Keputusan ”
Tugas Pertemuan 12 Mata Kuliah Sistem Informasi Manajemen
Dosen Pembimbing : Yananto Mihadi Putra, SE, M.Si
Disusun Oleh :
Page | 1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan
artikel tentang “ Sistem Pengambilan Keputusan ”.
Artikel ini saya susun dengan maksimal sebagai tugas pertemuan ke 12 (dua
belas) dalam mata kuliah SISTEM INFORMASI MANAJEMEN . Dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan artikel ini. Untuk
itu saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan artikel ini.
Terlepas dari semua itu, saya meyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya
dapat memperbaiki artikel ini.
Akhir kata saya berharap semoga artikel tentang “Sistem Pengambilan Keputusan”
ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Penulis
Page | 2
DAFTAR ISI
COVER ......................................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR .................................................................................................... 2
DAFTAR ISI ................................................................................................................. 3
BAB I - PENDAHULUAN ............................................................................................. 4
Latar Belakang .......................................................................................................... 4
Rumusan Masalah .................................................................................................... 5
Tujuan ....................................................................................................................... 5
BAB II - PEMBAHASAN .............................................................................................. 7
1. Pengertian Pengambilan Keputusan ................................................................... 7
2. Fungsi dan Tujuan Pengambilan Keputusan .................................................... 10
3. Dasar- Dasar Pengambilan Keputusan ............................................................. 11
4. Proses Pengambilan Keputusan ....................................................................... 13
5. Permasalahan yang dihadapi dalam Pengambilan Keputusan ......................... 16
6. Pengambilan Keputusan yang Efektif dilakukan oleh Pemimpin ....................... 17
7. Pengaruh Pengambilan Keputusan yang Efektif bagi Kemajuan Organisasi .... 18
8. Manajemen Konflik ........................................................................................... 21
BAB III - PENUTUP .................................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 31
Page | 3
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Page | 4
Pada akhirnya, Robin Hughes dalam prakatanya pada Decision Making
berkesimpulan bahwa karena pengambilan keputusan terjadi di semua bidang dan
tingkat kegiatan serta pemikiran manusia, maka tidaklah mengherankan apabila begitu
banyak disiplin yang berusaha mengabalisis dan membuat sistematika dari seluruh
proses keputusan.
Page | 5
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang di atas maka penulis mengangkat rumusan masalah
sebagai berikut.
3. Tujuan
Page | 6
BAB II
PEMBAHASAN
Keputusan adalah suatu atau sebagai hukum situasi. Apabila suatu fakta
dapat diperolehnya dan semua yang terlibat, baik pengawas maupun pelaksana
mau mentaati hukumnya atau ketentuannya, maka tidak sama dengan mentaati
perintah. Wewenang tinggal dijalankan, tetapi itu merupakan wewenang dari
hukum situasi.
Page | 7
suatu alternatif.Dari pengertian- pengertian tersebut di atas dapat ditarik suatu
kesimpulan bahwa keputusan merupakan suatu pemecahan masalah sebagai
suatu hukum situasi yang dilakukan melalui pemilihan satu alternatif dari
beberapa alternatif (Hasan, 2002: 9)Setelah mengetahui definisi dari keputusan
maka selanjutnya akan dikemukakan definisi dari pengambilan keputusan.
Page | 8
pengambilan keputusan adalah dalam segi penerapannya karena di sini perlu
meyakinkan semua orang yang terlibat, bahwa keputusan tersebut memang
merupakan pilihan terbaik. Semuanya akan merasa terlibat dan terikat pada
keputusan tersebut. Hal ini, adalah proses tersulit. Walaupun demikian, bila hal
tersebut dapat disadari, proses keputusan secara bertahap, sistematik,
konsisten, dan dalam setiap langkah sejak awal telah mengikut sertakan semua
pihak, maka usaha tersebut dapat memberikan hasil yang terbaik.
Page | 9
B. Fungsi dan Tujuan Pengambilan Keputusan
Oleh karena itu tujuan pengambilan keputusan itu dibedakan menjadi dua, yaitu
sebagai berikut.
Page | 10
C. Dasar- Dasar Pengambilan Keputusan
1. Intuisi
2. Fakta
Page | 11
Pengambilan keputusan berdasarkan fakta dapat memberikan keputusan
yang sehat, solid, dan baik. Dengan fakta, maka tingkat kepercayaan terhadap
pengambil keputusan dapat lebih tinggi, sehingga orang dapat menerima
keputusan dengan rela dan lapang dada.
3. Wewenang
Page | 12
D. Proses Pengambilan Keputusan
Secara garis besarnya proses pengambilan keputusan terdiri atas tiga tahap
yaitu sebagai berikut.
Penemuan masalah
Pemecahan masalah
Tahap ini merupakan tahap di mana masalah yang sudah ada atau sudah
jelas itu kemudian diselesaikan. Langkah- langkah yang diambil adalah sebagai
berikut.
Page | 13
Mengidentifikasi masalah
Menganalisis masalah
Melaksanakan keputusan
Jika salah satu dari alternatif yang terbaik telah dipilih, maka keputusan
tersebut kemudian harus diterapkan. Sekalipun langkah ini sudah jelas, akan
tetapi sering kali keputusan yang baik sekalipun mengalami kegagalan karena
tidak diterapkan dengan benar. Keberhasilan penerapan keputusan yang diambil
oleh pimpinan bukan semata-mata tanggung jawab dari pimpinan akan tetapi
komitmen dari bawahan untuk melaksanakannya juga memegang peranan yang
penting.
Page | 14
Dalam mengevaluasi dan memilih alternatif suatu keputusan seharusnya juga
mempertimbangkan kemungkinan penerapan dari keputusan tersebut.
Betapapun baiknya suatu keputusan apabila keputusan tersebut sulit diterapkan
maka keputusan itu tidak ada artinya. Pengambil keputusan membuat keputusan
berkaitan dengan tujuan yang ideal dan hanya sedikit mempertimbangkan
penerapan operasionalnya.
Diakui oleh banyak pihak, bahwa pengambilan keputusan yang benar- benar
tepat itu memeng sulit. Namun sekedar pedoman umum cara pengambilan
keputusan.
Page | 15
E. Permasalahan yang dihadapi dalam Pengambilan Keputusan
Page | 16
F. Pengambilan Keputusan yang Efektif dilakukan oleh Pemimpin
Pandangan ketiga ahli di atas yang menyatakan bahwa pengambilan keputusan yang
efektif membutuhkan suatu model. Hal itu sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Wayan R. Susila dan Ernawati Munadi (2007) mengenai Penggunaan Analytical
Hierarchy Process Untuk Penyusunan Prioritas Proposal Penelitian, memperoleh hasil
bahwa pengambil keputusan memerlukan model pengambilan keputusan yang dapat
membantu mereka membuat pilihan secara komprehensif, logis, dan terstruktur.
Pandangan diatas sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rebekka
Rismayanti (2016), apapun gaya partisipasi pengambilan keputusan akan menjadi tepat
ketika pemimpin benar-benar memikirkan tujuan yang paling tepat dari suatu proses
pengambilan keputusan, memperhatikan betul referensi informasi yang diperoleh secara
komprehensif, serta mempertimbangkan kondisi yang terjadi sebelum mengambil suatu
keputusan. Ketiga hal ini diperlukan agar gaya partisipasi dapat dipilih secara tepat
sehingga keputusan yang diambil tidak menimbulkan kesalahpahaman, melainkan
dapat memberikan manfaat bagi kedua belah pihak yang melakukan proses komunikasi
secara bisnis.
Dari berbagai pengalaman empiris pengambilan keputusan tidak selalu hanya cocok
dengan satu model tertentu, namun biasanya melihat situasi dan kondisi. Dalam
keadaan tertentu bisa menggunakan model rasional, namun di situasi yang lain
dimungkinkan menggunakan model simon atau model klasik. Pemimpin harus jeli
melihat situasi yang ada bagaimana menentukan pilihan saat pengambilan keputusan,
dan menggunakan model apa yang terbaik dalam pengambilan keputusan tersebut. Di
sinilah diperlukan seni mengambil keputusan.
1) Menetapkan masalah;
2) Identifikasi kriteria keputusan;
3) Alokasikan bobot pada kriteria;
4) Kembangkan alternatif;
5) Evaluasi alternatif;
6) Pilih alternatif terbaik.
Page | 17
G. Pengaruh Pengambilan Keputusan yang Efektif bagi Kemajuan
Organisasi
Sebagai mana yang telah dipaparkan oleh Usman, Husaini (2013 : 312), bahwa
kemajuan suatu organisasi dipengaruhi oleh cara pemimpin dalam mengambil
keputusan. Telah dilakukan beberapa penelitian yang searah dengan pendapat Usman
(2013) tersebut.Juliyanti, Mohammad Isa Irawan, dan Imam Mukhlash (2011) melakukan
penelitian tentang Pemilihan guru Berprestasi menggunakan metode AHP-TOPSIS.
Penelitian tersebut menghasilkan temuan yaitu adanya suatu sistem pengambilan
keputusan dapat membantu proses pemilihan berdasarkan kriteria-kriteria yang
ditentukan sehingga bisa dilakukan proses perhitungan yang lebih efektif dan efesien.
Dari beberapa hasil penelitian di atas jelas bahwa pengambilan keputusan yang baik
dapat meningkatkan kualitas organisasi, walaupun memang sering ada variabel
perantara. Variabel perantara yang dimaksud adalah pengambilan keputusan yang baik,
bisa berpengaruh bagi kemajuan tim kerja dalam sebuah organisasi, yang pada
gilirannya kemajuan kinerja dapat berpengaruh terhadap peningkatan kualitas
organisasi itu sendiri. Misalnya kita mengambil contoh sebuah organisasi sekolah,
kepala sekolah bisa mengambil keputusan yang baik yang bisa menggerakkan guru dan
karyawan bisa meningkatkan kreativitas, inovasi, dan etos kerja maka dipastikan bahwa
sekolah tersebut akan mengalami kemajuan, sangat berbeda bila seorang kepala
sekolah tidak bisa mengambil keputusan dengan baik, bahkan keputusan yang diambil
cenderung kontra produktif, misalnya melemahkan semangat guru dan karyawan, tidak
memberikan suasana kreativitas guru dan karyawan maka dipastikan sekolah tersebut
akan mengalami kesulitan berkembang yang artinya organisasi sekolah tidak akan
mengalami peningkatan kualitas.
Page | 18
Mengapa Manajer Mengambil Keputusan yang Salah ?
Beberapa factor yang menyebabkan seorang manajer membuat keputusan yang salah
diantaranya yaitu :
1. Terpengaruh oleh kesan pertama
Ketika sedang memikirkan atau mempertimbangkan sebuah keputusan, pikiran sering
kali memberikan bobot yang tidak sesuai dengan informasi pertama yang diterimanya.
2. Membenarkan keputusan-keputusan yang lalu
Banyak manajer yang jatuh ke dalam jebakan dengan membuat pilihan yang
membenarkan keputusan-keputusan yang lalu, bahkan jika keputusan tersebut tidak lagi
sah.
3. Melihat apa yang akan dilihat
Sangatlah penting bagi manajer untuk jujur pada dirinya sendiri tentang motif yang
dimilikinya serta penting juga bagi manajer untuk menguji semua bukti yang ada dengan
cara menilai yang setara.
4. Mempertahankan status quo
Manajer mungkin mendasarkan keputusannya pada apa yang telah berhasil dimasa lalu
dan gagal mengeksplorisasi pilihan-pilihan baru, menggali informasi tambahan atau
menyelidiki teknologi baru.
5. Terpengaruh oleh kerangka masalah
Respons keputusan manajer dapat dipengaruhi oleh sekadar bagaimana masalah itu
disampaikan oleh kata-kata.
6. Terlalu percaya diri
Sebagian besar orang memandang terlalu tinggi terhadap kemampuannya dalam
memperkirakan hasil yang tidak pasti.
Page | 19
d. Tahu kapan harus gagal
Dalam lingkungan yang bergerak cepat, manajer yang baik akan berani mengambil risiko
dan belajar dari kesalahan, tetapi manajer yang baik juga tidak ragu untuk menghentikan
hal yang tidak akan berhasil.
G. Manajemen Konflik
Page | 20
Konflik merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindarkan dalam kehidupan. Bahkan
sepanjang kehidupan, manusia senantiasa dihadapkan dan bergelut dengan konflik.
Demikian halnya dengan kehidupan organisasi. Anggota organisasi senantiasa
dihadapkan pada konflik. Perubahan atau inovasi baru sangat rentan menimbulkan
konflik (destruktif), apalagi jika tidak disertai pemahaman yang memadai terhadap ide-
ide yang berkembang.
Page | 21
Keseluruhan proses tersebut berlangsung dalam konteks perencanaan kota dan
melibatkan perencana sebagai aktor yang mengelola konflik baik sebagai partisipan
atau pihak ketiga.
Pengelolaan Konflik
Konflik dapat dicegah atau dikelola dengan:
• Disiplin
Mempertahankan disiplin dapat digunakan untuk mengelola dan mencegah
konflik. Manajer perawat harus mengetahui dan memahami peraturan-
peraturan yang ada dalam organisasi. Jika belum jelas, mereka harus mencari
bantuan untuk memahaminya.
• Pertimbangan Pengalaman dalam Tahapan Kehidupan
Konflik dapat dikelola dengan mendukung perawat untuk mencapai tujuan
sesuai dengan pengalaman dan tahapan hidupnya. Misalnya; Perawat junior
yang berprestasi dapat dipromosikan untuk mengikuti pendidikan kejenjang
yang lebih tinggi, sedangkan bagi perawat senior yang berprestasi dapat
dipromosikan untuk menduduki jabatan yang lebih tinggi.
• Komunikasi
Suatu Komunikasi yang baik akan menciptakan lingkungan yang terapetik dan
kondusif. Suatu upaya yang dapat dilakukan manajer untuk menghindari konflik
adalah dengan menerapkan komunikasi yang efektif dalam kegitan sehari-hari
yang akhirnya dapat dijadikan sebagai satu cara hidup.
• Mendengarkan secara aktif
Mendengarkan secara aktif merupakan hal penting untuk mengelola konflik.
Untuk memastikan bahwa penerimaan para manajer perawat telah memiliki
pemahaman yang benar, mereka dapat merumuskan kembali permasalahan
para pegawai sebagai tanda bahwa mereka telah mendengarkan.
Page | 22
Cara kedua dengan metode penyelesaian konflik. Cara yang ditempuh adalah sebagai
berikut :
1. Dominasi (Penekanan)
Metode-metode dominasi biasanya memilki dua macam persamaan, yaitu :
(b) Mereka menimbulkan suatu situasi manang-kalah, di mana pihak yang kalah
terpaksa mengalah kaena otoritas lebih tinggi, atau pihak yang lebih besar
kekuasaanya, dan mereka biasanya menjadi tidak puas, dan sikap bermusuhan
muncul.
a. Memaksa (Forcing)
Apabila orang yang berkuasa pada pokoknya menyatakan “Sudah, jangan
banyak bicara, saya berkuasa di sini, dan Saudara harus melaksanakan
perintah saya”, maka semua argumen habis sudah. Supresi otokratis demikian
memang dapat menyebabkan timbulnya ekspresi-ekspresi konflik yang tidak
langsung, tetapi destruktif seperti misalnya ketaatan dengan sikap permusuhan
(Malicious obedience) Gejala tersebut merupakan salah satu di antara banyak
macam bentuk konflik, yang dapat menyebar, apabila supresi (peneanan)
konflik terus-menerusa diterapkan.
b. Membujuk (Smoothing)
Dalam kasus membujuk, yang merupakan sebuah cara untuk menekan
(mensupresi) konflik dengan cara yang lebih diplomatic, sang manager
mencoba mengurangi luas dan pentingnya ketidaksetujuan yang ada, dan ia
mencoba secara sepihak membujuk phak lain, untuk mengkuti keinginannya.
Apabila sang manager memilki lebih banyak informasi dibandingkan dengan
pihak lain tersebut, dan sarannya cukup masuk akal, maka metode tersebut
dapat bersifat efektif. Tetapi andaikata terdapat perasaan bahwa sang menejer
menguntungkan pihak tertentu, atau tidak memahami persoalan yang berlaku,
maka pihak lain yang kalah akan menentangnya.
c. Menghindari (Avoidence)
Apabila kelompok-kelompok yang sedang bertengkar datang pada seorang
manajer untuk meminta keputusannya, tetapi ternyata bahwa sang manajer
menolak untuk turut campur dalam persoalan tersebut, maka setiap pihak akan
mengalami perasaan tidak puas. Memang perlu diakui bahwa sikap pura-pura
bahwa tidak ada konflik, merupakan seuah bentuk tindakan menghindari.
Bentuk lain adalah penolakan (refusal) untuk menghadapi konflik, dengan jalan
mengulur-ulur waktu, dan berulangkali menangguhkan tindakan, “sampai
diperoleh lebih banyak informasi”
d. Keinginan Mayoritas (Majority Rule)
Upaya untuk menyelesaikan konflik kelompok melalui pemungutan suara,
dimana suara terbanyak menang (majority vote) dapat merupakan sebuah cara
Page | 23
efektif, apabla para angota menganggap prosedur yang bersangkutan sebagai
prosedur yang “fair” Tetapi, apabila salah satu blok yang memberi suara terus-
menerus mencapai kemenangan, maka pihak yang kalah akan merasa diri
lemah dan mereka akan mengalami frustrasi.
3. Kompetisi
Penyelesaian konflik yang menggambarkan satu pihak mengalahkan atau
mengorbankan yang lain. Penyelesaian bentuk kompetisi dikenal dengan istilah win-
lose orientation.
Win-Lose Orientation
Terdiri dari lima orientasi sebagai berikut:
Page | 24
b. Lose-Win (Kalah – Menang).
Dalam gaya ini seseorang tidak mempunyai tuntutan, visi, dan harapan. Ia
cenderung cepat menyenangkan atau memenuhi tuntutan orang lain. Mereka
mencari kekuatan dari popularitas atau penerimaan. Karena paradigma ini lebih
mementingkan popularitas dan penerimaan maka menang bukanlah yang
utama. Akibatnya banyak perasaan yang terpendam dan tidak terungkapkan
sehingga akan menyebabkan penyakit psikosomatik seperti sesak napas, saraf,
gangguan sistem peredaran darah yang merupakan perwujudan dari
kekecewaan dan kemarahan yang mendalam.
c. Lose-Lose (Kalah – Kalah)
Biasanya terjadi jika orang yang bertemu sama-sama punya paradigma
Menang-Kalah. Karena keduanya tidak bisa bernegosiasi secara sehat, maka
mereka berprinsip jika tidak ada yang menang , lebih baik semuanya kalah.
Mereka berpusat pada musuh, yang ada hanya perasaan dendam tanpa
menyadari jika orang lain kalah dan dirinya kalah sama saja dengan bunuh diri.
d. Win (Menang)
Orang bermentalitas menang tidak harus menginginkan orang lain kalah. Yang
penting adalah mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan. Orang
bermentalitas menang menjadi egois dan akan mencapai tujuannya sendiri.
Jika hal ini menjadi pola hidupnya maka ia tidak akan bisa akrab dengan orang
lain, merasa kesepian, dan sulit kerja sama dalam tim.
e. Win-Win (Menang-Menang)
Menang-Menang adalah kerangka pikiran dan hati yang terus menerus mencari
keuntungan bersama dalam semua interaksi. Menang-Menang berarti
mengusahakan semua pihak merasa senang dan puas dengan pemecahan
masalah atau keputusan yang diambil. Paradigma ini memandang kehidupan
sebagai arena kerja sama bukan persaingan. Paradigma ini akan menimbulkan
kepuasan pada kedua belah pihak dan akan meningkatkan kerja sama kreatif.
4. Kompromi
Melalui kompromi mencoba menyelesaikan konflik dengan menemukan dasar yang di
tengah dari dua pihak yang berkonflik. Cara ini lebih memperkecil kemungkinan untuk
munculnya permusuhan yang terpendam dari dua belah pihak yang berkonflik, karena
tidak ada yang merasa menang maupun kalah. Meskipun demikian, dipandang dari
pertimbangan organisasi pemecahan ini bukanlah cara yang terbaik, karena tidak
membuat penyelesaian yang terbaik pula bagi organisasi, hanya untuk menyenangkan
kedua belah pihak yang saling bertentangan atau berkonflik.
Yang termasuk kompromi diantaranya adalah:
a. Akomodasi
Penyelesaian konflik yang menggambarkan kompetisi bayangan cermin yang
memberikan keseluruhannya penyelesaian pada pihak lain tanpa ada usaha
memperjuangkan tujuannya sendiri. Proses tersebut adalah taktik perdamaian
b. Sharing
Suatu pendekatan penyelesaian kompromistis antara dominasi kelompok dan
kelompok damai. Satu pihak memberi dan yang lain menerima sesuatu. Kedua
kelompok berpikiran moderat, tidak lengkap, tetapi memuaskan.
Page | 25
5. Konflik Antara Karyawan dengan Pimpinan
Konflik jenis ini relatif sulit karena sering tidak dinyatakan secara terbuka. Umumnya
karyawan pihak karyawan lebih cenderung untuk diam, meskipun mengalami
pertentangan dengan pihak atasan. Yang penting bagi suatu organisasi adalah agar
setiap konflik hendaknya bisa diselesaikan dengan baik. Kebanyakan suatu konflik
menjadi makin berat karena lama terpendam. Karena itulah penting bagi suatu
organisasi “menemukan” konflik atau sumbernya sedini mungkin.
Cara yang ditempuh adalah dengan menggalakkan saluran komunikasi ke atas ( up
ward channel of communication ).
Menurut Heidjrachman Ranupandojo ada beberapa cara yang bisa dipakai untuk
menemukan konflik atau sumbernya, yaitu :
• Membuat prosedur penyelesaian konflik (grievance procedure)
Dengan adanya “grievance procedure” ini memberanikan karyawan untuk
mengadu kalau dirasakan adanya ketidak adilan. Keberanian untuk segera
memberitahukan masalah, merupakan suatu keuntungan bagi
organisasi/perusahaan.
• Observasi langsung
Tidak semua konflik disuarakan oleh karyawan. Oleh karena itu ketajaman
observasi dari pimpinan akan dapat mendeteksi ada tidaknya suatu (sumber)
konflik, sehingga dapat segera ditangani sebelum mengalami eskalasi.
• Kotak saran (suggestion box)
Cara semacam ini banyak digunakan oleh perusahaan atau lembaga-lembaga
lain. Cara ini cukup efektif karena para karyawan ataupun para pengadu tidak
perlu bertatap muka dengan pimpinan. Bahkan bisa merahasiakan identitasnya.
Namun, lembaga juga harus hati-hati karena adanya kemungkinan adanya
“fitnah” dari kotak saran tersebut.
• Politik pintu terbuka
Politik pintu terbuka memang sering diumumkan, tetapi hasilnya sering tidak
memuaskan. Hal ini sering terjadi karena pihak pimpinan tidak sungguh-
sungguh dalam “membuka” pintunya. Paling tidak ini dirasakan oleh karyawan.
Juga adanya keseganan dari pihak karyawan sering menjadi penghalang
terhadap keberhasilan cara semacam ini.
• Mengangkat konsultan personalia
Konsultan personalia pada umumnya seorang ahli dalam bidang psikologi dan
biasanya merupakan staf dari bagian personalia. Kadang-kaang karyawan
segan pergi menemui atasannya, tetapi bisa menceritakan kesulitannya pada
konsultan psikologi ini.
• Mengangkat “ombudsman”
Ombudsman adalah orang yang bertugas membantu “mendengarkan”
kesulitan-kesulitan yang ada atau dialami oleh karyawan untuk diberitahukan
kepada pimpinan. Ombudsman biasanya adalah orang yang disegani karena
kejujuran dan keadilannya.
Page | 26
Langkah-langkah Manajemen Untuk Menangani Konflik
Page | 27
* Pendisiplinan haruslah bersifat membangun. Memberikan teguran hendaknya
juga disertai dengan saran tentang bagaimana seharusnya berbuat untuk tidak
mengulangi kesalahan yang sama untuk waktu yang akan datang.
* Pendisiplinan haruslah dilakukan oleh atasan langsung dengan segera.
Jangan menunda-nunda pemberian pendisiplinan sampai masalahnya
terlupakan. Sewaktu kesalahan masih segar teguran akan lebih efektif daripada
diberikan selang beberapa waktu.
* Keadilan dalam pendisiplinan sangat diperlukan. Suatu kesalahan yang sama
hendaknya diberikan hukuman yang sama pula. Jangan melakukan
pendisiplinan dengan pilih kasih.
* Pimpinan tidak seharusnya memberikan pendisiplinan pada waktu bawahan
sedang absen.
* Setelah pendisiplinan sikap pimpinan haruslah wajar kembali.
Tidak dibenarkan apabila setelah melakukan pendisiplinan pimpinan tetap
bersikap membenci bawahan yang telah melakukan kesalahan. Rasa
membenci hanya akan menimbulkan perlakuan yang tidak adil.
Salah satu contoh organisasi yang dapat mengelola konflik dengan baik adalah UKM
Pramuka UGM. Unit kegiatan Mahasiswa yang hampir mencapai usia ke-26 tahun ini
ternyata memiliki mekanisme unik dalam merespon konflik yang ada di tubuhnya. Baik
konflik internal anggota, anggota-pimpinan, maupun antar pimpinan itu sendiri.
Dalam mengambil beberapa kputusan, acapkali sebuah organisasi kesulitan dalam
mengakomodir segenap kepentingan anggota di dalamnya. Tidak terkecuali di tubuh
UKM Pramuka UGM sendiri. Ketika pimpinan dipegang oleh sebuah kepengurusan
baru, maka ada beberapa prosedur dan mekanisme wajib yang harus dijalankan.
Sesuai dengan prinsip dasar dan metode kepramukaan, maka setiap keputusan yang
diambil harus melalui jalan musyawarah untuk mufakat.
Di UKM Pramuka UGM dikenal istilah musyawarah kerja yang merupakan forum
tertinggi untuk menentukan program kerja apa saja yang akan dijalankan oleh mereka.
Namun sebelum masuk forum tersebut, rancangan program kerja harus dibahas pada
forum yang lebh kecil di Pimpinan Dewan Racana (Pengurus Operasional) dan di
Dewan Racana (Pengelola secara umum yang telah Pandega). Konflik yang kerap
muncul adalah knflik interpersonal dankepentingan golongan. Hal ini sangat wajar
mengingat Pramuka merupakan organisasi yang berlandaskan prinsip kekeluargaan.
Selain pada rapat-rapat formal, konflik juga sering muncul pada kehidupan sehari-hari
di Sanggar Bakti (semacam secretariat di Gelanggang Mahasiswa UGM). Interaksi
yang terjadi hari sangat memungkinkan terjadinya konflik antar anggota. Baik yang
sifatnya laten maupun terbuka. Konflik-konflik tersebut kerap mewarnai perjalanan dan
kehidupan di Sanggar. Sehingga dinamika yang timbul karenanya seringkali
menyulitkan sekaligus menjadi sebuah tantangan bagi pimpinan dalam
mengntisipasinya.
Page | 28
Dalam menyikapi konflik yang terjadi di internal anggota, personil yang secara
fungsional bertanggungjawab adalah pemangku adat. Peran yang biasanya dipegang
oleh anggota yang paling tua di antara pimpinan lainnya ini adalah sebagai seseorang
yang memediasi konflik yang terjadi. Namun, selain secara personal, terdapat
beberapa badan yang dijadikan alat untuk menyelesaikan konflik jika konflik yang
dirasa tidak dapat dilaksanakan oleh pemangku adat secara personal. Badan tersebut
adalah pendamping dan Dewan Kehormatan.
Konflik atau permasalahan yang dibawa ke badan ini adalah yang menyangkut
persoalan serius terkait pelanggaran Dasa Dharma dan Tri Satya Gerakan Pramuka,
Adat Racana, GBHKR, AD/ ART Gerakan Pramuka, maupun konflik laten
antarpersonal yang sulit dipecahkan. Sementara posisi Pembina dalam badan ini
adalah sebagai penasihat yang hanya dimintai bantuan ketika persoalan dipandang
sulit diselesaikan.
Page | 29
BAB III
PENUTUP
Sekian penutup dari saya semoga berkenan di hati dan saya ucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya.
Page | 30
DAFTAR PUSTAKA
Putra, Yananto Mihadi. (2018). Modul Kuliah Sistem Informasi Manajemen : Sistem
Pengambilan Keputusan. FEB – Universitas Mercu Buana : Jakarta.
Didi Wahyu Sudirman. 2003. Pengambilan Keputusan sebagai Langkah Strategis Tugas
Manajer. journal.uny.ac.id, 3(2): 93-101.
Juliyanti, Mohammad Isa Irawan, dan Imam Mukhlash. 2011. Pemilihan Guru
Berprestasi Menggunakan Metode Ahp dan Topsis. Prosiding Seminar Nasional
Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri
Yogyakarta, 14 Mei 2011
Syiah Kuala. 2015. Pengambilan Keputusan Sekolah Melalui Manajemen Strategik Pada
Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Bandar Baru. Jurnal Magister Administrasi
Pendidikan, 3(3): 58-67.
Kreitner, Robert dan Kinicki, Angelo. 2005. Perilaku Organisasi. Jakarta: Salameba
Empat.
Northouse, G. 2007. Leadership theory and practice. (3rd ed.) Thousand Oak, London,
New Delhe, Sage Publications, Inc
Usman, Husaini. 2014. Manajemen Teori, Praktik dan Riset Pendidikan Edisi 4. Jakarta:
Bumi Aksara.
Veithzal Rivai, Haji. 2009. Education Management Analisis Teori dan Praktik. Jakarta:
Rajawali Pers.
Page | 31
Wayan R. Susila dan Ernawati Munadi. 2007. Penggunaan Analytical Hierarchy Process
Untuk Penyusunan Prioritas Proposal Penelitian. Jurnal Informatika Pertanian, 16 (2):
983-998.
https://www.kompasiana.com/puterision/58312c288223bd96293b13de/pengambilan-
keputusan-yang-efektif-dalam-peningkatan-kualitas-organisasi?page=all
http://fahmypersie.blogspot.com/2012/12/pengambilan-keputusan-dalam-
manajemen.html
Page | 32