang sadar dan terarah, baik secara individual maupun secar
kelompok, baik secara institusionalnya maupun secara organisasional. Dasar
pengambilan keputusan itu bermacam- macam tergantung dari permasalahannya.
Secara garis besarnya proses pengambilan keputusan terdiri atas tiga tahap yaitu
penemuan masalah, pemecahan masalah, pengambilan keputusan. Dalam menghadapi
masalah, hendaknya merici terlebih dahulu permasalahannya dengan cermat. Dari
masalah yang dirinci kemudian disusun manalah yang bulat dan menyeluruh. Dunn
memberikan memberikan pendapat bahwa penyusunan masalah secara bulat melalui
tiga tahap. Pertama, mengadakan konseptualisasi permasalahannya. Kedua,
mengadakan spesifikasi permasalahan dan ketiga berusaha memehami permasalahan
secara keseluruhan.Demikian artikel ini saya buat semoga bermanfaat bagi pembaca
serta bisa menambah wawasan dan membuka fikiran kita untuk bisa mengoptimalkan
apa yang sudah tersedia. Saya memohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan
kata dan kalimat yang tidak jelas untuk dimengerti, dan lugas mohon jangan dimasukan
ke dalam hati.

Sekian penutup dari saya semoga berkenan di hati dan saya ucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Page | 30
DAFTAR PUSTAKA

Putra, Yananto Mihadi. (2018). Modul Kuliah Sistem Informasi Manajemen : Sistem
Pengambilan Keputusan. FEB – Universitas Mercu Buana : Jakarta.

Anzizhan, Syafaruddin. Sistem pengambilan keputusan pendidikan.Ebook.

Anonim. 2013. Pengertian, Tujuan, dan Manfaat Organisasi


(http://www.contohlengkap.com/2013/08/ diakses pada 23 Oktober 2016).

Budiono. 2014. Pengaruh Komunikasi Organisasi, Kecerdasan Emosi dan Pengambilan


Keputusan terhadap Implementasi Peran Kepemimpinan Kepala SD. Jurnal
Akuntabilitas Manajemen, 2 (2):147-158.

Didi Wahyu Sudirman. 2003. Pengambilan Keputusan sebagai Langkah Strategis Tugas
Manajer. journal.uny.ac.id, 3(2): 93-101.

ItaLizawati dan A Kistyanto. 2014. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional


Terhadap Efektivitas Organisasi Melalui Pengambilan Keputusan.JurnalMahasiswa
Teknologi, 1 (6): 1606-1618.

Juliyanti, Mohammad Isa Irawan, dan Imam Mukhlash. 2011. Pemilihan Guru
Berprestasi Menggunakan Metode Ahp dan Topsis. Prosiding Seminar Nasional
Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri
Yogyakarta, 14 Mei 2011

Syiah Kuala. 2015. Pengambilan Keputusan Sekolah Melalui Manajemen Strategik Pada
Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Bandar Baru. Jurnal Magister Administrasi
Pendidikan, 3(3): 58-67.

Kreitner, Robert dan Kinicki, Angelo. 2005. Perilaku Organisasi. Jakarta: Salameba
Empat.

Marzuki. 2015. Pengambilan Keputusan Sekolah Melalui Manajemen Strategik pada


SMP.JurnalMagister Administrasi Pendidikan USK, 3 (3): 58-64.

Northouse, G. 2007. Leadership theory and practice. (3rd ed.) Thousand Oak, London,
New Delhe, Sage Publications, Inc

Rebekka Rismayanti. 2016. Corporate Decision Making dalam Komunikasi Organisasi.


Informasi Kajian Ilmu Komunikasi. 46 (1): 49-62.

Usman, Husaini. 2014. Manajemen Teori, Praktik dan Riset Pendidikan Edisi 4. Jakarta:
Bumi Aksara.

Veithzal Rivai, Haji. 2009. Education Management Analisis Teori dan Praktik. Jakarta:
Rajawali Pers.

Page | 31
Wayan R. Susila dan Ernawati Munadi. 2007. Penggunaan Analytical Hierarchy Process
Untuk Penyusunan Prioritas Proposal Penelitian. Jurnal Informatika Pertanian, 16 (2):
983-998.

Wirawan. 2014. Kepemimpinan Teori, Psikologi, Perilaku Organisasi, Aplikasi dan


Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

Wiwik Setyowati. 2012. Pengaruh Kepemimpinan, Komunikasi, Kerjasama Kelompok


dan Pengambilan Keputusan terhadap Kinerja Guru dan Karyawan di SMK. Jurnal Ilmu
Manajemen Revitalisasi, 1 (1): 245-264.

https://www.kompasiana.com/puterision/58312c288223bd96293b13de/pengambilan-
keputusan-yang-efektif-dalam-peningkatan-kualitas-organisasi?page=all

http://fahmypersie.blogspot.com/2012/12/pengambilan-keputusan-dalam-
manajemen.html

Page | 32

Anda mungkin juga menyukai